Mengapa seseorang yang tidak berpendidikan tinggi terkadang cenderung insecure dengan orang yang berpendidikan tinggi?

gambar

Seseorang dengan pendidikan tinggi dan gelar yang cukup banyak terkadang menjadi bahan insecure seseorang yang tidak bergelar. Setiap orang memiliki alasan yang berbeda-beda dalam menentukan hidupnya, ada yang ia memutuskan untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi karena ingin memperkaya ilmu. Ada juga yang memutuskan untuk langsung bekerja atau membuka usaha agar segera dapat memenuhi hidupnya sendiri.

Tidak ada yang salah dari kedua pilihan tersebut, yang terpenting adalah usahakan semaksimal mungkin pada pilihan yang telah ditentukan. Agar menjadi seseorang yang sukses pada tiap versi masing-masing.

Namun kalian merasa gak sih kalau terkadang seseorang yang tidak berkuliah ia merasa minder bahkan insecure dengan seseorang yang bergelar tinggi ? Kira-kira mengapa hal tersebut terjadi dan bagaimana cara mengatasinya agar tidak ada kesalah pahaman ?

5 Likes

Hari ini tingkat pendidikan seseorang akan menentukan status sosial seseorang di masyarakat. Dalam masyarakat, orang yang memiliki keahlian/berpendidikan akan mendapat penghargaan lebih besar dibanding mereka yang tidak berpendidikan. Orang yang tingkat pendidikannya tinggi akan lebih dihargai dan dihormati dalam masyarakat. Sebaliknya, orang yang tingkat pendidikannya rendah kurang dihargai dalam masyarakat. Kasus diatas menunjukkan stratifikasi sosial berdasarkan tingkat pendidikan seseorang. Hal ini yang membuat orang-orang yang tidak berpendidikan tinggi akhirnya merasa insecure atau merasa tidak percaya diri.

Apalagi di jaman sekarang ini dimana teknologi semakin maju. Sudah tidak mengherankan lagi jika kita harus memiliki kompetensi dalam mencari kerja. Sebagian besar atau bahkan seluruh industri memerlukan tenaga yang terdidik. Jika kita melamar kerja katakanlah di sebuah perusahaan, syarat pertama yang harus kita penuhi adalah tingkat pendidikan kita. Lulusan SMA saja sudah tidak di butuhkan lagi disuatu perusahaan minimal perusahaan menuntut karyawannya telah menempuh D3. Sekalipun kita sudah memenuhi persyaratan kita masih harus mengikuti seleksi. Kita masih harus bersaing dengan orang banyak yang mungkin akan jauh lebih tinggi di atas kita.

Walaupun begitu, gelar pendidikan bukanlah segalanya. Meskipun tidak memiliki gelar yang tinggi, namun pemikiran dan attitude seseorang yang terpenting. Walaupun dia bergelar tinggi, namun attitude nya buruk, dia tidak mencerminkan orang yang berpendidikan. Maka tidak pelu merasa insecure, belajar tidak harus dengan memiliki gelar pendidikan atau sekolah di institusi yang bagus. Belajar itu dimanapun dan kapanpun, kemudian amalkan apa yang sudah kita pelajari dan berikan kontribusi untuk memajukan negeri.

2 Likes

Wkwk… to be honest, I don’t think so. Saya kira sekarang status sosial ditentukan oleh tingkat finansial dan popularitas. Orang bergelar banyak tapi tidak berduit dan tidak terkenal akan kalah dengan orang yang pendidikannya biasa saja tapi banyak uang dan populer.

Walaupun akses ke institusi pendidikan bisa jadi masih menjadi priviledge, tapi sebetulnya saat ini ilmu pengetahuan bukan lagi sesuatu yang eksklusif. Dengan mudah orang bisa mempelajari ilmu pengetahuan dari berbagai resource yang tersedia di internet. Banyak lembaga non formal yang menyediakan kelas online, yang meskipun tidak menyediakan gelar, tapi bisa mengajarkan skill set yang lebih relevan dengan dunia kerja. Dengan begini, lulusan SMA bisa saja lebih punya keahlian dan pemahaman yang lebih dalam daripada anak kuliahan.

