Apa yang dimaksud dengan Emosi?

Emosi adalah gejala psiko-fisiologis yang menimbulkan efek pada persepsi, sikap, dan tingkah laku, serta mengejawantah dalam bentuk ekspresi tertentu.

Apa yang dimaksud dengan emosi ?

1 Like

Emosi dalam bahasa Latin memiliki arti: “move out” (bergerak keluar). Emosi (emotion) merupakan gabungan kata e untuk energi dan motion untuk pergerakan, sehingga emosi menggerakkan kita untuk bertindak agar dapat bertahan dari ancaman, mendapat kedekatan sosial, dan prokreasi (Gentry, 2007).

Emosi adalah suatu kompleks keadaan dari kewaspadaan yang meliputi sensasi (di bagian dalam) & ekspresi (di bagian luar), yang merupakan kekuatan untuk memotivasi individu dalam bertindak (Atwater, 1983).

Emosi merupakan pola yang kompleks dari perubahan yang terjadi pada bangkitan/ getaran fisiologis, perasaan subjektif, proses kognitif, dan reaksi perilaku (Atwater & Duffy, 2005).

Emosi memang sulit didefinisikan, akan tetapi dapat diungkap bahwa emosi selalu terkait dengan perasaan (feeling), perilaku (behaviour), perubahan fisiologis (physiological change), dan kognisi.

Fungsi utama emosi adalah untuk memberi informasi kepada individu mengenai interaksinya dengan dunia luar (Strongman, 2006).

Gentry menjelaskan bahwa Alexithymia merupakan istilah psikiatris untuk seseorang yang mengalami kekurangan dalam emosinya, yaitu: sulit membedakan perasaan yang dimilikinya, merasa sulit berinteraksi dengan orang lain, kewaspadaan emosional yang kurang, kurang dapat merasa senang, sulit membedakan emosi dengan getaran tubuh, secara berlebihan menggunakan logika dalam pengambilan keputusan, kurang dapat bersimpati dengan orang lain, menunjukkan kebingungan ketika menghadapi emosi orang lain, tidak tergugah oleh seni, karya sastra, atau musik, hanya memiliki sedikit memori emosional (misal: memori masa kanak-kanak).

KOMPONEN EMOSI.

Atwater (1983), mengungkap komponen dalam emosi menjadi: perubahan fisiologis, termasuk sensasi tubuh (fisik); kewaspadaan subjektif & interpretasi penuh makna dari suatu sensasi; kemungkinan diekspresikannya kewaspadaan tersebut dalam perilaku yang overt (tampak).

Dalam perkembangannya (Atwater & Duffy, 2005), komponen emosi diungkap dalam 4 hal yang saling terkait, yaitu:

  1. Bangkitan/ getaran fisilogis
    Emosi melibatkan kerja otak, sistem saraf, dan hormon, sehingga ketika individu dibangkitkan emosinya, maka secara fisiologis juga terbangkit. Terbangkitnya emosi membutuhkan energi dalam tubuh dan bahkan menurunkan ketahanan tubuh terhadap penyakit.

  2. Perasaan subjektif
    Emosi melibatkan kewaspadaan subjektif/ perasaan yang memiliki elemen menyenangkan atau tidak menyenangkan, suka atau tidak suka.

  3. Proses kognitif
    Emosi juga melibatkan proses kognitif, seperti: memori, persepsi, ekspetansi, dan interpretasi. Satu peristiwa : beda makna bagi beda individu.

  4. Reaksi perilaku
    Reaksi perilaku yang terlibat dalam emosi dapat berbentuk ekpresif dan instrumental. Contoh reaksi ekpresif: ekspresi wajah, gesture, nada suara. Contoh reaksi instrumental : menangis karena distres, melarikan diri dari masalah.

PROSES DALAM MENGALAMI EMOSI.

Ada tiga tahap yang terjadi di dalam proses individu mengalami emosi, yaitu:

  1. Sensasi Tubuh.
    Sensasi tubuh merupakan proses yang terkait dengan hubungan antara Emosi dan Perubahan Fisiologis :

    Emosi melibatkan suatu jaringan yang kompleks dari perubahan fisiologis, yang terdiri atas pikiran dan jasmaniah kita, sehingga perasaan dan tingkah laku saling bekerja simultan.

