Apa yang dimaksud dengan evaluasi pembelajaran?

Belajar

Belajar adalah suatu perubahan dalam diri individu sebagai hasil interaksi lingkungannya untuk memenuhi kebutuhan dan menjadikannya lebih mampu melestarikan lingkungan secara memadai.

Evaluasi merupakan bagian integral dari seluruh proses pembelajaran. Evaluasi merupakan suatu tahap yang mesti dilewati atau dilakukan. Ia adalah proses penentuan kesesuaian pembelajaran dan tujuan serta target belajar.

Evaluasi pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan untuk mengetahui apakah media yang digunakan dalam proses belajar-mengajar tersebut dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan atau tidak. Mengevaluasi pembelajaran berarti mengkonfrontir kembali antara fungsi dan prinsip dengan hasil yang dicapai dalam pembelajaran. Fungsi utama evaluasi adalah menelaah suatu objek atau keadaan untuk mendapatkan informasi yang tepat sebagai dasar untuk pengambilan keputusan.

Kriteria Evaluasi Pembelajaran


Walker dan Hess memberikan kriteria dalam, me-review pembelajaran yang berdasarkan pada kualitas, antara lain:

Kualitas isi dan tujuan

  • Ketepatan
  • Kepentingan
  • Kelengkapan
  • Keseimbangan
  • Minat atau perhatian
  • Keadilan
  • Kesesuaian dengan situasi peserta didik

Kualitas pembelajaran

  • Memberikan kesempatan belajar
  • Memberikan bantuan untuk belajar
  • Kualitas memotivasi
  • Fleksibilitas pembelajarannya
  • Kualitas tes dan penilaiannya
  • Dapat memberi dampak bagi peserta didik
  • Dapat membawa dampak bagi guru dan pembelajarannya

Model-Model Evaluasi


Untuk evaluasi program atau suatu kegiatan pembelajaran, terdapat beberapa model evaluasi yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain :

  • Formatif-Sumatif Evaluation Model
    Model ini dikembangkan oleh Scriven, evaluasi formatif digunakan untuk memperoleh informasi yang dapat membantu memperbaiki program. Evaluasi ini dilakukan ketika program masih berlangsung atau ketika program masih dekat dengan permulaan program. Tujuan evaluasi formatif adalah untuk mengetahui sejauh mana program yang dirancang dapat berlangsung sekaligus mengidentifkasi hambatan. Evaluasi sumatif digunakan untuk menilai kegunaan suatu objek. Evaluasi ini dilaksanakan setelah program berakhir. Tujuan evaluasi sumatif adalah untuk mengukur ketercapaian program.

    Kelebihan dari model evaluasi ini adalah bahwa evaluasi dilaksanakan secara on going evaluation, terutama dalam evaluasi formatif, sehingga selalu ada perbaikan-perbaikan dalam dalam proses pelaksanaan program. Dengan demikian, peluang tercapainya tujuan program akan lebih besar karena adanya upaya-upaya perbaikan tersebut.

    Sedangkan kelemahannya adalah bahwa yang dievaluasi terutama pada program pembelajaran hanya menyangkut hal-hal yang secara terperinci tercantum dalam tujuan seperti standar kompetensi dan kompetensi dasar, sedangkan yang hidden atau tersembunyi bukan menjadi wilayah kajian evaluasi ini.

  • Model Evaluasi CIPP ( Context, Input, Process, Product)
    Model evaluasi CIPP dikembangkan oleh Stufflebeam. Konsep dasar dari model evaluasi CIPP adalah melakukan evaluasi terhadap: context (konteks), input (masukan) , process (proses) dan product (hasil).

    Evaluasi konteks membantu dalam mengembankan tujuan sebuah program. Evaluasi input membantu dalam penyiapan program. Evaluasi proses digunakan untuk menunjukkan pelaksanaan program, dan evaluasi produk merupakan evaluasi terhadap out put sebagai bahan kajian pengambilan kebijakan terhadap program yang sedang dijalankan. Evaluasi model ini sangat tepat untuk mengevaluasi efektivitas pelaksanaan sebuah program.

    The CIPP model emphasizes that evaluations most important purpose is not to prove, but to improve an idea originally put forward. evaluation is thus conceived primarily as a functional activity oriented in the long run to stimulating, aiding, and abetting efforts to strengthen and improve enterprises.

    Model CIPP memiliki beberapa kelebihan antara lain: lebih komprehensif, karena objek evaluasi tidak hanya pada hasil semata tetapi juga mencakup konteks, masukan (i nput ), proses, maupun hasil. Selain memiliki kelebihan model CIPP juga memiliki kerbatasan, antara lain penerapan model ini dalam bidang program pembelajaran di kelas mempunyai tingkat keterlaksanaan yang kurang tinggi jika tanpa adanya modifikasi. Hal ini dapat terjadi karena. untuk mengukur konteks, masukan maupun hasil dalam arti yang luar akan melibatkan banyak pihak.

    Secara Ringkas model evaluasi CIPP ini dapat digambarkan sebagai berikut:

    Model Evaluasi CIPP
    Gambar Model Evaluasi CIPP

  • CSE-UCLA Evaluation Model
    Model evaluasi ini dikembangkan oelh Centre for the Study of Evaluation di University of California in Los Angeles. Ciri model ini adalah adanya lima tahap yang dilakukan dalam evaluai, yaitu perencanaan, pengembangan, implementasi, hasil dan dampak. Kelebihan dari model evaluasi ini adalah dapat dengan detail mengevaluasi suatu program pengembangan. Namun, kelemahannya adalah membutuhkan biaya dan waktu yang banyak.

  • Countenance Evaluation Model
    Model ini dikembangkan oleh Stake Kaufman. Model ini menekankan adanya dua dasar kegiatan dalam evaluasi yaitu pada deskripsi ( description ) dan pertimbangan ( judgement ). Menurut Stake model ini dibagi atas tiga fase, yaitu: antecedents ( context ) atau periode sebelum program dilaksanakan, transaction- processes yaitu proses atau transaksi, dan keluaran atau hasil ( output, outcomes ).

    Pada model ini, data tentang input ( antecedents ), proses ( transaction ) dan produk ( output & outcomes ) tidak hanya dibandingkan untuk menetukan kesenjangan antara yang diperoleh dengan yang diharapkan, tetapi juga dibandingkan dengan standar yang mutlak agar diketahui dengan jelas kemanfaatan suatu program.

  • Goal Oriented Evaluation Model
    Goal Oriented Evaluation model ini merupakan model yang muncul paling awal. Objek pengamatan pada model ini adalah tujuan dari program yang sudah ditetapkan jauh sebelum program dimulai. Evaluasi tersebut sudah terlaksana di dalam pelaksanaan program.

  • Discrepancy Model
    Evaluasi model Discrepancy dikembangkan oleh Malcom Provus. Model ini menekankan pada pandangan adanya kesenjangan didalam melaksanakan program. Mengukur adanya perbedaan antara yang seharusnya dicapai dengan yang sudah riil dicapai. Hasil evaluasi digunakan oleh pengambil kebijakan tentang program yang telah dilaksanakan atau ditingkatkan, dilanjutkan, atau bahkan dihentikan.

  • Free Goal Oriented Evaluation Model
    Model ini dikembangkan oleh Michael Scriven. Evaluasi model ini dapat membantu seorang evaluator melihat kegagalan mencapai sebuah program serta mencari efek yang kurang mendukung objektivitas pengembangan program itu. Keunggulan model evaluasi bebas tujuan adalah: lebih mudah menyesuaikan dengan perubahan tujuan, lebih baik dalam mengenal efek samping yang ditimbulkan, kemungkinan terjadinya bisa dalam evaluasi kecil, lebih profesional.

Referensi :

  • Donna M. Mertens, Evaluation theory and Practice (United States of America: The Guilford Press, 2012).
  • Marvin C.Alkin, Evaluation Roots: Tracing Theorist’s Views and Influences( India: Sage Publication, 2004).

Evaluasi pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan untuk menentukan nilai, kriteria judgment atau tindakan dalam pembelajaran. Sedangkan penilaian dalam pembelajaran ialah suatu usaha untuk mendapatkan berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan, serta menyeluruh tentang proses dan hasil dari perkembangan yang telah dicapai oleh siswa melalui program kegiatan belajar. Sementara itu, pengukuran merupakan suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat numerik.

Menurut pakar evaluasi, Dr. Basrowi, tujuan evaluasi pada dasarnya digolongkan ke dalam empat kategori berikut:

  1. Memberikan umpan balik terhadap proses belajar mengajar dan mengadakan program perbaikan bagi siswa.

  2. Menentukan angka kemajuan masing- masing siswa yang antara lain dipakai sebagai pemberian laporan kepada orang tua.

  3. Penentuan kenaikan tingkat atau status, dan lulus tidaknya.

  4. Menempatkan siswa dalam situasi belajar mengajar yang tepat, misalnya dalam penentuan program studi atau jurusan dengan tingkat kemampuan dan karakteristik lain.

Fungsi evaluasi di dalam pendidikan tidak dapat dilepaskan dari tujuan evaluasi itu sendiri. Evaluasi sebagai suatu tindakan atau proses, secara umum memiliki tiga fungsi pokok, yaitu mengukur kemajuan, menunjang penyusunan rencana, dan memperbaiki atau melakukan penyempurnaan kembali.

Atau fungsi evaluasi secara umum, lebih rincinya adalah sebagai berikut:

  • Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan serta keberhasilan siswa setelah mengalami atau melakukan kegiatan belajar selama jangka waktu tertentu.

  • Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program pengajaran.

  • Untuk keperluan Bimibingan dan Konseling (BK).

  • Untuk keperluan pengembangan dan perbaikan kurikulum sekolah yang bersangkutan.

Secara khusus fungsi evaluasi dalam dunia pendidikan dapat dilihat dari beberapa segi, yakni :

1. Fungsi Psikologis

Kegiatan evaluasi dapat dilihat dari sisi pendidik/ guru, dan peserta didik/ siswa. Bagi siswa, evaluasi secara psikologis akan memberikan pedoman atau pegangan batin bagi mereka untuk mengenal kapasitas dan statusnya di tengah- tengah kelompok atau kelasnya. Misalnya, dengan dilakukannya evaluasi hasil belajar siswa, maka para siswa akan mengetahui dirinya termasuk dalam kelompok berkemampuan tinggi, rata- rata, atau rendah. Sedangkan bagi guru, secara psikologis evaluasi dapat menjadi pedoman dalam menentukan berbagai langkah yang dipandang perlu dilakukan selanjutnya, misalnya menggunakan metode mengajar tertentu, hasil belajar siswa menunjukkan peningkatan.

2. Fungsi Sosiologis

valuasi berfungsi untuk mengetahui apakah siswa sudah cukup mampu untuk terjun ke masyarakat. Mampu disiniberarti bahwa siswa dapat berkomunikasi dan beradaptasi terhadap seluruh lapisan masyarakat.

3. Fungsi Didaktik-Metodis

Bagi siswa evaluasi dapat memberikan motivasi untuk memperbaiki, meningkatkan, dan mempertahankan prestasi siswa. Bagi guru, evaluasi berfungsi untuk membantu guru dalam menempatkan siswa pada kelompok tertentu sesuai dengan kemampuan dan kecakapannya masing- masing serta membantu guru dalam usaha memperbaiki proses pembelajarannya.

4. Fungsi Administratif

Evaluasi berfungsi untuk memberikan laporan tentang kemajuan siswa kepada orang tua, pejabat pemerintah yang berwenang, kepala sekolah, guru- guru, dan siswa itu sendiri, memberikan berbagai bahan keterangan (data),dan memberikan gambaran secara umum tentang semua hasil usaha yang dilakukan oleh instutisi pendidikan.

5. Fungsi Selektif

Evaluasi berfungsi untuk:

  • Untuk memilih siswa yang dapat diterima di sekolah tertentu.

  • Untuk memilih siswa yang dapat naik kelas atau tingkat berikutnya.

  • Untuk memilih siswa yang seharusnya mendapat beasiswa.

  • Untuk memilih siswa yang sudah berhak meninggalkan sekolah, dan sebagainya.

Lebih jauh, Wina Sanjaya mengemukakan beberapa fungsi evaluasi, yaitu:

  • Sebagai umpan balik bagi siswa.

  • Untuk mengetahui proses ketercapaian siswa dalam menguasai tujuan yang telah dicapai.

  • Memberikan informasi untuk mengembangkan program kurikulum.

  • Digunakan oleh siswa untuk mengambil keputusan secara individual, khususnya dalam menentukan masa depan sehubungan dengan pemilihan bidang pekerjaan.

  • Menentukan kejelasan tujuan khusus yang ingin dicapai oleh para pengembang kurikulum.

  • Umpan balik untuk semua pihak yang berkepentingan dengan pendidikan di sekolah.

Secara harfiah kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris yaitu evaluation , dalam bahasa Arab yaitu at-taqdir, sedangkan dalam bahasa Indonesia ialah penilaian akar katanya adalah value ; dalam bahasa Arab Al-Qimah dalam bahasa Indonesia berarti nilai. Dengan demikian secara harfiah evaluasi pembelajaran dapat diartikan penilaiandalam (bidang) pendidikan atau penilaian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan Sudijono (2011).

Tujuan dan Manfaat Evaluasi Pembelajaran

Yang dimaksud dengan tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk menentukan hasil pembelajaran oleh peserta didik. Menurut Purwanto (2001) secara gari dua tujuan yaitu:

Tujuan Umum Secara umum , tujuan evaluasi dalam pendidikan itu ada dua, yaitu:

  1. Untuk menghimpun bahan-bahan keterangan yansg akan dijadikan bukti mengenai taraf perkembangan atau taraf kemajuan yang di alami oleh para peserta didik, setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.

  2. Untuk mengetahui tingkat-tingkat efektivitas dari metode-metode pengajaran yang telah dipergunakan dalam proses pembelajaran.

Tujuan Khusus

  1. Untuk merangsang kegiatan peserta didik dalam menempuh program pendidikan.

  2. Untuk mencari dalam menemukan faktor-faktor penyebab keberhasilan dan tidakstabilan peserta didik salam mengikuti program pendidikan.

Secara rinci fungsi evaluasi dalam pengajaran yaitu:

  • Untuk mengetahui perkembangan serta keberhasilan siswa setelah mengalami atau melakukan kegiatan belajar-mengajar selama jangka waktu tertentu.

  • Untuk mengatahui tingkat keberhasilan program pengajaran

  • Untuk keperluan Bimbingan Konseling

  • Untuk keperluan pengembangan dan perbaikan kurikulum sekolah yang bersangkutan.

Adapun secara khusus, fungsi evaluasi dalam dunia pendidikan dapat ditilik dari tiga segi, yaitu: segi psikologis, segi didaktik, dan segi administratif. Sedangkan secara psikologis, kegiatan evaluasi dalam bidang pendidikan di sekolah dapat disoroti dari dua sisi pendidik.Bagi peserta didik, evaluasi pendidikan secara psikologis akan memberikan pedoman atau pegangan batin kepada mereka untuk mengenal kapasitas dan status dirinnya masing-masing di tengah-tengah kelompok atau kelasnya.

Prinsip Evaluasi Pembelajaran

Arifin (2011) mengemukakan prinsip-prinsip umum penilaian yaitu mengukur hasil-hasil belajar yang telah ditentukan dengan jelas dan sesuai dengan kompetensi serta tujuan pembelajaran. Untuk memperoleh hasil evaluasi yang baik, maka kegiatan evaluasi harus bertitik tolak dari prinsip prinsip umum sebagai berikut:

  • Kontinuitas

Evaluasi tidak boleh dilakukan secara insidental. Karena pendidikan itu sendiriadalah suatu proses suatu kontinu, maka evaluasi pun harus dilakukan secara kontinu. Hasil penilaian yang diperoleh pada suatu waktu harus senantiasa dihubungkan dengan hasil-hasil dalam waktu sebelumnya, sehingga, dengan demikian, dapat diperoleh gambaran yang jelas dan berarti tentang perkembangan anak didik.

  • Keseluruhan

Dalam melakukan evaluasi terhadap suatu objek, kita mengambil seluruh objek itu sebagai bahan evaluasi misalnya: jika objek evaluasi itu anak, maka yang dievaluasi adalah seluruh aspek kepribadian anak itu,baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Jika objek evaluasi itu perlengkapan maka, yang dievaluasi adalah seluruh perlengkapan, bukan hanya sebagian.

  • Objektivitas

Dalam melakukan evaluasi, guru hendaknya bersikap adil dan objektif, menjalankan sikap atau perasangka buruk harus dijauhkan, dan harus didasarkan dengan kenyataan sebenarnya.

  • Kooperatif

Dalam kegiatan evaluasi, guru hendaknya bekerja sama dengan semua pihak, yaitu: orang tua peserta didik, sesama guru, kepala sekolah, dan peserta didik itu sendiri. Hal ini di maksudkan agar semua pihak-pihak tersebut merasa dihargai.

Pengertian Evaluasi

Ada tiga hal yang saling berkaitan dalam kegiatan evaluasi pembelajaran yaitu evaluasi, pengukuran dan tes. Ketiga istilah itu sering disalahartikan sehingga tidak jelas makna dan kedudukannya. Gronlund mengemukakan evaluasi adalah suatu proses yang sistematis dari pengumpulan, analisis dan interpretasi informasi/data untuk menentukan sejauh mana siswa telah mencapai tujuan pembelajaran. Kemudian pengukuran adalah suatu proses yang menghasilkan gambaran berupa angka-angka mengenai tingkatan ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh individu (siswa). Sedangkan tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis untuk mengukur suatu sampel perilaku.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi lebih bersifat komprehensif yang di dalamnya meliputi pengukuran. Sedangkan tes merupakan salah satu alat atau bentuk dari pengukuran. Pengukuran lebih membatasi kepada gambaran yang bersifat kuantitatif (berupa angka-angka) mengenai kemajuan belajar siswa (learning progress) sedangkan evaluasi bersifat kualitatif. Disamping itu, evaluasi pada hakekatnya merupakan suatu proses membuat keputusan tentang nilai suatu objek.

Jenis-jenis evaluasi pembelajaran

Menurut fungsinya, evaluasi dibedakan ke dalam empat jenis, yaitu formatif, sumatif, diagnostik dan penempatan. Evaluasi formatif menekankan kepada upaya memperbaiki proses pembelajaran. Evaluasi sumatif lebih menekankan kepada penetapan tingkat keberhasilan belajar setiap siswa yang dijadikan dasar dalam penentuan nilai dan atau kenaikan dan kelulusan siswa. Evaluasi diagnostik menekankan kepada upaya memahami kesulitan siswa dalam belajar, sedangkan evaluasi penempatan menekankan kepada upaya untuk menyelaraskan antara program dan proses pembelajaran dengan karakteristik kemampuan siswa.