Banyak sekali orang yang jago bahasa Inggris, jago editing, trading saham, membuat dan mengelola website, lewat belajar otodidak. Selain itu, sekolah ataupun kampus bukan lagi satu-satunya tempat yang menyediakan komunitas ilmiah. Sekarang banyak juga komunitas-komunitas yang bisa diikuti untuk mempelajari ilmu yang diminati.

Kalau di Indonesia barangkali masyarakat kita masih tergila-gila dengan gelar yang disematkan di nama seseorang, makanya ada orang yang insecure bila di namanya tidak tersampir gelar. Tapi justru di luar, banyak anak muda yang berpikir untuk apa kuliah, yang notabene mahal dan ilmunya banyak yang tidak aplikatif. Menurutku kalau orang sekarang tidak punya gelar harusnya tidak perlu insecure. Banyak sekali di luar sana orang bergelar yang malah nganggur karena tidak punya skill. Jadi sekarang yang terpenting adalah punya skill atau kompetensi di suatu bidang, punya kemampuan komunikasi yang baik, punya jejaring yang baik, kreatif dan ulet.

3 Likes

Wah, kalau zaman sekarang patokannya masih gelar sih, agak ketinggalan menurut gue. Sekarang orang tidak melihat gelar lu apa, tapi yang dilihat karya lu apa. Kalo bergelar tapi tidak bisa menghasilkan karya atau kontribusi ya buat apa. Kalo lu liat sekarang, banyak kok orang yang dengan bangga nggak punya gelar, tapi mereka punya kemampuan. Justru menurut gue, yang lebih insecure harusnya orang yang punya gelar tapi nggak punya kemampuan. Kalau mau jujur, saat ini gelar tidak menjamin kemampuan seseorang loh. Kalo lu anak kuliahan, ada kan temen lu yang lulus dengan gelar padahal waktu kuliah tugas nebeng teman sekelompok dan ujiannya nyontek. Kalau gelar menjamin kompetensi, harusnya lulusan universitas yang menganggur tidak sebanyak itu.

Gue sepakat pendidikan tinggi tidak menjamin kesuksesan seseorang, meskipun itu bisa jadi salah satu rute kesuksesan seseorang. Jadi bagi yang tidak mengenyam pendidikan tinggi, tenang saja. Semua itu kembali lagi ke orangnya. Benar kata kak @adityalaksamana tadi, pendidikan nggak melulu pendidikan formal. Yang penting itu ilmu dan kemampuannya, bukan gelarnya. Dan sepertinya perusahaan-perusahaan sekarang sudah mulai memahami hal tersebut.

1 Like

Saya kok merasa kurang sepakat ya dengan pernyataan ini. Sebenarnya kasus lulusan universitas yang menganggur bukan hanya karena tidak memiliki kompetensi, terdapat faktor lain salah satunya yaitu tingkat gaji yang dirasa tidak sesuai dengan tingkat pendidikan yang diraih. Sebenarnya lapangan kerja sudah sangat banyak, tinggal bagaimana orang tersebut bisa mengambil kesempatan dan neriman :joy:

Nah untuk pertanyaan Mengapa seseorang yang tidak berpendidikan tinggi terkadang cenderung insecure dengan orang yang berpendidikan tinggi ? Bukankah pendidikan tinggi bukan tolak ukur kesuksesan seseorang? saya melihat ini bukan pada sudut pandang pendidikan sebagai tolak ukur kesuksesan, tetapi bagaimana tingkat pendidikan bisa membentuk pola pikir yang berbeda. Sehingga pengertian sukses bagi seorang lulusan pendidikan dasar akan berbeda dengan orang dengan pendidikan tinggi. Sebagai contoh mudahnya seperti ini:

Seseorang dengan tingkat pendidikan SMA dengan kurikulum pendidikan teacher center atau berpusat pada guru membuat seluruh kegiatan belajar berorientasi ari suri tauladan sang guru sehingga nilai dan konsep kesusksesan merupakan definisi yang dihadirkan oleh guru di kelas tersebut.

