Apa yang dimaksud dengan metode pembelajaran talking stick?

Belajar

Belajar merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik yang dilakukan secara sadar, terencana baik didalam maupun di luar ruangan untuk meningkat kan kemampuan peserta didik.

Metode pembelajaran talking stick adalah metode pembelajaran yang dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya

Metode pembelajaran talking stick dipergunakan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran yang berorientasi pada terciptanya kondisi belajar melalui permainan tongkat yang diberikan dari satu siswa kepada siswa yang lainnya pada saat guru menjelaskan materi pelajaran dan selanjutnya mengajukan pertanyaan. Saat guru selesai mengajukan pertanyaan, maka siswa yang sedang memegang tongkat, itulah yang yang memperoleh kesempatan untuk menjawab pertanyaan tersebut.

Salah satu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa serta menuntut siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran yaitu metode Talking Stick. Pembelajaran dengan metode Talking Stick mendorong peserta didik untuk berani mengemukakan pendapat. pembelajaran dengan metode Talking Stick diawali oleh penjelasan guru mengenai materi pokok yang akan dipelajari.

Peserta didik diberi kesempatan membaca dan mempelajari materi tersebut. Berikan waktu yang cukup untuk aktivitas ini. Guru selanjutnya meminta kepada peserta didik menutup bukunya. Guru mengambil tongkat yang telah dipersiapkan sebelumnya. Tongkat tersebut diberikan kepada salah satu peserta didik. Peserta didik yang menerima tongkat tersebut diwajibkan menjawab pertanyaan dari guru demikian seterusnya. Ketika stick bergulir dari peserta didik lainnya, seyogianya diiringi musik. langkah akhir dari metode Talking Stick adalah guru memberikan kesempatan kepada peserta didik melakukan refleksi terhadap materi yang telah dipelajarinya. Guru memberi ulasan terhadap seluruh jawaban yang diberikan peserta didik, selanjutnya bersama-sama peserta didik merumuskan kesimpulan.

Metode Talking Stick adalah metode pembelajaran yang dipergunakan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diiinginkan. Talking Stick sebagaimana dimaksudkan penelitian ini, dalam proses belajar mengajar di kelas berorientasi pada terciptanya kondisi belajar melalui permainan tongkat yang diberikan dari satu siswa kepada siswa yang lainnya pada saat guru menjelaskan materi pelajaran dan selanjutnya mengajukan pertanyaan. Saat guru selesai mengajukan pertanyaan, maka siswa yang sedang memegang tongkat itulah yang memperoleh kesempatan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Hal ini dilakukan hingga semua siswa berkesempatan mendapat giliran menjawab pertanyaan yang diajukan guru.

Teknis pelaksanaan metode Talking Stick sebagai mana tercantum dalam buku panduan materi sosialisasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Nasional 2006 dapat digambarkan sebagai berikut:

  1. Guru menyiapkan sebuah tongkat,

  2. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi,

  3. Setelah selesai membaca materi pelajaran, siswa diperintahkan untuk menutup buku,

  4. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya hingga seluruh siswa mendapat bagian untuk menjawab pertanyaan yang diajukan guru,

  5. Guru memberikan kesimpulan,

  6. Melakukan evaluasi,

  7. Menutup pelajaran.

Kelebihan Dan Kekurangan Menggunakan Metode Talking Stick


Kelebihan

  1. Menguji kesiapan siswa.
  2. Melatih membaca dan memahami dengan cepat
  3. Agar lebih giat belajar (belajar dahulu)

Kekurangan

  1. Membuat siswa senam jantung
  2. Membuat siswa minder karena belum terbiasa

Langkah-langkah talking stick


Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaan metode Talking Stick diantaranya: Guru menyiapkan sebuah tongkat, Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi. Setelah selesai membaca materi atau buku pelajaran dan mempelajarinya, siswa menutup bukunya. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru. Guru memberikan kesimpulan. Evaluasi. Penutup.

Menurut Suyatno (2009), langkah-langkah Metode pembelajaran
talking stick adalah sebagai berikut :

  1. Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya 20 cm.

  2. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan para kelompok untuk membaca dan mempelajari materi pelajaran.

  3. Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya, guru mempersilahakan siswa untuk menutup bukunya.

  4. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.