    Dapatkah Mengendalikan Emosi Tertentu dengan Memanipulasi Sensasi Tubuh Kita?
    Dapat, dengan mem-blocking gerbang yang dilalui sinyal dari bagian tubuh yang mengalami sensasi tertentu menuju ke otak, misal: teknik akupuntur.

  2. Sensasi yang Dimaknai.
    Emosi bukan sekedar sensasi, tetapi bagaimana sensasi tersebut dimaknai oleh individu. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Schachter dan Singer di tahun 1962, memperoleh hasil : :

    • Emosi sangat tergantung pada apa yang kita pikirkan & bagaimana kita berinteraksi dengan orang lain saat emosi kita bangkit

    • Emosi kita dipengaruhi oleh harapan kita & persepsi kita terhadap orang lain, selain oleh dorongan jasmaniah (mental set & seting sosial dapat membantu kita memaknai sensasi tubuh kita sendiri)

    • Belajar memainkan suatu peran penting dimana kita benar- benar dapat merasakannya, memberikan implikasi yang besar dalam pengaturan emosi kita.

    Yang perlu menjadi perhatian antara lain :

    • Adanya bias dalam teori kognitif, tidak memperhitungkan faktor bawaan individu

    • Emosi sangat tergantung pada campuran yang kompleks antara fisiologis bawaan dan faktor pembelajaran.

  3. Respon-respon Adaptif.
    Menurut Arnold (1970), penilaian terhadap baik dan buruknya suatu stimulus memberikan petunjuk bagi respon kita selanjutnya : respon melawan atau menghindar sehingga emosi yang muncul: marah, takut

    Fungsi adaptif yang lain dari emosi, yaitu memperkuat ikatan antara individu dengan kelompoknya : emosi positif seperti cinta, kasih sayang; sedangkan emosi negatif seperti cemas, cemburu, dan berduka akan membantu kita mengacaukan hubungan sosial yang tidak diinginkan.

FUNGSI EMOSI.

Emosi kita merupakan barometer terhadap dunia internal kita, sehingga emosi merupakan pengetahuan intuitif secara sekilas tentang diri kita. Apabila kita tahu tentang perasaan seseorang, maka kita telah mengetahui sedikit tentangnya. Menurut Atwater (1983), emosi memiliki fungsi yang berbeda dalam kehidupan individu, dapat dilihat dari fase-fase :

  1. Intensitas Pembangkitan (arousal).

    Intensitas emosi menunjukkan seberapa banyak perasaan kita dipengaruhi oleh suatu peristiwa. Apabila emosi terasa kuat, biasanya hal tersebut sangat dipengaruhi oleh kebutuhan & dorongan yang dominan saat itu pada diri kita. Reaksi emosional yang intensif akan mendorong dan memotivasi kita untuk bertindak dan sebaliknya, membuat kita tidak terlibat secara emosional pada suatu peristiwa. Intensitas Emosi dipengaruhi oleh:

    • faktor herediter, yaitu karakteristik sistem saraf dan sistem hormon
    • usia, contohnya pada usia anak-anak dan remaja intensitas emosinya lebih besar ketimbang pada usia dewasa.
    • pengalaman belajar, individu yang hidup di lingkungan yang ekspresif secara emosional kemungkinan besar memiliki pengalaman emosional yang lebih kuat.
  2. Makna Personal.

    Makna personal menjelaskan pada kita, pada situasi apa kita terpengaruh secara emosional. Apabila kebutuhan dan keinginan kita terpenuhi maka muncul emosi menyenang- kan, seperti cinta, senang, bahagia, bersemangat. Namun, ketika merasa dicampuri atau dirampas haknya, maka muncul emosi negatif, seperti takut, marah, cemburu, atau iri. Emosi dasar manusia adalah emosi menyenangkan dan tidak menyenangkan. Emosi ini akan berkembang seiring tahapan perjalanan perkembangan individu menjadi lebih variatif dan spesifik.

  3. Pengalaman Sementara.

    Emosi merefleksikan pengalaman sementara, sebagai perubahan dari pengalaman subjektif kita, kebutuhan, dan kepuasan kita. Mood merupakan emosi yang bertahan dalam jangka waktu tertentu dalam diri kita. Mood yang berubah-ubah tanpa alasan yang cukup dapat menjadi tanda-tanda patologis, baik karena penyebab fisiologis atau psikologis.

