Apa yang dimaksud dengan Kelompok Sosial ?

Kelompok sosial

Kelompok sosial merupakan kelompok yang anggotanya memiliki kesadaran jenis dan berhubungan satu dengan yang lainnya, tetapi tidak terikat dalam ikatan organisasi. Contoh: Kelompok pertemuan, kerabat.

Apa yang dimaksud dengan Kelompok Sosial ?

Menurut Sorjono Soekanto, kelompok sosial adalah himpunan atau kesatuan-kesatuan yang hidup bersama karena adanya hubungan di antara mereka secara timbal balik dan saling mempengaruhi.

Menurut Hendro Puspito, Kelompok sosial adalah suatu kumpulan nyata, teratur dan tetap dari individu-individu yang melaksanakan peran-perannya secara berkaitan guna mencapai tujuan bersama.

Menurut Paul B. Horton & Chaster L. Hunt, Kelompok sosial adalah suatu kumpulan manusia yang memiliki kesadaran akan keanggotaannya dan saling berinteraksi.

Hampir semua manusia pada awalnya merupakan anggota kelompok sosial yang dinamakan keluarga. Setiap anggota kelompok mempunyai pengalaman masing-masing dalam hubungannya dengan kelompok-kelompok sosial lainnya diluar rumah. Bila mereka berkumpul, terjadilah tukar menukar pengalaman diantara mereka. Pada saat demikian, bukanlah pertukaran pengalaman semata, tetapi para anggota keluarga tersebut mungkin telah mengalami perubahan-perubahan walaupun sama sekali tidak disadari. Saling tukar menukar pengalaman di dalam kehidupan berkelompok mempunyai pengaruh yang besar di dalam pembentukan kepribadian individu-individu yang bersangkutan.

Pada dasarnya, manusia mempunyai naluri untuk senantiasa berhubungan dengan sesamanya. Hubungan yang berkesinambungan tersebut menghasilkan pola pergaulan yang dinamakan pola interaksi sosial. Pergaulan tersebut menghasilkan pandangan-pandangan mengenai kebaikan dan keburukan. Pandangan-pandangan tersebut merupakan nilai-nilai manusia, yang kemudian sangat berpengaruh terhadap cara dan pola berpikirnya.

Pola berpikir yang dianut seseorang akan mempengaruhi sikapnya. Sikap tersebut merupakan kecenderungan untuk berbuat atau tidak berbuat terhadap manusia, benda, atau keadaan.

Kelompok sosial adalah kumpulan orang yang memiliki kesadaran bersama akan keanggotaan dan saling berinteraksi. Kelompok diciptakan oleh anggota masyarakat. Kelompok juga dapat mempengaruhi perilaku para anggotanya. Kelompok sosial merupakan salah satu focus perhatian dari pusat pemikiran sosiologis, karena titik tolaknya adalah kehidupan bersama. Semua orang atau individu dalam dunia ini pada awalanya merupakan anggota kelompok sosial yang bernama keluarga. Ciri dasar suatu kelompok menurut Huky (1987), yaitu :

  • Kelompok selalu terdiri dari paling sedikit dua orang adan terus dapat bertambah menjadi lebih dari itu.

  • Kelompok sebenarnya tidak dianggap terbentuk karena memenuhi persyaratan jumlah.

  • Komunikasi dan interaksi yang merupakan unsure pokok suatu kelompok, harus bersifat timbale balik.

  • Kelompok itu bisa sepanjang hidup atau jangka panjang, tetapi juga bisa bersifat sementara atau jangka pendek.

  • Kelompok dan ciri kehidupan kelompok juga dapat ditemukan di antara kehidupan binatang, seperti lebah, kera dan sebagainya.

  • Minat dan kepentingan bersama merupakan warna utama pembentukan kelompok.

  • Pembentukan kelompok dapat didasarkan pada situasi yang beranekaragam, di mana dalam situasi itu manusia dituntut untuk bersatu.

Dalam kaitan dengan sumber pembentukan kelompok, maka sekarang ada 2 asumsi popular yang menurut Huky (1987), yaitu :

  • Sumber pembentukan kelompok yaitu adanya minat dan kepentingan bersama.
  • Sumber pembentukan kelompok yaitu insting menusia yang selalu mendorongnya untuk berkelompok.

