Apa yang dimaksud dengan belajar?

Belajar

Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya.

Belajar akan lebih baik kalau subjek belajar mengalami atau melakukannya.

Belajar suatu proses interaksi antara diri manusia (id-ego-super ego) dengan lingkungan yang berwujud pribadi, fakta, konsep atau teori. Dalam hal ini terkandung suatu maksud bahwa proses interaksi itu adalah:

  1. Proses internalisasi ke dalam diri yang belajar,
  2. Dilakukan secara aktif, dengan segenap panca indera ikut berperan.

Berikut adalah pengertian belajar menurut beberapa ahli :

  • Slameto (2003) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

  • Baharuddin (2010) belajar merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihan-pelatihan atau pengalaman-pengalaman.

  • Sudjana (2009), memandang belajar suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan dari seseorang, perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, percakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek yang ada pada individu yang belajar. “Belajar dipandang sebagai suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yaitu mengalami. Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Proses perubahan tingkah laku pada diri seseorang tidak dapat dilihat namun dapat ditentukan, apakah seseorang telah belajar atau belum dengan membandingkan kondisi sebelum dan setelah proses pembelajaran berlangsung.

  • Menurut Djamarah (2008) belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.

  • Menurut Winkel (1996) belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap. Perubahan-perubahan itu dapat berupa suatu hasil yang baru atau penyempurnaan terhadap hasil yang telah diperoleh dan terjadi selama jangka waktu tertentu. Jadi belajar merupakan proses perubahan tingkah laku individu merespon interaksi aktif dengan lingkungan melalui pengalaman yang didapatnya secara pribadi.

  • Menurut kamus bahasa Indonesia belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.

  • Menurut Gagne belajar adalah suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.

  • Menurut Slavin belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman.

  • Menurut Travers belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku.

  • Menurut Morgan belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman.

  • Menurut Robbins belajar adalah sebagai proses menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah dipahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru.

  • Menurut Spears belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri, mendengarkan, mengikuti petunjuk.

Berdasarkan uraian di atas maka belajar merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik yang dilakukan secara sadar, terencana baik didalam maupun di luar ruangan untuk meningkat kan kemampuan peserta didik. Belajar untuk disekolah dasar berarti interaksi antara guru dengan siswa yang dilakukan secara sadar dan terencana yang dilaksanakan baik di dalam kelas maupn diluar kelas dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa.
Kegiatan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang dengan sengaja diciptakan. Guru atau tutorlah yang menciptakannya guna membelajarkan siswa atau peserta didik. Tutor yang mengajar dan peserta didik yang belajar. Perpaduan dan kedua unsur manusiawi ini lahirlah interaksi edukatif dengan memanfaatkan bahan sebagai mediumnya. Di sana semua komponen pengajaran diperankan secara optimal guna mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelum pangajaran dilaksanakan.

Dalam kegiatan belajar mengajar harus terjadi komunikasi dua arah antara guru dengan peserta didik agar suasana pembelajaran kondusif. Tidak lagi teacher center melainkan student center sehingga proses belajar mengajar akan terarah dalam mencapai tujuan pembelajaran. Paradigma selama ini pembelajaran yang dilakukan hanya berpusat dengan guru (teacher center) sebagai sumber belajar, bukan berpusat pada siswa (student center) sehingga guru akan mendominasi proses pembelajaran di dalam kelas sedangkan siswanya hanya pasif. Peran guru sebagai seorang fasilitator belum terlihat dalam proses pembelajaran. Selayaknya guru harus mampu menguasai empat kompetensi dasar yang diharapkan akan terjalin komunikasi dua arah sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dan interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.

Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Durton mengartikan belajar adalah suatu perubahan dalam diri individu sebagai hasil interaksi lingkungannya untuk memenuhi kebutuhan dan menjadikannya lebih mampu melestarikan lingkungan secara memadai.

Learning is a change the individual due to interaction of that individual and his environments which fills a need and makes him capable of dealing adequality with his environment”.

Menurut Hilgrad dan Bower, belajar ( to learn) memiliki arti :

to gain knowledge, comprehension, or mastery of trough experience or study, to fix in the mind or memory; memorize; to acquire trough experience, to become in forme of to find out.

Menurut Ernes Hilgard

“learning is the profcess by which an activity originates or is changed through training procedures ( whether in the laboratory or in the natural environment ) is ritingiushed to training”

dapat diartikan bahwa Seseorang dikatakan belajar apabila ia dapat melakukan sesuatu yang tak dapat dilakukan sebelum ia belajar, atau bila kelakuannya berubah, sehingga lain caranya menghadapi suatu situasi dari pada sebelum itu. Kelakuan dalam proses belajar melingkupi : pengamatan, pengenalan, pengertian, perbuatan perasaan, minat, penghargaan dan sikap.

Menurut Guthri dan Power :

” learning is olways a case of improving some performance orgainning some new ability or understanding ”

belajar adalah sesuatu hal yang meningkatkan perbuatan atau didapatkannya kemampuan atau pengertian baru.

Menurut Witherington dan M.Buchori :

”belajar adalah suatu perubahan pada kepribadian yang ternyata pada adanya pola sambutan baru, yang dapat berupa suatu pengertian ”

Menurut Cronbach :

” learning is shown by change in behavior as a result of experience ”

artinya belajar adalah perubahan tingkahlaku sebagai hasil pengalaman.

Menurut Burton, dalam sebuah buku “The Guidance of Learning Avtivities”, merumuskan pengertian belajar sebagai perubahan tingkah laku pada dari berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka mampu berinteraksi dengan lingkungannya.

Dalam buku “Educational Psychology”, H.C. Witherington, mengemukakan bahwa belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiaasaan, kepribadian atau suatu pengertian.

James O. Wittaker mengemukakan belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan diubah melalui latihan atau pengalaman. Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya.

Belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek aspek kognitif, afektip dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu.

Menurut Uno (2011) belajar adalah proses perubahan perilaku seseorang setelah mempelajari suatu objek (pengetahuan, sikap, atau keterampilan) tertentu. karena belajar adalah modifikasi, atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman dari interaksi dengan lingkungan. Didalam rumusan ini terkandung makna bahwa belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, melainkan lebih luas dari pada itu yakni mengalami hasil belajar bukan penguasaan latihan, melainkan perubahan tingkah laku.

Belajar dapat diartikan sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar adalah proses melihat, mengamati, memahami sesuatu, apabila kita berbicara tentang belajar maka kita berbicara bagaimana tingkah laku.

Menurut Hamalik (2011), belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan, dan bukan suatu hasil atau tujuan.

Menurut Purwanto (2011) belajar adalah proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilaku.
Berdasarkan pendapat dari beberapa teori yang telah dipaparkan di atas, dapat dikemukan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan dalam diri individu sebagai hasil interaksi dengan lingkungan sekitar.

Menurut definisi tersebut, belajar memiliki pengertian memperoleh pengetahuan atau menguasai pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai pengalaman, dan mendapatkan informasi atau menemukan. Dengan demikian, belajar memiliki arti dasar adanya aktivitas atau kegiatan dan penguasaan tentang sesuatu.

Sedangkan menurut James O. Wittaker mengemukakan bahwa belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.

Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman sikap, tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.

Proses terjadinya belajar sangat sulit diamati. Karena itu orang cenderung melihat tingkah laku manusia untuk disusun menjadi pola tingkah laku yang akhirnya tersusunlah suatu model yang menjadi prinsip-prinsip belajar yang bermanfaat sebagai bekal untuk memahami, mendorong dan memberi arah kegiatan belajar.