JENIS EMOSI.

Banyak teori mengenai emosi yang mencoba mengungkap macam emosi dalam istilah “emosi dasar” (basic emotions) dengan tujuan membedakan (secara kualitatif) berdasar fungsinya dalam proses adaptasi individu (Matthews dkk, 2002). Teori Plutchik (1980, 2001, dalam Matthews dkk, 2002; Atwater & Duffy, 2005) mengidentifikasi ada 8 macam emosi primer: gembira, penerimaan, takut, terkejut, sedih, muak/ jijik, marah, dan antisipasi.

Tabel Karakteristik Delapan Jenis Emosi Primer/ Dasar (Plutchik, 1980)
image

Dimensi utama dari emosi ada 2, yaitu:

  • Menyenangkan (pleasant) vs tidak menyenangkan
  • Intensely aroused vs weakly aroused (Rusell dkk, 1989).

Menurut Ekman (1993), dari delapan emosi primer yang berbeda hanya 6 yang bersifat universal tanpa batasan budaya dan usia, yaitu: marah (anger), takut (fear), kegembiraan (happiness), sedih (sadness), dan muak (disgust). Sedangkan menurut Matsumoto (2000), ditambahkan satu emosi lagi yaitu: jijik (contempt).

EKSPRESI EMOSI.

Emosi tidak hanya berfungsi untuk menggerakkan seseorang dalam bertindak atau menghindari situasi tertentu, tetapi juga merupakan salah satu cara berkomunikasi dengan orang lain, dalam bentuk ekspresi emosi tertentu. Yang harus diperhatikan adalah keseimbangan antara ekspresi emosi dengan kendali terhadap perasaan kita, sehingga menimbulkan rasa nyaman. Wajah merupakan kunci dari ekspresi emosi seseorang (Bower, 2001), kemudian tubuh, postur, perubahan suara, dan gerakan tangan dapat menjadi tanda berikutnya (Azar, 2001).

Ekspresi emosi yang terhalang karena mekanisme individu untuk menutupinya, dapat terungkap dengan:

  • Microexpressions, yaitu ekspresi wajah sepintas lalu yang tampak hanya beberapa detik
  • Body leakage , yaitu sikap tubuh seseorang.


Gambar Plutchik’s Three-Dimensional Model of Emotion.

Hasil riset terkait dengan perbedaan ekspresi emosi adalah sebagai berikut :

  1. Perempuan lebih baik dalam mengenali emosi orang lain dibandingkan laki-laki, terutama dalam bentuk bahasa tubuh (Brody & Hall, 1993).

  2. Perempuan berespon lebih sedih terhadap peristiwa negatif yang dialaminya (Hess, dkk, 2000).

  3. Laki-laki lebih banyak merenung daripada perempuan setelah mengalami peristiwa yang menyedihkan, dan terungkap lebih segan mengungkapkan rasa bermusuhan daripada perem- puan (McConatha, dkk, 1994).

  4. individu dewasa lebih sulit merasakan peristiwa yang menyedihkan dan frekuensi mengekspresikan emosinya lebih sedikit daripada individu yang lebih muda usianya, selain itu terungkap bahwa lansia masih mampu mengalami emosi positif yang mendalam (Carstensen & Charles, 1998).

“Emotion : Differently described and explained by different Psychologists, but all agree that it is a complex state of the organism, involving bodily changes of a widespread character-in breathing, pulse, gland secretion, etc.- and, on the mental side, a state of excitement or perturbation, marked by strong feeling and ussualy an impulse towards a definite form of behavior. If the emotion is intense there is some disturbance of the intellectual functions, a measure of dissociation, and a tendency towards action of an ungraded or protopatic character. Beyond this description anything else would mean an entrance into the controversial field.” Hilman (1960) dan Drever (1952)

Terjemahan :
“Emosi: Dilukiskan dan dijelaskan secara berbeda oleh psikolog yang berbeda, namun semua sepakat bahwa emosi adalah bentuk yang kompleks dari organisme, yang melibatkan perubahan fisik dari karakter yang luas dalam bernafas, denyut nadi, produksi kelenjar dsb-dan, dari sudut mental, adalah suatu keadaan senang atau cemas, yang ditandai dengan adanya perasaan yang kuat, dan biasanya dorongan menuju bentuk nyata dari suatu tingkah laku.

