Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran Jigsaw?

Belajar

Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.

Model pembelajaran Jigsaw, menurut Slavin (2010), digunakan apabila materi yang dipelajari adalah yang berbentuk materi tertulis. Materi ini paling sesuai untuk subyek-subyek seperti pelajaran Ilmu Sosial, literatur yang tujuan pembelajaran lebih kepada penguasaan konsep dari pada penguasaan kemampuan.

Dalam pembelajaran kooperatif tipe jigsaw para siswa bekerja dalam tim yang heterogen, para siswa tersebut diberikan tugas untuk membaca beberapa bab atau unit dan diberikan “lembar ahli” yang dibagi atas topik-topik yang berbeda, yang harus menjadi fokus perhatian masing-masing anggota tim saat mereka membaca. Setelah semua siswa selesai membaca, siswa-siswa yang dari tim yang bereda yang memiliki fokus topik yang sama bertemu dalam “kelompok ahli” untuk mendiskusikan topic mereka. Setelah itu para ahli kembali ke timnya secara bergantian mengajari teman satu timnya mengenai topik mereka.

Langkah-langkah pembelajaran jigsaw

Menurut Slavin (2010) langkah-langkah pembelajaran jigsaw adalah sebagai berikut :

  1. Siswa dibagi atas beberapa kelompok (setip kelompok beranggotakan 5-6 orang). Yang disebut dengan kelompok asal.

  2. Dalam satu kelompok tersebut masing-masing siswa memperoleh materi yang berbeda.

  3. Dari beberapa kelompok, para siswa dengan keahlian yang sama atau materi yang sama bertemu untuk mendiskusikannya dalam kelompok-kelompok ahli.

  4. Setelah selsai berdiskusi para ahli kembali kedalam kelompok asal.

  5. Para ahli menerangkan hasil diskusi kepada kelompok asal.

  6. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi dengan menunjuk salah satu anggota sebagai perwakilan kelompok.

  7. Para siswa mengerjakan kuis-kuis individual yang mencakup semua topik.

Cara menghitung skor baik individual maupun tim dalam jigsaw

Cara menghitung skor tim baik individu maupun tim jigsaw diadopsi dari cara menghitung skor pada metode kooperatif tipe STAD. Segera mungkin setelah melakukan tiap kuis, hitung skor kemajuan individual dan tim, dan beri sertifikat atau bentuk penghargaan lainnya kepada tim dengan skor tertinggi. Jika memungkinkan, umumkan skor tim pada periode pertama setelah mengerjakan kuis. Pada akhirnya akan meningkatkan motivasi mereka untuk melakukan yang terbaik. (Slavin, 2010)

Poin Kemajuan. Para siswa mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan tingat dimana skor kuis mereka (presentasi yang benar) melampaui skor awal mereka:

Tabel Pedoman Poin Kemajuan

Skor Kuis Poin Kemajuan
Lebih dari 10 poin dibawah skor awal 5
10-1 poin dibawah skor awal 10
Skor awal sampai 10 poin diatas skor awal 20
Lebih dari 10 poin diatas skor awal 30
Kertas jawaban sempurna (terlepas dari skor awal) 30

Sumber : Slavin, 2010

Skor Tim. Untuk menghitung skor tim catatlah tiap poin kemajuan semua anggota tim pada lembar rangkuman tim dan bagilah jumlah total poin kemajuan seluruh anggota tim dengan jumlah anggota tim yang hadir. Untuk diingat bahwa skor tim lebih tergantung pada skor kemajuan daripada skor kuis awal.

Tiga macam tingkatan penghargaan diberikan disini. Ketiganya didasarkan pada rata-rata skor tim, yaitu sebagai berikut:

Tabel Kriteria Penghargaan Siswa

Kriteria (Rata-rata Tim) Penghargaan
15 Tim Baik
16 Tim Sangat Baik
17 Tim Super

Sumber : Slavin, 2010

Perhatikan bahwa semua tim dapat meraih penghargaan, dan tim bukannya berkompetisi antara satu sama lainnya. Kriteria ini merupakan satu rangkaian sehingga untuk menjadi tim sangat baik sebagian besar anggota tim harus memiliki skor diatas skor awal mereka, dan untuk menjadi tim super sebagian besar anggota tim harus memiliki skor setidaknya sepuluh poin diatas skor dasar mereka.

