Apa yang dimaksud dengan plak gigi?

Plak gigi adalah lapisan lengket yang berisi bakteri beserta produk-produknya, yang terbentuk di semua permukaan gigi

Apa yang dimaksud dengan plak gigi ?

Plak gigi merupakan deposit lunak yang melekat erat pada permukaan gigi, terdiri atas mikroorganisme yang berkembang biak dalam suatu matriks interseluler dan akan terus terakumulasi bila tidak dibersihkan secara adekuat. Akumulasi mikroorganisme ini tidak terjadi secara kebetulan melainkan terbentuk melalui serangkaian tahapan.

Plak biasanya mulai terbentuk pada sepertiga permukaan gingiva dan pada permukaan gigi yang mengalami jejas dan kasar. Plak juga menjadi salah satu penyebab karies dan penyakit periodontal.

Berbeda halnya dengan lapisan awal yang menumpuk dan melekat pada permukaan gigi, yaitu pelikel, material alba dan debris makanan, plak gigi tidak dapat dibersihkan hanya dengan cara berkumur dan hanya dapat dibersihkan secara sempurna dengan cara mekanis.

Dalam jumlah sedikit, plak tidak dapat terlihat kecuali jika telah diwarnai dengan disclosing solution yang dapat membantu melihat plak gigi. Jika menumpuk, plak akan terlihat berwarna abu-abu, abu-abu kekuningan dan kuning.

Plak Gigi
Gambar Plak Gigi

Komposisi Plak Gigi

Plak tumbuh pada gigi sebagai biofilm yang terdiri dari komunitas mikroba beragam dan tertanam dalam matriks host dan polimer bakteri. Plak gigi berkembang secara alami, dan berkontribusi terhadap pertahanan tuan rumah dengan mencegah kolonisasi oleh spesies eksogen. Komposisi plak gigi bervariasi pada permukaan yang berbeda sebagai hasil dari perlekatan secara biologi dan fisik yang apabila keseimbangan populasi bakteri yang lebih dominan akan berkembang menjadi penyakit.

Komposisi plak gigi adalah 80% air dan 20% senyawa padat. Senyawa padat disusun oleh 40-50% protein, 13-18% karbohidrat dan 10-14% lemak. Protein dalam plak gigi disusun oleh berbagai asam amino yang berasal dari saliva. Karbohidrat, dalam bentuk sukrosa, yang terkandung dalam plak gigi akan dimetabolisme oleh mikroorganisme sehingga membentuk polisakarida ekstraseluler. Mikroorganisme yang memiliki kemampuan untuk membentuk polisakarida ekstraseluler, seperti Streptococcus mutans, Streptococcus bovin, Streptococcus sanguis, dan Streptococcus salivarius.

Komponen Mikroorganisme Plak Gigi

Plak yang terbentuk sempurna, selain bakteri dapat pula diisi mikroorganisme lain. Mycoplasma telah berhasil ditemukan dan sejumlah kecil protozoa juga ada. Mikroorganisme pada bakteri yang hampir selalu ditemukan adalah golongan Streptococcus dan Lactobacillus. Selain itu, ditemukan juga golongn jamur actinomycetes.

Mikroorganisme yang ditemukan pada plak bervariasi pada tiap orang, serta menurut umur plak itu sendiri.

  • Plak muda (1-2 hari) sebagian besar terdiri dari bakteri gram negatif yang bebentuk kokus dan batang. Organisme ini biasanya tumbuh pada pelikel mikropolisakarida amorf dengan tebal kurang dari 1 mikron. Pelikel ini melekat pada email, sementum atau dentin.

  • Setelah 2-4 hari, perubahan jumlah dan tipe mikroorganisme dalam plak. Selain bakteri gram negatif kokus dan gram negatif batang bertambah banyak, jenis bacili fusiformis dan filament semakin jelas.

  • Pada hari ke-4 hingga ke-9, ekologi mikroorganisme plak menjadi semakin kompleks dengan bertambahnya jumlah bakteri motil seperti spirilla dan spirochete.

Klasifikasi Plak Gigi

Secara klinis, plak diklasifikasikan berdasarkan lokasinya yaitu plak supragingiva dan plak subgingiva. Kedua tipe pada plak tersebut karena plak supragingiva menyerap substansi yang berasal dari saliva dan sisa makanan, sedangkan plak subgingiva akan menyerap eksudat yang berasal dari gingiva.

Plak supragingiva dapat ditemukan di atas tepi gingiva, sedangkan plak subgingiva dapat ditemukan di bawah tepi gingiva, diantara gigi dan dinding sulkus gingiva.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Pembentukan Plak Gigi

Menurut Carlsson, faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembentukan plak gigi adalah sebagai berikut:

  • Lingkungan fisik, meliputi anatomi dan posisi gigi, anatomi jaringan sekitarnya, struktur permukaan gigi yang jelas terlihat setelah dilakukan pewarnaan dengan larutan disklosing. Pada daerah terlindung karena kecembungan permukaan gigi, pada gigi yang malposisi, pada permukaan gigi dengan kontur tepi gingiva yang buruk, pada permukaan email yang mengalami cacat, dan pada daerah pertautan sementoemail yang kasar, terlihat jumlah plak yang terbentuk lebih banyak.

  • Friksi atau gesekan oleh makanan yang dikunyah. Ini hanya terjadi pada permukaan gigi yang tidak terlindung. Pemeliharaan kebersihan mulut dapat mencegah atau mengurangi penumpukan plak pada permukaan gigi.

  • Pengaruh diet terhadap pembentukan plak dalam dua aspek, yaitu pengaruhnya secara fisik dan pengaruhnya sebagai sumber makanan bagi bakteri di dalam plak. Jenis makanan, yaitu keras dan lunak, mempengaruhi pembentukan plak pada permukaan gigi, plak hanya terbentuk jika lebih banyak mengonsumsi makanan lunak, terutama makanan yang mengandung karbohidrat jenis sukrosa, karena akan menghasilkan dekstran dan levan yang memegang peranan penting dalam pembentukan matriks plak.

Mekanisme Pembentukan Plak Gigi

Pembentukan plak gigi di dalam rongga mulut dibentuk pertama kali oleh substansi saliva dan karbohidrat dari sisa-sisa makanan, kemudian dilanjutkan dengan serangkaian proses yang berurutan. Plak terjadi dalam tiga tahap yaitu pembentukan pelikel, kolonisasi bakteri dan maturasi plak. Plak terbentuk ketika pelikel, sisa makanan dan bakteri bergabung.

  • Tahap pertama proses pembentukan plak gigi adalah melekatnya pelikel pada email gigi. Pelikel adalah lapisan tipis protein saliva yang melekat erat pada permukaan gigi hanya dalam beberapa menit setelah dibersihkan. Pelikel melindungi email dari aktivitas asam dan sebagai perekat dua sisi, sisi yang satu melekat pada permukaan gigi dan menyediakan permukaan lengket pada sisi yang lainnya yang memudahkan bakteri menempel pada gigi.

  • Tahap kedua adalah pelikel dikolonisasi oleh Streptococcus mutans dan Streptococcus saguins dengan mengubah glukosa dan karbohidrat pada makanan menjadi asam melalui proses fermentasi. Asam akan terus diproduksi oleh bakteri dan akan menyebabkan terjadinya demineralisasi lapisan email gigi sehingga struktur gigi menjadi rapuh dan mudah berlubang. Toksin-toksin hasil metabolisme bakteri pun dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada jaringan penyangga gigi dan mukosa mulut.

  • Tahap ketiga terjadi kombinasi bakteri, asam, sisa makanan dan saliva dalam mulut membentuk suatu substansi berwarna kekuningan yang melekat pada permukaan gigi yang disebut plak. Plak bila tidak dibersihkan dapat mengalami pengerasan atau mineralisasi sehingga membentuk karang gigi yang melekat pada permukaan gigi. Semakin lama plak tidak dibersihkan, semakin besar pula kemungkinan plak menjadi tempat perlekatan kotoran patogen yang potensial terhadap inang.

Plak gigi akan mulai terbentuk pada permukaan gigi 4 jam setelah menyikat gigi. Inilah alasan pentingnya menyikat gigi dua kali sehari dan menggunakan dental floss setiap hari.

Pencegahan Terbentuknya Plak Gigi

Pengendalian plak merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari penatalaksanaan karies dan penyakit periodontal. Plak memiliki peranan yang besar pada timbulnya karies dan penyakit periodontal, maka akumulasi plak perlu dicegah dengan pelaksanaan plak kontrol.

Kontrol plak adalah pengambilan bakteri plak dan pencegahan menumpuknya pada gigi dan permukaan gingiva yang berdekatan. Kontrol plak merupakan suatu tindakan yang dilakukan pada setiap tahap perawatan periodontal, yang efektif untuk pencegahan terjadinya perubahan inflamasi pada jaringan periodontal.

Tindakan yang dilakukan dapat didasarkan atas pemikiran bahwa proses pembentukan plak gigi adalah sebagai berikut.

pembentukan plak gigi

Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengontrol pembentukan plak gigi, meliputi mengatur pola makanan, tindakan secara kimiawi terhadap bakteri dan terhadap polisakarida ekstraseluler dan tindakan secara mekanis berupa pembersihan rongga mulut dan gigi dari semua sisa makanan, bakteri beserta hasil-hasil metabolismenya.

  1. Mengatur Pola Makanan

    Tindakan pertama yang dapat dilakukan untuk mencegah atau mengontrol pembentukan plak adalah dengan membatasi makanan yang banyak mengandung karbohidrat terutama sukrosa. Berdasarkan bukti- bukti bahwa karbohidrat merupakan bahan utama dalam pembentukan matriks plak, selain sebagai sumber energi untuk bakteri dalam membentuk plak. Makanan yang lunak dan mudah menempel pada gigi sebaiknya sedapat mungkin dihindari.

  2. Tindakan Secara Kimiawi

    Berdasarkan sifat-sifat mikrobiologis plak, telah dilakukan berbagai usaha untuk mencegah bakteri berkolonisasi di atas permukaan gigi membentuk plak. Beberapa penelitian yang telah dilakukan antara lain adalah dengan menggunakan antibiotik dan senyawa-senyawa antibakteri selain antibiotik.

    Meskipun menyikat gigi dianggap paling efektif dalam membersihkan gigi dan mengendalikan plak, namun obat kumur banyak digunakan sebagai tambahan untuk memberikan agen aktif ke gigi dan jaringan periodontium. Saat ini perhatian beralih kepada penggunaan senyawa antimikroba dari bahan alami untuk melawan efek yang merugikan, meningkatkan potensi terhadap antiplak dan anti gingivitis, dan untuk mengurangi meningkatnya resistensi mikroba sebagai antiseptik dan antibiotik konvensional.

    Efektivitas antibakteri oral harus memiliki spektrum yang luas terhadap aktivitas antibakteri, tetapi juga harus tidak mengganggu mikroba oral normal. Keberhasilan agen antibakteri tergantung tidak hanya pada daya antibakteri tetapi juga pada kandungan substantifnya. Karena kemampuannya terikat pada permukaan oral dan konsentrasi bio-aktif, agen antibakteri substantif tetap aktif dalam rongga mulut untuk jangka waktu lama. Plak yang tertinggal setelah menyikat dapat menyerap agen antibakteri yag terdapat pada obat kumur.