Jika emosi itu sangat kuat akan terjadi sejumlah gangguan terhadap fungsi intelektual, tingkat disasosiasi dan kecenderungan terhadap tindakan yang bersifat tidak terpuji. Di luar deskripsi ini, hal lain akan berarti masuk ke dalam bidang yang kontroversial.“

Bentuk-Bentuk Emosi

Daniel Goleman (1995) mengidentifikasi sejumlah kelompok emosi , yaitu sebagai berikut:

  1. Amarah, di dalamnya meliputi brutal, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal hati, terganggu, rasa pahit, berang, tersinggung, bermusuhan, tindak kekerasan, dan kebencian patologis.
  2. Kesedihan, di dalamnya meliputi pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihani diri, kesepian, ditolak, putus asa, depresi.
  3. Rasa takut, di dalamnya meliputi cemas, takut, gugup, khawatir, waswas, perasaan takut sekali, sedih, waspada, tidak tenang, ngeri, kecut, panik, dan pobia.
  4. Kenikmatan, di dalamnya meliputi kebahagiaan, gembira, ringan puas, riang, senang, terhibur, bangga, kenikmatan indrawi, takjub, terpesona, puas, rasa terpenuhi, girang, senang sekali, dan mania.
  5. Cinta, di dalamnya meliputi penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kasmaran, dan kasih sayang.
  6. Terkejut, di dalamnya meliputi terkesiap, takjub, terpana.
  7. Jengkel, di dalamnya meliputi hina, jijik, muak, mual, benci, tidak suka, dan mau muntah.
  8. Malu, di dalamnya meliputi rasa bersalah, malu hati, kesal hati, menyesal, hina, aib, dan hati hancur lebur.

Darwis (2006) mendefinisikan emosi sebagai suatu gejala psiko-fisiologis yang menimbulkan efek pada persepsi, sikap, dan tingkah laku, serta mengejawantah dalam bentuk ekspresi tertentu. Emosi dirasakan secara psikofisik karena terkait langsung dengan jiwa dan fisik. Ketika emosi bahagia meledak-ledak, ia secara psikis memberi kepuasan, tapi secara fisiologis membuat jantung berdebar-debar atau langkah kaki terasa ringan, juga tak terasa ketika berteriak puas kegirangan, Namun hal-hal yang disebutkan ini tidak spesifik terjadi pada semua orang dalam seluruh kesempatan. Kadangkala orang bahagia, tapi justru meneteskan air mata, atau kesedihan yang sama tidak membawa kepedihan yang serupa.

‟Emotion is a subjective feeling state, often accompanied by facial and bodily expressions, and having arousing and motivating properties‟. Morgan, King dan Robinson, (1984)

Menurut Syamsu Yusuf, dalam bukunya yang berjudul, “Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja”,(Rosda,2008) Ciri-ciri Emosi adalah :

  1. Lebih bersifat subjektif daripada peristiwa psikologis lainnya, seperti pengamatan dan berfikir.
  2. Bersifat fluktuatif (tidak tetap).
  3. Banyak bersangkut paut dengan peristiwa pengenalan panca indera.

Emosi dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian, yaitu emosi sensoris dan emosi kejiwaan (psikis).

1. Emosi sensoris

Emosi yang ditimbulkan oleh rangsangan dari luar terhadap tubuh, seperti : rasa dingin, manis, sakit lelah kenyang, dan lapar.

2. Emosi psikis

Emosi yang mempunyai alasan-alasan kejiwaan. Yang termasuk kedalam emosi psikis, diantaranya adalah:

  • Perasaan Intelektual, yaitu yang mempunyai sangkut paut dengan ruang lingkup kebenaran. Perasaan ini diwujudkan dalam bentuk ;

    • Rasa yakin dan tidak yakin terhadap suatu hasil karya,
    • Rasa gembira karena mendapat suatu kebenaran,
    • Rasa puas karena dapat menyelesaikan persoalan-persoalan yang harus dipecahkan.
  • Perasaan sosial, yaitu perasaan yang berhubungan dengan orang lain, baik bersifat perorangan maupun kelompok. Wujud perasaan ini seperti;

