Apa yang dimaksud dengan Rendah Diri atau Minder?

Rendah diri atau minder

Rendah diri atau minder merupakan segala rasa kurang berharga yang timbul karena tidakmampuan psikologis atau sosial yang dirasa secara subyektif, ataupun karena keadaan jasmani yang kurang sempurna.

Apa yang dimaksud dengan rendah diri atau minder ?

Rasa rendah diri atau monder adalah perasaan seseorang yang merasa lebih rendah dibanding orang lain dalam satu atau lain hal (orang yang merasa rendah diri cenderung bersikap egosentris, memposisikan diri sebagai korban, merasa tidak puas terhadap dirinya, mengasihani diri sendiri dan mudah menyerah) Adler.

Perasaan lebih rendah dapat muncul sebagai akibat sesuatu yang nyata atau hasil imajinasi saja. Rasa rendah diri sering terjadi tanpa disadari dan bisa membuat orang yang merasakannya melakukan kompensasi yang berlebihan untuk mengimbanginya, berupa prestasi yang spektakuler, atau perilaku antisosial yang ekstrem, atau keduanya.

Tidak seperti rasa rendah diri yang normal (keinginan dihormati, dihargai, keinginan dipuji) yang dapat mendorong pencapaian prestasi, sedangkan rendah diri yang abnormal (rasa tinggi hati yang berlebihan, menganggap dirinya sangat tinggi, egois, dan punya kecenderungan untuk menolak orang lain) yang akan merusak dirinya sendiri. kompleks rasa rendah diri adalah berupa keadaan putus asa parah, yang mengakibatkan orang yang mengalaminya melarikan diri saat mengalami kesulitan.

Penelitian awal terkait dengan rasa rendah diri ini dipelopori oleh Alfred Adler, yang menggunakan contoh kompleks yang dialami Napoleon untuk mengilustrasikan teorinya. Seperti yang diketahui, Napoleon Bonaparte dikenal juga dengan teori sindrom orang pendek konvensional yang terkenal dengan sindrom Napoleon atau sindrom orang kecil. Seperti dilansir dari Buzzle, sindrom orang pendek adalah teori yang berhubungan dengan orang-orang bertubuh mungil alias pendek. Teori ini menunjukkan bahwa beberapa orang pendek memiliki rasa rendah diri karena bertubuh pendek dan cenderung mengimbanginya dengan aspek lain di kehidupannya. Orang-orang yang berpostur pendek ditemukan sangat agresif dan pencemburu berat. Ini hanya diduga sebagai kondisi psikologis, dan terjadi pada beberapa orang pendek yang berkelamin laki-laki. Sindrom ini bukanlah gangguan mental tetapi dianggap sebagai stereotip sosial yang merendahkan.

Adler berpendapat bahwa kompleks rendah diri juga dapat dirasakan pada tingkatan yang lebih luas, yaitu pada suatu budaya tertentu. Selanjutnya menurut teori ini, Kaisar Napoleon Bonaparte selalu mengimbagi perawakannya yang pendek dengan menjadi sangat agresif. Teori ini juga terkait dengan penguasa agresif lainnya, seperti Hitler dan Mussolini. Pada aspek sosialnya anak bertubuh jauh lebih pendek dari yang lain akan diintimidasi oleh teman-temannya. Perasaan kompleks muncul seperti rendah diri pada anak-anak, yang akan membuatnya selalu berusaha keras untuk mendapat perhatian yang lebih besar, juga menuntut kekuasaan dan kontrol atas orang lain. Ini akan membuatnya menjadi orang yang agresif ketika dewasa kelak.

Setiap orang menderita dengan keinferioran (rendah diri) yang mereka alami dalam berbagai bentuk, antara lain inferioritas fisik, inferioritas psikologi,

  • Inferioritas organ (rendah diri akibat fisik), yaitu kenyataan bahwa setiap individu memiliki kelemahan, sekaligus kelebihan tertentu, baik secara anatomi atau fisiologi. Ada diantara individu yang lahir dengan kondisi jantung lemah, atau mengidap kelainan jantung dini, ada lagi yang memiliki paru-paru lemah, asma atau polio, ada yang mengalami masalah penglihatan, pendengaran atau otot sejak kecil, diantara individu ada yang sudah punya kecenderungan gemuk sejak kecil, dan tidak ada pula jarang pula ada yang sejak kecil sudah kerempeng (kurus), sementara ada yang sejak kecil sudah tidak bisa diharapkan pertumbuhannya, serta masih banyak lagi contoh yang lain.