Model Jigsaw dikembangkan dan diujicoba oleh Elliot Aronson dan teman-temannya di Universitas Texas. Arti Jigsaw dalam bahasa Inggris adalah gergaji ukir dan ada juga yang menyebutnya dengan istilah puzzle yaitu sebuah teka-teki menyusun potongan gambar. Pembelajaran kooperatif model Jigsaw ini mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji ( zigzag ), yaitu siswa melakukan suatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.

Pada dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi komponen-komponen lebih kecil. Selanjutnya guru membagi siswa ke dalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari empat orang siswa sehingga setiap anggota bertanggung jawab terhadap penguasaan setiap komponen/subtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya. Siswa dari masing-masing kelompok lagi yang terdiri atas dua atau tiga orang.

Siswa-siswa ini bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam:

  • belajar dan menjadi ahli dalam subtopik bagiannya;

  • merencanakan bagaimana mengajarkan subtopik bagiannya kepada anggota kelompok semula. Setelah itu, siswa kembali lagi ke kelompok masing-masing sebagai “ahli” dalam subtopiknya dan mengajarkan informasi penting dalam subtopik tersebut kepada temannya. Ahli dalam subtopik lainnya juga bertindak serupa. Sehingga seluruh siswa bertanggung jawab untuk menunjukkan penguasaannya terhadap seluruh materi yang ditugaskan oleh guru. Dengan demikian, setiap siswa dalam kelompok harus menguasai topik secara keseluruan.

Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

  • Siswa dikelompokkan dengan anggota ± 4 orang;

  • Tiap orang dalam tim diberi materi dan tugas yang berbeda;

  • Anggota dari tim yang berbeda dengan penugasan yang sama membentuk kelompol baru (kelompok ahli);

  • Setelah kelompok ahli berdiskusi, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan menjelaskan kepada anggota kelompok tentang subbab yang mereka kuasai;

  • Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi;

  • Pembahasan;

  • Penutupan.

Model pembelajaran kooperatif model Jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif yang menitikberatkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil. Seperti diungkapkan oleh Lie (1999), bahwa

“pembelajaran kooperatif model Jigsaw ini merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dariempat sampai enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri”.

Dalam model kooperatif Jigsaw ini siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan mengolah informasi yang didapar dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi, anggota kelompok bertanggung jawab terhadap keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari dan dapat menyampaikan informasi kepada kelompok lain.

Lie (1994) menyatakan bahwa Jigsaw merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang fleksibel. Banyak riset telah dilakukan berkaitan dengan pembelajaran koopertif dengan dasar Jigsaw. Riset tersebut secara konsisten menunjukkan bahwa siswa yang terlibat di dalam pembelajaran kooperatif model Jigsaw memperoleh prestasi baik, mempunyai sikap yang lebih baik dan lebih positif terhadap pembelajaran, di samping saling menghargai perbedaan dan pendapat orang lain.

Jhonson and Jhonson (dalam Teti Sobari 2006) melakukan penelitian tentang pembelajaran kooperatif model Jigsaw yang menunjukkan bahwa interaksi kooperatif memiliki berbagai pengaruh positif terhadap perkembangan anak. Pengaruh positif tersebut adalah:

  • Meningkatkan hasil belajar;

  • Meningkatkan daya ingat;

  • Dapat digunakan mencapai taraf penalaran tingkat tinggi;

  • Mendorong tumbuhnya motivasi intrinsik (kesadaran individu);

  • Meningkatkan hubungan antar manusia yang heterogen;

  • Meningkatkan sikap anak yang positif terhadap sekolah;

  • Meningkatkan sikap positif guru;

  • Meningkatkan harga diri anak;

  • Meningkatkan perilaku penyesuaian sosial yang positif; dan

  • Meningkatkan keterampilan hidup bergotong-royong.

Pembelajaran model Jigsaw ini dikenal juga dengan kooperatif para ahli. Karena setiap kelompok dihadapkan pada permasalahan yang berbeda. Tetapi permasalahan yang dihadapi setiap kelompok sama, setiap utusan dalam kelompok yang berbeda membahas materi yang sama, kita sebut sebagai tim ahli yang bertugas membahas permasalahan yang dihadapi, selanjutnya hasil pembahasan itu dibawa ke kelompok asal dan disampaikan pada anggota kelompoknya.

Kegiatan pembelajaran yang dilakukan adalah sebagai berikut :

  • Melakukan membaca untuk menggali informasi. Siswa memperooleh topik-topik permasalahan untuk dibaca, sehingga mendapatkan informasi dari permasalahan tersebut.

  • Diskusi kelompok ahli. Siswa yang telah mendapatkan topik permasalahan yang sama bertemu dalam satu kelompok atau kita sebut dengan Kelompok ahli untuk membicarakan topik permasalahan tersebut.

  • Laporan kelompok. Kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan menjelaskan hasil yang didapat dari diskusi tim ahli.

  • Kuis dilakukan mencakup semua topik permasalahan.

  • Perhitungan skor kelompok dan menentukan penghargaan kelompok.

Stephen, Sikes and Snapp (1978), mengemukakan langkah- langkah pembelajaran kooperatif model Jigsaw adalah sebagai berikut:

  • Siswa dikelompokkan ke dalam 1 sampai 5 anggota tim;

  • Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda;

  • Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang tugaskan;

  • Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/subbab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan subbab mereka;

  • Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiapanggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang subbab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan seksama;

  • Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi;

  • Guru memberi evaluasi;

  • Penutup.

Sumber : Nurdyansyah, Eni Fariyatul Fahyuni, 2016, Inovasi Model Pembelajaran, Nizamial Learning Center

Pengertian Metode Jigsaw


Metode jigsaw adalah salah satu tipe pembelajaran aktif yang terdiri dari tim-tim belajar heterogen beranggotakan 4-5 orang (materi disajikan peserta didik dalam bentuk teks) dan setiap peserta didik bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain

Metode jigsaw telah dikembangkan dan diujicoba oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan teman-teman di Universitas John Hopkins pada tahun 1978. Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang secara heterogen. Materi pembelajaran yang diberikan kepada siswa berupa teks dan setiap anggota bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari.

Teknik ini serupa dengan pertukaran antar kelompok. Bedanya setiap siswa mengajarkan sesuatu. Ini merupakan alternatif menarik bila ada materi belajar yang bisa disegmentasikan. Tiap siswa mempelajari setiap bagian yang bila digabungkan akan membentuk pengetahuan yang padu (Sibermen, 2004).

Para anggota dari kelompok asal yang berbeda bertemu dengan topik yang sama dalam kelompok untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut. Setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian kembali kepada kelompok asal dan berusaha mengajarkan pada teman sekelompok nya apa yang mereka dapatkan saat pertemuan di kelompok ahli. Jigsaw didesain selain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab peserta didik secara mandiri juga dituntut saling ketergantungan yang positif terhadap teman sekelompoknya selanjutnya diakhiri pembelajaran. Peserta didik diberi kuis secara individu yang mencakup materi setiap peserta didik terhadap anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan dengan tujuan agar dapat mengerjakan kuis dengan baik.

Dasar Metode jigsaw


Metode jigsaw sebagaimana proses pembelajaran kelompok lainnya merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam cooperative script dapat memberi siswa lebih banyak waktu berfikir, untuk merespon dan saling membantu. Guru memperkirakan hanya melengkapi penyajian singkat atau siswa membaca tugas, atau situasi yang menjadi tanda tanya. Sekarang guru menginginkan siswa mempertimbangkan lebih banyak apa yang telah dijelaskan dan dialami. Guru memilih menggunakan belajar kelompok pasangan untuk membandingkan tanya jawab kelompok keseluruhan (Trianto, 2007).