Selanjutnya seseorang dengan kondisi belajar pada pendidikan tinggi (mahasiswa) harus menempuh sistem pendidikan yang berbasis diskusi sehingga seluruh bahan ajar berasal dari mahasiswa itu sendiri dengan referensi dari dosen. Definisi sukses akan lebih heterogen dan bisa berkonsep filosofis tanpa wujud fisik.

Nah kalau orang dengan pendidikan dasar merasa insecure seharusnya sudah menjadi hal yang wajar, terdapat jenjang pendidikan dan kalau memang dirasa kurang pasti ada rasa tidak cukup dari orang tersebut. Hanya saja bagiamana persepektif orang dalam melihat kondisi, saya merasa butuh dengan pendidikan tinggi bukan berarti orang lain juga butuh untuk mendapatkan pendidikan tinggi.

Jenjang pendidikan, terkadang bikin seseorang menjadi malu. Penyebabnya adalah, karena dia membandingkan dengan jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Sehingga, jika dibandingkan begini jelas pendidikan yang statusnya lebih rendah terkesan tidak keren, tidak berwawasan. Akibatnya ya memang jadi bikin malu sendiri. Tapi ingat, melakukan hal seperti itu salah kaprah menurut saya.

Soal pendidikan itu apapun status yang melekat terakhir pada kita, terima saja dengan ikhlas, disyukuri. Bukan berarti pendidikan itu tak penting ya. Kalau memang kalian dimampukan untuk kuliah, ya kuliah harus. Kalo kalian bisa kuliah ke luar negeri, ya silakan dikejar, diperjuangkan. Kalo kalian hanya bisa belajar sampai SMK aja, karena keterbatasan misalnya ya sudah, tidak perlu mengulik-ulik untuk membandingkan dengan jenjang yang lebih tinggi.

Cukup dengan terima aja apa adanya, disyukuri dulu di posisi ini lalu ditambah dengan terus berusaha belajar, belajar, belajar lagi. Bisa kok belajar sendiri. Apalagi sekarang bertebaran ilmu di internet. Apa saja ada. Bisa juga belajar kepada orang-orang yang kuliah, atau belajar hal lain yang lebih memberi manfaat sehingga bisa menghilangkan rasa malu menyandang gelar pendidikan rendah. Intinya apapun gelar pedidikan akhir kita jangan pernah berhenti belajar

Betul sepakat!

Sebenarnya sih bukan berarti kita bergelar tinggi kemudian bisa merendahkan orang yang belum berkesempatan memiliki gelar ya. Percuma sekali jika gelar tinggi tapi attitude 0 ! Buat apa ? Tapi jaman semakin maju dan berkembang, persaingan juga semakin ketat tiap individu harus berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik dan bisa bersaing.

Mungkin teman-teman pernah membaca beberapa cerita tokoh yang sukses meskipun mereka tidak bergelar, karena mereka memiliki semangat yang tinggi untuk berkembang. Jadi tidak usah merendahkan atau merasa insecure, yang terpenting berkembanglah sebaik mungkin di bidang yang kamu pilih dan tekuni.

Menurutku, insecure sudah menjadi sikap dasar manusia apabila belum atau tidak dapat mencapai sesuatu hal yang orang lain sudah capai. Manusia yang memang memiliki sifat yang tidak pernah puas akan selalu merasa kekurangan dan yang terburuk sampai menyimpan iri dengki atas pencapaian orang lain.

Ditambah stigma dimasyarakat yang menganggap orang yang tidak kuliah itu tidak punya masa depan. Terlalu mempercayai bahwa pendidikan yang tinggi adalah segalanya. Dan harapannya apalagi orangtua yang perkampungan pasti nanti setelah lulus kuliah sang anak akan mendapatkan pekerjaan yang bagus dengan gaji yang tinggi. Hanya segelintir yang mempunyai pemikiran, nanti setelah selesai kuliah akan membangun usaha yang berkesempatan membuka lapangan pekerjaan. dan membantu yang lain yang tidak beruntung. Masih sedikit yang seperti itu.