    Adler menyatakan bahwa tidak jarang orang dalam menghadapi inferioritas organik semacam ini dengan cara kompensasi. Individu berusaha menutupi kelemahan- kelemahannya dengan berbagai cara. Kelemahan secara fisik bisa diatasi dengan cara melatihnya bahkan bisa menjadi lebih kuat dibanding yang lain, atau ada lagi orang yang mengkompensasi kelemahan fisiknya secara psikologis karena masalah-masalah fisik bisa mendorong perkembangan bakat atau gaya kepribadian tertentu. Individu tentu pernah mengagumi kelebihan orang yang memiliki kelemahan fisik. Sayangnya, tidak sedikit pula orang yang gagal mengatasi kesulitan-kesulitan seperti ini, sehingga individu menjalani hidupnya dengan perasaan tertekan dan menderita.

  • Inferioritas Psikologis (rendah diri akibat psikologis). Menurut Adler orang-orang lebih banyak mengidap inferioritas psikologis. Individu yang dicap sebagi orang bodoh, nakal, lemah dan sebagainya, individu yang mulai meyakini bahwa dirinya tidak mampu berbuat hal-hal positif atau individu yang dilecehkan karena tampang yang jelek sehingga tidak punya teman atau tidak punya pacar merupakan contoh rendah diri akibat psikologis.

    Dalam contoh tersebut, yang jadi persoalan bukan lagi keinferioran jasmaniah karena secara fisik kita tidak kurang apa-apa, tetapi individu perlahan-lahan mulai membenci diri sendiri. Kemudian individu akan mencari kompensasi dengan cara mencari sisi-sisi baik dari kekurangan-kekurangan tadi. Kompensasi itu didapat dengan cara berusaha untuk lebih dibidang yang lain, akan tetapi pada waktu yang sama tetap memelihara perasaan inferior tadi. Bahkan ada sebagian orang yang tidak mampu mengembangkan sisi baik apapun dalam keadaan seperti ini.

Kompleks inferioritas bukanlah persoalan yang kecil, dimana masalah inferioritas sama besarnya dengan masalah kehidupan itu sendiri. Individu akan menjadi pemalu dan penakut, merasa tidak aman, ragu-ragu, pengecut, tertindas dan sebagainya. Individu mulai mempercayakan diri pada orang untuk mengatur hidup individu itu sendiri, dan individu mulai memanfaatkan orang lain, tidak ada orang yang betah dengan individu tersebut yang disebut dengan inferioritas sosial . Selain dengan kompensasi dan kompleks inferioritas, masih ada lagi cara lain yang dilakukan orang untuk merespon sifat inferioritas yang ada dalam dirinya, yaitu kompleks superioritas.

Kompleks superioritas berarti menutupi kelemahan dan keinferioritas individu dengan cara berpura-pura punya kelebihan dan superior. Jika individu merasa tubuh bertumbuh besar adalah menganggap orang lain bertubuh kecil. Diktator dan orang yang senang mengintimidasi adalah contoh hal ini, sedangkan contoh yang paling jelas adalah orang yang sok pahlawan, orang yang memandang rendah orang lain berdasar ras, etnik, asal, agama, orientasi seksual, atau postur tubuh mereka. Bahkan ada lagi individu menyembunyikan kelemahannya dengan cara yang lebih halus, yaitu dengan terlibat dengan alkohol dan narkoba.

Man is pushed by the need to overcome his inferiority and pulled by the desire to be superior .
Manusia dilahirkan dengan kekurangan tertentu yang membawa rasa rendah diri. Rasa rendah diri ini akan mendorong individu untuk berusaha mengatasinya agar individu mencapai rasa superior dan mencapai kesempurnaan. Adler

Jenis Rasa Rendah Diri


Menurut Adler, rasa rendah diri dapat dibedakan menjadi rasa rendah diri primer dan sekunder.

  • Rasa rendah diri primer berakar dari pengalaman sebenarnya dari masa anak saat individu lemah, tak berdaya, dan tergantung pada orang dewasa. Perasaan demikian bisa lebih meningkat saat dibandingkan dengan sesamanya atau dengan orang dewasa.

  • Rasa rendah diri sekunder berhubungan dengan pengalaman orang dewasa saat individu gagal mencapai tujuan akhir yang tidak disadari dan fiktif berupa keamanan subjektif dan berhasil mengkompensasi perasaan rendah dirinya. Jauhnya pencapaian tujuan akan membawa pada perasaan kurang yang akan mengembalikan perasaan rendah dirinya, gabungan perasaan rendah diri demikian akan sangat terasa.

Tujuan yang ditentukan untuk menghilangkan rasa rendah diri pertama yang bersifat primer justru menjadi penyebab rasa rendah diri kedua yang bersifat sekunder.

Menurut Stein (1999), definisi rendah diri primer dan sekunder adalah sebagai berikut

  • Keminderan primer adalah keminderan yang adanya terletak di wilayah kepribadian kita yang paling dalam (core personality). Biasanya ini terkait dengan nilai-nilai yang kita anut atau motif. Keminderan primer sama seperti keminderan general .