Ciri-ciri dan Tujuan Belajar


Beberapa ciri umum kegiatan belajar, berdasarkan sejumlah pandangan dan definisi tentang belajar di atas, adalah sebagai berikut:

  • Pertama, belajar adalah suatu aktivitas pada diri eorang yang disadari atau sengaja. Oleh sebab itu pemahaman kita pertama yang sangat penting adalah bahwa kegiatan belajar merupakan kegiatan yang disengaja atau direncanakan oleh pembelajar sendiri dalam bentuk suatu aktivitas tertentu. Aktivitas ini menunjuk pada keaktifan seseorang dalam melakukan sesuatu kegiatan tertentu, baik pada aspek-aspek jasmaniah maupun aspek mental yang memungkinkan terjadinya perubahan pada dirinya. Dengan demikian dapat dipahami bahwa suatu kegiatan belajar dikatakan semakin baik, bilamana keaktifan jasmaniah dan mental rendah berarti kegiatan belajar tersebut dilakukan secara intensif.

  • Kedua, belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungannya, lingkungan dalam hal ini dapat berupa manusia atau obyek-obyek lain yang memungkinkan individu memperoleh pengalam-pengalaman atau pengetahuan, baik pengalaman atau pengetahuan baru maupun sesuatu yang pernah diperoleh atau ditemukan sebelumnya akan tetapi menimbulkan perhatian kembali bagi individu tersebut sehingga memungkinkan terjadinya interaksi. Adanya interaksi individu dengan lingkungan ini mendorong seseorang untuk lebih intensif meningkatkan keaktifan jasmaniah maupun mentalnya guna lebih mendalami sesuatu yang menjadi perhatian.

  • Ketiga, hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku walaupun tidak semua perubahan tingkah laku merupakan hasil belajar, akan tetapi aktivitas belajar umumnya disertai perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku pada kebanyakan hal merupakan sesuatu perubahan yang dapat diamati (obsevable). Akan tetapi juga tidak selalu perubahan tingkah laku yang dimaksudkan sebagai hasil belajar tersebut dapat diamati. Perubahan- perubahan yang dapat diamati kebanyakan berkenaan denga perubahan aspek-aspek motorik.

Belajar merupakan proses internal yang kompleks. Yang terlibat dalam proses internal tersebut adalah seluruh mental, yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Dari segi guru proses belajar tersebut dapat diamati secara tidak langsung. Artinya proses belajar yang merupakan proses internal siswa tidak dapat diamati, akan tetapi dapat diapahami oleh guru. Proses belajar tersebut tampak melalui prilaku siswa mempelajari bahan belajar. Prilaku belajar tersebut merupakan respons siswa terhadap tindakan mengajar atau tidakan pembelajaran dari guru. Prilaku belajar tersebut ada hubungannya dengan desain inruksional guru, karena di dalam intruksional, guru membuat tujuan intruksional khusus atau sasaran belajar.

Siswa yag belajar berarti menggunakan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. Ada beberapa ahli ranah-ranah tersebut dengan hasil penggolongan kemampuan-kemampuan pada ranah kognitif, apektif dan psikomotorik secara hierarkis, diantara para ahli yang mendalami ranah- ranah kejiwaan tersebut adalah Bloom, Krathwohl dan Simpson.

Mereka menyusun penggolongan perilaku berkenaan dengan kemampuan internal dalam hubungannya dengan tujuan pembelajaran. Hasil penelitian mereka dikenal dengan “ Taksonomi Intruksional Bloom dan kawan- kawan”. Bloom dan kawan-kawan terkenal pelopor yang mengkategorikan jenis prilaku hasil belajar. Meskipun tidak luput dari kritik, taksonomi tersebut masih dapat digunakan untuk mempelajari perilaku dan kemampuan internal sebagai akibat belajar.

Penggolongan atau tingakatan jenis perilaku belajar terdiri dari tiga ranah atau kawasan, yaitu :

  1. Ranah Kognitif (Bloom dkk), terdiri dari enam jenis perilaku;

    • Pengetahuan, mencakup kemampuan ingatan tentang hal-hal yang telah dipelajari dan disimpan di dalam ingatan. Pengetahuan tersebut dapat berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengetian, kaidah, teori, prinsip, atau metode.

    • Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap sari dan makna hal-hal yang dipelajari.

    • Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode, kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. Prilaku ini misalnya tampk dalam kemampuan menggunakan prinsip.

    • Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur kseseluruhan dapat dipahami dengan baik.

    • Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru, misalnya tampak di dalam kemampuan menyusun suatu program kerja.

    • Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. Sebagai contoh menilai hasil karangan.

    Keenam jenis prilaku ini bersifat hirarkis, artinya prilaku tersebut menggambarkan tingkatan kemampuan yang dimilki seseorang. Perilaku terendah sebaiknya dimilki terlebih dahulu sebelum mempelajari atau memilki prilku yang lebih tinggi.

  2. Ranah Afektif (Krathwohl dan Bloom dkk), terdiri dari lima jenis prilaku, yaitu :

    • Penerimaan, yang mencakup kepekaan tentang hal tertentu dan kesediaan memperhatikan hal tersebut.

    • Partisipasi, yang mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan dan berpartisipasi dalam suatu kegiaatan.

    • Penilaian dan penentuan sikap, yang mencakup penerimaan terhadap suatu nuilai, menghargai, mengakui, dan menentukan sikap.

    • Organisasi, yang mencakup kemampuan membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan hidup.

    • Pembentukan pola hidup, yang mecakup kemampuan menghayati nilai, dan membentuknya menjadi pola nilai kehidupan pribadi.

  3. Ranah psikomotor (Simpson), terdiri dari tujuh prilaku atau kemampuan motorik, yaitu:

    • Persepsi, yang mencakup kemampuan memilah-milahkan (mendeskripsikan) sesuatu seara khusus dan menyadari adanya perbedaan antara sesuatu tersebut. Sebagai contoh, pemilihan warna, pemilihan angka ( 6 dan 9 ), pemilihan huruf ( b dan d ).

    • Kesiapan, yang mencakup kemampuan menempatkan diri dalam suatu keadaan di mana akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan, kemampuan ini mencakup aktivitas jasmani dan rohani (mental), misalnya star lomba lari.

    • Gerakan terbimbing, mencakup kemampuan melakukan gerakan sesuai contoh, atau gerakan peniruan. Misalnya meniru gerak tari, membuat lingkaran di atas pola.

    • Gerakan terbiasa, mencakup kemampuan melakukan gerakan-gerakan tanpa contoh. Misalnya melakukan lempar peluru, lompat tinggi dan sebagainya dengan tepat.

    • Gerakan kompleks, yang mencakup kemampuan melakukan gerakan ataau keterampilan yang terdiri dari banyak tahap secara lancar, efisien dan tepat. Misalnya bongkar pasang peralatan secara tepat.

    • Penyesuaian pola gerakan, yang mencakup kemampuan mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak gerik dengan persayaratan khusus yang berlaku. Misalnya kemampuan atau keterampilan bertanding dengan lawan tanding.

    • Kreativitas, mencakup kemmpuan melahirkan pola-pola gerak gerak- gerik yang baru atas dasar prakarsa sendiri. Misalnya kemampuan membuat kreasi-kreasi gerakan senam sendiri, gerakan-gerakan tarian kreasi baru.

Prinsip-prinsip Belajar


Prinsip-prinsip belajar yang dapat dilaksanakan dalam situasi dan kondisi yang berbeda dan oleh setiap peserta didik secara individual adalah sebagai berikut:

  • Berdasar prasyarat yang diperlukan untuk belajar.
    Dalam belajar peserta didik diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan intruksional.

  • Sesuai hakikat belajar.
    Belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antara pengertian yang lain) sehingga mendapat pengertian yang diharapkan stimulus yang diberikan dapat menimbulkan respon yang diharapkan.

  • Sesuai materi atau bahan yang akan dipelajari.
    Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur penyajian yang bisa ditangkap pengertiannya.

  • Syarat keberhasilan belajar
    Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga peserta didik dapat belajar dengan tenang.

Selain itu, Davies (1991), mengingatkan beberapa hal yang dapat menjadikan kerangka dasar bagi penerapan perinsip-perinsip belajar dalam proses pembelajaran yaitu:

  1. Hal apapun yang di pelajari siswa, maka ia harus mempelajarinya sendiri. Tidak seorangpun yang dapat melakukan kegiatan belajar tersebut untuknya.

