Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran berbasis proyek atau Project Based Learning?

Pembelajaran

Pembelajaran merupakan proses pengubahan tingkah laku siswa melalui pengoptimalan lingkungan sebagai sumber stimulus belajar.

1 Like

Project based learning merupakan sebuah model pembelajaran yang sudah banyak dikembangkan di negara-negara maju. Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, project based learning bermakna sebagai pembelajaran berbasis proyek.

Project based learning adalah sebuah model atau pendekatan pembelajaran yang inovatif, yang menekankan belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks. Model pembelajaran berbasis proyek bukan sekedar merupakan rangkaian pertemuan kelas serta belajar kelompok kolaboratif, akan tetapi model ini memfokuskkan pada kreatifitas berpikir, pemcahan masalah dan interaksi antara siswa dengan siswa untuk menciptakan dan menggunakan pengetahuan baru.

Pendidikan yang berorientasi pada kecakapan hidup, pembelajaran berbasis kompetensi, dan proses pembelajaran yang diharapkan menghasilkan produk yang bernilai, menuntut lingkungan belajar yang kaya dan nyata, yang dapat memberikan pengalaman belajar yang diciptakan oleh siswa itu sendiri. Salah satu model pembelajaran yang mampu memberikan kesempatan pada siswa untuk menciptakan pengalaman belajar melalui pembelajaran project based learning.

Menurut Thomas, “pembelajaran Project Based Learning merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek”.

Kerja proyek memuat tugas-tugas yang kompleks menuntut siswa untuk merancang, memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan investigasi serta memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja secara mandiri.

Depdiknas (2003) menegaskan bahwa “Pembelajaran berbasis proyek/ tugas terstruktur ( Project-Based Learning ) merupakan pendekatan pembelajaran yang membutuhkan suatu pembelajaran komperhensif dimana lingkungan belajar siswa (kelas) didesain agar siswa dapat melakukan penyelidikan terhadap masalah autentik termasuk pendalaman materi suatu materi pelajaran, dan melaksseseorangan tugas bermakna lainnya”. Pendekatan ini memperkenankan siswa untuk belajar mandiri dalam menkonstruk (membentuk pembelajarannya, dan mengkulminasikannya dalam produk nyata.

Bern dan Erickson (2001) menegaskan bahwa “Pembelajaran berbasis proyek (project based learning) merupakan pendekatan yang memusat pada prinsip dan konsep utama suatu disiplin, melibatkan siswa dalam memecahkan masalah dan tugas penuh makna lainnya, mendorong siswa untuk bekerja mandiri membangun pembelajaran, dan pada akhirnya menghasilkan karya nyata”.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, project based learning merupakan strategi pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan paham pembelajaran konstruktivis yang menuntut peserta didik menyusun sendiri pengetahuannya. Project based learning memiliki potensi yang besar untuk membuat pengalaman belajar yang menarik dan bermakna. Ketika siswa bekerja di dalam tim, mereka menemukan keterampilan merencseseorangan, mengorganisasi, negosiasi dan membuat konsensus tentang isu-isu tugas yang akan dikerjakan, siapa yang bertanggung jawab untuk setiap tugas, dan bagaimana informasi akan dikumpulkan dan disajikan.

Keterampilan-keterampilan yang telah diidentifikasi oleh siswa ini merupakan keterampilan yang amat penting untuk keberhasilan hidupnya. Karena hakikat kerja proyek adalah kolaboratif, maka pengembangan keterampilan tersebut berlangsung antar siswa. Di dalam kerja kelompok suatu proyek, kekuatan individu dan cara belajar yang diacu memperkuat kerja tim sebagai suatu keseluruhan.

Sabar Nurohman (2007) menyatakan langkah-langkah pembelajaran dalam Project Based Learning terdiri dari:

  • Start With the Essential Question
    Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang dapat memberi penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas. Mengambil topik yang sesuai degnan reaitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam. Pengajar berusaha agar topik yang diangkat relevan untuk para peserta didik.

  • Design a Plan for the Project
    Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan peserta didik. Dengan demikian peserta didik diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan berbagai subjek yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek.

  • Create a Schedule
    Pengajar dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain:

    1. Membuat timeline untuk menyelesaikan proyek
    2. Membuat deadline penyelesaian proyek
    3. Membawa peserta didi agar merencseseorangan cara yang baru
    4. Membimbing pesrta didik ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan
    5. Meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara.
  • Monitor the Students and the Progress of the Project
    Pengajar bertanggung jawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara memfasilitasi peserta didik pada setiap proses. Dengan kata lain pengajar berperan menjadi mentor bagi aktivitas peserta didik. Agar mempermudah proses monitoring, dibuat sebuah rubric yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting.