    • Rasa solidaritas
    • Persaudaraan
    • Simpati,
    • Kasih sayang.
  • Perasaan Susila, yaitu perasaan yang berhubungan dengan nilainilai baik dan buruk atau etika (moral). Contohnya ;

    • Rasa tanggung jawab (Responsibility)
    • Rasa bersalah apabila melanggar norma
    • Rasa tentram dalam menaati norma.
  • Perasaan keindahan (estetis), yaitu perasaan yang berkaitan erat dengan keindahan dari sesuatu , baik bersifat kebendaan maupun kerohanian.

  • Perasaan ketuhanan. Salah satu kelebihan manusia sebagai makhluk Tuhan, dianugrahi fitrah (kemampuan atau perasaan) untuk mengenal Tuhannya. Dengan kata lain, manusia dikaruniai insting religius (naluri beragama). Karena memiliki fitrah ini, kemudian manusia dijuluki sebagai ‟Homo Divinans‟ dan ‟Homo Religius‟, yaitu sebagai makhluk yang berke-Tuhan-an atau makhluk beragama.

Emosi berasal dari bahasa Latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi.

Daniel Goleman (2002) mengatakan bahwa emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.

Proses kemunculan emosi melibatkan faktor psikologis maupun faktor fisiologis. Kebangkitan emosi kita pertama kali muncul akibat adanya stimulus atau sebuah peristiwa, yang bisa netral, positif, ataupun negatif. Stimulus tersebut kemudian ditangkap oleh reseptor kita, lalu melalui otak. Kita menginterpretasikan kejadian tersebut sesuai dengan kondisi pengalaman dan kebiasaan kita dalam mempersepsikan sebuah kejadian. Interpretasi yang kita buat kemudian memunculkan perubahan secara internal dalam tubuh kita.

Perubahan tersebut misalnya napas tersengal, mata memerah, keluar air mata, dada menjadi sesak, perubahan raut wajah, intonasi suara, cara menatap dan perubahan tekanan darah kita.

Pandangan teori kognitif menyebutkan emosi lebih banyak ditentukan oleh hasil interpretasi kita terhadap sebuah peristiwa. Kita bisa memandang dan menginterpretasikan sebuah peristiwa dalam persepsi atau penilai negatif, tidak menyenangkan, menyengsarakan, menjengkelkan, mengecewakan.

Persepsi yang lebih positif seperti sebuah kewajaran, hal yang indah, sesuatu yang mengharukan, atau membahagiakan. Interpretasi yang kita buat atas sebuah peristiwa mengkondisikan dan membentuk perubahan fisiologis kita secara internal, ketika kita menilai sebuah peristiwa secara lebih positif maka perubahan fisiologis kita pun menjadi lebih positif.

Teori Emosi

Para ahli mengemukakan beberapa teori dalam upaya menjelaskan timbulnya gejala emosi. Beberapa teori emosi tersebut antara lain :

  • Teori Emosi Dua-Faktor Schachter-Singer
    Teori ini dikenal sebagai teori yang paling klasik yang berorientasi pada rangsangan. Reaksi fisiologik dapat saja seperti hati berdebar, tekanan darah naik, nafas bertambah cepat, adrenalin dialirkan dalam darah. Jika rangsangannya menyenangkan seperti diterima di perguruan tinggi idaman, emosi yang timbul dinamakan senang, sebaliknya, jika rangsangannya membahayakan misalnya melihat ular berbisa emosi yang timbul dinamakan takut.

  • Teori Emosi James-Lange
    Teori ini menjelaskan bahwa emosi adalah hasil persepsi seseorang terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh sebagai respons terhadap berbagai rangsangan yang datang dari luar. Jika seseorang misalnya melihat harimau, reaksinya adalah peredaran darah makin cepat karena denyut jantung makin cepat, paru-paru lebih cepat memompa udara. Respons tubuh ini kemudian dipersepsikan dan timbullah rasa takut. Rasa takut timbul oleh hasil pengalaman dan proses belajar. Orang bersangkutan dari hasil pengalamannya telah mengetahui bahwa harimau adalah makhluk yang berbahaya, karena itu debaran jantung dipersepsikan sebagai rasa takut.

  • Teori Emosi “Emergency” Cannon
    Teori ini menyatakan emosi timbul bersama-sama dengan reaksi fisiologik. Teori Cannon kemudian diperkuat oleh Philip Bard, sehingga kemudian lebih dikenal dengan teori Cannon-Bard atau teori emergency. Teori ini mengatakan pula bahwa emosi adalah reaksi yang diberikan oleh organisme dalam situasi darurat atau emergency. Teori ini didasarkan pada pendapat bahwa ada antagonisme antara saraf-saraf simpatis dengan cabang-cabang cranial dan sacral daripada susunan saraf otonom. Jadi, kalau saraf-saraf simpatif aktif, saraf otonom nonaktif, dan begitu sebaliknya.

Emosi adalah suatu konsep yang majemuk sehingga tidak ada satu pun definisi yang diterima secara universal. Studi tentang emosi tidak hanya dilakukan oleh ilmu psikologi, tetapi juga oleh sosiolog, neurologi, etika dan filsafat. (Sarlito, 2010)

Berikut ini, dalam tabel dibawah, beberapa pakar yang menenliti terkait dengan emosi,

Tabel Tabel Teori Emosi

Nama Pakar Emosi Dasar Dasar Pengambilan Kesimpulan
Arnold Marah, enggan, berani, kecewa, hasrat, putus asa, takut, benci, berharap, cinta, sedih Hubungan dengan kecenderungan
Ekman, Friesen & Ellsworth Marah, jijik, takut, gembira, sedih, kejutan Ekspresi wajah universal
Fridja Hasrat, bahagia, minat, kejutan, kaget, duka. Bentuk kesepian bertindak.
Gray Gusar, Teror, Cemas, Gembira Bakat
Izzard Marah, jijik, tidak suka, stress. Takut, rasa bersalah, minat, gembira, malu, kejutan. Bakat
James Takut, duka, cinta, gusar Keterlibatan Tubuh
McDougall Marah, jijik, gembira, takut, tidak berdaya, perasaan lembut, kagum. Hubungan dengan naluri
Mowrer Sakit, Senang Keadaan emosi yang tidak dipelajari
Oatley & johnson laird Marah, jijik, cemas, bahagia, sedih Tidak memerlukan tujuan tertentu
Panksepp Berharap, takut, gusar, panik Bakat
Plutchik Pasrah, marah, antisipasi, jijik, gembira, takut, sedih, kejutan Hubungan dengan proses adaptasi biologis
Tomkins marah, insert, jijik, tidak suka, stress, takut, gembira. Malu, kejutan Besarnya rangsangan syaraf
Watson Takut, cinta, gusar Bakat
Wainer & Graham Bahagia, sedih Atribusi Mandiri

Perubahan-perubahan dalam tubuh yang terjadi berkaitan dengan emosi, antara lain :

  • Reaksi elektris pada kulit : Meningkat bila terpesona.

  • Peredaran darah : Berambah cepat bila marah

  • Denyut jantung : Bertambah cepat bilaterkejut.

  • Pernafasan : Bernafas panjang jika kecewa.

  • Pupil Mata : Membesar bila sakit atau marah.

  • Liur :Mengering jika takut atau Tegang.

  • Buluroma : Berdiri jika takut.

  • Pencernaan : Mencret kalau tegang

  • Otot : Ketegangan & ketakutan otot (tremor).

  • Komposisi darah : Komposisi darah akan ikut berubah karena kelenjar lebih aktif.

Daniel Goleman (2002) mengatakan bahwa emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu, sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis.

Chaplin (2002, dalam Safaria, 2009) merumuskan emosi sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya, dan perubahan perilaku. Maramis (2009) dalam bukunya “Ilmu Kedokteran Jiwa” mendefinisikan emosi sebagai suatu keadaan yang kompleks yang berlangsung tidak lama yang mempunyai komponen pada badan dan pada jiwa individu tersebut.

Macam-macam Emosi


Beberapa tokoh mengemukakan tentang macam-macam emosi, antara lain Lazarus, Descrates, JB Watson dan Daniel Goleman. Menurut Lazarus (1991, dalam Salamah) emosi-emosi yang terdapat pada seorang individu, yaitu:

  • anger (marah),
  • anxiety (cemas),
  • fright (takut),
  • jealously (perasaan bersalah),
  • shame (malu),
  • disgust (jijik),
  • happiness (gembira),
  • pride (bangga),
  • relief (lega),
  • hope (harapan),
  • love (kasih sayang),
  • compassion (kasihan).