  5. Guru memberikan kesimpulan.

  6. Evaluasi.

  7. Penutup.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka pelaksanaan proses pembelajaran penggunaan metode Talking Stick dapat digambarkan sebagai berikut:

  1. Guru membuat media tongkat untuk keperluan bermain dalam proses pembelajaran.

  2. Guru menyajikan materi pelajaran secara klasikal.

  3. Guru membagikan LKS yang harus dipelajari dan dihafalkan siswa sesuai waktu yang diberikan.

  4. Guru dan siswa memulai permainan Talking Stick dengan memberikan tongkat kapada salah satu siswa.

  5. Siswa diinstruksikan untuk memberikan tongkat kepada siswa yang terdekat searah jarum jam.

  6. Sambil memberikan tongkat, siswa dan guru bernyanyi bersama.

  7. Setelah bernyanyi atau guru memberi tanda tertentu, maka siswa yang memegang tongkat diberikan pertanyaan. Jika tidak dapat menjawab, guru memberikan hukuman positif, dapat berupa: berpuisi di depan kelas, atau hal lain yang sifatnya menghibur.

  8. Kegiatan memutar tongkat terus dilakukan hingga seluruh siswa mendapat kesempatan untuk diberikan pertanyaan oleh guru.

  9. Guru dan siswa menarik kesimpulan bersama, diikuti dengan menutup pelajaran dengan berdoa bersama.

Media Pembelajaran Permainan Tongkat berbicara


Media adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi. Istilah media ini sangat populer dalam bidang komunkasi sehingga media yang digunakandalam pembelajaran disebut media pembelajaran.

Manfaat media dalam proses pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran akan lebih efektif dan efisien.

Beberapa manfaat media dalam pembelajaran sebagai berikut:

  1. Menyampaikan materi pelajaran dapat diseragamkan

  2. Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik

  3. Proses pembelajaran menjadi lebih interatif

  4. Efisiensi dalam waktu dan Tenaga

  5. Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa

  6. Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja

  7. Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar

  8. Mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif. (Dalam Raharjo dkk: 2005, 23-25)

Secara umum media pendidikan mempunyai kegunaan –kegunaan sebagai berikut:

  1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (Dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).

  2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera.

  3. Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif peserta didik. Dalam hal ini media pendidikan berguna untuk menimbulkan kegairahan belajar, memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungannya dan kenyataannya, memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya.

  4. Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa maka guru banyak mengalami kesulitan bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri. Hal ini akan lebih sulit bila latar belakang lingkungan guru dengan siswa juga berbeda. Masalah ini dapat diatasi dengan media pendidikan , yaitu dengan kemampuannya dalam memberikan perangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman, dan menimbulkan persepsi yang sama.

Model Pembelajaran Talking Stick


Talking Stick (tongkat berbicara) adalah metode yang pada mulanya digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang berbicara atau menyampaikan pendapat dalam suatu forum (pertemuan antar suku), sebagaimana dikemukakan Carol Locust berikut ini.

Tongkat berbicara telah digunakan selama berabad-abad oleh suku– suku Indian sebagai alat menyimak secara adil dan tidak memihak. Tongkat berbicara sering digunakan kalangan dewan untuk memutuskan siapa yang mempunyai hak berbicara. Pada saat pimpinan rapat mulai berdiskusi dan membahas masalah, ia harus memegang tongkat berbicara.

Tongkat akan pindah ke orang lain apabila ia ingin berbicara atau menanggapinya. Dengan cara ini tongkat berbicara akan berpindah dari satu orang ke orang lain jika orang tersebut ingin mengemukakan pendapatnya. Apabila semua mendapatkan giliran berbicara, tongkat itu lalu dikembalikan lagi ke ketua/pimpinan rapat. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Talking Stick dipakai sebagai tanda seseorang mempunyai hak suara (berbicara) yang diberikan secara bergiliran atau bergantian.

Model pembelajaran talking stick merupakan model pembelajaran yang menggunakan alat berupa tongkat sebagai alat bantu bagi guru untuk mengajukan pertanyaan kepada siswa dengan menimbulkan suasana yang menyenangkan. Tongkat tersebut digilirkan pada siswa dan bagi siswa mendapatkan tongkat sesuai dengan aba-aba dari guru, maka siswa diberi pertanyaan oleh guru dan harus dijawab (Sudjana, 2002).

Metode Talking Stick merupakan salah satu metode yang menekankan pada keterlibatan siswa pada proses belajar mengajar. Metode ini dapat memberikan motivasi kepada siswa supaya belajar aktif dalam memahami dan menemukan konsep, sehingga siswa mampu menghubungkan soal dengan teori yang ada, misalnya pada bagian contoh soal yang merupakan bagian dari bahan belajar siswa dapat digunakan untuk menggambarkan teori, konsep dari materi pembelajaran yang dibahas dalam diskusi antara siswa dengan guru (Setyawati, 2011).