Proses Terbentuknya Kelompok Sosial


Proses terbentuknya suatu kelompok sosial karena adanya naluri manusia yang selalu ingin hidup bersama, itulah sebanya dalam masyarakat manusia dapat dipersamakan dengan masyarakat binatang. Sejak manusia dilahirkan sudah menpunyai kecenderungan atas dasar dorongan nalurinya secara biologis untuk hidup berkelompok. Ada 2 hasrat pokok yang dimiliki manusia sehingga terdorong untuk hidup berkelompok, yaitu :

  • Hasrat untuk bersatu dengan manusia-manusia di sekitarnya
  • Hasrat untuk bersatu dengan situasi alam sekitarnya.

Syarat Kelompok Sosial


Mengenai batasan pengertian dari kelompok sosial masih belum terdapat adanya kesamaan pandangan tentang hal tersebut. Dengan tidak adanya keseragaman tersebut menunjukkan bahwa kelompok sosial itu memiliki banyak aspek. Syarat kelompok menurut Baron dan Byrne (1990), yaitu :

  • Interaksi, anggota-anggota seharusnya berinteraksi satu sama lain.

  • Interdependen, apa yang terjadi pada seorang anggota akan mempengaruhi perilaku anggota yang lain.

  • Stabil, hubungan tidak ada lamanya waktu yang berarti (bisa minggu, bulan dan tahun). Tujuan yang dibagi, beberapa tujuan bersifat umum bagi semua anggota.

  • Struktur, fungsi tiap anggota harus memiliki beberapa macam struktur sehingga mereka memiliki set peran.

  • Persepsi, anggota harus merasakan diri mereka sebagai bagian dari kelompok.

Ciri-ciri kelompok sosial


Menurut Kartono (1990), ada beberapa ciri-ciri dari kelompok sosial, yaitu:

  • Terdapat dorongan atau motif yang sama antar individu satu dengan yang lain.
  • Terdapat akibat-akibat interaksi yang berlainan terhadap individu satu dengan yang lain berdasarkan rasa dan kecakapan yang berbeda-beda antara individu yang terlibat di dalamnya.
  • Adanya penegasan dan pembentukan struktur atau organisasi kelompok yang jelas dan terdiri dari peranan-peranan dan kedudukan masing-masing.
  • Adanya peneguhan norma pedoman tingkah laku anggota kelompok yang mengatur interaksi dalam kegiatan anggota kelompok untuk mencapai tujuan yang ada.
  • Adanya pergerakan yang dinamik.

Manusia pada dasarnya dilahirkan seorang diri namun di dalam proses kehidupan selanjutnya, manusia membutuhkan manusia lain disekelilingnya. Ini merupakan salah satu pertanda bahwa manusia itu adalah makhluk sosial yaitu mahluk yang hidup bersama (Soleman B. Taneko, 1984).

Manusia adalah makhluk individu yang tidak dapat melepaskan diri dari hubungan dengan manusia lain. Sebagai akibat dari hubungan yang terjadi diantara individu-individu (manusia) kemudian lahirlah kelompok-kelompok sosial (social group) yang dilandasi oleh kesamaan-kesamaan kepentingan bersama.

Menurut Soerjono Soekanto dalam bukunya Sosiologi Suatu Pengantar (2006), beberapa persyaratan setiap himpunan manusia dapat dinamakan kelompok sosial, antara lain:

  • Adanya kesadaran pada setiap anggota kelompok bahwa dia merupakan sebagian dari kelompok yang bersangkutan.

  • Ada hubungan timbal- balik antara anggota yang satu dengan anggota yang lainnya.

  • Ada suatu faktor yang dimiliki bersama sehingga hubungan antar mereka bertambah erat, yang dapat merupakan nasib yang sama, kepentingan yang sama, tujuan yang sama, ideologi politik yang sama dan lain- lain. Tentunya faktor mempunyai musuh bersama misalnya, dapat pula menjadi faktor pengikat/ pemersatu.

  • Berstruktur, berkaidah, dan mempunyai pola perilaku.

  • Bersistem dan berproses.

Kelompok sosial atau social group adalah himpunan atau kesatuan manusia yang hidup bersama, karena adanya hubungan diantara mereka. Hubungan tersebut antara lain menyangkut hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi dan juga suatu kesadaran saling menolong (Soerjono Soekanto, 2006). Dengan adanya interaksi sosial antar individu dalam masyarakat akan membentuk suatu kelompok sosial.

Interaksi sosial antar individu dapat terjadi karena adanya rasa saling membutuhkan. Menurut Sherif and Sherif dalam (Abu Ahmadi, 2002), kelompok adalah suatu unit sosial yang terdiri dari dua atau lebih individu yang telah mengadakan interaksi sosial yang cukup intensif dan teratur, sehingga diantara individu itu sudah terdapat pembagian tugas, struktur dan norma- norma yang khas bagi kelompok itu.

Macam- macam Kelompok Sosial

Masyarakat memiliki berbagai macam kelompok sosial yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Macam- macam kelompok dalam masyarakat (Bimo Walgito, 2010) antara lain:

  • Besar kecilnya kelompok atau ukuran kelompok, ada kelompok kecil dengan beranggotakan kurang dari 20 orang dan kelompok besar beranggotakan lebih dari 20 orang.

  • Tujuan, merupakan kelompok yang terbentuk berdasarkan anggota yang memiliki tujuan yang sama, misalnya kelompok belajar.

  • Value (nilai), merupakan kelompok yang terbentuk atas dasar orang- orang yang memiliki kesamaan nilai, misalnya kelompok agama.

  • Duration (waktu lamanya), ada kelompok yang jangka waktunya pendek dan juga kelompok dengan jangka waktunya lama

  • Scope of activities, merupakan kelompok yang terbentuk berdasarkan jumlah aktivitasnya.

  • Minat, merupakan kelompok yang beranggotakan orang- orang memiliki minat yang sama, misalnya kelompok pemancing

  • Daerah asal, merupakan kelompok yang terbentuk berdasarkan kesamaan daerah asal, misalnya ikatan mahasiswa berasal dari daerah Yogyakarta.

  • Formalitas, ada kelompok formal dan ada juga kelompok informal.

Sebuah teori pada hakikatnya merupakan hubungan antara dua fakta atau lebih, atau pengaturan fakta-fakta menurut cara-cara tertentu. Fakta tersebut merupakan sesuatu yang dapat diamati dan pada umumnya dapat diuji secara empiris.

Menurut Joseph S. Roucek dan Roland L. Warren (1984), menyatakan bahwa kelompok sosial adalah suatu kelompok yang meliputi dua atau lebih manusia, yang diantara mereka terdapat beberapa pola interaksi yang dapat dipahami oleh para anggotanya atau orang lain secara keseluruhan (Budiyono, 2009).

Teori terbentuknya kelompok yang sangat dasar ialah teori kedekatan (Propinquity Theory) yang dikembangkan oleh Fred Luthans (1939). Teori ini menjelaskan tentang adanya afiliasi (perkenalan) diantara orang-orang tertentu. Seseorang berhubungan dengan orang lain disebabkan karena kedekatan ruang dan daerahnya.

Selanjutnya teori alasan praktis (practicalities theory of group formation) yang dikembangkan oleh H. Joseph Reitz (1985). Teori ini menyatakan bahwa kelompok terbentuk karena kelompok cenderung memberikan kepuasan atas kebutuhan-kebutuhan sosial yang mendasar dari orang-orang yang berkelompok. Kebutuhan-kebutuhan sosial praktis tersebut dapat berupa alasan ekonomi, status sosial, keamanan, politis, dan alasan sosial lainnya.

Contoh seperti seseorang mengelompok disebabkan karena alasan hobi, senasib, atau alasan-alasan sosial demikian seterusnya. Alasan-alasan praktis ini membuat orang- orang dapat mengelompokkan diri dalam satu group.

Teori lainnya ialah teori keseimbangan (a balance theory of group formation) dari Theodore M. Newcomb (1903-1984) berasumsi bahwa seseorang tertarik untuk berkelompok dengan orang lain atas dasar adanya kesamaan-kesamaan tertentu, misalnya kesamaan sikap dalam menanggapi suatu tujuan maupun kesamaan agama, ideology, gaya hidup, pekerjaan,status sosial, dan sebagainya (Thomas, 2008).

Banyak teori lain yang menjelaskan mengenai pembentukan kelompok. Umumnya teori-teori tersebut saling melengkapi, karena teori yang satu menerangkan sisi yang berbeda dari teori yang lainnya, sehingga perbedaan sisi tadi yang membuat teori-teori pembentukan kelompok tersebut saling melengkapi.

Dalam mempelajari kelompok para sosiolog telah mengidentifisir tiga tipe pokok, yakni :

  1. Kelompok sebagai orang-orang yang berkumpul secara fisik.

  2. Sejumlah orang yang memiliki kesamaan karakteristik tertentu.

  3. Sejumlah orang yang memiliki pola interaksi tertentu yang berlangsung secara terus-menerus dan melembaga.

Secara rinci dapat dikatakan komponen berdirinya kelompok adalah:

  1. Adanya gagasan perhatian bersama.

  2. Adanya kesetiaan bersama.

  3. Adanya partisipasi dari anggota- anggota kelompok (Cohen. J. Bruce)

Kelompok-kelompok sosial merupakan kesatuan sosial yang terdiri dari kumpulan individu-individu yang hidup bersama dengan mengadakan hubungan timbal balik yang cukup intensif dan teratur, sehingga daripadanya diharapkan adanya pembagian tugas, struktur, serta norma- norma tertentu yang berlaku bagi mereka.

Dengan kata lain setiap kumpulan individu tidak dapat disebut kelompok sosial selama belum memenuhi kriteria-kriteria seperti di bawah ini:

  1. Setiap individu harus merupakan bagian dari kesatuan sosial.

  2. Terdapat hubungan timbal balik diantara individu-individu yang tergabung dalam kelompok.

  3. Adanya faktor-faktor yang sama dan dapat mempererat hubungan mereka yang bergabung dalam kelompok. Faktor-faktor tersebut antara lain: nasib yang sama, kepentingan yang sama, tujuan yang sama, dan lain sebagainya.

  4. Berstruktur, berkaidah dan memepunyai pola perilaku.

  5. Bersistem dan berproses (J. Dwi Narwoko & Bagong Suyanto, 2011).

Kelompok sosial adalah kumpulan orang yang memiliki kesadaran bersama akan keanggotaan dan saling berinteraksi. Kelompok diciptakan oleh anggota masyarakat. Kelompok juga dapat mempengaruhi perilaku para anggotanya. Kelompok-kelompok sosial merupakan himpunan manusia yang saling hidup bersama dan menjalani saling ketergantungan dengan sadar dan tolong menolong (R.M. Macler & Charles H. Page: Society, An Introductory Analysis, Macmillan & Co.Ltd., London, 1961).

Kelompok sosial atau social group adalah himpunan atau kesatuan manusia yang hidup bersama, karena adanya hubungan di antara mereka. Hubungan tersebut antara lain menyangkut hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi dan juga suatu kesadaran untuk saling menolong (Soejono Soekanto, 2006).

Ciri dan Syarat Kelompok Sosial


Berikut ini akan disebutkan beberapa ciri kelompok sosial.

  1. Terdapat dorongan atau motif yang sama antar individu satu dengan yang lain
  2. Terdapat akibat-akibat interaksi yang berlainan terhadap individu satu dengan yang lain berdasarkan rasa dan kecakapan yang berbeda-beda antara individu yang terlibat di dalamnya.
  3. Adanya penegasan dan pembentukan struktur atau organisasi kelompok yang jelas dan terdiri dari peranan-peranan dan kedudukan masing-masing .
  4. Adanya peneguhan norma pedoman tingkah laku anggota kelompok yang mengatur interaksi dalam kegiatan anggota kelompok untuk mencapai tujuan yang ada.
  5. Berlangsungnya suatu kepentingan.
  6. Adanya pergerakan yang dinamik.

Adapun syarat kelompok sosial sebagai berikut.

  1. Setiap anggota kelompok tersebut harus sadar bahwa dia merupakan sebagian dari kelompok yang bersangkutan.
  2. Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota lainnya.
  3. Terdapat suatu faktor yang dimiliki bersama oleh anggota-anggota kelompok itu, sehingga hubungan antara mereka bertambah erat. Faktor tadi dapat merupakan nasib yang sama, kepentingan yang sama, tujuan yang sama, ideologi politik yang sama dan lain-lain.
  4. Berstruktur, berkaidah dan mempunyai pola perilaku.

Macam-macam Kelompok Sosial


1. Klasifikasi Macam-macam Kelompok Sosial

Menurut Robert Bierstedt, kelompok memiliki banyak jenis dan dibedakan berdasarkan ada tidaknya organisasi, hubungan sosial antara kelompok, dan kesadaran jenis. Bierstedt kemudian membagi kelompok berdasarkan ada tidaknya organisasi hubungan sosial antara kelompok, dan kesadaran jenis menjadi empat macam antara lain:

  1. Kelompok statis, yaitu kelompok yang bukan organisasi, tidak memiliki hubungan sosial dan kesadaran jenis di antaranya. Contoh: Kelompok penduduk usia 10-15 tahun di sebuah kecamatan.

  2. Kelompok kemasyarakatan, yaitu kelompok yang memiliki persamaan tetapi tidak mempunyai organisasi dan hubungan sosial di antara anggotanya.

  3. Kelompok sosial, yaitu kelompok yang anggotanya memiliki kesadaran jenis dan berhubungan satu dengan yang lainnya, tetapi tidak terikat dalam ikatan organisasi. Contoh: Kelompok pertemuan, kerabat, dan lain-lain.

  4. Kelompok asosiasi, yaitu kelompok yang anggotanya mempunyai kesadaran jenis dan ada persamaan kepentingan pribadi maupun kepentingan bersama. Dalam asosiasi, para anggotanya melakukan hubungan sosial, kontak dan komunikasi, serta memiliki ikatan organisasi formal. Contoh: negara, sekolah, dan lain-lain.

Berdasarkan interaksi sosial agar ada pembagian tugas, struktur dan norma yang ada, kelompok sosial dapat dibagi menjadi beberapa macam, antara lain:

  1. Kelompok Primer
    Merupakan kelompok yang didalamnya terjadi interaksi sosial yang anggotanya saling mengenal dekat dan berhubungan erat dalam kehidupan, sedangkan menurut Goerge Homan, kelompok primer merupakan sejumlah orang yang terdiri dari beberapa orang yang acapkali berkomunikasi dengan lainnya sehingga setiap orang mampu berkomunikasi secara langsung (bertatap muka) tanpa melalui perantara. Misalnya, keluarga, RT, kawan sepermainan, kelompok agama, dan lain-lain.

  2. Kelompok Sekunder
    Jika interaksi sosial terjadi secara tidak langsung, berjauhan, dan sifatnya kurang kekeluargaan. Hubungan yang terjadi biasanya bersifat lebih objektif. Misalnya, partai politik, perhimpunan serikat kerja dan lain-lain.

  3. Kelompok Formal
    Pada kelompok ini ditandai dengan adanya peraturan atau Anggaran Dasar (AD), Anggaran Rumah Tangga (ART) yang ada. Anggotanya diangkat oleh organisasi. Contoh dari kelompok ini adalah semua perkumpulan yang memiliki AD/ART.

  4. Kelompok Informal
    Merupakan suatu kelompok yang tumbuh dari proses interaksi, daya tarik, dan kebutuhan-kebutuhan seseorang. Keanggotan kelompok biasanya tidak teratur dan keanggotaan ditentukan oleh daya tarik bersama dari individu dan kelompok. Kelompok ini terjadi pembagian tugas yang jelas tapi bersifat informal dan hanya berdasarkan kekeluargaan dan simpati. Misalnya, kelompok arisan dan sebagainya.

2. Kelompok Sosial Dipandang dari Sudut Individu

Suatu individu merupakan kelompok kecil dari suatu kelompok sosial atas dasar usia, keluarga, kekerabatan, seks, pekerjaan, hal tersebut memberikan kedudukan prestise tertentu/sesuai adat istiadat. Dengan kata lain keanggotaan dalam masyarakat tidak selalu gratis.