Sedangkan menurut Descrates (dalam Gunarsa 2003), ada 6 emosi dasar pada setiap individu, terbagi atas :

  • hasrat
  • benci
  • sedih/duka
  • ingin tahu
  • cinta
  • kegembiraan

Regulasi Emosi


Thompson (1994) mendefinisikan regulasi emosi sebagai kemampuan individu untuk memonitor, mengevaluasi dan memodifikasi reaksi emosional untuk mencapai tujuan. Regulasi dipandang secara positif, individu yang melakukan regulasi emosi akan lebih mampu melakukan pengontrolan emosi. Individu yang mampu mengekspresikan emosi dapat mengubah lingkungan sosial menjadi lebih baik. Reivich dan Shatte (2002), mendefinisikan regulasi emosi sebagai kemampuan untuk tenang di bawah tekanan.

Gross dan Thompson (2007) mengemukakan regulasi emosi adalah sekumpulan berbagai proses tempat emosi diatur. Proses regulasi emosi dapat otomatis atau dikontrol, disadari atau tidak disadari dan bisa memiliki efek pada satu atau lebih proses yang membangkitkan emosi. Emosi adalah proses yang melibatkan banyak komponen yang bekerja terus menerus sepanjang waktu, regulasi emosi melibatkan perubahan dalam dinamika emosi, atau waktu munculnya, besarnya lamanya dan mengimbangi respon perilaku, pengalaman atau fisiologis. Regulasi emosi dapat mengurangi, memperkuat atau memelihara emosi tergantung pada tujuan individu.

Aspek- aspek Regulasi Emosi


Thompson (1994), membagi aspek-aspek regulasi emosi yang terdiri dari tiga macam:

  • Kemampuan memonitor emosi (emotions monitoring) yaitu kemampuan individu untuk menyadari dan memahami keseluruhan proses yang terjadi didalam dirinya, perasaannya, pikirannya dan latar belakang dari tindakannya.

  • Kemampuan mengevaluasi emosi (emotions evaluating) yaitu kemampuan individu untuk mengelola dan menyeimbangkan emosiemosi yang dialaminya. Kemampuan untuk mengelola emosi khususnyan emosi negatif seperti kemarahan, kesedihan, kecewa, dendam dan benci akan membuat individu tidak terbawa dan terpengaruh secara mendalam yang dapat mengakibatkan individu tidak dapat berfikir secara rasional.

  • Kemampuan memodifikasi emosi (emotions modification) yaitu kemampuan individu untuk meruba emosi sedemikian rupa sehingga mampu memotivasi diri terutama ketika individu berada dalam putus asa, cemas dan marah. Kemampuan ini membuat individu mampu bertahan dalam masalah yang sedang dihadapinya.

Strategi Regulasi Emosi


Menurut Garnefski (dalam Salamah, 2008) terdapat beberapa macam strategi-strategi untuk meregulasi emosi, yaitu:

  • Self-blame disini adalah mengacu kepada pola pikir menyalahkan mengacu kepada pola pikir menyalahkan diri sendiri. Beberapa penelitian menemukan bahwa selfblame berhubungan dengan depresi dan pengukuran kesehatan lainnya.

  • Blaming others adalah mengacu pada pola pikir menyalahkan orang lain atas kejadian yang menimpa dirinya.

  • Acceptance adalah mengacu pada pola pikir menerima dan pasrah atas kejadian yang menimpa dirinya. Acceptance merupakan strategi coping yang memilki hubungan positif dengan pengukuran keoptimisan dan self esteem dan memiliki hubungan yang negatif dengan pengukuran kecemasan.

  • Refocus on planning mengacu pada pemikiran terhadap langkah apa yang harus diambil dalam mengahadapi peristiwa negatif yang dialami. Perlu diperhatikan kalau dimensi ini hanya pada tahap kognitif saja, tidak sampai kepelaksanaan.