Menurut caranya dibedakan atas dua jenis yaitu evaluasi kuantitatif dan evaluasi kualitatif. Evaluasi kualitatif biasanya lebih bersifat subyektif dibandingkan evaluasi kuantitatif. Penilaian kuantitatif biasanya dinyatakan dalam bentuk angka-angka, sedangkan evaluasi kualitatif dinyatakan dengan ungkapan seperti “sangat baik, baik, cukup, kurang, sangat kurang”, atau “sangat memuaskan, memuaskan, kurang memuaskan, tidak memuaskan”. Evaluasi kuantitatif biasanya dilakukan apabila guru ingin memberikan nilai akhir terhadap hasil belajar siswanya. Sedangkan evaluasi kualitatif dilakukanapabila guru ingin memperbaiki hasil belajar siswanya.

Berdasarkan tekniknya dibedakan antara tes dan non tes. Teknik tes dapat dibedakan menurut materi yang akan dinilai, bentuknya dan caranya. Menurut materi yang dinilai dibedakan tes hasil belajar, tes kecerdasan, tes bakat khusus, tes minat, dan tes kepribadian.

Menurut bentuknya dibedakan tes uraian dan tes objektif. Menurut caranya dibedakan tes tulisan, tes lisan dan tes tindakan. Teknik non tes biasanya digunakan untuk menilai proses pembelajaran. Alat-alat khusus untuk melaksanakan teknik non tes ini dapat dilakukan melalui pengamatan, wawancara, angket, hasil karya/laporan, karangan dan skala sikap.

Berdasarkan kriteria yang digunakan dibedakan ke dalam evaluasi berdasarkan acuan patokan (PAP) dan evaluasi berdasarkan acuan norma (PAN).

Tujuan dan Fungsi Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi menurut syarat-syarat psikologis bertujuan agar kita guru mengenal siswa selengkap mungkin dan agar siswa mengenal dirinya seutuhnya. Disamping itu,evaluasi juga berguna untuk mempertinggi hasil pengajaran, karena itu evaluasi tidak bisa dipisahkan dari belajar dan mengajar, dan intinya adalah evaluasi belajar dengan tujuan untuk memperbaikinya.

Evaluasi harus dilakukan oleh semua yang bersangkutan, bukan hanya guru tapi juga siswa sendiri, evaluasi harus ditinjau dari keseluruhan. Berdasarkan hasil evaluasi, guru dapat mengetahui sampai dimana penguasaan bahan pelajaran atau kecakapan masing-masing siswa. Selain itu evaluasi juga dapat digunakan guru sebagai alat untuk memperbesar motivasi belajar siswa, sehingga dapat mencapai prestasi belajar yang lebih tinggi. Evaluasi dalam pembelajaran dapat membantu guru dalam mengambil keputusan-keputusan yang efektif dalam pembelajaran

Adapun tujuan evaluasi dalam pembelajaran adalah meliputi:

  • Untuk melihat produktivitas dan efektivitas kegiatan belajar mengajar,

  • Untuk memperbaiki, dan menyempurnakan kegiatan guru,

  • Untuk memperbaiki, menyempurnakan dan mengembangkan program belajar mengajar,

  • Untuk mengetahui kesulitan-kesulitan apa yang dihadapi oleh siswa selama kegiatan belajar dan mencarikan jalan keluarnya, dan

  • Untuk menempatkan siswa dalam situasi belajar mengajar yang tepat sesuai dengan kemampuannya.

Adapun fungsi utama evaluasi dalam pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam empat fungsi, yaitu:

  • Fungsi formatif, evaluasi dapat memberikan umpan balik bagi guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan mengadakan program remedial bagi siswa yang belum menguasai sepenuhnya materi yang dipelajari,

  • Fungsi sumatif, yaitu dapat mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran, menentukan angka nilai sebagai bahan keputusan kenaikan kelas dan laporan perkembangan belajar siswa, serta dapat meningkatkan motivasi belajar siswa,

  • Fungsi diagnostik, yaitu dapat mengetahui latar belakang siswa (psikologis, fisik, dan lingkungan), yang mengalami kesulitan belajar, dan

  • Fungsi seleksi dan penempatan, yaitu hasil evaluasi dapat dijadikan dasar untuk menyeleksi dan menempatkan siswa sesuai dengan minat dan kemampuan.