  2. Setiap siswa belajar menurut tempo (kecepatannya) sendiri dan setiap kelompok umur, terdapat variasi dalam kecepatan belajar.

  3. Seorang murid belajar lebih banyak bilamana setiap langkah segera diberikan penguatan (reinforcement).

  4. Penguasaan secara penuh dari setiap langkah-langkah pembelajaran, memungkinkan siswa belajar secara lebih berarti.

  5. Apabila siswa diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka ia lebih termotivasi untuk belaja, dan ia akan belajar dan mengingat lebih baik.

Prinsip belajar menunjuk kepada hal-hal penting yang harus dilakukan guru agar terjadi proses belajar siswa sehingga proses pembelajaran yang dilakukan dapat mencapai hasil yang diharapkan. Prinsip-prinsip belajar juga memberikan arah tentang apa saja yang sebaiknya dilakukan oleh guru agar para siswa dapat berperan aktif di dalam proses pembelajaran.

Bagi guru, kemampuan menerapkan prinsip-prinsip belajar dalam proses pembelajaran akan dapat membantu terwujudnya tujuan pembelajaran yang dirumuskan dalam perencanaan pembelajaran. Sementara bagi siswa prinsip-prinsip pembelajaran akan membantu tercapainya hasil belajar yang diharapkan.

Teori-Teori Belajar


Beberapa teori belajar yang yang relevan dan dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran yang akan dikembangkan antara lain:

  • Menurut teori belajar behaviorisme, manusia sangat dipengaruhi oleh kejadian-kejadian di dalam lingkungannya yang akan memberikan pengalaman- pengalaman belajar. Teori ini menekankan pada apa yang dilihat yaitu tingkah laku.

  • Menurut teori belajar kognitif, belajar adalah pengorganisasian aspek-aspek kognitif dan persepsi untuk memperoleh pemahaman. Teori ini menekankan pada gagasan bahwa bagian suatu situasi saling berhubungan dalam konteks situasi secara keseluruhan.

  • Menurut teori belajar humanisme, proses belajar harus dimulai dan ditunjukan untuk kepentingan memanusiakan manusia, yaitu mencapai aktualisasi diri peserta didik yang belajar secara optimal.

  • Menurut teori belajar sibernetik, belajar adalah mengolah informasi (pesan pembelajaran), proses belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi.

  • Menurut teori belajar konstruktivism, belajar adalah menyusun pengetahuan dari pengalaman konkret, aktivitas kolaborasi, refleksi serta interpretasi.

  • Menurut teori belajar stimulus-respon, yang dikemukakan oleh Thorndike dan disebut juga teori koneksionisme, menyatakan bahwa pada hakikatnya belajar merupakan proses pembentukan hubungan antara stimulus dan respon. Thorndike mengemukakan pula bahwa kualitas dan kuantitas hasil belajar peserta didik tergantung dari kualitas dan kuantitas Stimulus- Respon (S-R) dalam pelaksanaan kegiatan belajar peserta didik.

    Edward L. Thorndike mengemukakan beberapa hukum belajar yang dikenal sebagai sebutan law of effect . Menurut hukum ini belajar akan lebih berhasil bila respon peserta didik terhadap suatu stimulus segera diikuti dengan rasa senang atau kepuasan.

Referensi :

  • Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya ( Jakarta: PT. Rineka Cipta,2010)
  • Baharuddin, Teori Belajar dan Pembelajaran (Jogjakarta: Arruz Media,2010)
  • Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran (Bandung: Alfabeta, 2009)
  • Indah Kosmiyah, Belajar dan Pembelajaran (Yogyakarta: Teras,2012)

Menurut Lindgren belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang relatif permanen dan perubahan tersebut disebabkan adanya interaksi individu yang bersangkutan dengan lingkungannya.

Heinich (1999) mengatakan bahwa belajar adalah proses aktivitas pengembangan pengetahuan, keterampilan atau sikap sebagai interaksi seseorang dengan informasi dan lingkungannya sehingga dalam proses belajar diperlukan pemilihan, penyusunan dan penyampaian informasi dalam lingkungan yang sesuai dan melalui interaksi pemelajar dengan lingkungannya. Gredler3 juga menekankan pengaruh lingkungan yang sangat kuat dalam proses belajar, studi belajar bukanlah sekedar latihan akademik, ia adalah aspek penting baik bagi individu maupun masyarakat. Belajar juga merupakan basis untuk kemajuan masyarakat di masa depan.

Selanjutnya Gagne & Briggs (2008) menjelaskan belajar adalah hasil pasangan stimulus dan respon yang kemudian diadakan penguatan kembali (reinforcement) yang terus menerus. Reinforcement ini dimaksudkan untuk menguatkan tingkah laku yang diinternalisasikan dalam proses belajar. Proses belajar setiap orang akan menghasilkan hasil belajar yang berbeda- beda untuk itu perlunya reinforcement yang terus menerus hingga mengalami perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik.

Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan dengan sengaja atau tidak sengaja oleh setiap individu, sehingga terjadi perubahan dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak bisa berjalan menjadi bisa berjalan, tidak bisa membaca menjadi bisa membaca dan sebagainya. Belajar adalah suatu proses perubahan individu yang berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya ke arah yang baik maupun tidak baik.

Belajar setiap orang dapat dilakukan dengan cara berbeda. Ada belajar dengan cara melihat, menemukan dan juga meniru. Karena melalui belajar seseorang akan mengalami pertumbuhan dan perubahan dalam dirinya baik secara psikis maupun fisik. Secara fisik jika yang dipelajari berkaitan dengan dimensi motorik. Secara psikis jika yang dipelajari berupa dimensi afeksi. Secara kognitif jika yang dipelajari berupa pengetahuan baru. Jadi pada hakikatnya belajar pada ranah kognitif juga akan bersinggungan dengan ranah afektif dan juga dengan ranah psikomotorik. Ketiga ranah ini saling berhubungan satu sama lainnya5.

Belajar merupakan aktivitas menuju kehidupan yang lebih baik secara sistematis. Proses belajar terdiri atas tiga tahapan, yaitu tahap informasi, transformasi dan evaluasi. Yang dimaksud dengan tahap informasi adalah proses penjelasan, penguraian atau pengarahan mengenai struktur pengetahuan, keterampilan dan sikap. Tahap transformasi adalah proses peralihan atau pemindahan struktur tadi ke dalam diri peserta didik. Proses transformasi dilakukan melalui informasi. Sedangkan, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan belajar adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi. Kegiatan belajar mengajar seperti mengorganisasi pengalaman belajar, mengolah kegiatan belajar mengajar, menilai proses dan hasil belajar, semua termasuk tanggung jawab guru. Dengan demikian semakin banyak usaha belajar itu dilakukan maka semakin banyak dan baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha sendiri.

Dalam proses belajar pasti ada suatu tujuan yang ingin dicapai, ada beberapa hal yang menjadi tujuan dalam belajar.

Klasifikasi hasil belajar menurut Benyamin Bloom (Nana Sudjana, 2010) , yaitu:

  1. Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajara intelektual yang terdiri dari enam aspek yang meliputi pengetahuan, pemahaman, aplikasi,analisis, sintesis, dan evaluasi.

  2. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yang meliputi penerimaan, jawaban, penilaian, organisasi, dan internalisasi.

  3. Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar yang berupa ketrampilan dan kemampuan bertindak, meliputi enam aspek yakni gerakan refleks, keterampilan gerak dasar, kemampuan perceptual,ketepatan, keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif.
    Hasil dari belajar menjadi model dalam proses pembelajaran selanjutnya. Pembelajaran berarti kegiatan belajar yang dilakukan oleh pemelajar dan guru.

belajar

Proses belajar menjadi satu sistem dalam pembelajaran. Sistem pembelajaran terdiri dari beberapa komponen yang saling berinteraksi hingga diperoleh interaksi yang efektif. Dick dan Carey menjelaskan komponen dalam sistem pembelajaran adalah pemelajar, instruktur (guru), bahan pembelajaran dan lingkungan pembelajaran.

Menurut Nana Sudjana mengajar adalah proses memberikan bimbingan/ bantuan kepada anak didik dalam melakukan proses belajar. Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material fasilitas, pelengkap dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Atau dapat disimpulkan hakekat belajar mengajar adalah proses pengaturan yang dilakukan oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah disusun.

Sebagai suatu proses pengaturan, kegiatan belajar mengajar tidak terlepas dari ciri-ciri tertentu, menurut Edi Suardi kegiatan belajar mengajar sebagai berikut :

  • Belajar mengajar memiliki tujuan
    Belajar mengajar memiliki tujuan, yakni untuk membentuk anak didik dalam suatu perkembangan tertentu. Inilah yang dimaksud belajarmengajar itu sadar tujuan, dengan menempatkan anak didik sebagai pusat perhatian. Anak didik mempunyai tujuan, unsur lainya sebagai pengantardan pendukung.

  • Ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncanakan, di desain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
    Agar dapat mencapai tujuan secara optimal, maka dalam melakukan interaksi perlu ada prosedur, atau langkah- langkah sistematik dan relevan. Untuk mencapai suatu tujuan yang satu dengan yang lain, mungkin akan membutuhkan prosedur dan desain yang berbeda pula. Sebagai contoh, misalnya tujuan pembelajaran agar anak didik dapat menunjukkan letak kota New York tentu kegiatanya tidak cocok kalau anak didik disuruh membaca dalam hati; dan begitu seterusnya.

  • Kegiatan belajar mengajar ditandai dengan satu penggarapan materi yang khusus.
    Dalam hal ini materi harus didesain sedemikian rupa, sehingga cocok untuk mencapai tujuan. Sudah barang tentu dalam hal ini perlu memperhatikan komponen-komponen yang lain, apalagi komponen anak didik yang merupakan sentral. Materi harus didesain dan dipersiapkan sebelum kegiatan belajar mengajar.

  • Ditandai dengan aktivitas anak didik.
    Sebagai konsekuensi, bahwa anak didik merupakan syarat mutlak bagi kegiatan belajar mengajar. Aktivitas anak didik dalam hal ini, baik secara fisik maupun secara mental, aktif. Jadi tidak ada gunanya melakukan kegiatan belajar mengajar, kalau anak didik hanya pasif. Karena anak didiklah yang belajar, maka merekalah yang harus belajar.

  • Dalam kegiatan belajar mengajar, guru berperan sebagai pembimbing.
    Dalam peranannya sebagai pembimbing, guru harus berusaha menghidupkan dan mmemberikan motivasi, agar terjadi interaksi yang kondusif. Guru harus siap sebagai moderator dalam segala situasi proses belajar mengajar, sehingga guru akan merupakan tokoh yang dilihat dan ditiru tingkah lakunya oleh peserta didik. Guru (akan lebih baik bersama anak didik) sebagai desaigner akan memimpin terjadinya interaksi.

  • Dalam belajar mengajar membutuhkan disiplin.
    Disiplin dalam kegiatan belajar mengajar ini diartikan sebagai suatu pola tingkah laku yang diatur sedemikian rupa menurut ketentuan yang sudah ditaati oleh pihak guru maupun anak didik dengan sadar. Mekanisme konkret dari ketaatan dan ketentuan atau tata tertib itu akan terlihat dari pelaksanaan prosedur. Jadi, langkah-langkah yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang telah digariskan. Suatu penyimpangan dari prosedur berarti suatu indikator dari pelanggaran disiplin.

  • Ada batas waktu
    Untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam sistem berkelas (kelompok anak didik), batas waktu menjadi salah satu ciri yang tidak biasa ditinggalkan. Setiap tujuan akan diberi waktu tertentu, kapan tujuan itu sudah harus tercapai.

  • Evaluasi
    Dari seluruh kegiatan di atas, evaluasi menjadi bagian penting yang tidak bisa diabaikan, setelah guru melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Evaluasi harus guru lakukan untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pengajaran yang telah ditentukan.

Dari beberapa definisi-defenisi di atas dapat dikemukakan beberapa hal yang menyangkut pengertian belajar sebagai berikut:

  • Belajar merupakan proses perubahan dalam setiap individu ke arah yang lebih menguatkan dan ke arah yang baik.

  • Belajar merupakan suatu proses perubahan pertumbuhan dan perkembangan setiap individu dengan lingkungannya baik secara fisik maupun kognitifnya.

  • Belajar adalah interaksi individu dengan lingkungannya sehingga membentuk kepribadian baik emosional, kecakapan, keterampilan dan sikap.

  • Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki sikap menjadi bersikap benar, dari tidak terampil menjadi terampil melakukan sesuatu.

  • Belajar tidak hanya sekedar memetakan pengetahuan atau informasi yang disampaikan. Namun bagaimana melibatkan individu secara aktif membuat atau pun merevisi hasil belajar yang diterimanya menjadi suatu pengalamaan yang bermanfaat bagi pribadinya.

Demikian juga, dengan mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan menanamkan sikap mental sebagai upaya dari pencapaian tujuan belajar akan diperoleh hasil dari belajar itu sendiri. Sedangkan tentang Perubahan tingkah laku/sikap pemelajar sebagai hasil belajar lebih banyak dipengaruhi oleh lingkunganya. Jika lingkungan sekolah mendidik pemelajar menjadi ramah budaya maka pemelajar belajar menjadi anak yang mencintai budayanya.

Referensi :

  • Henry Clay Lindgren, Educational Psychology in the Classroom, (Toronto : John Wiley & Sons, Inc., 1976)
  • Heinich, Robert, et al, Instructional Media and Technology for Learning, (New Jersey : Prentice Hall, 1999)
  • Gredler, Margareth E. Learning and Instruction : Teori dan Aplikasi, (Jakarta : Kencana, 2011)
  • Gagne, Briggs J, Principles of Instructional Design, Second Edition, (New York: Holt Rinehart and Winston, 2008)
  • Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. (Cet. XV). Bandung: PT. Ramaja Rosdakarya.

Berikut pengertian belajar menurut beberapa ahli :

Menurut Hilgard dan bower dalam Baharuddin (2007:13) belajar ( to learn) memiliki arti:

  1. to gain knowledge, comprehension, or mastery of trough experience or study;

  2. to fix in the mind or memory; memorize,

  3. to acquire trough experience;

  4. to become in forme of to find out.

Menurut definisi tersebut, belajar memiliki arti memperoleh pengetahuan atau menguasai pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai pengalaman, dan mendapatkan informasi atau menemukan. Dengan demikian, belajar memiliki arti dasar adanya aktivitas atau kegiatan dan penguasaan tentang sesuatu

Menurut Slameto (2003) Belajar adalah suatau proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh sustu perubahan tinggkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.

Menurut Witherington, belajar merupakan perubahan dalam kepribadian, yang dimanefestasikan sebagai pola kebiasaan respon yang baru yang berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan.

Menurut Hilgard (1962) belajar adalah suatu proses dimana suatu perilaku muncul atau berubah karena adanya respon terhadap sesuatu situasi.

Menurut Udin S. Winataputra (2007) belajar diartikan sebagai proses mendapatkan pengetahuan dengan membaca dan menggunakan pengalaman sebagai pengetahuan dengan membaca dan menggunakan pengalaman sebagai pengetahuan yang memandu perilaku pada masa yang akan datang.

Menurut Bell- Gredle (1986), belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam competencies, skills, and attitudes.

Menurut Santrock, belajar merupakan perubahan yang relatif permanen karena adanya pengalaman.

Rebert mendefinisikan belajar dalam 2 pengertian. Pertama belajar sebagai proses memperoleh pengetahuan dan kedua, belajar sebagai perubahan kemampuan bereaksi yang langgeng sebagai hasil latian yang diperkuat.

Hakikat Belajar


Menurut Baharuddin (2007) belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, ketrampilan, sikap. Belajar dimulai sejak bayi, seorang bayi menguasai ketrampilan yang sederhana, seperti memegang botol dan mengenal orang disekitarnya. Ketika menginjak anak-anak dan remaja, sejumlah sikap, nilai, ketrampilan berinteraksi sosial dicapai sebagai kompetensi. Pada saat dewasa, individu diharapkan telah mahir dengan tugas kerja tertentu dan ketrampilan fungsional lainnya, seperti mengendarai mobil, berwiraswasta, dan menjalin kerjasama dengan orang lain.