  • Positive refocusing adalah kecenderungan individu untuk lebih memikirkan hal-hal yang lebih menyenangkan dan menggembirakan daripada memikirkan situasi yang sedang terjadi. Berfokus pada hal-hal yan positif bisa dianggap membantu pada jangka pendek. Namun pada jangka panjang bisa bersifat maladaptive.

  • Rumination or focus on Thought adalah apabila individu cenderung selalu memikirkan perasaan yang berhubungan dengan situasi yang sedang terjadi. Nolen menyatakan rumination cenderung berasosiasi dengan tingkat depresi yang tinggi.

  • Positive reappraisal adalah kecenderungan individu untuk mengambil makna positif dari situasi yang sedang terjadi. Menunjukkan bahwa positive reappraisal beraosiasi dengan optimism dan self esteem serta berkorelasi negatif dengan
    kecemasan.

  • Putting into perspective adalah individu cenderung untuk bertindak acuh (tidak peduli) atau meremehkan suatu keadaan. Konsep ini belum pernah dimasukkan dalam pengukuran coping apaun sehingga belum ada data-data mengenai korelasi putting into perspective dengan hal lain.

  • Catastrophobizing adalah kecenderungan individu untuk menganggap bahwa dirinyalah yang lebih tidak beruntung dari situasi yang sudah terjadi. Secara umum catastrophobizing berhubungan erat dengan maladaptasi, distress emosional, dan depresi.

Crow dan Crow mengartikan emosi sebagai suatu keadaan yang bergejolak pada diri individu yang berfungsi sebagai inner adjustment (penyesuaian dari dalam) terhadap lingkungan untuk mencapai kesejahteraan dan keselamatan individu.

King mengatakan bahwa emosi adalah perasaan atau afeksi yang dapat melibatkan rangsangan fisiologis seperti denyut jantung yang cepat, pengalaman sadar seperti memikirkan keadaan jatuh cinta dengan seseorang dan ekspresi perilaku seperti sebuah raut muka cemberut.

Menurut Hude emosi adalah suatu gejala psikofisiologis yang menimbulkan efek pada persepsi, sikap, dan tingkah laku. Emosi pada prinsipnya menggambarkan perasaan manusia menghadapi berbagai situasi yang berbeda. Emosi juga merupakan reaksi manusiawi terhadap berbagai situasi nyata maka sebenarnya tidak ada emosi baik atau emosi buruk. Emosi memberi warna dalam kehidupan manusia. Pengalaman emosional juga dapat menjadi motivator penting perilaku.

Perasaan atau emosi merupakan gejala afektif pada kejiwaan manusia yang dihayati secara subjektif, yang pada umumnya bersentuhan secara langsung dengan gejala pengenalan. Berdasarkan realitas terdalam, perasaan atau emosi jiwa tidak bersifat tetap, baik dalam bentuknya maupun kadarnya. Sakit dengan pedih, cinta dengan sayang adalah bentuk perasaan yang berbeda dan memiliki ukuran kedalaman emosi yang berbeda.

Fungsi Emosi

Menurut Coleman dan Hammen ada empat fungsi emosi dalam kehidupan manusia.

  1. Emosi adalah pembangkit energi (energizer).
    Tanpa emosi, seseorang tidak sadar atau mati. Emosi membangkitkan dan memobilisasi energi seseorang, marah menggerakan seseorang untuk menyerang, takut menggerakan kita untuk berlari dan cinta mendorong seseorang untuk mendekat dan bermesraan.

  2. Emosi adalah pembawaan informasi.
    Bagaimana keadaan diri seseorang dapat diketahui dari emosi kita. Jika marah, seseorang mengetahui bahwa dihambat atau diserang orang lain, sedih berarti kehilangan sesuatu yang di senangi, bahagia berarti memperoleh sesuatu yang kita senangi.

  3. Emosi adalah cara berkomunikasi
    Emosi berfungsi sebagai komunikasi intrapersonal dan interpersonal sekaligus. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa emosi dapat dipahami secara universal.

  4. Emosi adalah sumber informasi
    Emosi juga merupakan sumber informasi tentang keberhasilan seseorang, mendambakan kesehatan dan mengetahuinya ketika kita merasa sehat walafiat, mencari keindahan dan mengetahui bahwa memperolehnya ketika merasakan kenikmatan estetis dalam diri.