  • Keminderan sekunder adalah bentuk keminderan yang letaknya berada di wilayah kepribadian yang di permukaan. Biasanya ini terkait dengan pengetahuan, keterampilan informasi, atau sikap. Misalnya individu minder berdampingan dengan orang yang lebih alim, lebih pakar, lebih hebat, atau lebih banyak menguasai informasi. Keminderan sekunder ini biasanya lebih mudah diubah ketimbang keminderan primer.

Keminderan primer berada di alam bawah sadar individu. Sedangkan keminderan sekunder itu adanya di alam Sadar individu.

Hal lain lagi yang perlu kita ketahui juga terkait dengan keminderan ini adalah ada bentuk keminderan tertentu yang berasal dari opini tentang diri individu itu sendiri, yaitu :

  • Keminderan perseptual itu misalnya individu punya penilaian yang kurang atau penilaian yang negatif tentang diri sendiri. Banyak orang yang menilai dirinya tidak mampu padahal sebetulnya kemampuan itu dimilikinya.

  • Keminderan faktual, misalnya terkait dengan kecacatan fisik, kelas ekonomi, status sosial, dan seterusnya.

Adler mengungkapkan bahwa di dalam diri manusia terdapat dua dorongan pokok, yang mendorong serta melatarbelakangi segala tingkah lakunya:

  • Dorongan keakuan, yang mendorong manusia bertindak yang mengabdi kepada aku sendiri, dan

  • Dorongan kemasyarakatan yang mendorong manusia bertindak yang mengabdi kepada masyarakat,

Menurut Adler dorongan keakuan adalah dorongan agresif lebih penting daripada dorongan seksual. Kemudian nafsu agresif itu diganti dengan keinginan berkuasa dan diganti dengan dorongan untuk superior: Yaitu dorongan untuk berharga, untuk lebih sempurna. Superioritas disini bukanlah keadaan yang objektif, seperti kedudukan sosial yang tinggi dan sebagainya, melainkan adalah keadaan subjektif, pengalaman atau perasaan cukup berharga. Ini yang disebut dengan perjuangan ke arah superioritas.

Namun untuk mencapai sebuah superioritas mengalami hambatan, yaitu minder atau rendah diri. Menurut Adler minder atau rendah diri merupakan segala rasa kurang berharga yang timbul karena tidakmampuan psikologis atau sosial yang dirasa secara subyektif, ataupun karena keadaan jasmani yang kurang sempurna.

Rasa rendah diri merupakan perasaan yang timbul karena perasaan kurang berharga atau kurang mampu dalam bidang penghidupan apa saja. Misalnya saja anak merasa kurang jika membandingkan diri dengan orang dewasa, dan karenanya didorong untuk mencapai taraf perkembangan itu timbul lagi rasa diri kurangnya dan didorong untuk maju lagi, demikian selanjutnya.

Adler berpendapat, bahwa rasa rendah diri itu bukanlah suatu pertanda ketidaknormalan, melainkan justru merupakan pendorong bagi segala perbaikan dalam kehidupan manusia. Dalam keadaan normal rasa rendah diri itu merupakan pendorong kearah kemajuan atau kesempurnaan (superior).

Menurut Supratiknya, dalam buku Teori-teori Psikodinamik (Klinis), Adler mengatakan bahwa setiap orang pasti memiliki tujuan final, namun kadang tujuan final itu hanya menjadi fiksi yang mana suatu cita- cita yang tidak mungkin direalisasikan. Dalam mencapai tujuan final ada dua dorongan yang menyertainya, yaitu dorongan superioritas dan inferioritas. Adler mengatakan bahwa:

Superioritas bukan pengkotakan sosial, kepemimpinan, atau kedudukan yang tinggi dalam masyarakat, tetapi superioritas adalah perjuangan kearah kesempurnaan. Sedangkan inferioritas adalah perasaan-perasaan yang muncul akibat kekurangan psikologis atau sosial yang dirasakan secara subjektif maupun perasaan-perasaan yang muncul dari kelemahan atau cacat tubuh nyata.

Bentuk-bentuk Inferioritas


Menurut Adler inferioritas dimulai dari inferioritas organ. Inferioritas organ adalah kenyataan bahwa setiap memiliki kelemahan, sekaligus kelebihan tertentu, baik secara anatomi maupun fisiologi. Karena setiap manusia ada jyang lahir dengan kondisi jantung yang lemah, atau mengidap kelainan jantung dini, paru-paru lemah, asama atau polio, ada yang mengalami masalah penglihatan, pendengaran atau otot sejak kecil. Dan terkadang ada yang bermasalah dengan berat badan, baik itu gemuk atau kurus.