Kemampuan manusia untuk belajar merupakan karakteristik penting yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Belajar mempunyai keuntungan, baik bagi individu maupun bagi masyrakat. Bagi individu, kemampuan untuk belajar sacara terus menerus akan memberikan kontribusi terhadap pengembangan kualitas hidupnya. Sedangkan bagi masyarakat, belajar mempunyai peran yang penting dalam mentrasmisikan budaya dan pengetahuan dari generasi ke generasi(Bell-Gredler, 1986).

Belajar, sebagai karakteristik yang membedakan manusia dengan makhluk lain, merupakan aktivitas yang selalu dilakukan sepanjang hayat manusia, bahkan tiada hari tanpa belajar. Dengan demikian, belajar tidak hanya dipahami sebagai aktivitas yang dilakukan pelajar saja. Baik mereka yang sedang belajar di SD, SMP, SMA, perguruan tinggi, mengikuti kursus, pelatihan. Tapi lebih dari itu, pengertian belajar itu sangat luas dan tidak hanya sebagian kegiatan di bangku sekolah saja.

Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan perubahan dalam dirinya untuk pelatihan atau pengalaman. Seorang ibu yang mengikuti seminar tentang pengaturan uang keluarga akan mendapatkan penegtahuan tentang bagaimana cara mengelola uang keluarga yang kemudian memengaruhi caranya mengelola uang keluarga. Sebelum seseorang bisa mengendarai sepeda, dia belajar lebih dahulu bagaimana caranya mengendarai sepeda. Dari contoh tersebut, jelaslah bahwa belajar bukan hanya aktivitas yang dilakukan oleh pelajar saja, melainkan juga ibu rumah tangga dan lainnya.

Ciri-ciri Belajar


Menurut Baharuddin (2007) ciri-ciri belajar yaitu:

  • Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku (change behavior). Ini berarti, bahwa hasil dari belajar hanya dapat diamati dari tingkah laku, yaitu adanya perubahan tingkah laku, yaitu adanya perubahab tingkah laku, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak terampil menjadi terampil. Tanpa mengamati tingkah laku hasil belajar, kita tidak akan mendapat mengetahui ada tidaknya hasil belajar.

  • Perubahan perilaku relative permanent. Ini berarti, bahwa perubahan tingkah laku yang terjadi karena belajar untuk waktu tertentu akan tetap atau tidak berubah-rubah. Tetapi, perubahan tingkah laku tersebut tidak akan terpancang seumur hidup.

  • Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses belajar sedang berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial.

  • Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman.

  • Pengalaman atau latihan itu dapat memberi pengamatan. Sesuatu yang memperkuat itu akan memberika semangat atau dorongan untuk mengubah tingkah laku.

Ciri-ciri Perilaku Belajar


Menurut Sugihartono (2007) tidak semua tingkah laku dikategorikan sebagai aktivitas belajar. Adapun tingkah laku yang dikategorikan sebagai perilaku belajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

  • Perubahan tingkah laku terjadi secara sadar
    Suatu perilaku digolongkan sebagai aktivitas belajar apabila pelaku menyadari terjadinya perubahan tersebut atau sekurang-kurangnya merasakan adanya suatu perubahan dalam dirinya misalanya menyadari pengetahuannya bertambah. Oleh karena itu, perubahan tingkah laku yang terjadi karena mabuk atau dalam keadaan tidak sadar termasuk dalam pengertian belajar.

  • Perubahan bersifat kontinu dan fungsional
    Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan dan tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan selanjutnaya akan berguna bagi kehidupan atau bagi proses belajar berikutnya. Misalnya jika seseorang anak belajar membaca, maka ia akan mengalami perubahan dari tidak belajar terus sampai kecakapan membacanya menjadi cepat dan lancar. Bahkan dapat membacanya menjadi cepat dan lancar. Bahkan dapat membaca berbagai bentuk tulisan maupun berbagai tulisan di beragam media.

  • Perubahan bersifat positif dan aktif
    Perubahan tingkah laku merupakan hasil dari proses belajar apabila perubahan-perubahan itu bersifat positif dan aktif. Dikatakan positif apabila perilaku senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Makin banyak usaha belajar dilakukan maka makin baik dan makin banyak perubahan yang diperoleh. Perubahan dalam mengajar bersifat aktif berarti bahwa perubahan tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan karena usaha individu sendiri. Oleh karena itu, perubahan tingkah laku karena proses kematangan yang terjadi dengan sendirinya karena dorongan dari dalam tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar.

  • Perubahan bersifat permanen
    Perubahan yang terjadi karena belajar bersifat menetap atau permanen. Misalnya kecakapan seorang anak dalam bermain sepeda setelah belajar tidak akan hilang begitu saja melainkan akan terus dimiliki bahkan akan berkembang kalu terus dipergunakan atau dilatih.

  • Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
    Perubahan tingkah laku dalam belajar mensyaratkan adanya tujuan yang akan dicapai oleh pelaku belajar dan terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari. Misalnya seseorang yang belajar mengetik, sebelumnya sudah menetapkan apa yang mungkin dapat dicapai dengan belajar mengetik. Dengan demikian perbuatan belajar yang dilakukan senantiasa terarah kepada tingkah laku yang ditetapkan.

  • Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
    Perubahan yang dipeeroleh seseorang setelah melalui proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.

Prinsip-prinsip Belajar


Menurut Soekarno dan Winataputra dalam Baharuddin (2007) didalam tugas melaksanakan proses belajar mengajar, seorang guru perlu memperhatikan berapa prinsip belajar berikut:

  • Apapun yang dipelajari siswa, dialah yang harus belajar, bukan orang lain. Untuk itu siswa, siswalah yang harus bertindak aktif.

  • Setiap siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya.

  • Siswa akan dapat belajar dengan baik bila mendapat penguatan langsung pada setiap langkah yang dilakukan selama proses belajar.

  • Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan siswa akan membuat proses belajar lebih berarti.

  • Motivasi belajar siswa akan lebih meningkat apabila ia diberi tanggung jawab dan kepercayaan penuh atas belajarnya.

Belajar merupakan suatu kata yang sudah akrab di semua lapisan masyarakat. Bagi para pelajar, kata belajar merupakan kata yang sudah tidak asing lagi, bahkan sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari semua kegiatan mereka dalam menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal. Seseorang belajar tidak hanya untuk meningkatkan pengetahuan saja, tetapi juga untuk mengembangkan keterampilan maupun sikapnya. Pengalaman merupakan hal yang sangat berarti dalam kegiatan belajar, karena seseorang belajar didasarkan pada pengalaman pribadi seseorang tersebut, hal tersebut didukung oleh pendapat Ahmadi dan Widoso Supriyono (2013) yang menyebutkan pengertian belajar secara psikologis merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan di dalam tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor (Djamarah, 2011).

Sebagian besar masyarakat menganggap belajar di sekolah adalah usaha pengusaan materi ilmu pengetahuan. Anggapan tersebut tidak sepenuhnya salah, sebab seperti yang dikatakan Reber (dalam Suprijono, 2013) bahwa belajar adalah the process of acquiring knowledge. Belajar adalah proses mendapatkan pengetahuan.

Menurut Gagne (dalam Suprijono, 2013) belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah.

Cronbach (dalam Djamarah, 2011) menyatakan bahwa “learning shown by change in behavior as a result of experience”. Belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.

Tujuan Belajar


Tujuan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi adanya perubahan tingkah laku dari individu yang telah melaksanakan proses belajar. Seseorang belajar bertujuan untuk meningkatkan aspek kognitif, psikomotorik, maupun afektif. Selain itu, melalui kegiatan belajar diharapkan seseorang dapat memperoleh hasil belajar yang baik serta pengalaman hidup.

Hal tersebut didukung oleh pendapat Sardiman (2011) yang menyebutkan ada 3 tujuan belajar, yaitu :

  • Untuk mendapatkan pengetahuan
    Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir. Pemilikan pengetahuan dan kemampuan berpikir sebagai yang tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain, tidak dapat mengembangkan kemampuan berpikir tanpa bahan pengetahuan, sebaliknya kemampuan berpikir akan memperkaya pengetahuan tujuan inilah yang memiliki kecenderungan lebih besar perkembangannya di dalam kegiatan belajar.

  • Penanaman konsep dan keterampilan
    Penanaman konsep atau merumuskan konsep, juga memerlukan suatu keterampilan. Jadi, soal keterampilan yang bersifat jasmani maupun rohani. Keterampilan jasmani adalah keterampilan-keterampilan yang dapat dilihat, diamati, sehingga akan menitikberatkan pada keterampilan gerak/penampilan dari anggota tubuh seseorang yang sedang belajar. Sedangkan keterampilan rohani lebih rumit, karena tidak selalu berurusan dengan masalah-masalah keterampilan yang dapat dilihat bagaimana ujung pangkalnya, tetapi lebih abstrak, menyangkut persoalan-persoalan penghayatan, dan keterampilan berpikir serta kreativitas untuk menyelesaikan dan merumuskan suatu masalah atau konsep.

  • Pembentukan sikap
    Untuk menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi siswa, guru harus lebih bijak dan hati-hati dalam pendekatannya. Untuk itu, dibutuhkan kecakapan dalam mengarahkan motivasi dan berpikir dengan tidak lupa menggunakan pribadi guru itu sendiri sebagai contoh atau model. Pembentukan sikap mental dan perilaku siswa, tidak akan terlepas dari soal penanaman nilai-nilai, transfer of values. Oleh karena itu, guru tidak sekadar pengajar, tetapi betul-betul sebagai pendidik yang akan memindahkan nilai-nilai itu kepada anak didiknya. Dengan dilandasi nilai-nilai itu, siswa akan tumbuh kesadaran dan kemauannya, untuk mempraktikkan segala sesuatu yang sudah dipelajari.

Prinsip-Prinsip Belajar


Untuk menciptakan kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan, perlu diketahui mengenai prinsip-prinsip belajar. Setiap guru seharusnya dapat menyusun sendiri prinsip-prinsip belajar, yaitu prinsip belajar yang dapat dilaksanakan dalam situasi dan kondisi yang berbeda, dan oleh setiap siswa secara individual. Prinsip belajar tersebut dijadikan dasar dalam kegiatan pembelajaran, baik bagi siswa maupun guru dalam upaya mencapai proses belajar mengajar yang berjalan dengan baik.

Dimyati dan Mudjiono (2009) menyebutkan ada 7 prinsip-prinsip belajar, yaitu:

  • Perhatian dan motivasi
    Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar. Selain perhatian, motivasi juga mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajarkarena bersifat mengarahkan aktivitas seseorang.

  • Keaktifan
    Kecenderungan psikologi dewasa ini menganggap bahwa anak adalah makhluk yang aktif. Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mewmpunyai kemauan dan aspirasinya sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri.

  • Keterlibatan langsung/berpengalaman
    Belajar haruslah dilakukan sendiri oleh siswa, belajar adalah mengalami, belajar tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar melalui pengalaman langsung, siswa tidak sekadar mengamati secara langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap hasilnya.

  • Pengulangan
    Prinsip belajar yang menekankan perlunya pengulangan dikemukakan oleh teori Psikologi Daya. Menurut teori ini belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamat, menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan, berpikir, dan sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan berkembang. Daya-daya yang dilatih dengan pengadaan pengulangan-pengulangan akan menjadi sempurna

  • Tantangan
    Dalam situasi belajar, siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan yaitu bahan belajar, maka timbul motif untuk mengatasi hambatan itu, yaitu dengan mempelajari bahan belajar tersebut. Apabila hambatan tersebut telah diatasi, artinya tujuan belajar telah tercapai, maka ia akan masuk dalam medan baru dan tujuan baru, demikian seterusnya. Agar pada anak timbul motif yang kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik maka bahan belajar haruslah menantang.

  • Balikan dan penguatan
    Siswa akan belajar lebih semangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Hasil yang baik tersebut merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi usaha belajar selanjutnya.

  • Perbedaan individual
    Siswa merupakan individu yang unik artinya tidak ada dua orang siswa yang sama persis. Tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya. Perbedaan itu terdapat pada karakteristik psikis, kepribadian dan sifat-sifatnya. Perbedaan individual ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, perbedaan individu perlu diperhatikan oleh guru dalam upaya pembelajaran.

Ciri-ciri Belajar


Djamarah (2008) mengemukakan ciri-ciri belajar adalah :

  1. Perubahan yang terjadi secara sadar
    Individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya.

  2. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional
    Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri individu berlangsung terus menerus dan tidak tidak statis. Suatu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya.

  3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
    Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu selalu bertambah dan tertuju untuk memperoleh suatu yang lebih baik dari sebelumnya. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan karena usaha individu sendiri.

  4. Perubahan dalam belajar bersifat sementara
    Perubahan yang bersifat sementara (temporer) yang terjadi hanya untuk beberapa saat saja, seperti berkeringat, keluar air mata, menangis, dan sebagainya tidak dapat digolongkan sebagai perubahan dalam pengertian belajar.

  5. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
    Perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perubahan belajar terarah pada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari. Misalnya seseorang yang belajar mengetik.

  6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
    Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap kebiasaan, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.

Dapat disimpulkan ciri-ciri belajar adalah perubahan yang terjadi secara sadar, perubahan dalam belajar bersifat fungsional, perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah, dan perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.

Sedangkan menurut Yusuf (2006) ciri-ciri sikap dan kebiasaan belajar yang positif yaitu sebagai berikut :

  1. Menyenangi pelajaran (teori dan praktek)

  2. Merasa senang untuk mengikuti kegiatan belajar yang diprogramkan sekolah

  3. Mempunyai jadwal belajar yang teratur

  4. Mempunyai disiplin diri dalam belajar (bukan karena orang lain)

  5. Masuk kelas tepat pada waktunya

  6. Memperhatikan penjelasan dari guru

  7. Mencatat pelajaran dalam buku khusus secara rapi dan lengkap

  8. Senang mengajukan pertanyaan apabila tidak memahaminya

  9. Berpatisipasi aktif dalam kegiatan diskusi kelas

  10. Membaca buku-buku pelajaran secara teratur

  11. Mengerjakan tugas-tugas atau PR dengan sebaik-baiknya

  12. Meminjam buku-buku keperpustakaan untuk menambah wawasan keilmuwan

  13. Ulet dan tekun dalam melaksanakan pelajaran praktik

  14. Senang membaca buku-buku lain, majalah atau Koran yang isinya relevan dengan pelajaran atau program studi yang ditempuhnya

  15. Tidak mudah putus asa apabila mengalami kegagalan dalam belajar (seperti tidak lulus tes, atau nilainya rendah)

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar


Ada banyak faktor yang mempengaruhi proses belajar dan faktor-faktor tersebut dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

  1. Faktor kognitif : persepsi, ingatan, pengetahuan, pembentukan konsep, intelegensia dan kreatifitas.

  2. Faktor afektif : motivasi, minat, sikap belajar, kebiasaan belajar, emosi, kepribadian dan konsep diri.

Djali (2008) mengatakan :

“Kemampuan belajar peserta didik sangat menentukan keberhasilannya dalam proses belajar. Di dalam proses belajar tersebut, banyak faktor yang mempengaruhinya, antara lain motivasi, sikap, minat, kebiasaan belajar, dan konsep diri.”

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar adalah dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor kognitif adalah persepsi, ingatan, pengetahuan, pembentukan konsep, intelegensi dan kreatifitas, dan faktor afektif : motivasi, minat, sikap belajar, kebiasaan belajar, emosi, kepribadian, dan konsep diri. Dari faktor-faktor tersebut sikap dan kebiasaan belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya proses belajar.

Belajar adalah proses pengalaman melalui latihan-latihan yang dialami individu dari tidak tahu menjadi tahu. Menurut Gagne dan Berliner belajar adalah suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.
Cronbach belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami dan dalam mengalami itu si pelajar menggunakan panca inderanya.

Menurut Hamalik, belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan.

Sehingga dapat dikatakan bahwa belajar adalah sebuah proses yang dilakukan individu untuk mengetahui hal baru yang bisa dipelajari dari pengalaman hidup yang pernah dialami nya dulu.

Unsur-unsur belajar

Cronbach mengemukakan adanya 7 unsur utama dalam proses belajar, yaitu :

  1. Tujuan

    Belajar dimulai karena adanya suatu tujuan yang ingin dicapai.Tujuan itu muncul untuk memenuhi sesuatu kebutuhan. Perbuatan belajar diarahkan kepada pencapaian sesuatu tujuan dan untuk memenuhi sesuatu kebutuhan. Sesuatu perbuatan belajar akan efisien apabila terarah kepada tujuan yang jelas dan berarti bagi individu.

  2. Kesiapan

    Untuk dapat melakukan perbuatan belajar dengan baik anak atau individu memiliki kesiapan, baik kesiapan fisik dan psikis, kesiapan yang berupa kematangan untuk melakukan sesuatu, maupun penguasaan pengetahuan dan kecakapan-kecakapan yang mendasarinya.

  3. Situasi

    Kegiatan belajar berlangsung dalam suatu situasi belajar. Dalam situasi belajar ini terlibat tempat, lingkungan sekitar, alat dan bahan yang dipelajari, orang-orang yang turut tersangkut dalam kegiatan belajar serta kondisi siswa yang belajar. Kelancaran dan hasil dari belajar banyak dipengaruhi oleh situasi ini, walaupun untuk individu dan pada waktu tertentu sesuatu aspek dari situasi belajar ini lebih dominan sedang pada individu atau waktu lain aspek lain yang lebih berpengaruh.

  4. Interpretasi

    Dalam menghadapi situasi, individu mengadakan interpretasi, yaitu melihat hubungan di antara komponen-kmponen situasi belajar, melihat makna dari hubungan tersebut dan menghubungkannya dengan kemungkinan pencapaian tujuan. Berdasarkan interpretasi tersebut mungkin individu sampai kepada kesimpulan dapat atau tidak dapat mencapai tujuan.

  5. Respons

    Berpegang kepada hasil dari interpretasi apakah individu mungkin atau tidak mungkin mencapai tujuan yang diharapkan, maka ia memberikan respons. Respons ini mungkin berupa suatu usaha coba-coba (trial and error), atau usaha yang penuh perhitungan dan perencanaan atau pun ia menghentikan usahanya untuk mencapai tujuan tersebut.

  6. Konsekuensi

    Setiap usaha akan membawa hasil, akibat atau konsekuensi entah apakah itu keberhasilan atau kegagalan, demikian juga dengan respons atau usaha belajar siswa. Apabila siswa berhasil dalam belajarnya ia akan merasa senang, puas, dan akan meningkatkan semangatnya untuk melakukan usaha-usaha belajar berikutnya.

  7. Reaksi terhadap kegagalannya

    Selain keberhasilan, kemungkinan lain yang diperoleh siswa dalam belajar adalah kegagalan. Peristiwa ini akan menimbulkan perasaan sedih dan kecewa. Reaksi siswa terhadap kegagalan dalam belajar bisa bermacam-macam. Kegagalan bisa menurunkan semangat, dan memperkecil usaha-usaha belajar selanjutnya, tetapi bisa juga sebaliknya, kegagalan membangkitkan semangat yang berlipat ganda untuk menebus dan menutupi kegagalan tersebut.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Drs. Alex Sobur berpendapat bahwa, secara garis besar faktor- faktor yang mempengaruhi belajar anak atau individu dapat dibagi dalam dua bagian :

  • Faktor Endogen

    Yaitu faktor yang berada dalam diri individu meliputi :

    1. Faktor fisik.

      Faktor fisik ini bisa kita kelompokkan lagi menjadi beberapa kelompok, antara lain faktor kesehatan. Umpamanya anak yang kurang sehat atau kurang gizi, daya tangkap dan kemampuan belajarnya akan kurang jika dibandingkan dengan anak yang sehat. Lebih-lebih lagi jika seorang anak mengalami cacat fisik atau cacat fungsi anggota tubuh.

    2. Faktor Psikis.

      Banyak faktor yang termasuk aspek psikis yang bisa mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran. Di antara begitu banyak faktor psikis, yang paling banyak atau paling sering disoroti pada saat ini adalah faktor-faktor sebagai berikut :

      • Faktor inteligensi dan bakat
        Pada dasarnya, manusia itu berbeda satu sama lain. Salah satu perbedaan itu adalah dalam hal kemampuan atau inteligensi. Kenyataan menunjukkan, ada orang yang dikaruniai kemampuan tinggi, sehingga mudah mempelajari sesuatu. Dan sebaliknya, ada orang yang kemampuannya kurang, sehingga mengalami kesulitan untuk mempelajari sesuatu. Dengan demikian, perbedaan dalam mempelajari sesuatu dapat disebabkan antara lain, oleh perbedaan pada taraf kemampuanya. Kemampuan ini penting untuk mempelajari sesuatu.

      • Faktor perhatian dan minat

        Bagi seorang anak, mempelajari sesuatu hal yang menarik perhatian akan lebih mudah diterima daripada mempelajari hal yang tidak menarik perhatian. Dalam penyajian pelajaran pun, hal ini tidak bisa diabaikan, terutama anak kecil. Anak-anak akan tertarik pada hal- hal yang baru dan menyenangkan.

      • Faktor bakat
        Pada dasarnya bakat itu mirip dengan intelegensi. Itulah sebabnya seorang anak yang memiliki inteligensi sangat cerdas (superior) atau cerdas luar biasa (very superior) disebut juga dengan talented child, yakni anak berbakat. Bakat setiap orang itu berbeda-beda. Seorang anak yang berbakat musik akan lebih cepat mempelajari musik. Orang tua terkadang kurang memperhatikan faktor bakat ini, sehingga mereka memaksakan kehendaknya untuk menyekolahkan anaknya pada bidang keahlian tertentu tanpa mengetahui terlebih dahulu bakat yang dimiliki anaknya itu.

      • Faktor motivasi
        Motivasi adalah keadaan internal organisme yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Karena belajar merupakan proses yang timbul dari dalam, faktor motivasi memegang peranan pula. Kekurangan atau ketiadaan motivasi, baik yang bersifat internal maupun yang bersifat eksternal, akan menyebabkan anak kurang semangat dalam melakukan proses pembelajaran materi-materi pelajaran, baik di sekolah maupun di rumah

      • Faktor kematangan
        Kematangan adalah tingkat perkembangan pada individu atau organ-organnya sehingga sudah berfungsi sebagaimana mestinya. Dalam proses belajar, kematangan atau kesiapan ini sangat menentukan. Oleh karena itu, setiap usaha belajar akan lebih berhasil bila dilakukan bersamaan dengan tingkat kematangan individu.

      • Faktor kepribadian
        Faktor kepribadian seseorang turut memegang peranan dalam belajar. Orang tua terkadang melupakan faktor ini, yaitu bahwa anak adalah makhluk kecil yang memiliki kepribadian sendiri. Jadi, faktor-faktor kepribadian anak mempengaruhi keadaan anak. Fase perkembangan seorang anak tidak selalu sama. Dalam proses pembentukan kepribadian ini, ada beberapa fase yang harus dilalui. Seseorang anak yang belum mencapai fase tertentu akan mengalami kesulitan jika ia dipaksa melakukan hal-hal yang terjadi pada fase berikutnya. Anak yang memasuki fase sekolah sudah mulai tertarik pada hal-hal yang baru dan dapat melepaskan diri dari orang tua dalam waktu yang terbatas tanpa menyebabkan ketegangan bagi si anak.