  • Assess the Outcome
    Penilaian dilakukan untuk membantu pengajar dalam mengukur ketercapaian standard, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing-masing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai pesrta didik, membantu pengajar dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.

  • Evaluate the Experience
    Pada akhir proses pembelajaran, pengajar dan peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini peserta didik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan proyek. Pengajar dan peserta didik mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran.

Keuntungan pembelajaran berbasis proyek, menurut Moursund, adalah sebagai berikut:

  • Increased Motivation
    Dapat meningkatkan motivasi belajar siswa terbukti dari beberapa laporan penelitian tengang pembelajaran berbasis proyek yang menyatakan bahwa siswa sangat tekun, berusaha keras untuk menyelesaikan proyek, siswa merasa lebih bergairah dalam pembelajaran dan keterlambatan dalam kehadiran sangat berkurang.

  • Inceased Problem-Solving Ability
    Lingkungan belajar pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah, membuat siswa lebih aktif dan berhasil memecahkan masalah-masalah yang bersifat kompleks.

  • Improved Library Research Skills
    Keterampilan siswa untuk mencari dan mendapatkan informasi akan meningkat.

  • Increased Collaboration
    Pentingnya kerja kelompok dalam proyek memerlukan siswa mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi.

  • Increased Resource-Management Skills
    Dapat memberikan kepada siswa pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.

Menurut Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana (2009) model pembelajaran Project Based Learning adalah pendekatan pembelajaran yang memperkenankan peserta didik untuk bekerja mandiri dalam mengkonstruksi pembelajarannya dan mengkulminasikannya dalam produk nyata.

Sedangkan menurut Trianto (2014) Project Based Learning adalah sebuah model atau pendekatan pembelajaran yang inovatif, yang menekankan belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks.

Menurut Made Wena (2014) model pembelajaran Project Based adalah model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran dikelas dengan melibatkan kerja proyek.

Kerja proyek merupakan suatu bentuk kerja yang memuat tugas-tugas kompleks berdasarkan kepada pertanyaan dan permasalahan yang sangat menantang dan menuntun peserta didik untuk merancang, memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan kegiatan investigasi, serta memberikan kesempatan peserta didik untuk bekerja secara mandiri.

Dari beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Project Based Learning merupakan model pembelajaran inovatif yang melibatkan kerja proyek dimana peserta didik bekerja secara mandiri dalam mengkonstruksi pembelajarannya dan mengkulminasikannya dalam produk nyata. Dalam kerja proyek memuat tugas-tugas kompleks berdasarkan kepada pertanyaan dan permasalahan yang sangat menantang dan menuntun peserta didik untuk merancang, memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan kegiatan investigasi, serta memberikan kesempatan peserta didik untuk bekerja secara mandiri.

Langkah-Langkah Project Based Learning


Menurut Rais (2010) langkah-langkah model pembelajaran Project Based Learning adalah sebagai berikut :

1. Membuka pelajaran dengan suatu pertanyaan menantang (start with the big question)

Pembelajaran dimulai dengan sebuah pertanyaan driving question yang dapat memberi penugasan pada peserta didik untuk melakukan suatu aktivitas. Topik yang diambil hendaknya sesuai dengan realita dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam.

2. Merencanakan proyek (design a plan for the project)

Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara guru dengan peserta didik. Dengan demikian peserta didik diharapakan akan merasa memiliki atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial dengan mengintegrasikan berbagai subjek yang mendukung, serta menginformasikan alat dan bahan yang dapat dimanfaatkan untuk menyelesaikan proyek.

3. Menyusun jadwal aktivitas (create a schedule)

Guru dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Waktu penyelesaian proyek harus jelas, dan peserta didik diberi arahan untuk mengelola waktu yang ada. Biarkan peserta didik mencoba menggali sesuatu yang baru, akan tetapi guru juga harus tetap mengingatkan apabila aktivitas peserta didik melenceng dari tujuan proyek. Proyek yang dilakukan oleh peserta didik adalah proyek yang membutuhkan waktu yang lama dalam pengerjaannya, sehingga guru meminta peserta didik untuk menyelesaikan proyeknya secara berkelompok di luar jam sekolah. Ketika pembelajaran dilakukan saat jam sekolah, peserta didik tinggal mempresentasikan hasil proyeknya di kelas.