Menurut Hanafiah dan Suhana (2012) langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam model pembelajaran ini yaitu sebagai berikut:

  • Guru membentuk kelompok yang terdiri dari 5-6 orang;
  • Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya 20 cm;
  • Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada para kelompok untuk membaca dan mempelajari materi pegangannya;
  • Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat dalam wacana;
  • Setelah kelompok selesai membaca materi pelajaran dan mempelajarinya, guru mempersilahkan anggota kelompok untuk menutup wacanany;
  • Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu anggota kelompok, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan anggota kelompok yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru;
  • Siswa lain boleh membantu menjawab pertanyaan jika anggota kelompoknya tidak bisa menjawab pertanyaan;
  • Guru memberikan kesimpulan;
  • Guru melakukan evaluasi /penilaian, baik secara kelompok maupun individu;
  • Guru menutup pembelajaran.

Tujuan Metode Talking Stick


Dalam setiap kegiatan belajar, tidak terlepas dari suatu tujuan yang hendak dicapai. Pada dasarnya, pencapaian tujuan pendidikan ditentukan oleh kemampuan guru, karena faktor pendidik sangat besar peranannya. Sekiranya pendidik itu baik, maka hasil pendidikannya akan lebih baik pula. Dan sebaliknya, pendidik yang belum siap mengajar tidak akan berhasil di dalam pelaksanaan pengajaran dan pendidikan. Dengan demikian, seorang guru pada saat melakukan proses mengajar harus memperhatikan tujuan instruksional khusus yang ingin dicapai oleh murid. Sebab pencapaian pembelajaran khusus erat sekali kaitannya dengan tujuan pembelajaran, tujuan kurikuler, dan tujuan pendidikan nasional.

Belakangan perkembangan metode pembelajaran menitik beratkan pada kemampuan murid dalam mengekspresikan seluruh potensi dan pemahamannya pada materi pelajaran. Diproyeksikan pada metode ini, dominasi guru di dalam kelas tidak ada lagi. Karenanya, metode ceramah sebagaimana dilaksanakan sejak dulu ditinggalkan. Pada metode ini, partisipasi murid di nomor satukan. Tujuannya adalah untuk memandirikan murid dalam berpikir dan memperoleh pengetahuan, serta mengolahnya hingga murid benar-benar paham terhadap materi pelajaran yang diajarkan.

Perkembangan tujuan pendidikan ini berupa peningkatan pada teknik dan metode yang lebih variatif dan inovatif, dan partisipatif, yang berguna bagi perkembangan hasil belajar siswa. Dan tujuan dari inovasi pendidikan menurut Fuad Ihsan adalah untuk meningkatkan efesiensi, relevansi, kualitas dan efektifitas. Ini sesuai dengan arah inovasi pendidikan Indonesia yaitu: mengejar ketinggalan-ketinggalan yang dihasilkan oleh kemajuan-kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dan mengusahakan terselenggaranya pendidikan sekolah maupun luar sekolah yang maju bagi warga negara.

Adapun tujuan dari dirumuskannya metode Talking Stick bila dilihat dari rumusan konsep metode tersebut, yang didalamnya memperhatikan partisipasi siswa dalam memperoleh dan memahami pengetahuan serta mengembangkannya, karena metode Talking Stick merupakan salah satu metode dalam Cooperative Learning , maka tujuan pada metode talking stick adalah untuk mewujudkan tujuan pembelajaran kooperatif(Cooperative Learning).

Dalam pengertiannya, apa yang disebut metode adalah cara yang di dalam fungsinya merupakan alat atau media untuk mencapai suatu tujuan. Hal ini berlaku bagi guru(metode mengajar) maupun kepada murid(metode belajar).

Talking Stick (tongkat berbicara) adalah metode yang pada mulanya digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang berbicara atau menyampaikan pendapat dalam suatu forum (pertemuan antar suku), sebagaimana dikemukakan Carol Locust berikut ini. Tongkat berbicara telah digunakan selama berabad-abad oleh suku–suku Indian sebagai alat menyimak secara adil dan tidak memihak.

Tongkat berbicara sering digunakan kalangan dewan untuk memutuskan siapa yang mempunyai hak berbicara. Pada saat pimpinan rapat mulai berdiskusi dan membahas masalah, ia harus memegang tongkat berbicara.

Tongkat akan pindah ke orang lain apabila ia ingin berbicara atau menanggapinya. Dengan cara ini tongkat berbicara akan berpindah dari satu orang ke orang lain jika orang tersebut ingin mengemukakan pendapatnya. Apabila semua mendapatkan giliran berbicara, tongkat itu lalu dikembalikan lagi ke ketua/pimpinan rapat. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Talking Stick dipakai sebagai tanda seseorang mempunyai hak suara (berbicara) yang diberikan secara bergiliran/bergantian.

Talking Stick termasuk salah satu metode pembelajaran kooperatif.menurut Kauchack dan Eggen dalam Azizah(1998), pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja secara kolaboratif dalam mencapai tujuan.

Kolaboratif sendiri diartikan sebagai falsafah mengenai tanggung jawab pribadi dan sikap menghormati sesama. Peserta didik betanggung jawab atas belajar mereka sendiri dan berusaha menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dihadapkan pada mereka dan guru hanya bertindak sebagai fasilitator.

Metode talking stick termasuk dalam pembelajaran kooperatif karena memiliki ciri-ciri yang sesuai dengan pembelajaran kooperatif yaitu:

  1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.

  2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.

  3. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda.

  4. Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.

Metode pembelajaran ini dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya. Pembelajaran Talking Stick sangat cocok diterapkan bagi siswa SD, SMP, dan SMA/SMK. Selain untuk melatih berbicara, pembelajaran ini akan menciptakan suasana yang menyenangkan dan membuat siswa aktif.

Adapun metode ini memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan, meningkatkan motivasi, kepercayaan diri dan life skill yang mana pendekatan tersebut ditujukan untuk memunculkan emosi dan sikap positif belajar dalam proses belajar mengajar yang berdampak pada peningkatan kecerdasan otak.

Jadi, Metode Talking Stick ini adalah sebuah metode pendidikan yang dilaksanakan dengan cara memberi kebebasan kepada peserta didik untuk dapat bergerak dan bertindak dengan leluasa sejauh mungkin menghindari unsur-unsur perintah dan keharus paksaan sepanjang tidak merugikan bagi peserta didik dengan maksud untuk menumbuhkan dan mengembangkan rasa percaya diri.

Tujuan Metode Talking Stick


Adapun tujuan dari dirumuskannya metode Talking Stick bila dilihat dari rumusan konsep metode tersebut, yang didalamnya memperhatikan partisipasi siswa dalam memperoleh dan memahami pengetahuan serta mengembangkannya, karena metode Talking Stick merupakan salah satu metode dalam Cooperative Learnig, maka tujuan pada metode talking stick adalah untuk mewujudkan tujuan pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning).

Langkah-langkah Metode Talking Stick

Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam metode talking stick ini adalah sebagai berikut:

  • Guru membentuk kelompok yang terdiri atas 5 orang.

  • Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya 20 cm.

  • Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan para kelompok untuk membaca dan mempelajari materi pelajaran.

  • Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat di dalam wacana.

  • Setelah kelompok selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari isinya, guru mempersilahkan anggota kelompok untuk menutup isi bacaan.

  • Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu anggota kelompok, setelah itu guru memberi pertanyaan dan anggota kelompok yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.

  • Siswa lain boleh membantu menjawab pertanyaan jika anggota kelompoknya tidak bisa menjawab pertanyaan.

  • Guru memberikan kesimpulan.

Kelemahan dan Kelebihan Metode Talking Stick


Keuntungan metode Talking Stick yaitu:

  1. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial

  2. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan

  3. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial

  4. Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen

  5. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois

  6. Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa

  7. Berbagai keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan.

  8. Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesame manusia

  9. Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik.

  10. Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, dan agama.

  11. Menguji kesiapan siswa

  12. Melatih membaca dan memahami dengan cepat

  13. Agar siswa lebih giat lagi belajar.

Kelemahan metode Talking Stick

  1. Sangat tidak rasional kalau kita mengharapkan secara otomatis siswa dapat mengerti dan memahami filsafat Cooperative Learning. Untuk siswa yang dianggap memiliki kelebihan contohnya, mereka akan merasa terhambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan. Akibatnya, keadaan semacam ini dapat mengganggu iklim kerjasama dalam kelompok.

  2. Ciri utama dari pembelajaran kooperatif adalah bahwa siswa saling membelajarkan. Oleh karena itu, jika tanpa peer teaching yang efektif, maka dibandingkan dengan pengajaran langsung dari guru, bias terjadi cara belajar yang demikian apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah tercapai oleh siswa.

  3. Keberhasilan pembelajaran kooperatif dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup