Apakah yang dimaksud dengan cinta?

Cinta

Cinta adalah sebuah emosi dari kasih sayang yang kuat dan ketertarikan pribadi. Dalam konteks filosofi cinta merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan, perasaan belas kasih dan kasih sayang.

Pendapat lainnya, cinta adalah sebuah aksi/kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apa pun yang diinginkan objek tersebut.

Cinta juga berarti menyukai atau suka terhadap suatu objek baik itu objek nyata, mau pun tidak nyata.

Usaha awal yang dilakukan ahli psikologi sosial untuk mendefinisikan cinta adalah membedakan antara ’cinta’ dengan ’suka’ (Rubin, 1970).

Seorang psikolog sosial, Zick Rubin (1970, 1973) telah mengembangkan dua kuesioner, masing-masing untuk mengukur kondisi suka dan cinta. Menurut Rubin :

  • Kesukaan, lebih didasarkan pada afeksi dan respek. Item-item skala ini dikaitkan dengan kesepakatan tentang kualitas positif seorang teman dan kebutuhan untuk menjadi sama dengan teman tersebut.

  • Kecintaan, bersandar pada keintiman, kelekatan, dan peduli terhadap kesejahteraan pihak lain. Item untuk skala ini dihubungkan dengan kesedihan karena tidak adanya seseorang yang dicintai, pemaafan terhadap kesalahan, dan tingginya tingkat keterbukaan diri.

Selanjutnya dalam mendefinisikan cinta secara umum membedakan antara companionate love dan passionate love (Hartfield, 1988; Hardfield & Rapson, 1993; Hardfild & Walster, 1978).

  • Companionate love adalah keintiman dan afeksi yang dirasakan seseorang ketika ia sangat peduli terhadap seseorang yang lain, tetapi tidak mengalami gairah atau bangkitan fisiologis (arousal) saat kehadiran orang lain tsb.

  • Passionate love adalah kerinduan yang sangat kuat yang dirasakan seseorang, disertai arousal; bila cinta itu berbalas maka ada rasa kepenuhan yang sangat besar, tetapi bila tak berbalas maka terjadi rasa sedih dan putus asa.

Penelitian lintas budaya yang membandingkan budaya Amerika Serikat (individualistik) dan China (kolektivistik) menunjukkan bahwa pasangan di Amerika cenderung menghargai pasionate love daripada pasangan China, dan pasangan China cenderung menghargai companionate love daripada pasangan Amerika (Gao, 1993; Jankowiak, 1995; Ting-Toomey & Chung, 1996).

Di sisi lain, pasangan di Kenya, Afrika Timur menilai keduanya secar se.imbang, mereka mengonsepkan cinta romantik sebagai kombinasi psionate love dan companionate love. Mereka beranggapan gabungan keduanya merupakan jenis cinta yang terbaik, dan menjadi tujuan utama dalam masyarakat (Bell, 1995).

Apakah penyebab cinta sama dengan penyebab saat ketertarikan awal?

Adakah variabel lain yang ikut menentukan ketika kita mengembangkan dan mengelola hubungan erat?

Pendekatan Evolusioner dalam hal Cinta: Memilih Pasangan

Pendekatan evolusioner ini merupakan konsep biologis yang diterapkan untuk perilaku sosial oleh para ahli psikologi.

Evolutionary Psychology didefinisikan sebagai usaha untuk menjelaskan perilaku sosial dalam konteks faktor genetik yang berevolusi sepanjang waktu sesuai dengan prinsip seleksi alami.

Evolutionary psychology berpandangan bahwa manusia berevolusi untuk memaksimalkan kesuksesan reproduksi, bahwa laki-laki dan perempuan memiliki agenda yang berbeda atas peran yang berbeda dalam menghasilkan keturunan.

Dalam dunia binatang, kesuksesan reproduksi pejantan diukur dari kuantitas keturunannya sehingga mereka sering berganti pasangan untuk itu. Di sisi lain kesuksesan reproduksi makhluk betina bergantung pada kesuksesan meningkatkan tiap-tiap keturunanya menuju kematangan sehingga mereka hanya berpasangan dengan pejantan pilihan, mengingat bahwa untuk mematangkan tiap keturunan memerlukan ongkos yang tinggi (Berkow, 1989; Symons,1979). Pendekatan evolusioner dalam hal cinta dikembangkan berdasarkan konsep ini.

Pendekatan evolusioner dalam hal cinta merupakan teori yang diturunkan dari teori biologi evolusioner yang mendukung pandangan bahwa laki-laki dan perempuan tertarik satu sama lain dengan karakteristik yang berbeda.

Laki-laki tertarik pada penampilan fisik perempuan; perempuan tertarik pada sumber daya yang dimiliki laki- laki. Hal ini untuk memaksimalkan kesuksesan reproduksi.

Beberapa penelitian hasilnya mendukung pendekatan evolusioner tersebut. Misalnya hasil penelitian Bush dkk (Bus 1989; Buss dkk, 1990) dengan subjek dari 37 negara yang menanyakan berbagai kriteria pemilihan pasangan (untuk menikah) dan seberapa penting kriteria tsb, pada umumnya perempuan menilai kriteria ambisius, rajin, penghasilan yang baik lebih tinggi (penting) daripada subjek laki-laki, dan subjek laki-laki menilai lebih penting daya tarik fisik.

Bagaimanapun perlu dicatat bahwa berbagai penelitian menyatakan bahwa karakteristik paling tinggi pada laki-laki maupun perempuan adalah kejujuran, dapat dipercaya, dan kepribadian yang baik.

Cinta adalah suatu perasaan yang positif dan diberikan pada manusia atau benda lainnya. Bisa dialami semua makhluk. Penggunaan perkataan cinta juga dipengaruhi perkembangan semasa. Perkataan senantiasa berubah arti menurut tanggapan, pemahaman dan penggunaan di dalam keadaan, kedudukan dan generasi masyarakat yang berbeda.

Sifat cinta dalam pengertian abad ke-21 mungkin berbeda daripada abad-abad yang lalu. Ungkapan cinta mungkin digunakan untuk meluapkan perasaan seperti berikut:

  • Perasaan terhadap keluarga
  • Perasaan terhadap teman-teman, atau philia
  • Perasaan yang romantis atau juga disebut asmara
  • Perasaan yang hanya merupakan kemauan, keinginan hawa nafsu, atau cinta eros
  • Perasaan sesama atau juga disebut kasih sayang atau agape
  • Perasaan tentang atau terhadap dirinya sendiri, yang disebut narsisisme
  • Perasaan terhadap sebuah konsep tertentu
  • Perasaan terhadap negaranya atau patriotisme
  • Perasaan terhadap bangsa atau nasionalisme

Terminologi

Penggunaan istilah cinta dalam masyarakat Indonesia dan Malaysia lebih dipengaruhi perkataan love dalam bahasa Inggris. Love digunakan dalam semua amalan dan arti untuk eros, philia, agape dan storge. Namun perkataan-perkataan yang lebih sesuai masih ditemui dalam bahasa serantau dan dijelaskan seperti berikut:

  • Cinta yang lebih cenderung kepada romantis, asmara dan hawa nafsu, eros.
  • Sayang yang lebih cenderung kepada teman-teman dan keluarga, philia.
  • Kasih yang lebih cenderung kepada keluarga dan Tuhan, agape.
  • Semangat nusa yang lebih cenderung kepada patriotisme, nasionalisme dan narsisme, storge.

Etimologi

Beberapa bahasa, termasuk bahasa Indonesia atau bahasa Melayu apabila dibandingkan dengan beberapa bahasa mutakhir di Eropa, terlihat lebih banyak kosakatanya dalam mengungkapkan konsep ini. Termasuk juga bahasa Yunani kuno, yang membedakan antara tiga atau lebih konsep: eros, philia, dan agape.

Cinta adalah perasaan simpati yang melibatkan emosi yang mendalam. Menurut Erich Fromm, ada lima syarat untuk mewujudkan cinta kasih, yaitu:

  • Perasaan
  • Pengenalan
  • Tanggung jawab
  • Perhatian
  • Saling menghormati

Erich Fromm dalam buku larisnya (The Art of Loving) menyatakan bahwa ke empat gejala: care, responsibility, respect, knowledge muncul semua secara seimbang dalam pribadi yang mencintai. Omong kosong jika seseorang mengatakan mencintai anak tetapi tak pernah mengasuh dan tak ada tanggung jawab pada si anak. Sementara tanggung jawab dan pengasuhan tanpa rasa hormat sesungguhnya & tanpa rasa ingin mengenal lebih dalam akan menjerumuskan para orang tua, guru, rohaniwan, dan individu lainnya pada sikap otoriter.

Jenis-jenis cinta

Seperti banyak jenis kekasih, ada banyak jenis cinta. Cinta berada di seluruh semua kebudayaan manusia. Oleh karena perbedaan kebudayaan ini, maka pendefinisian dari cinta pun sulit ditetapkan. Lihat hipotesis Sapir-Whorf.

Ekspresi cinta dapat termasuk cinta kepada ‘jiwa’ atau pikiran, cinta hukum dan organisasi, cinta badan, cinta alam, cinta makanan, cinta uang, cinta belajar, cinta kuasa, cinta keterkenalan, dan lain-lain. Cinta lebih berarah ke konsep abstrak, lebih mudah dialami daripada dijelaskan.

Cinta kasih yang sudah ada perlu selalu dijaga agar dapat dipertahankan keindahannya

Cinta antar pribadi

Cinta antar pribadi menunjuk kepada cinta antara manusia. Bentuk ini lebih dari sekadar rasa kesukaan terhadap orang lain. Cinta antarpribadi bisa mencakup hubungan kekasih, hubungan orangtua dengan anak, dan juga persahabatan yang sangat erat.

Beberapa unsur yang sering ada dalam cinta antarpribadi:

  • Kasih sayang: menghargai orang lain.
  • Altruisme: perhatian non-egois kepada orang lain (yang tidak dimiliki oleh banyak orang).
  • Reciprocation: cinta yang saling menguntungkan (bukan saling memanfaatkan).
  • Komitmen: keinginan untuk mengabadikan cinta, tekad yang kuat dalam suatu hubungan.
  • Keintiman emosional: berbagi emosi dan rasa.
  • Kekerabatan: ikatan keluarga.
  • Passion: hasrat dan atau nafsu seksual yang cenderung menggebu-gebu.
  • Physical intimacy: berbagi kehidupan erat satu sama lain secara fisik, termasuk di dalamnya hubungan seksual.
  • Kepentingan pribadi: cinta yang mengharapkan imbalan pribadi, cenderung egois dan ada keinginan untuk memanfaatkan pasangan.
  • Pelayanan: keinginan untuk membantu dan atau melayani.

Energi seksual dapat menjadi unsur paling penting dalam menentukan bentuk hubungan. Namun atraksi seksual sering menimbulkan sebuah ikatan baru, keinginan seksual dianggap tidak baik atau tidak sepantasnya dalam beberapa ikatan cinta.

Dalam banyak agama dan sistem etik, hal ini dianggap salah bila memiliki keinginan seksual kepada keluarga dekat, anak, atau di luar hubungan berkomitmen. Tetapi banyak cara untuk mengungkapkan rasa kasih sayang tanpa seks. Afeksi, keintiman emosi dan hobi yang sama sangat biasa dalam berteman dan saudara di seluruh manusia.

Hampir semua orang yakin bahwa cinta itu berbeda dengan persahabatan. Cinta romantik berkembang lebih cepat daripada persahabatan. Cinta romantik nampaknya lebih mudah retak daripada persahabatan, dan lebih dapat berakibat negatif, misalnya frustrasi (Berscheid, 1985).

Merawat, merupakan dasar konsepsi dari cinta. Dalam hubungan percintaan, perilaku sering lebih dimotivasi oleh kepedulian terhadap minat-minat pasangan daripada minat-minat diri sendiri. Sedangkan kepedulian terhadap kebutuhan-kebutuhan diri sendiri nampaknya lebih merupakan ciri ketertarikan sepintas lalu daripada hubungan percintaan yang serius (Steck, Levitane, & Kelley, 1982).

Seorang psikolog sosial, Zick Rubin (1970, 1973) telah mengembangkan dua kuesioner, masing-masing untuk mengukur kondisi kesukaan dan kecintaan. Menurut Rubin :

  • Kesukaan, pertama-tama lebih didasarkan pada afeksi dan respek. Item- item skala ini dikaitkan dengan kesepakatan tentang kualitas positif seorang teman dan kebutuhan untuk menjadi sama dengan teman tersebut.
  • Kecintaan, bersandar pada keintiman, kelekatan, dan peduli terhadap kesejahteraan pihak lain. Item untuk skala ini dihubungkan dengan kesedihan karena tidak adanya seseorang yang dicintai, pemaafan terhadap kesalahan, dan tingginya tingkat keterbukaan diri.

Beberapa penemuan mengusulkan bahwa cinta bukan merupakan konsep yang berdimensi tunggal. Misalnya, terdapat dua tipe cinta : passionate (romantik) dan companionate (Hatfield, 1988; Peele, 1988; Walster & Walster, 1978).

  • Cinta passionate merupakan pengalaman emosional yang mendalam: luar biasa gembira jika berbalas, dan sangat menderita bila tak berbalas.
  • Cinta companionate merupakan bentuk cinta yang lebih familiar, yang didefinisikan sebagai afeksi yang kita rasakan terhadap seseorang yang memiliki jalinan mendalam dengan diri kita, merefleksikan hubungan jangka panjang, dan kemungkinan merupakan tahap lanjut dari cinta romantik.

John Alan Lee (1973) menunjukkan bahwa cinta itu bervariasi. Terdapat enam tipe gaya mencinta : cinta romantik, cinta permainan (game-playing love), cinta persahabatan, cinta yang menguasai (possesive love), cinta yang logis, dan cinta diri.

Robert Sternberg (1986) mencirikan cinta sebagai segi tiga yang terdiri dari tiga komponen : keintiman, gairah/nafsu, dan keputusan/komitmen.

  • Keintiman menunjuk pada perasaan kedekatan/keterikatan terhadap orang lain.

  • Gairah/nafsu menunjuk pada aspek romantik dan seksual dalalam hubungan

  • Keputusan/komitmen, mencakup dua aspek :

    • Pada tahap awal hubungan, menunjuk pada keputusan untuk menjalin cinta dengan seseoang;
    • Pada tahap lanjut, menunjuk pada tingkat komitmen seseorang untuk terus mencintai orang tersebut.

Segitiga cinta

Menurut Sternberg, perbedaan tipe cinta merupakan hasil dari perbedaan kekuatan dari tiga komponen tersebut diatas. Sebagai contoh :

  • Tipe suka (liking), mencakup keintiman yang kuat, tetapi sedikit gairah/nafsu dan komitmen.
  • Tipe infatuation, gairah/nafsunya paling kuat.
  • Tipe empty love, komitmen yang paling kuat.
  • Tipe consummate love, memiliki keseimbangan antara keintiman, nafsu, dan keputusan/komitmen.
  • Tipe romantic love, mencakup keintiman dan nafsu yang kuat, namun lemah dalam hal keputusan/komitmen.

Cinta adalah bentuk emosi manusia yang paling dalam dan paling diharapkan. Manusia mungkin akan berbohong, menipu, mencuri dan bahkan membunuh atas nama cinta dan lebih baik mati daripada kehilangan cinta. Cinta dapat meliputi setiap orang dan dari berbagai tingkatan usia.

Berikut adalah definisi cinta menurut beberapa ahli psikologi,

  • Cinta sebagai tugas yang sulit. Disamping mencintai pasangannya yaitu baik lelaki maupun wanita. Manusia dapat mencintai anak maupun orang tua, saudara, hewan kesayangan, negara atau Tuhan sama seperti mereka mencintai makanan kesukaan, pelangi dan olahraga favoritnya. Master dkk (1992)

  • Tidak ada satupun fenomena yang dapat menggambarkan bagaimana itu cinta, pada akhirnya cinta merupakan seperangkat keadaan emosional dan mental yang kompleks. Pada dasarnya tipe-tipe cinta yang dialami masing-masing individu berbeda-beda bentuknya dan berbeda-beda pula kualitasnya. Hendrick dan Hendrick (1992)

  • Cinta adalah suatu sikap yang diarahkan seseorang terhadap orang lain yang dianggap istimewa, yang mempengaruhi cara berfikir, merasa dan bertingkah laku. Rubin

  • Cinta adalah suatu perasaan positif yang kuat yang kita rasakan terhadap seseorang dan merupakan perasaan positif terkuat yang pernah kita alami. Dalam setiap tipe cinta, elemen perhatian terhadap orang yang dicintai sangatlah penting. Tanpa adanya unsur perhatian yang murni, apa yang disebut cinta mungkin hanya hasrat saja. Selain unsur perhatian , unsur rasa hormat juga diperlukan. Rasa hormat yang akan membuat individu menghargai identitas dan integritas orang yang dicintai sehingga menghindarkan dari masalah eksploitasi. Libowitz

cinta

Komponen cinta


Teori yang paling terkenal tentang cinta adalah teori yang dikemukakan oleh Robert Stenberg yang dikenal dengan Stenberg’s triangular of love. Menurut Stenberg, semua pengalaman cinta memiliki tiga komponen cinta yaitu keintiman (intimacy) gairah (passion) dan komitmen (commitment).

Keintiman (Intimacy)

Komponen keintiman maksudnya adalah perasaan ingin selalu dekat, ingin selalu berhubungan, membentuk ikatan dengan orang yang dicintai. Dalam komponen ini, ada keinginan untuk selalu memberi perhatian pada orang yang dicintai. Kedekatan diri dengan pasangan dan komunikasi yang intim adalah sesuatu yang penting. Komponen ini sangat penting baik pada cinta romantis, cinta terhadap anak-anak maupun pada teman baik.

Menurut Stenberg, keintiman itu sendiri merupakan komponen emosi yang didalamnya terdapat kehangatan, kepercayaan dan keinginan untuk membina hubungan. Ciri-cirinya antara lain adalah adanya perasaan kedekatan dengan seseorang, senang berbincang-bincang dengannya dalam waktu lama, merasa rindu bila lama tidak bertemu dan ada keinginan untuk saling bergandengan tangan atau merangkul bahu.

Stenberg mengatakan komponen keintiman sendiri setidaknya memuat sepuluh elemen yaitu :

  1. Keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan orang yang dicintai

    Seseorang akan memperhatikan kesejahteraan dari orang yang dicintainya dan kemudian meningkatkan kesejahteraannya, kadang-kadang ada harapan yang muncul bahwa perbuatan itu akan mendapatkan balasan.

  2. Mengalami kebahagiaan dengan orang yang dicintai

    Seseorang akan menikmati kegiatan yang dijalankan dengan pasangannya, ketika mereka melakukan kegiatan itu bersama-sama, mereka akan menikmatinya dan membentuk kenangan-kenangan yang mungkin akan mereka ingat pada masa- masa sulit dikemudian harinya.

  3. Menempatkan orang yang dicintai dalam penghargaan yang tinggi

    Seseorang akan menghargai dan menghormati orang yang dicintainya. Walaupun ada kekurangan dan cacat pada diri orang yang dicintainya tersebut, tidak akan mengurangi penghargaan yang diberikan.

  4. Mampu bergantung pada orang yang dicintai ketika dibutuhkan

    Seseorang akan merasakan bahwa pasangannya ada ketika ia membutuhkan, ketika ia membutuhkan pasangannya ia dapat memanggilnya dan berharap pasangannya akan segera datang.

  5. Memiliki pemahaman yang saling menguntungkan dengan pasangannya

    Pasangan akan saling mengerti satu sama lain. Mereka memahami kelebihan dan kekurangan pasangannya dan bagaimana merespon terhadap kekurangan dan kelebihan tersebut. Mampu memberikan empati pada kondisi emosi pasangannya.

  1. Saling berbagi hak milik dengan orang yang dicintai

    Seseorang mampu memberikan dirinya dan waktunya, seperti juga barang barang yang dimilikinya kepada pasangannya. Bahkan mereka juga saling berbagi kekayaan dan yang lebih penting mereka saling berbagi dirinya sendiri.

  1. Menerima dukungan emosi dari pasangannya

    Seseorang akan merasa didukung oleh pasangannya terutama pada saat dibutuhkan.

  2. Memberikan dukungan emosi pada orang yang dicintainya

    Seseorang akan mendukung pasangannya dengan cara memberi empati dan dukungan emosional pada saat-saat dibutuhkan.

  3. Berkomunikasi dengan intim terhadap pasangannya

    Seseorang mampu berkomunikasi dengan intens dan jujur terhadap pasangannya, berbagi perasaan-perasaan paling dalam.

  4. Menghargai orang yang dicintai

    Seseorang merasa betapa pentingnya keberadaan orang yang dicintainya tersebut dalam kehidupannya

Elemen-elemen diatas adalah beberapa perasaan-perasaan yang mungkin dialami dalam komponen keintiman. Untuk merasakan pengalaman keintiman, tidak harus merasakan semua komponen diatas, tetapi sebaliknya dari hasil penelitian dibuktikan bahwa seseorang akan merasakan pengalaman keintiman jika ia merasakan perasaan-perasaan yang sangat penting dikemukakan diatas, dimana jumlahnya berbeda tiap-tiap orang. Biasanya pengalaman-pengalaman ini tidak dirasakan terpisah-pisah, tetapi sebagai suatu kesatuan.

Gairah (Passion)

Komponen gairah adalah dorongan yang mengarahkan pada suatu emosi yang kuat dalam hubungan cinta tersebut. Dalam hubungan cinta romantis, ketertarikan fisik dan seksual mungkin adalah hal yang utama. Namun motif yang lainnya seperti memberi dan menerima perhatian, kebutuhan akan harga diri atau kebutuhan untuk mendominasi mungkin turut terlibat.

Komponen gairah dikatakan oleh Eaine Hatfield dan Walster (dalam Sternberg, 1988) sebagai “keadaan kepemilikan dan bersatu dengan orang yang dicintai.” Gairah adalah ekspresi dari hasrat dan kebutuhan seperti harga diri, kasih sayang, dominansi, nurturance dan kebutuhan seksual. Derajat kekuatan dari kebutuhan-kebutuhan ini bervariasi tergantung pada jenis individunya, situasi dan jenis hubungan dari kebutuhan yang dijalani. Gairah dalam cinta cenderung berinteraksi dengan keintiman bahkan saling mendukung satu sama lain.

Bahkan kadang-kadang gairah dapat dibangkitkan melalui keintiman. Pada beberapa jenis hubungan yang melibatkan lawan jenis, komponen gairah ini akan muncul dengan cepat dan keintiman akan mengikuti kemudian. Gairah dalam suatu hubungan mungkin adalah hal yang pertama sekali muncul, tetapi keintiman akan membantu dalam memperkuat hubungan tersebut. Dalam beberapa jenis hubungan, gairah akan muncul belakangan setelah munculnya keintiman. Ada pula jenis hubungan dimana gairah dan keintiman saling berlawanan. Misalnya dalam hubungan prostitusi, seseorang mungkin mencari pemenuhan akan kebutuhan gairahnya, namun hal tersebut meminimalisasi keintiman

Kebanyakan orang menganggap gairah adalah hal-hal yang berhubungan dengan seksual. Tetapi setiap keterbangkitan psikofisiologis dapat dikatakan sebagai pengalaman gairah. Misalnya, individu dengan kebutuhan kasih sayang yang tinggi mungkin akan mendapatkan pengalaman gairah dengan orang yang memberikan kasih sayang tersebut.

Komitmen (Commitment)

Komponen komitmen merupakan suatu keputusan yang diambil seseorang bahwa dia mencintai orang lain dan secara berkesinambungan akan tetap mempertahankan cinta tersebut. Hal ini adalah komponen kognitif utama dari cinta. Komponen komitmen sendiri mempunyai dua aspek jangka pendek dan jangka panjang. Aspek jangka pendek adalah keputusan untuk mencintai seseorang. Sedangkan keputusan jangka panjang adalah untuk mempertahankan hubungan cinta tersebut.

Kedua aspek ini tidak harus dialami bersama-sama. Keputusan untuk mencintai belum tentu mengakibatkan munculnya keinginan untuk mempertahankan hubungan.

Beberapa orang berkomitmen untuk mencintai orang lain tanpa pernah ada pengakuan atas cinta mereka. Seringkali yang terjadi adalah komitmen muncul secara temporer dan karena adanya pemikiran logis. Oleh sebab itu lembaga perkawinan adalah sebagai representasilegalisasi adanya komitmen untuk memutuskan mencintai seseorang sepanjang hidupnya. Komitmen lain yang dapat mempertaankan suatu hubungan cinta pada saat hubungan tersebut mengalami pasang surut. Komponen ini sangat penting untuk melalui masa-masa yang sulit dan mencapai masa yang lebih baik.

Komponen komitmen berinteraksi dengan keintiman dan gairah. Bagi kebanyakan orang, komitmen dihasilkan dari kombinasi keintiman dan gairah. Dua orang yang saling berkomitmen satu sama lain, yang satu mungkin akan melihat komitmen sebagai suatu kekuasaan atas pasangannya dan terhadap hubungan, namun tidak terhadap tipe hubungannya. Misalnya, seorang istri memiliki komitmen terhadap suaminya dan untuk memiliki hubungan dengan suaminya tersebut, tetapi tidak berkomitmen terhadap peran kepatuhan yang harus dimiliki sebagai bentuk rasa hormat terhadap suaminya. Sifat dari ketiga komponen ini berbeda satu sama lainnya.

Tabel Sifat dari Komponen Cinta
Sifat dari Komponen Cinta

Peran dari ketiga komponen ini bervariasi, tergantung kepada hubungan cinta yang berlangsung, jangka panjang atau jangka pendek. Dalam hubungan jangka pendek, khususnya cinta romantis, gairah (passion) memainkan peran yang besar sedangkan keintiman (intimacy) perannya menengah dan komitmen (commitment) memainkan peran yang paling kecil. Sebaliknya dalam hubungan yang jangka panjang, keintiman dan komitmen justru berperan sangat besar, sedangkan gairah perannya menengah saja dan mungkin akan menurun seiring berjalannya waktu.

Ketiga komponen ini juga berbeda keberadaannya dalam berbagai hubungan cinta. Keintiman biasanya ditempatkan di posisi puncak dari banyak hubungan cinta, dimana jenis hubungan cinta yang dimaksud adalah hubungan dengan orangtua, saudara, kekasih, atau teman dekat. Gairah kelihatannya sangat terbatas keberadaannya pada jenis hubungan cinta tertentu, khususnya yang romantis. Sementara keberadaan komitmen sangat bervariasi pada hubungan cinta yang berbeda. Misalnya, komitmen cenderung tinggi pada cinta terhadap anak, tetapi relatif rendah pada cinta terhadap teman yang dapat berubah sepanjang masa.

Ketiga komponen ini juga berbeda keberadaannya jika ditinjau dari adanya keterlibatan fungsi psikofisiologis, sementara komitmen sangat sedikit melibatkannya dalam melibatkan fungsi psikofisiologis, Keintiman berada pada interval menengah dalam melibatkan fungsi psikofisiologis.

cinta

Bentuk-Bentuk Cinta


Dari hasil analisa ketiga komponen tersebut, Stenberg mengidentifikasikan tujuh bentuk cinta, didasarkan pada ada atau tidaknya masing-masing komponen. Bentuk-bentuk cinta tersebut adalah:

  1. Liking

    Bentuk cinta dimana yang ada hanya unsur keintiman tanpa gairah dan komitmen. Ada pada hubungan persahabatan (bisa sesama jenis kelamin). Perasaan-perasaan yang muncul dikarakteristikkan dengan hubungan pertemanan. Individu akan merasa dekat, saling terkait dan nyaman terhadap orang yang dijadikan subjek “liking” tanpa adanya gairah maupun komitmen membentuk hubungan jangka panjang. Secara emosional ada ikatan dengan orang tersebut, tetapi tidak ada gairah yang muncul atau keinginan untuk menghabiskan hidup bersama orang tersebut. Ada kemungkinan bahwa hubungan pertemanan akan memunculkan gairah atau komitmen jangka panjang, tetapi kebanyakan hubungan pertemanan hanya sebatas memunculkan perasaan suka (liking).

  2. Infatuated Love

    Bentuk cinta dimana yang ada hanya elemen gairah tanpa komitmen dan keintiman. Ada pada cinta pada pandangan pertama (biasa disebut infatuasi), atau pada ketertarikan fisik yang biasanya mudah hilang. Biasanya ini muncul karena adanya pengalaman keterbangkitan gairah tanpa adanya keintiman atau komitmen Infatuasi ini dapat muncul secara cepat dan menghilang dengan cepat pula. Infatuasi secara umum diperlihatkan dengan adanya keterbangkitan psikofisiologis dan tanda-tanda fisik seperti detak jantung yang meningkat, atau bahkan jantung yang beredar keras, peningkatan sekresi hormon dan adanya ereksi pada organ genital.

  3. Empty love

    Bentuk cinta dimana yang ada hanya elemen komitmen tanpa gairah dan Keintiman. Biasanya ditemukan pada pasangan yang telah menikah dalam waktu yang panjang (misalnya pada pasangan usia lanjut). Ini adalah bentuk cinta dimana hubungan tersebut telah menemukan kejenuhan. Hubungan tersebut telah berjalan beberapa tahun namun masing-masing telah kehilangan keterlibatan emosional satu sama lain dan juga tidak ada lagi ketertarikan fisik di antara mereka.

    Di beberapa masyarakat, jenis cinta ini berada di akhir dari sebuah hubungan jangka panjang. Namun di masyarakat tertentu, jenis cinta ini justru merupakan awal dari sebuah hubungan jangka panjang. Individu memulainya dengan perkawinan dan artinya memulai hubungan dengan sebuah komitmen dan berharap hubungan tersebut akan diikuti dan dipenuhi dengan gairah dan keintiman dan dari situlah hubungan tersebut dimulai.

  4. Romantic Love

    Bentuk cinta dimana di dalamnya terdapat komponen keintiman dan gairah yang kuat tanpa adanya komitmen. Biasa terdapat pada orang-orang yang berpacaran. Pada bentuk cinta ini, pasangan tersebut tidak hanya saling tertarik secara fisik tetapi ada keterikatan emosional di antara keduanya.

  5. Companionate Love

    Hubungan jangka panjang yang tidak melibatkan unsur gairah, hanya ada komponen keintiman dan komitmen. Biasanya terdapat pada hubungan persahabatan. Jenis hubungan ini adalah hubungan yang jangka panjang, pertemanan yang memiliki komitmen, hubungan pernikahan yang ketertarikan fisik di antaranya sudah pudar.

  6. Fatous Love

    Bentuk cinta yang di dalamnya terdapat komponen gairah dan komitmen namun tanpa keintiman. Biasa terdapat hubungan suami istri yang sudah kehilangan keintimannya. Jenis cinta ini terjadi jika pasangan saling berkomitmen satu sama lainnya dengan dasar adanya gairah dia antara mereka tapa ada munculnya keintiman. Jika gairah yang muncul terjadi dengan cepat, dan tidak ada munculnya keintiman untuk selanjutnya, maka hubungan yang didasarkan pada bentuk cinta ini tidak akan bertahan lama.

  7. Consummate Love

    Bentuk cinta yang didalamnya terdapat semua komponen, baik keintiman, gairah maupun komitmen dalam proporsi yang seimbang. Bentuk cinta ini merupakan bentuk yang ideal oleh sebab itu orang berusaha untuk mendapatkannya.

  8. Non Love

    Merupakan bentuk hubungan dimana tidak satupun dari ketiga komponen cinta yang telah dikemukakan muncul. Ini terjadi pada banyak hubungan yang sederhana, dimana yang terjadi hanya interaksi biasa tanpa adanya cinta bahkan rasa suka.

Menurut Stenberg , setiap komponen pada setiap individu berbeda tingkatannya. Cinta yang ideal adalah apabila ketiga komponen tersebut berada pada proporsi yang sesuai pada suatu waktu tertentu. Misalnya pada tahap awal hubungan, yang paling besar adalah komponen keintiman. Setelah itu berlanjut pada komponen gairah yang disertai komitmen yang lebih besar, misalnya melalui pernikahan.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, cinta adalah:

  1. Suka sekali; sayang benar;
  2. kasih sekali; terpikat (antara laki-laki dan perempuan);
  3. ingin sekali; berharap sekali; rindu;
  4. susah hati (khawatir); risau.

Kamus Lengkap Psikologi, love (cinta) adalah:

  1. Satu perasaan kuat penuh kasih sayang atau kecintaan terhadap seseorang, biasanya disertai satu komponen seksual,
  2. Satu sentimen dengan sifat karakteristik dominan ialah satu perasaan kuat penuh kasih- sayang/cinta; ditunjukkan oleh kecintaan seseorang terhadap tanah airnya,
  3. (Psikoanalisis) naluri libidinal atau erotis, yang mencari kepuasan atau pemuasan pada satu objek,
  4. (Watson) dengan ketakutan dan kemurkaan, salah satu dari ketiga emosi primer atau emosi yang melekat menjadi sifat asli,
  5. Dalam penulisan religius, berupa satu kualitas spiritual dan mistik yang mempersatukan individu dengan Tuhan.

Nevid & Rathus (2005) mendefinisikan cinta sebagai sebuah emosi yang kuat dan positif, yang melibatkan perasaan kasih sayang dan keinginan untuk bersama dengan atau menolong orang lain.

Dijelaskan lebih lanjut oleh Maslow (dalam Akrom, 2008), bahwa emosi tersebut menjadi sangat penting bagi kehidupan manusia. Sesungguhnya, cinta merupakan kebutuhan yang penting bagi manusia, sehingga jika tidak ada cinta maka perkembangan kemampuan manusia akan terhambat.

Menurut Dariyo (2003) cinta merupakan sutu perasaan emosi yang bersifat positif yang memiliki pengaruh positif bagi individu. Ahmadi (2002) mengatakan bahwa cinta merupakan salah satu bentuk dari ketertarikan dua orang yang berbeda jenis kelamin antar pribadi antara pria dan wanita.

Sedangkan Hazam (dalam Jamal, 2007) menyatakan bahwa cinta merupakan ungkapan perasaan jiwa, ekspresi hati dan gejolak naluri yang menggelayuti hati seseorang terhadap kekasihnya. Cintaterlahir dengan penuh semangat, kasih sayang dan kegembiraan. Cinta hakiki tidak akan dapat dimengerti kecuali dengan sebuah pengorbanan. Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa cinta merupakan perwujudan afeksi yang kuat terhadap seseorang sehingga menimbulkan keinginan untuk bersama dan menyejahterakan.

Sternberg (1984) mengatakan cinta adalah bentuk emosi manusia yang paling dalam dan paling diharapkan. Manusia akan berbohong, menipu, mencuri dan bahkan membunuh atas nama cinta dan lebih baik mati daripada kehilangan cinta. Cinta dapat meliputi setiap orang dan dari berbagai tingkatan usia.

Cinta menurut Plato (1970) dalam (Levy dan Davis, 1988). adalah emosi yang ada dalam bentuk hierarkis, sedangkan Socrates berpendapat bahwa cinta adalah kombinasi dari banyak elemen. Master dkk (1992) dalam (Saragih & Irmawati, 2005) mendefinisikan cinta sebagai tugas yang sulit, disamping mencintai pasangannya yaitu baik lelaki maupun wanita. Manusia dapat mencintai anak maupun orang tua, saudara, hewan kesayangan, negara atau Tuhan, sama seperti mereka mencintai makanan kesukaan, pelangi dan olahraga favoritnya.

Menurut Rubin (1970) menjelaskan bahawa cinta yang romantis terdiri dari tiga unsur, yakni: keterikatan ( attachment ), kepedulian ( caring ) dan keintiman ( intimacy ). Keterikatan adalah keperluan untuk menerima perhatian dengan orang lain. Kepedulian ( caring ) adalah kemampuan yang dimiliki untuk menghargai dan memberikan kebahagiaan untuk orang lain. Keintiman ( intimacy ) merujuk pada keperluan untuk pemikiran, keinginan dan perasaan dengan orang lain (Saragih & Irmawati, 2005).

Menurut Hendrick dan Hendrick (1986), tidak ada satupun fenomena yang dapat menggambarkan bagaimana itu cinta, pada akhirnya cinta merupakan seperangkat keadaan emosional dan mental yang kompleks. Pada dasarnya tipe-tipe cinta yang dialami individu berbeda-beda bentuknya dan berbeda-beda pula kualitasnya. Menurut Rubin (1970) dalam (Hendrick dan Hendrick, 1986) cinta itu adalah suatu sikap yang diarahkan seseorang terhadap orang lain yang dianggap istimewa, yang mempengaruhi cara berpikir, merasa dan bertingkah laku.

Komponen-Komponen Cinta

Teori yang paling terkenal tentang cinta adalah teori yang dikemukakan oleh Robert Stenberg yang dikenal dengan Sternberg’s Triangular of Love. Menurut teori Triangular Theory of Love Sternberg (1984) cinta dibentuk oleh tiga elemen, yaitu keintiman, gairah dan komitmen. Sternberg menyatakan perbedaan kombinasi dari tiga komponen menghasilkan perbedaan jenis cinta. Semua komponen juga terkait dengan kepuasan hubungan dan bervariasi dari waktu (Sternberg, 1984).

  1. Keintiman ( intimacy )

    Komponen keintiman ( intimacy ) maksudnya adalah perasaan ingin selalu dekat, ingin selalu berhubungan, membentuk ikatan dengan orang yang dicintai. Dalam komponen ini ada keinginan untuk selalu memberi perhatian pada orang yang dicintai. Kedekatan diri dengan pasangan dan komunikasi yang intim adalah sesuatu yang penting. Komponen ini sangat penting, baik pada cinta romantis, cinta terhadap anak-anak maupun pada teman baik (Sternberg, 1984).

    Menurut Sternberg (1984) terdapat elemen-elemen yang membentuk komponen keintiman, yaitu :

    • Keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan orang yang dicintai.

    • Mengalami kebahagiaan dengan orang yang dicintai.

    • Menempatkan orang yang dicintai dalam penghargaan yang tinggi.

    • Mampu bergantung pada orang yang dicintai ketika diutuhkan.

    • Memiliki pemahaman yang saling menguntungkan dangan pasangannya.

    • Saling berbagi hak milik dengan orang yang dicintai.

    • Merima dukungan emosi dari pasangannya.

    • Memberikan dukungan emosi pada orang yang dicintainya.

    • Berkomunikasi dengan intim terhadap pasangannya.

    • Menghargai orang yang dicintai.

  2. Gairah ( Passion )

    Komponen gairah adalah dorongan yang mengarahkan pada suatu emosi yang kuat dalam hubungan cinta. Ketertarikan fisik dan seksual adalah hal yang utama dalam hubungan cinta romantis. Namun motif lainnya seperti memberi dan menerima perhatian, kebutihan akan harga diri atau kebutuhan unuk mendominasi turut terlibat. Komponen gairah dikatakan oleh Hatfield dan Walster (dalam Sternberg, 1988) sebagai “keadaan kepemilikan dan bersatu dengan orang yang dicintai”.

    Gairah adalah ekspresi dari hasrat dan kebutuhan seperti harga diri, kasih sayang, dominansi, nurturance dan kebutuhan seksual. Derajat kekuatan dari kebutuhan-kebutuhan ini bervariasi tergantung pada jenis individunya, situasi dan jenis hubungan dari kebutuhan yang dijalani. Gairah dalam cinta cenderung berinteraksi dengan keintiman bahkan saling mendukung satu sama lai. Bahkan kadang-kadang gairah dapat dibangkitkan melalui keintiman (Sternberg, 1984).

  3. Komitmen ( Commitment )

    Komponen komitmen merupakan suatu keputusan yang diambil seseorang bahwa dia mencintai orang lain dan secara berkesinambungan akan tetap mempertahankan cinta tersebut. Hal ini adalah komponen kognitif utama dari cinta. Komponen komitmen sendiri mempunyai dua aspek, jangka pendek dan jangka panjang. Aspek jangka pendek adalah keputusan untuk mencintai seseorang. Sedangkan keputusan jangka panjang adalah untuk mempertahankan hubungan cinta tersebut. Kedua aspek ini tidak harus bersama-sama. Keputusan untuk mencintai belum tentu mengakibatkan munculnya keinginan untuk mempertahankan hubungan (Sternberg, 1984).

    Beberapa orang berkomitmen untuk mencintai orang lain tanpa pernah ada pengakuan atas cinta mereka. Seringkali yang terjadi adalah komitmen muncul secara temporer dan karena adanya pemikiran logis. Oleh sebab itu lembaga perkawinan adalah sebagai representasi legalisasi adanya komitmen untuk memutuskan mencintai seseorang sepanjang hidupnya. Komitmen lain yang dapat mempertahakan sautu hubungan cinta pada saat hubungan tersebut mengalami pasang surut. Komponen ini sangat penting untuk melalui masa-masa yang sulit dan mencapai masa yang lebih baik (Sternberg, 1984).

Bentuk-Bentuk Cinta


Sternberg (1984) mengidentifikasikan delapan bentuk cinta, didasarkan pada ada atau tidaknya masing-masing komponen. Bentuk-bentuk cinta tersebut adalah:

  1. Liking
    Liking merupakan bentuk cinta dimana yang ada hanya unsur keintiman tanpa gairah dan komitmen. Ada pada hubungan persahabatan (bisa sesama jenis kelamin). Perasaan-perasaan yang muncul dikarakteristikkan dengan hubungan pertemanan. Individu akan merasa dekat, saling terkait dan nyaman terhadap orang yang dijadikan subjek “liking” tanpa adanya gairah maupun komitmen membentuk hubungan jangka panjang. Secara emosional ada ikatan dengan orang tersbut, tetapi tidak ada gairah yang muncul atau keinginan untuk menghabiskan hidup bersama orang tersebut. Ada kemungkinan bahwa hubungan pertemanan akan memunculkan gairah atau komitmen jangka panjang, tetapi kebanyakan hubungan pertemanan hanya sebatas memunculkan perasaan suka ( liking ).

  2. Infatuated Love
    Infatuated Love merupakan bentuk cinta dimana yang ada hanya elemen gairah, tanpa komitmen dan keintiman. Ada pada cinta pandangan pertama (biasa disebut infatuasi) atau pada ketertarikan fisik yang biasanya mudah hilang. Biasanya ini muncul karena adanya pengalaman keterbangkitan gairah tanpa adanya keintiman atau komitmen. Infatuasi ini dapat muncul secara cepat dan menghilang dangan cepat pula. Infatuasi secara umum diperlihatkan dengan adanya keterbangkitan psikofisiologis dan tanda-tanda fisik seperti detak jantung yang meningkat, atau sekresi hormon dan adanya ereksi pada organ genital.

  3. Empty Love
    Merupakan bentuk cinta dimana yang ada hanya elemen komitmen tanpa gairah dan keintiman. Biasanya ditemukan pada pasangann yang telah menikah dalam waktu yang panjang (misalnya pada pasangan usia lanjut). Ini adalah bentuk cinta dimana hubungan tersebut telah menemukan kejenuhan. Hubungan tersebuut telah berjalan beberapa tahun namun masing-masing telah kehilangan keterlibatan emosional satu sama lain dan juga tidak ada lagi ketertarikan fisik diantara mereka. Di beberapa masyarakat, jenis cinta ini berada diakhir dari sebuah hubungan jangka panjang. Namun dimasyarakat tertentu, jenis cinta ini justru merupakan awal dari sebuah hubungan jangka panjang. Individu memulainya dengan perkawinan dan artinya memulai hubungan dengan sebuah komitmen dan berharap hubungan tersebut akan diikuti dan dipenuhu dengan gairah dan keintiman dan disitulah hubungan tersebut dimulai.

  4. Romantic Love
    Merupakan bentuk cinta dimana didalamya terdapat komponen keintiman dan gairah yang kuat tanpa adanya komitmen. Biasa terdapat pada orang-orang yeng berpacaran. Pada bentuk cinta ini, pasangan tersebut tidak hanya tertarik secara fisik tetapi ada keterikatan emosional diantara keduanya.

  5. Companionate Love
    Merupakan hubungan jangka panjang yang tidak melibatkan unsur gairah, hanya ada komponen keintiman dan komitmen. Biasanya terdapat pada hubungan persahabatan. Jenis hubungan ini adalah hubungan jangka panjang, pertemanan yang memiliki komitmen, hubungan pernikahan yang ketertarikan fisik diantaranya sudah pudar.

  6. Fatous Love
    Merupakan bentuk cinta yang didalamnya terdapat komponen gairah dan komitmen tanpa keintiman. Biasanya terdapat pada hubungan suami istri yang sudah kehilangan kentimannya. Jenis cinta ini terjadi jika pasangan saling berkomitmen satu sama lainnya dengan dasar adanya gairah diantara mereka tanpa ada muncul keintiman. Jika gairah yang muncul terjadi dengan cepat dan tidak muncul keintiman untuk selanjutnya maka hubungan didasarkan pada bentuk cinta ini tidak akan bertahan lama.

  7. Consummate Love
    Merupakan benuk cinta yang didalamnya terdapat semua komponen, baik keintiman, gairah maipun komitmen dalam proposrsi yang seimbang. Bentuk cinta ini merupakan bentuk ideal oleh sebab itu orang berusaha untuk mendapatkannya.

  8. Non Love
    Merupakan bentuk hubungan dimana tidak satupun dari ketiga komponen cinta yang telah dikemukakan muncul. Ini terjadi pada banyak hubungan sederhana, dimana yang terjadi hanya interaksi biasa tanpa adanya rasa suka bahkan cinta.