Unsur-Unsur Metode Jigsaw


Sebagai bagian dari Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur- unsur dasar pembelajaran yang dilakukan diantaranya

  • “Memudahkan siswa belajar” sesuatu yang “bermanfaat” seperti, fakta, keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama
  • Pengetahuan, nilai, dan keterampilan diakui oleh mereka yang berkompeten menilai.

Menurut Anita Lie (2005) metode jigsaw sebagaimana pembelajaran berbasis kelompok yang lain memiliki unsur- unsur yang saling terkait, diantaranya:

  • Saling ketergantungan positif (positive interdependence).
    Ketergantungan positif ini bukan berarti siswa bergantung secara menyeluruh kepada siswa lain. Jika siswa mengandalkan teman lain tanpa dirinya memberi ataupun menjadi tempat bergantung bagi sesamanya, hal itu tidak bisa dinamakan ketergantungan positif. Guru Johnson di universitas Minnesota, Shlomo Sharan di Universitas Tel Aviv, dan Robert E. Slavin di John Hopkins, telah menjadi peneliti sekaligus praktisi yang mengembangkan Cooperative Learning sebagai salah satu model pembelajaran yang mampu meningkatkan prestasi siswa sekaligus mengasah kecerdasan interpersonal siswa. harus menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Perasaan saling membutuhkan inilah yang dinamakan positive interdependence. Saling ketergantungan tersebut dapat dicapai melalui ketergantungan tujuan, tugas, bahan atau sumber belajar, peran dan hadiah.

  • Akuntabilitas individual (individual accountability)
    Model jigsaw menuntut adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan bahan belajar tiap anggota kelompok, dan diberi balikan tentang prestasi belajar anggota-anggotanya sehingga mereka saling mengetahui rekan yang memerlukan bantuan. Berbeda dengan kelompok tradisional, akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering dikerjakan oleh sebagian anggota. Dalam model jigsaw , peserta didik harus bertanggungjawab terhadap tugas yang diemban masing-masing anggota.

  • Tatap muka ( face to face interaction )
    Interaksi kooperatif menuntut semua anggota dalam kelompok belajar dapat saling tatap muka sehingga mereka dapat berdialog tidak hanya dengan guru tapi juga bersama dengan teman. Interaksi semacam itu memungkinkan anak-anak menjadi sumber belajar bagi sesamanya. Hal ini diperlukan karena siswa sering merasa lebih mudah belajar dari sesamanya dari pada dari guru.

  • Ketrampilan Sosial (Social Skill)
    Unsur ini menghendaki siswa untuk dibekali berbagai keterampilan sosial yakni kepemimpinan (leadership) , membuat keputusan (decision making), membangun kepercayaan (trust building), kemampuan berkomunikasi dan ketrampilan manajemen konflik (management conflict skill). Ketrampilan sosial lain seperti tenggang rasa, sikap sopan kepada teman, mengkritik ide, berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi yang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan.

  • Proses Kelompok (Group Processing)
    Proses ini terjadi ketika tiap anggota kelompok mengevaluasi sejauh mana mereka berinteraksi secara efektif untuk mencapai tujuan bersama. Kelompok perlu membahas perilaku anggota yang kooperatif dan tidak kooperatif serta membuat keputusan perilaku mana yang harus diubah atau dipertahankan.