  • Faktor Eksogen

Faktor eksogen yaitu faktor yang berasal dari luar diri anak. Secara garis besar faktor eksogen terbagi menjadi tiga faktor, yaitu:

  1. Faktor keluarga
    Menurut pandangan sosiologis, keluarga adalah lembaga sosial terkecil dari masyarakat. Pengertian keluarga ini menunjukkan bahwa keluarga merupakan bagian dari masyarakat, bagian ini menentukan keseluruhan masyarakat. Kesejahteraan masyarakat ditentukan oleh kesejahteraan keluarga, dan kesejahteraan masyarakat mempunyai pengaruh pada kesejahteraan keluarga. Analisis ini merupakan akibat logis dari pengertian keluarga sebagai sesuatu yang kecil, sebagai bagian dari sesuatu yang besar. Faktor keluarga sebagai salah satu penentu yang berpengaruh dalam belajar, dapat dibagi menjadi tiga aspek, yakni :

    • Kondisi ekonomi keluarga
      Faktor ini sangat besar pengaruhnya terhadap kelangsungan kehidupan keluarga. Keharmonisan hubungan antara orang tua dan anak kadang-kadang tidak terlepas dari faktor ekonomi ini. Begitu pula faktor keberhasilan seorang anak.

    • Hubungan emosional antara orang tua dan anak
      Hubungan ini juga berpengaruh pada keberhasilan belajar seorang anak. Dalam suasana rumah yang selalu rebut dan pertengkaran akan mengakibatkan terganggunya ketenangan dan konsentrasi anak, sehingga anak tidak bisa belajar dengan baik. Hubungan orang tua dan anak yang ditandai oleh sikap acuh tak acuh dapat pula menimbulkan reaksi frustasi pada anak. Orang tua yang terlalu keras pada anak dapat menyebabkan “jauh” nya hubungan mereka yang pada gilirannya menghambat proses belajar. Sebaliknya, hubungan antara orang tua dan anak yang terlalu dekat, misalnya, ke mana pun orang tua pergi, anak selalu lekat berada di samping, kadang pula mengakibatkan anak menjadi selalu “bergantung”.

    • Cara mendidik anak.
      Biasanya setiap keluarga mempunyai spesifikasi dalam mendidik. Ada keluarga yang menjalankan cara- cara mendidik anaknya secara dictator militer, ada yang demokratis, pendapat anak diterima oleh orang tu, tetapi ada juga keluarga yang acuh tak acuh dengan pendapat setiap anggota keluarga. Ketiga cara mendidik ini, langsung atau tidak langsung, dapat berpengaruh pada proses belajar anak.

  2. Faktor sekolah
    Faktor lingkungan sosial sekolah seperti para guru, pegawai administrasi, dan teman-teman sekolah, dapat mempengaruhi belajar seorang anak. Para guru yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik serta memperlihatkan suri tauladan yang baik dan rajin, khususnya dalam hal belajar- misalnya rajin membaca dan rajin berdiskusi dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar anak. Bimbingan yang baik dan sistematis dari guru terhadap pelajar yang mendapat kesulitan-kesulitan dalam belajar, bisa membantu kesuksesan anak dalam belajar.

  3. Faktor lingkungan lain
    Anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang baik, memiliki inteligensi yang baik, bersekolah di suatu sekolah yang keadaan guru-gurunya serta alat-alat pelajarannya baik, belum tentu pula menjamin anak belajar dengan baik. Masih ada faktor lain yang mempengaruhi hasil belajarnya. Misalnya, karena jarak antara rumah dan sekolah itu terlalu jauh, sehingga memerlukan kendaraan untuk keperluan perjalanan yang relatif cukup lama, dan ini dapat melelahkan anak yang bisa berakibat pada proses dan hasil belajar anak. Selain itu, faktor teman bergaul dan aktivitas dalam masyarakat dapat pula mempengaruhi kegiatan belajar anak. Aktivitas di luar sekolah memang baik untuk membantu perkembangan seorang anak. Namun, tidak semua aktivitas dapat membantu anak. Jika seorang anak terlalu banyak melakukan aktivitas di luar rumah dan di luar sekolah, sementara ia kurang mampu membagi waktu belajar, dengan sendirinya aktivitas tersebut akan merugikan anak karena kegiatan belajarnya menjadi terganggu.

Belajar pada hakekatnya merupakan kegiatan yang dilakukan secara sadar untuk menghasilkan suatu perubahan, menyangkut pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai. Manusia tanpa belajar akan mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak lain merupakan produk kegiatan berpikir manusia-manusia pendahuluanya.

Tuntutan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang selalu berubah merupakan tuntutan kebutuhan manusia sejak lahir sampai akhir hayatnya. Dengan demikian, belajar merupakan tuntutan hidup sepanjang hayat manusia (life long learning) (Hamzah B. Uno: 2007).

Sejalan dengan pendapat di atas makan menurut Waston dalam Winkel (1986) belajar dipandang sebagai jalan menanamkan sejumlah ikatan antara perangsang dan reaksi (asosiasi-asosiasi tunggal) dalam sistem susunan saraf, sedangkan Aristo Rahadi (2004) mendefinisikan belajar merupakan usaha yang dilakukan seseorang melakukan dengan lingkungannya untuk merubah prilaku.

Menurut Winkel (1986) belajar merupakan suatu proses psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif subjek dengan lingkungan dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman keterampilan nilai sikap, yang bersifat konstan/menetap. Belajar yang sering disebut sebagai metode perseptual, dan tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajar.

Berdasarkan beberapa rumusan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan hal-hal pokok yang menyangkut belajar sebagai berikut :

  1. Belajar membuat perubahan dalam arti perubahan perilaku aktual maupun potensial,
  2. Perubahan itu pada dasarnya didapat dari kecakapan baru,
  3. Perubahan itu terjadi karena usaha dengan sengaja.

Belajar adalah suatu perubahan dalam diri seseorang yang terjadi karena pengala- man. Dalam hal ini juga ditekankan pada pentingnya perubahan 'tingkah laku, baik yang dapat diamati secara langsung maupun tidak.

Pengertian belajar menurut Ernest H. Hilgard adalah dapat melakukan sesuatu yang dilakukan sebelum ia belajar atau bila kelakuannya berubah sehingga lain caranya menghadapi sesuatu situasi daripada sebelum itu. Sifat perubahannya relatif permanen, tidak akan kembali kepada keadaan semula. Tidak bisa diterapkan pada perubahan akibat situasi sesaat, seperti perubahan akibat kelelahan, sakit, mabuk, dan sebagainya.

Pengertian lain menurut Oemar Hamalik bahwa belajar adalah bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara berperi laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Adapun Winkel menyatakan sebagai semua aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengelolaan pemahaman.

Robert Gagne dalam bukunya The Conditions of Learning (1977), mengemukakan bahwa belajar merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang keadaaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan serupa itu. Perubahan terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau latihan. Berbeda dengan perubahan serta-merta akibat refleks atau perilaku yang bersifat naluriah.

Menurut Sumadi Suryabrata hal-hal pokok yang ditemui dalam belajar, antara lain:

  1. Bahwa belajar itu membawa perubahan (behavioral changes, aktif maupun potensial)
  2. Bahwa belajar berarti mendapatkan kecakapan baru
  3. Bahwa belajar terjadi karena usaha

Mengingat tidak semua tingkah laku dapat dikategorikan sebagai aktivitas belajar, menurut Sugihartono dkk, ciri-ciri perilaku belajar, adalah sebagai berikut:

  1. Perubahan tingkah laku terjadi secara sadar
  2. Perubahan bersifat kontinu dan fungsional
  3. Perubahan bersifat positif dan aktif a.Perubahan bersifat permanen
  4. Perubahan dalam belajar bertujuan dan berarah
  5. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

Dari beberapa pengertian tersebut maka seseorang dikatakan telah belajar apabila pada dirinya terjadi perubahan tertentu. Dengan kata lain bahwa belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku pada diri seseorang melalui suatu proses tertentu. Namun demikian tidak semua perubahan tingkah laku itu disebabkan oleh hasil belajar, tetapi juga dikarenakan oleh proses alamiah atau keadaan sementara pada diri seseorang.