Adler menyatakan bahwa tidak jarang orang yang dalam menghadapi inferioritas organ semacam ini dengan cara kompensasi. Mereka berusaha menutupi kelemahannya dengan berbagai cara. Kelemahan secara fisik bisa diatasi dengan cara melatihnya bahkan bisa menjadi lebih kuat dibanding yang lain,atau mengkompensasi kelemahan fisiknya secara psikologis karena masalah-masalah fisik bisa mendorong perkembanagn bakat atau gaya kepribadian tertentu.

Namun tidak sedikit pula orang yang gagal dalam mengatasi kesulitan-kesulitan seperti ini, sehingga mereka menjalani hidupnya dengan perasaan tertekan dan menderita.

Menurut Adler, inferiotas organ bukanlah akhir sebuah cerita. Menurut Adler orang-orang lebih banyak mengidap inferioritas psikologis. Seperti: orang yang dilabel bodoh, nakal, lemah atau ketika mengikuti ujian berkali-kali dan memperoleh nilai yang menunjukkan kita berada jauh di bawah teman yang lain.

Dalam kasus seperti ini yang menjadi persoalan bukan lagi inferioritas jasmaniah, karena secara fisik tidak kurang apapun tapi perlahan-lahan mulai membenci diri sendiri. Kemudian orang akan mencari kompensasi dengan cara mencari sisi baik dari kekurangan-kekurangan tadi. Kompensasi itu didapat dengan cara berusaha untuk lebih dibidang yang lain, akan tetapi pada waktu yang sama akan memelihara perasaan inferior tadi. Bahkan ada yang tidak mampu mengembangkan sisi baik apapun dalam keadaan seperti ini.

Adler mengemukakan, bukan hanya inferior pada saat dewasa namun juga inferior pada masa anak-anak. Secara alamiah anak-anak adalah makhluk kecil, lemah, tidak memiliki kemampuan sosial, dan intelektual dibandingkan orang-orang dewasa disekitar mereka.

Adler mengatakan bahwa kalu diperhatikan permainan anak-anak dan fantasi- fantasi mereka, akan terlihat kesamaan yang mereka miliki, yaitu keinginan untuk cepat tumbuh, untuk besar, pendek kata untuk jadi orang dewasa. Kompensasi seperti ini sangat mirip dengan dorongan mencapai kesempurnaan. Sebagian besar anak-anak selalu hidup dengan perasaan bahwa orang lain selalu lebih baik dari mereka.

Tidak samapai disitu saja Adler mengemukakan tentang inferioritas, namun yang paling berpengaruh yaitu komplek inferioritas. Komplek inferioritas adalah neurosis. Artinya masalah inferioritas sama besarnya dengan masalah kehidupan itu sendiri. Orang akan jadi pemalu, penakut, merasa tidak aman, ragi-ragu, pengecut, tertindas. Orang mulai mempercayakan pada orang lain untuk mengatur hidupnya .

Referensi :

  • Agus Sujanto, dkk, Psikologi Kepribadian, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004)
  • Georgee Booree, Personality Theory: Melacak Kepribadian Anda Bersama Psikolog Dunia, (Jogjakarta: Prismasophie, 2010).
  • Calvin S. Hall & Gardner Lindzey, Teori-Teori Psikodinamik (Klinis), Terj.Supratiknya, (Yogyakarta: Kanisius, 1993)

Sikap minder adalah keadaan dalam diri manusia sebagai akibat dari perasaan-perasaan yang tertekan berupa rendah diri, kurang pergaulan, perasaan takut, pesimis yang berlebihan, tegangan-tegangan emosi antara keinginan untuk mencari pengakuan yang positif.

Menurut Agus suyanto, yang mengutip pendapat Adler mengatakan bahwa minder adalah,

Gejala kurang berharga yang timbul karena ketidak mampuan psikologis atau sosial yang dirasa secara subyektif, atau karena keadaan jasmani yang kurang sempurna.

Menurut Sudarsono rasa kurang harga diri adalah merupakan kondisi mental yang kurang normal namun sering timbul gejala keinginan untuk memiliki keinginan lain.

Rasa minder tersebut terjadi karena adanya rasa takut yang berlebihan yang timbul dari luar diri, yang dimana dicontohkan diatas adalah rasa tekanan dari luar diri manusia itu sendiri maupun rasa-rasa yang kurang percaya diri dengan dirinya sendiri, yang dimana orang tersebut memiliki rasa psimis yang besar pada dirinya sendiri.Semua timbul karena adanya ketidak mampuan psikologisnya atau sosial yang dirasa secara subyektif, atau karena keadaan jasmani yang kurang sempurna sehingga menyebabkan seseorang kurang bisa menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya.