Bagaimana Pendapatmu akan "Uang bukan Segalanya"?

Pernyataan tentang "uang bukan segalanya" mungkin sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia. Ada beberapa masyarakat yang pro dan ada juga yang kontra mengenai pernyataan tersebut.

Bagi sekelompok orang yang kontra, mereka berpendapatan bahwa segala-segalanya ini membutuhkan uang untuk bisa bertahan hidup, seperti biaya hidup, biaya pendidikan, dan lainnya.

Bagi sekelompok orang yang pro, mereka berpendapat bahwa ada beberapa hal yang tidak bisa dibeli dengan uang, seperti cinta, sahabat, keluarga, dan lainnya.

Nah, bagaimana menurut teman-teman mengenai pernyataan tersebut ?

Referensi

Saya setuju dengan pendapat mengenai " uang bukanlah segalanya ". Uang seperti yang kita ketahui bersama adalah sebuah alat tukar yang disepakati oleh setiap manusia yang ada di muka bumi. Dengan uang, kita bisa mendapatkan sesuatu yang kita inginkan, mulai dari hal - hal yang sederhana dan pokok seperti makanan, pakaian, dan tempat tinggal hingga ke hal - hal yang sifatnya tersier dan mewah seperti mobil sport mewah, jam tangan mewah, dan juga hunian mewah. Di titik ini, uang menjadi sebuah hal yang krusial bagi setiap orang yang ada dunia. Mereka melakukan berbagai cara supaya memiliki uang, yang salah satunya adalah bekerja atau berbisnis. Tapi tidak jarang, beberapa orang melakukan tindakan yang tidak terpuji demi mendapatkan uang seperti dengan mencuri dan lain sebagainya.

Dalam ranah sosial, uang juga dianggap sebagai jembatan bagi orang - orang dalam menaikan status sosial mereka. Semakin banyak uang yang seseorang miliki, maka semakin tinggi status sosialnya. Orang yang memiliki uang bisa mendapatkan sesuatu yang mereka inginkan. Sampai disini, kita tahu kehadiran uang sangat membantu kehidupan kita sehari - hari dan menjadi sesuatu yang sangat penting untuk dimiliki.

Tetapi, ada beberapa hal yang memang pada kenyataannya tidak bisa dibeli dengan uang. hal - hal itu adalah manner, moral, rasa hormat, karakter, akal sehat, kepercayaan, kesabaran, integritas, kebahagiaan, dan cinta. hal - hal yang sifatnya non-materiil. Sehingga disinilah uang tidak dapat berkata banyak. Pada akhirnya, uang bukanlah segalanya, tatapi memiliki uang itu juga penting.

Money isn’t everything, but everything needs money

Uang bukanlah segalanya, namun segala hal memerlukan uang. Kita tidak dapat menyangkal bahwa dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari kita memerlukan uang. Membeli makan, keperluan-keperluan, membeli sarana hiburan, bahkan untuk bersosialisasi pun juga butuh uang. Saya setuju jika uang bisa membeli segalanya, dengan syarat jika kita hidup dalam sistem masyarakat.

Kebanyakan orang berpendapat bahwa hal-hal abstrak seperti cinta, keluarga, pertemanan, dan kebahagiaan tidak bisa dibeli dengan uang. Namun menurut saya, itu bisa kok dibeli dengan uang. Mengapa seorang gadis muda mau menikah dengan om-om tua? Uang. Mengapa seseorang punya banyak teman dan respect? Bisa jadi karena uang. Mengapa seseorang bisa menikah dan berkeluarga? Uang. Mengapa orang-orang kelas atas memiliki manner dan karakter yang bagus? Karena sekolah dan sekolah butuh uang. Mengapa seseorang waras? Karena tidak stress memikirkan uang. Lalu siapa bilang uang tidak bisa membeli kebahagiaan? Buktinya, kalau kita dikasih uang pasti senang kan?

Mengapa segala sesuatu membutuhkan uang? Karena kita hidup dalam sebuah sistem. Sistem masyarakat yang dibangun atas prinsip sosial-ekonomi yang kompleks, yang memerlukan perputaran ekonomi didalamnya agar semua orang bisa mendapatkan kebutuhannya. Penetapan uang sejak lama sebagai alat tukar yang sah dan universal telah menggantikan sistem barter sejak dulu, supaya terjadi jual beli yang adil.

Barangkali untuk menghidupi nilai “uang bukanlah segalanya” secara murni dan total, kita bisa hidup terpisah dari sistem masyarakat. Hidup di hutan, mendirikan komunitas sendiri, bercocok tanam sendiri, di tanah bebas yang tak bertuan. Hiduplah sesuai dengan semangat Anarkisme, tanpa pemerintah, tanpa hukum dan tanpa uang dan sistem ekonomi. Saya yakin itu adalah hidup yang tak akan membutuhkan uang.

kalimat uang bukan segalanya itu ditujukan kepada orang-orang tertentu yang selalu menggunakan uang untuk memudahkan hidupnya. karena, menurut saya tentu saja seorang manusia membutuhkan uang, ibaratnya mau menggunakan toilet saja bayar 2000 apalagi untuk makan dan bertahan hidup?

jadi, kalimat tersebut seharusnya bisa digunakan sebagai pengingat untuk orang-orang yang memiliki banyak uang agar tidak menggampangkan semua hal, karena benar cinta tidak bisa di beli itu hanya bisa di rasakan, kecuali jika seseorang pura-pura cinta hanya karena uang, bagaimana jika tiba-tiba mendapatkan musibah dan kehilangan seluruh harta kekayaannya? maka akan kehilangan orang yang ia pikir mencintainya juga.

Saya pribadi percaya bahwa uang bukan segalanya, namun segalanya memang membutuhkan uang. Keseharian kita tidak lepas dari proses yang melibatkan uang, membeli sarapan pagi dan juga biaya pendidikan contohnya. Tapi, ada hal-hal yang memang tidak bisa dibeli dengan uang, seperti etika dan juga karakter. Dua hal ini menunjukkan bagaimana orang bisa berinteraksi, menghormati, serta menghargai orang di sekitarnya. Saya pun percaya bahwa etika dan karakter merupakan sesuatu yang dibentuk sejak kecil dan tidak bisa dibuat instan satu malam.

Dengan status saya yang masih seorang mahasiswa, tentunya uang menjadi segalanya untuk saya. Uang bisa memberikan perasaan bahagia untuk saya pribadi, tentunya dengan pola pikir seusia saya rasanya akan sependapat dengan ini. Mengapa? karena banyak orang yang sudah merasa capek harus berhubungan tidak jelas atau lelah dengan hubungan interpersonal. Sekarang banyak dijumpai kalau orang-orang ingin mendapatkan uang lebih banyak dulu baru bisa bersantai dan berleha-leha.

Kita tidak bisa menyangkal fakta bahwa apapun yang kita lakukan semuanya itu membutuhkan uang, bahkan kegiatan sekecil atau sesepele apapun pasti ada uang yang harus dikorbankan. Nah, kalau sudah begini, uang sudah menjadi hal krusial yang mesti dimiliki setiap orang. Saya tidak mengatakan bahwa uang adalah segalanya, namun saya mencoba mengatakan bahwa apapun yang kita lakukan dan inginkan, semuanya akan menjadi jauh lebih mudah jika ada uangnya.

Meskipun demikian, tindakan-tindakan salah dalam mengumpulkan uang juga harus diwaspadai. Ini seperti pisau bermata dua, jika kita tidak tepat dalam menafsirkannya, kita sendiri pula yang justru akan dirugikan.

Saya sangat setuju dengan pendapat dari beberapa teman-teman di atas mengenai “Uang bukan segalanya, tapi segalanya memerlukan uang” karena kebutuhan sehari-hari dan media hiburan seperti netflix butuh uang uang untuk membelinya. Di sisi lain, status saya yang masih menjadi mahasiswa juga memerlukan uang untuk membeli kebutuh tulis menulis serta buku pendamping.

Memang benar ada beberapa hal tak terlihat atau abstrak yang tidak dapat dibeli oleh uang. Namun, terkait dengan cinta dan kebahagiaan, saya rasa, masih dapat dibeli dengan uang. Ada berapa banyak orang yang bahagia ketika bisa menonton film melalui netfilx? atau menonton melalui website? Bukankah keduanya juga memerlukan uang agar bisa berlangganan atau setidaknya paket data untuk bisa menonton melalui website. Di sisi lain, ada benarnya jika cinta tidak bisa dibeli dengan uang. Tetapi, jika suatu saat nanti anda sudah punya pacar, anda pada akhirnya juga akan memerlukan uang, bukan? entah untuk memberikan surprise atau membeli kado di hari ulang tahun pasangan anda.

Sangat tidak setuju. Sebab uang adalah penentu dari segalanya, baik itu memberikan kebahagiaan untuk diri kita sendiri maupun orang lain. Dengan uang juga kita dapat memenuhi apa yang kita inginkan, dengan begitu dan tercapainya kepuasan dalam diri menjadikan uang dapat membeli kebahagiaan. Stigma terdahulu mengenai uang bukan segalanya mungkin disaat-saat seperti harga diri dan balas Budi akan kebaikan seseorang. Saya sangat membenarkan jika konteksnya seperti hal ini, sebab dengan hal tersebut uang tidak dapat mengukur kebaikan dan ketulusan seseorang sendiri melainkan uang dapat memenuhi kebutuhan dan kecukupan diri sendiri dan membuat diri sendiri merasa senang.

Bagi saya “uang adalah segalanya”, mungkin bagi sebagian orang yang tinggal di pedesaan dan memiliki pertanian, perkebunan, perternakan sendiri mereka tanpa uang bisa hidup dengan lumayan enak. Setidaknya mereka minimal memiliki kebun yang ada sayurannya, jika mau makan tinggal ke kebun metik sayuran mereka tetap bisa terpenuh untuk kebutuhan pangannya. Kalau tidak ada makanan terkadang masih ada tetangga yang suka berbagi makanan. Nah untuk orang yang tinggal di kota kota besar, boro-boro untuk makan, kencing dan parkir di indomaret aja bayar. Makan harus bayar, minum harus bayar semua serba butuh uang; akses internet, pendidikan, kesehatan, bensin, perawatan kendaraan, tempat tinggal dan kebutuhan lain.

Beberapa hal yang tidak bisa dibeli dengan uang seperti cinta, sahabat. well itu semua sangat relevan ketika masih saat TK, SD, SMP, ketika masih bisa bersenang senang tanpa memikirkan uang. Setelah SMA lalu kuliah kebanyakan teman pada memiliki kehidupan yang konsumtif mulai dari ke kafe, ke mall, nonton bioskop, jalan jalan keluar kota. Sehingga jika mau bergaul dengan mereka kita harus bisa mengikuti kegiatan dan cara mereka menghabiskan waktu, sehingga membuat kita terpaksa harus mengeluarkan uang. Jadi saya kurang sependapat dengan ungkapan “uang bukan segalanya” saya rasa ungkapan itu lebih cocok saat pada zaman dimana barter masih populer, jika butuh makanan tinggal barter, mau makan daging tinggal berburu.