Berkowitz menemukan adanya lebih dari tiga puluh definisi sikap. Puluhan definisi ini pada umumnya dapat dimasukkan ke dalam salah-satu diantara tiga kerangka pemikiran utama terkait dengan pengertian sikap.
Kelompok Pertama
Kelompok pemikiran yang pertama diwakili oleh Louis Thurstone, Rensis Likert, dan Charles Osgood. Mereka mendefiniskan sebagai suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan (Azwar, 2003). Secara lebih spesifik, Thurstone mengemukakan sikap sebagai derajat afek positif atau afek negatif terhadap suatu objek psikologis. Pendapat serupa diungkapkan oleh ahli psikologi lain seperti Berkowitz.
Berkowitz mengatakan bahwa sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut.
Ajzen (1991) mengemukakan bahwa Human behavior is guided by three kinds of consideration, “behavioral beliefs,” “normative beliefs,” and “control beliefs.” In their respective aggregates, “behavioral beliefs” produce a favorable or unfavorable “attitude toward the behavior”; “normative beliefs” result in “subjective norm”; and “control beliefs” gives rise to “perceived behavioral control.”
Kelompok Kedua
Kelompok pemikiran kedua diwakili oleh para ahli psikologi sosial dan psikologi kepribadian seperti Chave, Bogardus, LaPiere, Mead, dan Gordon Allport, yang mana konsep mereka mengenai sikap lebih kompleks, tidak hanya sekedar reaksi perasaan semata. Menurut mereka sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara tertentu.
Pendapat ini juga didukung oleh ahli psikologi lain seperti Gagne, Calhoun, Thomas, Znaniecki,dan Aiken LaPiere mendefinisikan sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial.
Sedangkan Gagne dalam Ramdhani (2009) bahwa sikap merupakan keadaan kesiapan mental dan susunan syaraf, yang mempengaruhi atau yang dinamis terhadap respons individu atas semua obyek atau situasi yang berhubungan.
Menurut Calhoun dalam Ramdhani (2006) sikap adalah sekelompok keyakinan dan perasaan yang melekat tentang objek tertentu dan kecenderungan untuk bertindak terhadap objek tersebut dengan cara tertentu.
Sedangkan Thomas dan Znaniecki dalam Ramdhani (2009) merumuskan sikap sebagai predisposisi untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku tertentu. Istilah kecenderungan (predisposition), terkandung pengertian arah tindakan yang akan dilakukan seseorang berkenaan dengan suatu objek (Djaali, 2008).
Arah tersebut dapat bersifat mendekati atau menjauhi suatu objek (orang, benda, ide, lingkungan, dan lain-lain), dilandasi oleh perasaan penilaian individu yang bersangkutan terhadap objek-objek tersebut. Misalnya, ia menyukai atau tidak menyukainya, menyenangi atau tidak menyenanginya, menyetujui atau tidak menyetujuinya.
Aiken mendefinisikan sikap sebagai predisposisi atau kecenderungan yang dipelajari dari seorang individu untuk merespons secara positif atau negatif dengan intensitas yang moderat dan atau memadai terhadap objek, situasi, konsep, atau orang lain.
Kelompok Ketiga
Kelompok pemikiran ketiga adalah kelompok yang berorientasi pada skema triadik (triadic scheme). Menurut kerangka pemikiran ini, sikap merupakan konstelasi komponen-komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi satu sama lain dalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu objek.
Berdasarkan pendapat Eagly & Chaiken, mengemukakan bahwa sikap dapat diposisikan sebagai hasil evaluasi terhadap objek sikap, yang diekspresikan ke dalam proses-proses kognitif, afektif, dan perilaku.
Katz dan Stolen mendefiniskan sikap sebagai suatu kesimpulan dari berbagai pengamatan terhadap objek yang diekspresikan dalam bentuk respons kognitif, afektif, dan perilaku individu. Sikap terhadap objek, gagasan atau orang tertentu merupakan orientasi yang bersifat menetap dengan komponen-komponen kognitif, afektif, dan perilaku.
-
Komponen kognitif terdiri dari seluruh kognisi yang dimiliki seseorang mengenai objek sikap tertentu fakta, pengetahuan dan keyakinan tentang objek.
-
Komponen afektif terdiri dari seluruh perasaan atau emosi seseorang terhadap objek, terutama penilaian.
-
Komponen perilaku terdiri dari kesiapan seseorang untuk bereaksi atau kecenderungan untuk bertindak terhadap objek.
Berdasarkan pengertian sikap yang dijelaskan di atas, dapat dipahami bahwa:
-
Sikap ditumbuhkan dan dipelajari sepanjang perkembangan orang yang bersangkutan dalam keterkaitannya dengan objek tertentu
-
Sikap merupakan hasil belajar manusia sehingga sikap dapat tumbuh dan dikembangkan melalui proses belajar
-
Sikap selalu berhubungan dengan objek, sehingga tidak berdiri sendiri
-
Sikap dapat berhubungan dengan satu ob jek, tetapi dapat pula berhubungan dengan sederet objek sejenis.
-
Sikap memiliki hubungan dengan aspek motivasi dan perasaan atau emosi. Salah-satu aspek yang sangat penting guna memahami sikap dan perilaku manusia adalah masalah pengungkapan (assement) atau pengukuran (measurement) sikap. Salah-satu definisi sikap merupakan responss evaluatif yang dapat berbentuk positif maupun negatif.
Dimensi-dimensi Sikap
Pada buku yang berjudul Principles of educational and Psychological Measurementand Evaluation, Sax (2000) menunjukkan beberapa karakteristik (dimensi) sikap yaitu: arah, intensitas, keluasan, konsistensi dan spontanitasnya (characteristics of behaviour are aim, intensity, vastness, consistency, spontanity). Penjelasannya sebagai berikut:
-
Sikap mempunyai arah, artinya sikap terpilah pada dua arah kesetujuan yaitu apakah setuju atau tidak setuju, apakah mendukung atau tidak mendukung, apakah memihak atau tidak memihak terhadap sesuatu seseorang sebagai objek,
-
Sikap memiliki intensitas, artinya kedalaman atau kekuatan sikap terhadap sesuatu belum tentu sama walaupun arahnya mungkin tidak berbeda,
-
Sikap mempunyai keluasaan, maksudnya kesetujuan atu ketidaksetujuan terhadap suatu obyek sikap dapat mengenai hanya yang sedikit dan sangat spesifik akan tetapi dapat mencakup banyak sekali aspek yang ada dalam obyek sikap,
-
Sikap juga memiliki konsistensi, maksudnya kesesuaian antara pernyataan sikap yang dikemukakan dengan responssnya terhadap objek sikap tersebut,
-
Sikap yang memiliki spontanitas, artinya menyangkut sejauhmana kesiapan individu untuk menyatakan sikapnya secara spontan.