Prinsip-Prinsip Umum Evaluasi Dalam Pembelajaran

Prinsip-prinsip evaluasi dalam pembelajaran sangat diperlukan sebagai panduan dalam prosedur pengembangan evaluasi, karena jangkauan sumbangan evaluasi dalam usaha perbaikan pembelajaran sebagian ditentukan oleh prinsip-prinsip yang mendasari pengembangan dan pemakaiannya.

  • Keterpaduan, Evaluasi harus dilakukan dengan prinsip keterpaduan antara tujuan intrusional pengajaran, materi pembelajaran dan metode pengajaran.

  • Keterlibatan peserta didik, Prinsip ini merupakan suatu hal yang mutlak, karena keterlibatan peserta didik dalam evaluasi bukan alternatif, tapi kebutuhan mutlak. Untuk dapat mengetahui sejauh mana siswa berhasil dalam kegiatan belajar mengajar yang dijalaninya secara aktif, siswa membutuhkan evaluasi. Dengan demikian, eveluasi bagi siswa merupakan kebutuhan, bukan sesuatu yang ingin dihindari. Penyajian evaluasi oleh guru merupakan upaya guru untuk memenuhi kebutuhan siswa akan informasi mengenai kemajuannya dalam program belajar – mengajar. Siswa akan merasa kecewa apabila usahanya tidak dievaluasi.

  • Koherensi, evaluasi harus berkaitan dengan materi pengajaran yang telah dipelajari dan sesuai dengan ranah kemampuan peserta didik yang hendak diukur.

  • Pedagogis, disamping sebagai alat penilai hasil/ pencapaian belajar, evaluasi juga perlu diterapkan sebagai upaya perbaikan sikap dan tingkah laku ditinjau dari segi pedagogis untuk melihat perubahan sikap dan perilaku sehingga pada akhirnya hasil evaluasi mampu menjadi motivator bagi diri siswa. Hasil evaluasi hendaknya dirasakan sebagai ganjaran ( reward) yakni sebagai penghargaanbagi yang berhasil tetapi merupakan hukuman bagi yang tidak kurang berhasil.

  • Akuntabel, hasil evaluasi haruslah menjadi alat akuntabilitas atau bahan pertanggung jawaban bagi pihak yang berkepentingan seperti orangtua siswa, sekolah, dan lainnya. Pihak – pihak ini perlu mengetahui keadaan kemajuan belajar siswa agar dapat dipertimbangkan pemanfaatannya.

  • Prinsip keseluruhan, Prinsip keseluruhan/komprehensif dikatakan terlaksana dengan baik apabila evaluasi tersebut dilaksanakan secara bulat, utuh atau menyeluruh. Evaluasi hasil belajar harus dapat mencakup berbagai aspek yang dapat menggambarkan perkembangan atau perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri peserta didik sebagai makhluk hidup.

  • Kontinyu, Evaluasi hendaknya dilakukan secara terus-menerus selama proses pelaksanaan program. Evaluasi tidak hanya dilakukan terhadap hasil yang telah dicapai, tetapi sejak pembuatan rencana sampai dengan tahap laporan. Hal ini penting dimaksudkan untuk selalu dapat memonitor setiap saat atas keberhasilan yang telah dicapai dalam periode waktu tertentu.

  • Prinsip Diskriminalitas, Dalam hal ini penilaian harus mampu menunjukkan perbedaan di kalangan siswa secara individual. Apabila dalam suatu kelas tersebut menunjukkan nilai yang sama, maka penilaian tersebut akan sangat dipertanyakan.