3. In Group dan Out Group

Summer membedakan antara in group dan out group. In group merupakan kelompok sosial yang dijadikan tempat oleh individu-individunya untuk mengidentifikasikan dirinya. Out group merupakan kelompok sosial yang oleh individunya diartikan sebagai lawan in group jelasnya kelompok sosial di luar anggotanya disebut out group.

Contohnya, istilah kita atau kami menunjukkan adanya artikulasi in group, sedangkan mereka berartikulasi out group. Perasaan in group atau out group didasari dengan suatu sikap yang dinamakan etnosentris, yaitu adanya anggapan bahwa kebiasaan dalam kelompoknya merupakan yang terbaik dibandingkan dengan kelompok lainnya. Sikap in group dan out group dapat dilihat dari kelainan berwujud antagonisme atau antipati. Sikap in group dan out group merupakan dasar sikap etnosentrisme yang merupakan sikap bahwa setiap sesuatu yang merupakan produk kelompoknya dianggap paling baik dan benar. (JBAF Mayor Polak, Buku Pengantar Ringkas, Balai Buku Ikhtiar Jkt, 1966).

4. Kelompok Primer dan Kelompok Sekunder

Charles Horton Cooley mengemukakan tentang kelompok primer (primary group) atau face to face group merupakan kelompok sosial yang paling sederhana, di mana para anggota-anggotanya saling mengenal, di mana ada kerja sama yang erat. Contohnya, keluarga, kelompok bermain, dan lain-lain. Kelompok sekunder (secondary group) ialah kelompok yang terdiri dari banyak orang, bersama siapa hubungannya tidak perlu berdasarkan pengenalan secara pribadi dan sifatnya tidak begitu langgeng, contohnya, hubungan kontrak jual beli.

5. Paguyuban dan Patembayan

Tonnies dan Loomis menyatakan bahwa paguyuban (gemeinschaft) ialah bentuk kehidupan bersama, di mana para anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah serta kekal, dasar hubungan tersebut adalah rasa cinta dan rasa persatuan batin yang memang telah dikodratkan. Hubungan seperti ini dapat dijumpai dalam keluarga, kelompok kekeluargaan, rukun tetangga, dan lain-lain.

Patembayan (gesellschaft) yaitu berupa ikatan lahir yang bersifat pokok untuk jangka waktu yang pendek, bersifat imajiner dan strukturnya bersifat mekanis sebagaimana terdapat dalam mesin. Ia bersifat sebagai suatu bentuk dalam pikiran belaka. Contohnya, ikatan antar pedagang, organisasi dalam suatu pabrik, dan lain-lain.

6. Formal Group dan Informal Group

J.A.A. Van Doorn membedakan kelompok formal dan informal. Formal group ialah kelompok yang mempunyai peraturan tegas dan sengaja diciptakan oleh anggota-anggotanya untuk mengatur hubungan antara sesama, contohnya, organisasi. Informal group tidak mempunyai struktur dan organisasi tertentu atau yang pasti. Kelompok-kelompok tersebut biasanya terbentuk karena pertemuan-pertemuan yang berulang kali, yang menjadi dasar pertemuan, kepentingan-kepentingan dan pengalaman-pengalaman yang sama, contohnya, klik (clique).

7. Membership Group & Reference Group

Membership group merupakan suatu kelompok di mana setiap orang secara fisik menjadi anggota kelompok tersebut. Reference group ialah kelompok-kelompok sosial yang menjadi acuan bagi seseorang (bukan anggota kelompok tersebut) untuk membentuk pribadi dan perilakunya. Robert K. Merton dengan menyebut beberapa hasil karya Harold H. Kelley, Shibutani, dan Ralph H.Turner mengemukakan adanya dua tipe umum reference group yakni tipe normatif, yang menentukan dasar-dasar bagi kepribadian seseorang dan tipe perbandingan, yang merupakan pegangan bagi individu di dalam menilai kepribadiannya.

8. Kelompok Okupasional dan Volunter

Kelompok okupasional adalah kelompok yang muncul karena semakin memudarnya fungsi kekerabatan, di mana kelompok ini timbul karena anggotanya memiliki pekerjaan yang sejenis. Contohnya, kelompok profesi, seperti asosiasi sarjana farmasi, ikatan dokter indonesia, dan lain-lain. Okupasional diambil dari kata okupasi yang berarti menempati tempat atau objek kosong yang tidak mempunyai penguasa, dalam hal ini dicontohkan kelompok tersebut adalah orang-orang yang dapat memonopoli suatu teknologi tertentu yang mempunyai patokan dan aturan tertentu seperti halnya etika profesi, sedangkan volonter adalah orang yang mempunyai kepentingan yang sama, namun tidak mendapat perhatian dari masyarakat.

Kelompok ini dapat memenuhi kepentingan-kepentingan anggotanya secara individual, tanpa mengganggu kepentingan masyarakat secara umum. Terjadinya kelompok volunter karena beberapa hal antara lain:

  1. kebutuhan sandang dan pangan
  2. kebutuhan keselamatan jiwa dan raga
  3. kebutuhan akan harga diri
  4. kebutuhan untuk dapat mengembangkan potensi diri
  5. kebutuhan akan kasih sayang

9. Kelompok-kelompok Sosial yang Teratur dan Tidak Teratur

Kelompok teratur merupakan kelompok yang mempunyai peraturan tegas dan sengaja diciptakan anggota-anggotanya untuk mengatur hubungan antar mereka. Ciri-ciri kelompok teratur, antara lain:

  1. Memiliki identitas kolektif yang tegas (misalnya tampak pada nama kelompok, simbol kelompok,dll).
  2. Memiliki daftar anggota yang rinci.
  3. Memiliki program kegiatan yang terus-menerus diarahkan kepada pencapaian tujuan yang jelas.
  4. Memiliki prosedur keanggotaan.

Contoh kelompok teratur antara lain berbagai perkumpulan pelajar atau mahasiswa, instansi pemerintahan, parpol, organisasi massa, perusahaan, dan lain-lain.
Kelompok-kelompok sosial yang tidak teratur terdiri dari berbagai macam, antara lain:

  1. Kerumunan (Crowd) adalah individu yang berkumpul secara bersamaan serta kebetulan di suatu tempat dan juga pada waktu yang bersamaan. Bentuk-bentuk kerumunan antara lain:
  • Khalayak penonton atau pendengar yang formal (Formal audiences)
    Merupakan kerumunan-kerumunan yang mempunyai pusat perhatian dan persamaan tujuan, tetapi sifatnya pasif, contohnya menonton film.

  • Kelompok ekspresif yang telah direncanakan (Planned Expressive Group)
    Adalah kerumunan yang pusat perhatiannya tidak begitu penting, tetapi mempunyai persamaan tujuan yang tersimpul dalam aktifitas kerumunan tersebut serta kepuasan yang dihasilkannya. Fungsinya adalah sebagai penyalur ketegangan-ketegangan yang dialami orang karena pekerjaan sehari-hari, contoh orang yang berpesta, berdansa, dsb.

  1. Kerumunan yang bersifat sementara (Casual crowds)
  • Kumpulan yang kurang menyenangkan (inconvenient aggregations)
    Dalam kerumunan itu kehadiran orang-orang lain merupakan halangan terhadap tercapainya maksud seseorang. Contoh; orang-orang yang antri karcis, orang-orang yng menunggu bis dan sebagainya.

  • Kerumunan orang yang sedang dalam keadaan panik (panic crowd)
    Yaitu orang-orang yang bersama-sama menyelamatkan diri dari suatu bahaya.

  • Kerumunan penonton (spectator crowd)
    Karena ingin melihat suatu kejadian tertentu. Kerumunan semacam ini hampir sama dengan khalayak penonton, tetapi bedanya adalah bahwa kerumunan penonton tidak direncanakan, sedangkan kegiatan-kegiatan juga pada umumnya belum tak terkendalikan.

Kerumunan yang berlawanan dengan norma-norma hukum.

  1. Kerumunan yang bertindak emosional
  2. Kerumunan yang bersifat imoral.