4. Mengawasi jalannya proyek (monitor the students and the progress of the project)

Guru bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara memfasilitasi peserta didik pada setiap proses. Dengan kata lain, guru berperan sebagai mentor bagi aktivitas peserta didik. Guru mengajarkan kepada peserta didik bagaimana bekerja dalam sebuah kelompok. Setiap peserta didik dapat memilih perannya masing- masing dengan tidak mengesampingkan kepentingan kelompok.

5. Penilaian terhadap produk yang dihasilkan (assess the outcome)

Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing- masing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai oleh peserta didik, serta membantu guru dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya. Penilaian produk dilakukan saat masing-masing kelompok mempresentasikan produknya di depan kelompok lain secara bergantian.

6. Evaluasi (evaluate the experience)

Pada akhir proses pembelajaran, guru dan peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini, peserta didik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan proyek.

Menurut Made Wena (2014) model pembelajaran Project Based Learning memiliki pronsip sebagai berikut :

  1. Prinsip sentralistis (centrality) menegaskan bahwa kerja proyek merupakan esensi dari kurikulum. Model ini merupakan pusat strategi pembelajaran, dimana peserta didik belajar konsep utama dari suatu pengetahuan melalui kerja proyek. Oleh karena itu, kerja proyek bukan merupakan praktik tambahan dan aplikasi praktis dari konsep yang sedang dipelajari, melainkan menjadi sentral kegiatan pembelajaran di kelas.

  2. Prinsip pertanyaan penuntun (driving question) berarti bahwa kerja proyek berfokus pada pertanyaan atau permasalahan yang dapat mendorong peserta didik untuk berjuang memperoleh konsep atau prinsip utama. Kriteria sebuah “driving question" adalah sebagai berikut:

    …a driving question must be simple to understand but also give enough information about what is being searched. This is really necessary to conduct project easily. Because the guidance of such a driving question will always make you remember on what you should focus and what action to take. It must be simple because it must researchable and give chance to easily determine what are the variables (Turgut, 2008).

  3. Prinsip investigasi konstruktif (constructive investigation) merupakan proses yang mengarah kepada pencapaian tujuan, yang mengandung kegiatan inkuiri, pembangunan konsep, dan resolusi. Penentuan jenis proyek haruslah dapat mendorong peserta didik untuk mengkonstruksi pengetahuan sendiri untuk memecahkan persoalan yang dihadapinya. Dalam hal ini guru harus mampu merancang suatu kerja proyek yang mampu menumbuhkan rasa ingin meneliti, rasa untuk berusaha memecahkan masalah, dan rasa ingin tahu yang tinggi.

  4. Prinsip otonomi (autonomy) dalam pembelajaran berbasis proyek dapat diartikan sebagai kemandirian peserta didik dalam melaksanakan proses pembelajaran, yaitu bebas menentukan pilihannya sendiri, bekerja dengan minimal supervisi, dan bertanggung jawab. Oleh karena itu, lembar kerja peserta didik, petunjuk kerja praktikum, dan yang sejenisnya bukan merupakan aplikasi dari PBL. Dalam hal ini guru hanya berperan sebagai fasilitator dan motivator untuk mendorong tumbuhnya kemandirian peserta didik.

  5. Prinsip realistis (realism) berarti bahwa proyek merupakan sesuatu yang nyata. PBL harus dapat memberikan perasaan realistis kepada peserta didik dan mengandung tantangan nyata yang berfokus pada permasalahan autentik, tidak dibuat-buat, dan solusinya dapat diimplementasikan di lapangan.

Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Project Based Learning


Menurut Made Wena (2014), model pembelajaran project based learning mempunyai beberapa kekurangan dan kelebihan sebagai berikut :

Kelebihan Model Pembelajaran Project Based Learning

  1. Meningkatkan motivasi

  2. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah

  3. Meningkatkan kolaborasi

  4. Meningkatkan keterampilan mengelola sumber

  5. Increased resource–management skill

Kelemahan Model Pembelajaran Project Based Learning

  1. Memerlukan banyak waktu yang harus diselesaikan untuk menyelesaikan masalah.

  2. Memerlukan biaya yang cukup banyak.

  3. Banyak peralatan yang harus disediakan.

Project Based Learning (PjBL) merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek. Proyek ini memuat tugas yang kompleks berdasarkan pada pertanyaan dan permasalahan yang sangat menantang, dan menuntut siswa bekerja melalui serangkaian tahap metode ilmiah (Thomas dalam Wena, 2010). PjBL mengharuskan siswa untuk berpikir kritis, analitis, menggunakan kemampuan berpikir yang tinggi, membutuhkan kolaborasi, komunikasi, pemecahan masalah dan pembelajaran yang mandiri.

PjBL dilakukan untuk (a) mengajarkan konsep yang penting, (b) memerlukan kemampuan berpikir kritis, kemampuan memecahkan masalah, kolaborasi dan berbagai macam bentuk komunikasi, © membutuhkan penyelidikan sebagai bagian dari pembelajaran dan menghasilkan sesuatu, (d) terorganisasi pada sebuah pertanyaan penuntun, (e) menganalisa kebutuhan untuk mengetahui konsep penting dan keterampilan, (f) memberikan kesempatan siswa untuk berpendapat, memilih dan bertanggungjawab, (g) mencakup proses revisi dan refleksi, dan (h) melibatkan guru, teman sekelas, serta orang lain sebagai “ public audience ”.

PjBL juga didefinisikan sebagai metode pengajaran sistematik yang mengajak siswa untuk belajar dan meningkatkan keterampilan hidup melalui sebuah perluasan proses penemuan komplek terstruktur, pertanyaan yang autentik, produk yang terencana dengan baik dan tugas-tugas. PjBL merupakan model pembelajaran yang menekankan pada pengajaran yang berpusat pada siswa dengan memberikan penugasan, memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja membentuk pengetahuannya sendiri pada situasi nyata, dan menghasilkan produk (Project-Based Learning, 2012).

Keberagaman definisi PjBL dihubungkan dengan tidak adanya model dan teori yang diterima secara universal yang muncul dalam berbagai variasi penelitian PjBL dan pengembangannya (Thomas, 2000). Hal yang lebih penting dan mengacu pada tepatnya definisi PjBL adalah bagaimana cara mengefektifkan PjBL dalam pembelajaran. Terlepas dari beragamnya definisi PjBL, model ini didukung oleh teori belajar konstruktivisme yang menyatakan bahwa struktur dasar suatu kegiatan terdiri atas tujuan yang hendak dicapai merupakan subjek yang berada dalam konteks suatu masyarakat di mana pekerjaan itu dilakukan dengan perantara alat-alat, peraturan kerja, pembagian tugas yang bertumpu pada kegiatan aktif dalam bentuk melakukan sesuatu (learning by doing).

Prinsip-prinsip PjBL

PjBL sebagai salah satu model pembelajaran mempunyai prinsipprinsip tertentu, yaitu.

a) Prinsip sentralis ( centrality ) menegaskan bahwa PjBL harus merupakan esensi dari kurikulum, dilakukan sebagai kegiatan utama dalam pembelajaran, bukan hanya sebagai kegiatan pendamping atau praktik tambahan untuk memahami konsep yang sedang dipelajari.

b) Prinsip pertanyaan pendorong atau penuntun ( driving question ) berarti kerja proyek yang dilakukan harus mendorong siswa memperoleh konsep dan prinsip suatu bidang tertentu.

c) Prinsip investigasi konstruktif ( constructive investigation ) merupakan proses yang mengarah pada pencapaian tujuan yang mengandung kegiatan inkuiri, pembangunan konsep, dan resolusi. PjBL juga harus mencakup proses transformasi dan konstruksi pengetahuan (Bereiter&Scardamalia dalam Wena 2010)

d) Prinsip otonomi ( autonomy ) memberikan kebebasan pada siswa untuk menentukan sendiri pilihan dan bertanggungjawab atas proyek yang dilakukannya. Guru hanya berperan sebagai fasilitator dan motivator dalam pelaksanaan proyek siswa. Oleh karena itulah, lembar kerja siswa dan petunjuk praktikum bukan merupakan instrumen PjBL.

e) Prinsip realistis ( realism ) mengandung arti bahwa proyek yang dilakukan oleh siswa merupakan sesuatu yang nyata terjadi di masyarakat bukan merupakan sebuah simulasi yang dibuat-buat. Dengan cara ini diharapkan siswa dapat belajar pada dunia kerja sesungguhnya.