Ini tidak bisa diubah kecuali dari orang itu sendiri sadar bahwa semua manusia ada jalan rejekinya masing-masing. Mesyukuri semua hal yang sudah kita lalui adalah tanda peningkatan kedewasaan pikiran. Selain mensyukuri, disambi dengan berusaha untuk mencari jalan rejeki dimanapun yang seifatnya Halal. Banyak media selain kampus atau pendidikan tinggi yang bisa dipakai untuk belajar, apalagi ditengah sudah canggihnya teknologi, kita bisa mengakses semua bidang keilmuan di Internet.

Alangkah lebih baiknya jika semua anak muda memiliki jiwa seperti ibu Susi Pudjiastuti, yang meskipun berpendidikan hanya sampai Level SMP kala itu, tapi beliau adalah orang yang semangat mengais rejeki dan selalu mencari peluang dari kesempatan yang ada, Jadilah akhirnya beliau sekarang, jadi orang yang hebat yang dibanggakan keluarga dan semua orang. Bahkan orang yang sudah berpendidikan tinggi pun belum tentu bisa seperti beliau.

Sudahlah, jangan larut dalam ke-insecure-an mu, lalu menunggu Tuhan menurunkan rejeki dari langit. Jalani, syukuri, dan berusaha sekeras mungkin kalau mau hidup berubah. Kuncinya kan hanya kerja keras dan kerja cerdas. Orang yang berpendidikan tinggi belum tentu bisa keduanya. Selama yang kuliah masih tekun dengan kuliahnya, kamu sudah memiliki pengalaman lebih dahulu di dunia pekerjaan, jadi kamu lebih senior. SEMANGAT ajaa.!

1 Like

Pendidikan tinggi kerap dianggap sebagai salah satu indikator kesuksesan. Orang yang berpendidikan juga dianggap lebih berilmu dan dihormati serta mendapat lebih banyak kesempatan dalam masyarakat. Tak heran mengapa orang yang hanya menamatkan sekolah wajib merasa insecsure. Terlebih kesempatan melanjutkan sekolah tinggi biasanya berbenturan dengan kemampuan ekonomi keluarga. Maka orang yang berpendidikan dianggap sebagai orang yang sangat beruntung.

Sedang orang yang tidak berpendidikan kerap merasa seperti orang bodoh jika berdampingan dengan orang yang berpendidikan. Meskipun tidak selalu demikian.

Rasa insecure ini muncul juga tidak terlepas dengan mindset masyarakat yang menganggap bahwa orang lulusan perguruan tinggi lebih baik dari orang lulusan SMA/SMK. Saya sering temui ini di orang terdekat saya, bahkan keluarga saya sendiri. Saudara saya memang hampir semua lulusan perguruan tinggi atau sedang kuliah, jarang sekali yang hanya berhentik di pendidikan SMA. Hal ini dikarenakan dorongan dari keluarga untuk kuliah di universitas atau minimalmengambil diploma.

Di sisi positif, memang akhirnya orang tua membuat anak-anaknya jadi semangat belajar dan antusias dalam hal pendidikan. Namun sisi negatifnya, pemahaman terkait tujuan kuliah, kenapa harus kuliah, tidak dipahamkan secara komprehensif. Maksudnya, keluarga hanya mendorong untuk berpendidikan tinggi hanya karena status sosial dan anggapan lebih mudah mendapatkan pekerjaan. Padahal menurut saya, berpendidikan tinggi ya seharusnya karena ilmunya. Bukan untuk “tujuan praktis” di balik itu.

Jadi, wajar saja kalau kita insecure karena orang sekitar kita kurang memberi pemahaman yang benar. Di lain sisi memang dr kita sendiri harus mencoba untuk positif thinking bahwa seseorang tidak hanya dilihat dari gelar pendidikan, tetapi kepribadiannya.