Langkah-Langkah Metode Jigsaw


Langkah-langkah yang dipersiapkan dalam metode jigsaw sebagai berikut:

1. Materi
Memilih satu atau dua bab, cerita atau unit-unit lainnya, yang masing-masing mencakup materi untuk dua atau tiga hari, kemudian membuat sebuah lembar ahli untuk tiap topik. Lembar ahli ini akan mengantarkan kepada siswa untuk berkonsentrasi saat membaca dan dengan kelompok ahli yang akan bekerja. Lembar ini berisi empat sampai enam topik

2. Membagi siswa ke dalam kelompok asal
Membagi siswa ke dalam tim heterogen yang terdiri dari empat sampai enam anggota, tim tersebut terdiri dari seorang siswa yang berprestasi tinggi, berprestasi sedang dan yang berprestasi rendah.

3. Membagi siswa ke dalam kelompok ahli
Kelompok ahli diambil dari kelompok asal yang berbeda, apabila jumlah siswa lebih dari enam maka kelompok ini dibagi menjadi dua supaya lebih maksimal.

Adapun kegiatan pembelajaran aktif tipe Jigsaw ini diatur secara instruksional sebagai berikut:

  • Membaca
    Para siswa menerima topik ahli dan membaca materi yang diminta untuk menemukan informasi yang berhubungan dengan topik mereka.

  • Diskusi kelompok ahli
    Para siswa dengan keahlian yang sama bertemu untuk mendiskusikannya dalam kelompok- kelompok ahli.

  • Laporan tim
    Para ahli kembali ke dalam kelompok mereka masing-masing (kelompok asal) untuk menyampaikan topik-topik mereka kepada teman satu timnya.

  • Tes
    Setelah selesai dijelaskan pembelajaran, siswa harus menunjukkan apa yang dipelajari selama bekerja kelompok dengan menggunakan tes secara individual.

Model pembelajaran Jigsaw merupakan salah satu jenis model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif Jigsaw cocok digunakan dalam pelajaran-pelajaran Ilmu Sosial, Sains, dan berbagai bidang yang tujuannya terkait dengan pemerolehan konsep melalui kelompok-kelompok yang heterogen. Isjoni, dkk., (2007) mengemukakan Jigsaw cocok digunakan pada pelajaran Ilmu Sosial, Sastera, beberapa bagian dari IPA, dan beberapa bidang dimana konsep merupakan tujuan pembelajaran dan bukan keterampilan. Bahan baku untuk pembelajaran Jigsaw biasanya berbentuk suatu bab, cerita, biografi, atau narasi deskripsi tentang suatu kejadian atau situasi.

Arends (Nurman, 2009) mengemukakan pengertian model pembelajaran Jigsaw adalah model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 siswa secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggungjawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain. Pembelajaran model Jigsaw ini juga dikenal dengan kooperatif para ahli.

Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw

Stephen, Sikes, dan Snapp (Rusman, 2011) menyebutkan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif Jigsaw, sebagai berikut:

  1. Siswa dikelompokkan ke dalam 1 sampai 5 anggota tim.

  2. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda.

  3. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan.

  4. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/ subbab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan subbab yang sama.

  5. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim kelompok asal tentang subbab yang siswa kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan seksama.

  6. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.

  7. Guru memberi evaluasi.

Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw

Model pembelajaran kooperatif Jigsaw memiliki beberapa kelebihan yang dikemukakan para ahli, sebagai berikut:

  1. Dalam model pembelajaran kooperatif Jigsaw siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukakan pendapat, mengolah informasi yang didapat, meningkatkan keterampilan berkomunikasi, anggota kelompok bertanggungjawab terhadap keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari, dan dapat menyampaikan informasinya kepada kelompok lain (Rusman, 2011).

  2. Lie (Rusman, 2011) menyatakan bahwa Jigsaw merupakan salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang fleksibel. Dalam model pembelajaran kooperatif Jigsaw siswa memperoleh prestasi lebih baik, mempunyai sikap yang lebih baik dan lebih positif terhadap pembelajaran, di samping saling menghargai perbedaan dan pendapat orang lain.

  3. Jhonson and Jhonson melakukan penelitian tentang pembelajaran kooperatif model Jigsaw yang hasilnya menunjukkan bahwa interaksi kooperatif memiliki berbagai pengaruh positif terhadap perkembangan anak, salah satunya dapat meningkatkan hasil belajar (Rusman, 2011).