Keunggulan PjBL

PjBL mempunyai keunggulan dan memberikan keuntungan dalam kegiatan belajar mengajar. Beberapa keuntungan PjBL menurut Moursund dalam Wena (2010) antara lain:

a) Increased motivation . PjBL terbukti menigkatkan motivasi belajar siswa melalui keterlibatan mereka dalam proyek yang mereka pilih sendiri.

b) Increased problem-solving ability . PjBL dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah yang bersifat kompleks dan membuat siswa lebih aktif.

c) Improved library research skills . PjBL mempersyaratkan siswa untuk dapat secara cepat memperoleh informasi, sehingga meningkatkan kemampuan siswa dalam mencari dan mendapatkan informasi.

d) Increased collaboration . PjBL memerlukan kerja kelompok dalam pelaksanaan proyeknya. Kerja kelompok sangat membutuhkan komunikasi, pertukaran informasi, evaluasi dan kerja sama yang baik, sehingga PjBL akan meningkatkan kemampuan kerja kelompok siswa.

e) Increased resource-management skills . Hal ini berkaitan dengan prinsip otonomi dari PjBL. Siswa harus merancang dan menyusun proyek yang mereka pilih sesuai dengan alokasi waktu yang telah ditentukan. Oleh karena itulah, kemampuan manajemen siswa akan semakin terasah melalui PjBL.

Langkah-langkah PjBL

PjBL mempunyai langkah-langkah tertentu dalam pelaksanaannya. Di samping langkah dalam pembelajarannya, PjBL juga mempunyai strategi dalam menyusun proyek yang akan dilakukan. Stienberg dalam Wena (2010) mengajukan enam strategi dalam mendesain suatu proyek, yaitu:

a. Authenticity (keautentikan),

b. Academic rigor (ketaatan terhadap nilai akademik),

c. Applied learning (belajar pada dunia nyata),

d. Active exploration (aktif meneliti),

e. Adult relationship (hubungan dengan ahli), dan

f. Assessment (penilaian).

Keenam langkah evaluatif tersebut dapat dijadikan pedoman untuk merancang proyek dalam PjBL.

The George Lucas Educational Foundation (2005) mengemukakan langkah-langkah PjBL sebagai berikut.

Start with the essential question

Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan yang esensial yaitu pertanyaan yang dapat memberi penugasan kepada siswa untuk melakukan sesuatu kegiatan. Topik yang diambil harus relevan, sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan investigasi mendalam.

b. Design a plan for the project

Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara guru dan siswa agar siswa merasa “memiliki” atas proyek yang direncanakan. Perencanaan berisi aturan main, pemilihan aktivitas yang mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, mengintegrasikan berbagai subyek yang mungkin dan mengetahui alat serta bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek.

c. Create a schedule

Aktivitas pada tahap ini antara lain (1) membuat timeline penyelesaian proyek, (2) membuat deadline penyelesaian proyek, (3) membawa siswa agar merencanakan cara yang baru, (4) membimbing siswa ketika mereka membuat langkah yang tidak berhubungan dengan proyek, dan (5) meminta siswa untuk membuat penjelasan atau alasan tentang pemilihan suatu cara.

d. Monitor the students and the progress of the project

Pengawasan dilakukan oleh guru selama siswa menyelesaikan proyek. Pengawasan dapat dilakukan dengan cara memfasilitasi siswa pada setiap proses dan berperan sebagai mentor bagi setiap aktivitas siswa. Rubrik yang merekam seluruh aktivitas siswa yang penting dapat disusun untuk mempermudah proses monitoring.

e. Assess the outcome

Penilaian dilakukan untuk mengukur ketercapaian standar, mengevaluasi kemajuan masing-masing siswa, memberi umpan balik tingkat pemahaman siswa yang telah dicapai, dan membantu guru untuk menyusun strategi pembelajaran berikutnya.

f. Evaluate the experience

Pada akhir proses pembelajaran, guru dan siswa melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang telah dijalankan. Refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini siswa diminta mengungkapkan perasaan dan pengalaman selama kegiatan proyek. Guru dan siswa mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab pertanyaan esensial yang diajukan.

Ada beberapa kelebihan dan kekurangan pada model pembelajaran Project Based Learning. Menurut Eka Ikhsanudin (2014) kelebihan dan kekurangan pada penerapan Pembelajaran Berbasis Proyek antara lain sebagai berikut :

Keuntungan Pembelajaran Berbasis Proyek :

  1. Meningkatkan motivasi belajar peserta didik.

  2. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.

  3. Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang kompleks.

  4. Meningkatkan kolaborasi.

  5. Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktekkan keterampilan komunikasi.

  6. Meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola sumber belajar.

  7. Memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktek dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.

  8. Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata.

  9. Melibatkan peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata.

  10. Membuat suasana pembelajaran menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik maupun pendidik menikmati proses pembelajaran.

Kelemahan Pembelajaran Berbasis Proyek adalah sebagai berikut :

  1. Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.

  2. Banyak guru yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, dimana guru yang memegang peran utama di kelas.

  3. Banyak peralatan yang harus disediakan.

  4. Ada kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam kelompok.

Pembelajaran berbasis proyek atau Project based learning, merupakan salah satu model pembelajaran yang dikembangkan dalam kegiatan belajar mengajar. Ada beberapa pengertian mengenai pembelajaran berbasis proyek.

Wena (2011) menyatakan bahwa “pembelajaran berbasis proyek atau project based learning sebagai model pembelajaran yang melibatkan peserta didik dalam transfer pengetahuan”.

Model pembelajaran berbasis proyek atau project based learning menyerupai pembelajaran berbasis masalah hal ini dikarenakan permulaan pembelajaran berdasarkan adanya permasalahan yang diungkap, serta kegiatan belajar bersifat kolaboratif ataupun berkelompok yang menekankan lingkungan peserta didik menjadi aktif.

Perbedaanya terletak pada objek, dimana pada pembelajaran berdasar masalah diperlukan perumusan masalah, pengumpulan data dan analisis sedangkan dalam pembelajaran berbasis proyek, peserta didik lebih didorong dalam pembelajaran berbasis proyek, peserta didik lebih didorong dalam kegiatan merancang atau desain dari mulai: merumuskan job, merancang, mengkalkulasikan, melaksanakan pekerjaan dan mengevaluasi hasil.

Karakteristik Pembelajaran Berbasis Proyek menurut Wena 2012) yaitu :

  1. Pembelajar membuat kerangka kerja dan keputusan.
  2. Ada permasalahan dan pemecahan yang belum ditentukan sebelumnya.
  3. Pembelajar merancang proses untuk menentukan hasil.
  4. Pembelajar bertanggung jawab dalam mengelola informasi yang didapat.
  5. Ada evaluasi secara kontinu.
  6. Pembelajar secara teratur melihat kembali hasil pekerjaannya.
  7. Hasil akhir berupa produk yang diuji kualitasnya.

Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Berbasis Proyek


Keunggulan PBP

  1. Meningkatkan motivasi. pengerjaan proyek berupa gambar maupun laporan yang diberikan cenderung meningkatkan ketekunan peserta didik dalam belajar.

  2. Meningkatkan Kemampuan pemecahan masalah. banyak sumber yang mendiskripsikan lingkungan belajar berbasis proyek membuat siswa menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem–problem yang kompleks.

  3. Meningkatkan kekompakan dan kolaborasi. pentingnya kerja kelompok dalam proyek mengembangkan dan mempraktikkan ketrampilan komunikasi (Johnson & Johnson, 1989).

  4. Meningktakan ketrampilan mengelola sumber. proyek yang diimplementasikan secara baik memberikan peserta didik pembelajaran dan praktik dalam mengorganisir proyek, dan membuat alokasi wakdu dan sumber–sumber lain seperti menyelesaikan tugas.

Kelemahan PBP

  1. Kurikulum yang berlaku di negara kita saat ini, baik secara vertikal maupun horizontal, belum menunjang pelaksanaan metode.

  2. Organisasi bahan pelajaran, perencanaan, dan pelaksanaan metodeinisukardan memerlukan keahlian khusus dari guru, sedangkan para guru belumdisiapkanuntuk pembelajaran metode ini.

  3. Harus dapat memilih topik unit yang tepat sesuai kebutuhan anak didik, cukup fasilitas, dan memiliki sumber-sumber belajar yang diperlukan.

  4. Bahan pelajaran sering menjadi luas sehingga dapat mengaburkan pokok unit yang dibahas.

Tahapan Pembelajaran berbasis proyek


Tahapan dalam proses pembelajaran berbasis proyek atau project based learning, yaitu:

  1. Memberikan informasi proyek yang akan dikerjakan.
  2. Menentukan waktu dan lamanya pengerjaan proyek.
  3. Membentuk kelompok.
  4. Memberikan gambaran langkah–langkah pengerjaan proyek.
  5. Menugaskan kelompok untuk memulai kegiatan.
  6. Menugaskan bagi masing–masing proyek untuk.
  7. Mempresentasikan di depan kelas.
  8. Menarik kesimpulan.