Tahap-tahap dalam Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini memiliki tahap-tahap dalam penyelenggaraan sebagai berikut:

  • Tahap pertama siswa dikelompokkan dalam bentuk kelompokkelompok kecil. Pembentukan kelompok-kelompok siswa tersebut dapat dilakukan guru berdasarkan pertimbangan tertentu. Untuk mengoptimalkan manfaat belajar kelompok, keangotaan kelompok seyogyanya heterogen, baik dari segi kemampuannya maupun karakteristik lainnya. Dengan demikan, cara yang efektif untuk menjalin heterogenitas kelompok ini adalah guru membuat kelompok-kelompok itu. Jika siswa dibebaskan membuat kelompok sendiri maka biasanya siswa akan memilih teman-teman yang disukainya. Hal ini cenderung menghasilkan kelompok-kelompok yang homogen dan sering kali siswa tertentu tidak masuk dalam kelompok manapun.
  • Tahap kedua perwakilan dari kelompok masing-masing bertemu dengan anggota kelompok lain yang mempelajari materi yang sama. Selanjutnya materi tersebut didiskusian, mempelajari serta memahami setiap masalah yang dijumpai sehingga perwakilan tersebut dapat memahami dan menguasai materi tersebut.
  • Tahap ketiga setelah masing-masing perwakilan dapat menguasai materi yang ditugaskannya, kemudian masing-masing perwakilan tersebut kembali ke kelompok masing-masing atau kelompok asalnya.Selanjutnya masing-masing anggota tersebut saling menjelaskan pada teman atau kelompoknya sehingga teman satu kelompoknya dapat memahami materi yang ditugaskan guru. Pada tahap ini siswa akan banyak menemui permasalahan yang tahap kesukarannya bervariasi.
  • Tahap keempat siswa diberi kuis/tes, hal tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah siswa dapat memahami suatu materi. Dengan demikan, secara umum penyelenggaraan model jigsaw dalam proses belajar mengajar dapat menumbuhkan tanggung jawab siswa sehingga terlibat langsung secara aktif dalam memahami suatu persoalan dan menyelesaikan secara kelompok. Pada kegiatan ini keterlibatan guru dalam proses belajar mengajar semakin berkurang dalam arti guru menjadi pusat kegiatan kelas. Guru berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan dan memotivasi siswa untuk belajar mandiri serta menumbuhkan rasa tanggung jawab serta siswa akan merasa senang berdiskusi di dalam kelompoknya.

Pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya. Jadi dalam pembelajaran cooperative tipe jigsaw ini siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru.

Tujuan penting dari pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah untuk mengajarkan kepada siswa untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi. Keterampilan ini penting dimiliki di dalam masyarakat di mana banyak kerja orang dewasa sebagian besar dilakukan dalam organisasi yang saling bergantung sama lain dan di mana masyarakat secara budaya semakin beragam.

Karakteristik Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw


  1. Pembelajaran secara tim
    Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat setiap siswa belajar. Setiap anggota tim harus saling membantu dalam mencapai tujuan pembelajaran.

  2. Kemauan untuk bekerja sama
    Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok, oleh karenanya prinsip kebersamaan atau bekerja sama perlu ditekankan dalam pembelajaran kooperatif. Tanpa adanya kerja sama yang baik, pembelajaran kooperatif tidak akan mencapai hasil maksimal.

  3. Keterampilan bekerja sama
    Kemampuan bekerja sama itu dipraktekan melalui aktivitas dalam kegoatan pembelajaran dalam berkelompok. Dengan demikian siswa perlu didorong untuk mau dan ssanggup untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

  4. Didasarkan pada manajemen kooperatif
    Fungsi manajemen sebagai perencanaan pelaksanaan memnunjukan bahwa pembelajaran kooperatif dilaksanaakan sesuai rencana, dan langkah-langkah pembelajaran sudah ditentukan. Fungsi manajemen sebagai organisasi, menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berlangsung dengan efektif. Fungsi manajemen sebagai control, menunjukan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melaui tes maupun non tes.

Kisworo mengemukan ciri-ciri model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang dikemukakan adalah sebagai berikut.

  1. Belajar bersama dengan teman.
  2. Selama proses belajar terjadi tatap muka antar teman.
  3. Saling mendengarkan pendapat di antara anggota kelompok.
  4. Belajar dari teman yang berbeda kelompok.
  5. Belajar dalam kelompok kecil.
  6. Produktif berbicara atau saling mengemukakan pendapat.
  7. Keputusan tergantung pada siswa sendiri.
  8. Siswa aktif.

Unsur Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw


  1. Saling Ketergatungan Positif
    Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka.

    Dalam metode jigsaw, Aronson menyarankan jumlah anggota kelompok dibatasi sampai dengan empat orang saja dan keempat orang ini ditugaskan membaca bagian yang berlainan. Keempat anggota ini lalu berkumpul dan bertukar informasi. Selanjutnya pengajar akan mengevaluasi seluruh bagian. Dengan cara ini, mau tidak mau setiap anggota merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar yang lain bisa berhasil.

  2. Tanggung Jawab Perseorangan
    Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur pertama. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran Cooperative Learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan metode kerja kelompok adalah persiapan guru dalam penyusunan tugasnya.

  3. Tatap Muka
    Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajaran untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya dari pada hasil pemikiran dari satu kepala saja. Lebih jauh, hasil kerja sama ini jauh lebih besar dari pada jumlah hasil masingmasing anggota.

  4. Komunikasi Antar Anggota
    Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Tidak setiap siswa mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.

  5. Evaluasi Proses Kelompok
    Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Waktu evaluasi ini tidak perlu diajarkan setiap kali ada kerja kelompok, melainkan bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran Cooperative Learning.

Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw


Kelebihan Model Jigsaw Ibrahim dkk (2000) dalam Rusman (2014) mengemukakan kelebihan dari metode jigsaw sebagai berikut:

  1. Dapat mengembangkan tingkah laku kooperatif.
  2. Menjalin/mempererat hubungan yang lebih baik antar siswa.
  3. Dapat mengembangkan kemampuan akademis siswa.
  4. Siswa lebih banyak belajar dari teman mereka dalam belajar kooperatif dari pada guru.

Selain manfaat positif di atas berikut beberapa kelebihan dari model jigsaw yaitu sebagai berikut:

  1. Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar, karena sudah ada kelompok ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekannya.
  2. Mengembangkan kemampuan siswa mengungkapkan ide atau gagasan dalam memecahkan masalah tanpa takut membuat salah.
  3. Siswa lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat karena siswa diberikan kesempatan untuk berdiskusi dan menjelaskan materi pada masing-masing kelompok.
  4. Siswa lebih memahami materi yang diberikan karena dipelajari lebih dalam dan sederhana dengan anggota kelompoknya.
  5. Siswa lebih menguasai materi karena mampu mengajarkan materi tersebut kepada teman kelompok belajarnya.
  6. Siswa diajarkan bagaimana bekerja sama dalam kelompok.
  7. Materi yang diberikan kepada siswa dapat merata.
  8. Dalam proses belajar mengajar siswa saling ketergantungan positif.

Kelemahan Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw

  1. Jika guru tidak meningkatkan agar siswa selalu menggunakan keterampilanketerampilan kooperatif dalam kelompok masing-masing maka dikhawatirkan kelompok akan macet.

  2. Jika jumlah anggota kelompok kurang akan menimbulkan masalah, misalnya jika ada anggota yang hanya membonceng dalam menyelesaikan tugas-tugas dan pasif dalam diskusi.

  3. Menimbulkan waktu yang lebih lama apalagi bila ada penataan ruang belum terkondisi dengan baik, sehingga perlu waktu merubah posisi yang juga dapat menimbulkan gaduh.