  3. Tindakan Secara Mekanis

    Tindakan secara mekanis adalah tindakan membersihkan gigi dan mulut dari sisa makanan dan debris yang bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit pada jaringan keras maupun jaringan lunak. Pada tindakan secara mekanis untuk menghilangkan plak, lazim digunakan alat fisioterapi oral.

    Alat Fisioterapi Oral adalah alat yang digunakan untuk membantu membersihkan gigi dan mulut dari sisa-sisa makanan dan debris yang melekat pada permukaan gigi. Sikat gigi merupakan salah satu alat fisioterapi oral yang digunakan secara luas untuk membersihkan gigi dan mulut.

    Kontrol plak dengan menyikat gigi sangat penting untuk kebersihan rongga mulut, hal-hal yang harus diperhatikan adalah:

    • Pemilihan sikat gigi yang baik serta penggunaannya.
    • Cara menyikat gigi yang baik.
    • Frekuensi dan lamanya penyikatan.
    • Penggunaan pasta fluor.
    • Pemakaian bahan disklosing.

Menjaga kebersihan rongga mulut harus dimulai pada pagi hari, baik sebelum maupun setelah sarapan. Menyikat gigi sebelum sarapan akan mengurangi potensi erosi mekanis pada permukaan gigi yang telah demineralisasi. Dilanjutkan dengan menjaga kebersihan rongga mulut yang dilakukan pada malam hari sebelum tidur. Ketika tidur, aliran saliva akan berkurang sehingga efek buffer akan berkurang, karena itu semua plak harus dibersihkan. Jika diperlukan, pengontrolan plak lebih jauh, dapat menggunakan benang gigi (dental floss) atau alat-alat interdental lainnya.

Pengukuran pH Plak

Pemeriksaan pH plak merupakan parameter kesehatan mulut yang dapat memberikan hasil diagnosa patogenitas plak dan juga sebagai alat edukasi tentang kesehatan mulut kepada pasien. Pemeriksaan pH plak diukur dengan menggunakan alat microtouch electrode pH meter, yang ujung elektrodanya disentuhkan pada plak intradental diantara gigi premolar 2 dan molar 1 kiri atas. Untuk menghindari kemungkinan pH intradental terpengaruh dengan kontak zat dalam makanan, maka makan atau minum (kecuali air putih) terakhir harus berjarak 1 jam sebelum pemeriksaan.

Plak gigi adalah endapan lunak dan tipis yang melekat erat di permukaan gigi dan tepi ginggiva. Plak terdiri dari mikroorganisme, matriks polisakarida, enzim, komponen anorganik, sel epitel yang lepas, leukosit dan makrofag (Narlan Sumawinata, 2003).

Plak gigi merupakan penyebab utama karies. Plak gigi disebut sebagai entitas (suatu) struktur variabel yang sangat khusus yang dibentuk oleh kolonisasi rangkaian mikroorganisme pada permukaan gigi. Kekuatan fisiologis alami yang membersihkan rongga mulut tidak mampu menghilangkan plak gigi sehingga mengontrol plak merupakan cara untuk menghilangkan plak dan mencegah akumulasinya. Inilah tingkatan utama dalam pencegahan penyakit gusi dan karies (Aziz Ahmad Srigupta, 2004).

Plak gigi merupakan agregat sejumlah besar dan berbagai macam mikroorganisme pada permukaan gigi. Pada saat gigi mulai erupsi, dengan cepat akan dilindungi lapisan tipis glikoprotein yang disebut acquired pellicle. Glikoprotein di dalam air liur akan diserap dengan spesifik pada hidroksiapatit dan melekat erat pada permukaan gigi (Boedi Utomo Roeslan, 2002).

Komposisi Plak Gigi


Komposisi plak bervariasi pada permukaan-permukaan anatomi gigi yang berbeda (seperti fisur, aproksimal, permukaan licin dan ulkus ginggiva) disebabkan oleh sifat fisik dan biologik dari masing-masing sisi (P. D. Marsh, 2004). Plak gigi terdiri atas 80% air dan 20% bahan padat yang terdiri dari bahan organik, anorganik dan mikroorganisme. Bahan organik mengandung protein,(40-50%), karbohidrat (13-18%) dan lemak (10-14%). Bahan anorganiknya terdiri atas kalsium, fosfat, magnesium dan sodium. Pada saat gigi mulai erupsi atau setelah dibersihkan dengan cepat akan dilindungi oleh lapisan tipis glikoprotein yang dikenal sebagai acquired pellicle. Awal pembentukan plak dimulai dengan melekatnya bakteri pada permukaan pelikel dan diikuti kolonisasi bakteri lainnya (L. Sbordone dan C. Bortolaia, 2003).

Satu gram plak (berat basah) terdiri dari kira-kira 1011 bakteri. Jumlah bakteri plak supragingival pada satu permukaan gigi dapat melebihi 109 bakteri. Lebih dari 500 spesies mikroba ditemukan pada plak gigi (Caranza’s, 2006).

Berdasarkan pada letak permukaan gigi ke arah tepi gingiva, plak gigi diklasifikasikan menjadi:

  1. Plak supragingival
    Plak supragingival ditemukan di atas tepi ginggiva, ketika langsung berhubungan dengan tepi gingiva maka juga dapat disebut sebagai plak marginal. Bakteri yang predominan pada permukaan gigi adalah kokus gram positif dan beberapa batang gram positif (Streptococcus sp: S. mutans, S. sanguis, S. oralis; Rothia dentocariosa), sedangkan batang gram negative dan filament seperti spirochaeta predominan pada permukaan luar dari plak yang telah matang (Caranza’s, 2006).

  2. Plak subgingival
    Plak subginggival ditemukan di bawah tepi gingival diantara gigi dan kantong ephitelium gingival. Bakteri yang biasanya ditemukan adalah bakteri anaerob (Caranza’s, 2006).

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komposisi Plak Gigi

  1. Variasi dan usia individu
    Walaupun banyak spesies bakteri yang khas pada flora plak dari anak-anak dan orang dewasa, tapi masih banyak perbedaannya. Actinomyces naeslundi banyak terdapat pada anak-anak, Actinomyces viscosus lebih lazim terdapat pada anak-anak belasan tahun dan dewasa. Sebaliknya spesies laktobasillus yang umumnya terdapat pada orang dewasa berbeda dengan yang di mulut anak-anak, yang didominasi oleh Lactobacillus casei.

  2. Usia plak
    Pada awal pembentukan plak umumnya mikroorganisme didominasi oleh spesies streptokokus, khususnya Streptococcus sanguis, Streptococcus mutans dan Actinomyces viscosus. Seiring proses pematangan, komposisi plak bergeser hingga mencakup flora yang lebih kompleks yang terdiri dari bentuk batang gram positif dan gram negatif.

    Suatu faktor yang menentukan tingkat pematangan plak adalah kebersihan mulut. Penumpukan plak dimulai segera setelah selesai pembersihan gigi, dengan demikian kebersihan mulut yang terjamin memastikan bahwa kondisi-kondisi anaerob dalam plak dapat diperkecil dan mikroba-mikroba yang terbentuk sendiri dalam penumpukan plak tidak terlalu menonjol.

  3. Pengaruh diet
    Diet yang dilengkapi dengan sukrosa bisa mengakibatkan penumpukan plak yang jauh lebih besar seperti adanya peningkatan Streptococcus mutans, neisseria, laktobasilus dan veillonella.

  4. Faktor-faktor host
    Morfologi dari gigi yaitu ukuran dan bentuk gigi, dalamnya pit dan fisur, letak pada lengkung rahang atau daerah gingival mempengaruhi mikroflora plak. Perkembangan dari celah gingival dan periodontal poket yang dalam merupakan keadaan yang cocok untuk pembentukan dan pertumbuhan mikroflora subgingival.

  5. Antibiotik
    Bahan antibiotik bisa mempengaruhi komposisi dan proses penumpukan plak. Sering kali pemberian antibiotik yang berkepanjangan menimbulkan bakteri yang resisten ataupun menimbulkan populasi mikroorganisme yang berubah seperti pada oral kandidiasis. (Nurhalimah Ritongga, 2005)

Faktor-Faktor Pembentukan Plak Gigi


Faktor-faktor penyebab timbulnya plak pada gigi adalah :

  1. Bakteri (Mikroorganisme)
    Bakteri yang berperan dalam pembentukan plak adalah bakteri Streptococcus mutans, Lactobacillus acidophilus dan Actinomyces viscosus. Ketiga bakteri ini mempunyai kemampuan untuk membentuk asam dari substrat (acidogenic), menghasilkan kondisi PH rendah (<5), bertahan hidup dan memproduksi asam terus menerus pada kondisi PH yang rendah (asidurik), melekat pada permukaan licin gigi, menghasilkan polisakarida tak larut dalam saliva dan cairan dari makanan guna membentuk plak (Arif Mansjoer, 2000).

    Dalam waktu beberapa jam bakteri akan dijumpai pada pelikel. Bakteri yang yang pertama-tama berkoloni pada permukaan gigi yang dibalut pelikel adalah didominasi oleh mikroorganisme fakultatif gram positif, seperti Actinomyces viscosus dan Streptococcus sanguis. Pengkolonian awal tersebut melekat ke permukaan gigi dengan bantuan adhesin, yaitu molekul spesifik yang berada pada permukaan bakteri. Adhesin akan berinteraksi dengan reseptor pada pelikel sehingga terjadi perlekatan sel bakteri ke permukaan bakteri yang dibalut pelikel (Nurhalimah Ritonga, 2005).

    Massa plak kemudian mengalami pematangan bersamaan dengan pertumbuhan bakteri yang telah melekat, maupun berkolonisasi dan pertumbuhan spesies lainnya. Dalam perkembangannya terjadi perubahan ekologis pada biofilm, yaitu peralihan dari lingkungan awal yang aerob dengan spesies bakteri gram positif menjadi lingkungan anaerob, dimana yang dominan adalah bakteri anaerob gram negatif (Nurhalimah Ritonga, 2005).

  2. Karbohidrat Makanan
    Diet yang dimakan juga dapat mempengaruhi pembentukan plak karena membantu pembiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada permukaan gigi. Konsistensi dari diet dapat mempengaruhi kecepatan pembentukan plak, dimana kecepatannya lebih besar pada diet yang lunak dibandingkan dengan diet yang keras.

    Pada beberapa penelitian menyatakan bahwa karbohidrat menyebabkan pembentukan plak yang sangat tebal berbeda dengan plak yang terbentuk tanpa karbohidrat yang hanya menyebabkan lapisan plak yang tipis (Nurhalimah Ritonga, 2005).

    Karbohidrat menyediakan substrat untuk sintesa asam dan polisakarida ekstrasel bagi bakteri. Karbohidrat kompleks relatif lebih tidak kariogenik karena tidak dicerna sempurna di mulut, sedangkan karbohidrat sederhana akan meresap ke dalam plak dan dimetabolisme dengan cepat oleh bakteri. Kariogenitas karbohidrat bervariasi menurut frekuensi makan, bentuk fisik, komposisi kimia, cara masuk dan adanya zat makanan lain. Sintesa polisakarida ekstrasel dari sukrosa lebih cepat daripada glukosa, fruktosa dan laktosa. Oleh karena itu, sukrosa yang bersifat paling kariogenik (Arif Mansjoer, 2000).

  3. Morfologi Gigi
    Daerah gigi yang mudah terjadi plak adalah:

    1. Pit dan fisur permukaan oklusal molar dan premolar, pit bukal molar dan pit palatal insisivus

    2. Permukaan halus daerah aproksimal sedikit di bawah titik kontak

    3. Tepi leher gigi sedikit diatas ginggiva

    4. Permukaan akar yang terbuka pada pasien resesi ginggiva karena penyakit periodontium

    5. Tepi tumpatan/tambalan

    6. Permukaan gigi dekat gigi tiruan atau jembatan.

  4. Lingkungan Gigi (Saliva)
    Gigi selalu dibasahi saliva secara normal. Jumlah dan isi saliva, derajat keasaman, kekentalan dan kemampuan buffer berpengaruh pada karies.
    Saliva mengandung campuran glikoprotein terdiri dari protein yang dikombinasi dengan karbohidrat oligosakarida. Bakteri rongga mulut memproduksi enzim-enzim glikosidase dengan menghancurkan karbohidrat yang digunakan sebagai nutrisi.

    Salah satu dari glikosidase ini adalah enzim neuraminidase yang berfungsi memisahkan asam sialik dan glikoprotein saliva. Asam sialik biasanya terdapat dalam glikoprotein saliva, tidak terdapat dalam plak. Hilangnya asam sialik menyebabkan berkurangnya kekentalan saliva dan pembentukan endapan yang merupakan satu faktor yang berperan dalam pembentukan plak. Selain itu saliva juga mengandung aglutinin spesifik yang menyebabkan penggumpalan bakteri (Nurhalimah Ritonga, 2005).

  5. Posisi Gigi
    Gigi malaligned, posisi keluar, rotasi atau situasi tak normal lain menyebabkan kesulitan pembersihan dan cenderung membuat makanan dan debris terakumulasi, akibatnya plak dalam posisi gigi tersebut mudah terakumulasi.

  6. Waktu
    Lamanya gigi terkena lingkungan yang kariogenik. Kemampuan saliva untuk meremineralisasi selama proses karies, menandakan bahwa proses tersebut terdiri atas periode perusakan dan perbaikan yang silih berganti sehingga bila saliva berada di dalam lingkungan gigi, maka karies tidak akan menghancurkan gigi dalam hitungan hari atau minggu, melainkan dalam bulan atau tahun (Arif Mansjoer, 2000).

  7. Kebersihan Mulut
    Kebersihan mulut merupakan penyebab utama penyakit periodontal. Kebersihan mulut yang jelek menjadikan mudahnya pengumpulan plak, material alba dan karang gigi. Secara statistik dan klinis plak merupakan faktor penyebab utama penyakit periodontal. Peningkatan kebersihan mulut akan tinggi jika dilakukan kontrol plak tiap hari (Isnindiah Koerniati, 2006).

  8. Kebiasaan Menggosok Gigi
    Mengoosok gigi adalah cara umum yang dianjurkan untuk membersihkan gigi dari berbagai kotoran yang melekat pada permukaan gigi dan gusi. Kesehatan mulut tidak lepas dari etiologi dengan plak sebagai faktor bersama terjadinya karies. Penting disadari bahwa plak pada dasarnya dibentuk terus-menerus. Kebersihan mulut dapat dipelihara dengan menyikat gigi (Ratih Ariningrum, 2000).

Komponen Mikroorganisme Plak Gigi


Komponen mikroorganisme di dalam plak umumnya berbeda-beda. Pada daerah berlainan dari suatu plak gigi mempunyai komposisi mikroorganisme yang berbeda (P. D. Marsh, 2004). 1 mm3 plak gigi dengan berat 1 mg berisi lebih dari 200 juta mikroorganisme. Mikroorganisme yang lain seperti mikoplasma, ragi dan protozoa juga terdapat pada plak yang matang.

Pada saat gigi mulai erupsi, dengan cepat akan dilindungi oleh lapisan tipis (acquired pellicle) diikuti dengan melekatnya bakteri aerob. Bakteri yang pertama kali terlihat adalah Streptococcus sanguis yang kemudian diikuti bakteri lainnya. Tetapi, perlekatan awal bakteri tersebut pada hidroksiapatit yang dilapisi pelikel sangat lemah dan reversible sehingga tidak terjadi kolonisasi.

Plak gigi bakterial mengandung tiga komponen fungsional, yaitu :

  1. Organisme kariogenik, terutama S. mutans, L. acidophilus dan A. viscosus.

  2. Organisme penyebab kelainan periodontal, khususnya Bacteroides asaccharolyticus (ginggivalis) dan Actinobacillus (actinomycetemcomitans).

  3. Bahan adjuvan dan supresif, yang paling potensial adalah lipopolisakarida (LPS), dekstran, levan, dan asam lipoteikoat (LTA).

Plak gigi mengandung 0,01% LPS, sekitar 8,5% dekstran yang larut di dalam air terutama ikatan α (1–> 6), kira-kira 1,4% dekstran yang tidak larut di dalam air khususnya ikatan α (1–> 3). 1% levan, dan sejumlah LTA (Boedi Utomo Roeslan, 2002).

Mekanisme Pembentukan Plak Gigi


Pembentukan plak gigi merupakan suatu proses yang kompleks, diawali dengan pembentukan pelikel kemudian kolonisasi bakteri serta pematangan dari plak menjadi plak yang lebih pathogen dengan bantuan saliva, bakteri dan diet. Awal pembentukan plak gigi dimulai dengan melekatnya bakteri aerob pada permukaan pelikel. Kemudian Streptococcus mutans serotipe c membentuk dekstran ekstraseluler, baru terjadi perlekatan dan agregasi kuman pada permukaan email yang diikuti peningkatan kolonisasi. Agregasi kuman terjadi karena adanya reseptor dekstran pada permukaan sel sehingga terjadi interaksi antarsel selama pembentukan plak gigi.

Metabolisme sukrosa ekstraseluler oleh Streptococcus mutans serotipe c dengan produk dekstran yang tidak larut di dalam air, sangat berperan dalam mekanisme pembentukan plak gigi dan peningkatan kolonisasi kuman di dalam plak. Peningkatan kolonisasi kuman-kuman ini, terjadi karena agregasi kuman melalui tiga dasar interaksi sel. Interaksi yang terjadi meliputi perlekatan kuman pada permukaan gigi, perlekatan homotipik antarsel yang sama, dan perlekatan heterotipik antarsel berbeda (Boedi Utomo Roeslan, 2002: 122).

Pengendalian Plak Gigi


Pengendalian plak gigi dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:

  1. Cara alamiah

    • Dengan gerakan lidah, pipi dan bibir

    • Dengan memakan makanan yang bersifat membersihkan, seperti: pepaya, nanas, apel, belimbing, bengkoang dan tebu serta sayur-sayuran yang mentah.

  2. Cara buatan

    • Secara kimiawi, yaitu dengan mempergunakan obat kumur yang mengandung antiseptik, antibiotik dan enzim.

    • Secara mekanik, yaitu dengan mempergunakan beberapa alat seperti sikat gigi, dental floss, interdental stimulator. (Ratih Ariningrum, 2000).

Pengukuran Indeks Plak Gigi


Beberapa cara yang biasa digunakan untuk mengukur indeks plak gigi adalah:

1. Plaque Index

Penilaian Plaque Index (PI) dilakukan pada permukaan distofasial, fasial, mesofasial dan lingual. Penilaian plaque index dilakukan dengan menggunakan kaca mulut dan sonde. Plaque index tidak meniadakan gigi atau mengganti gigi dengan restorasi gigi atau mahkota. Salah satu dari semua gigi atau hanya gigi yang diseleksi dapat digunakan dalam Plaque Index. Pemeriksaan dilakukan pada 6 gigi yaitu: 1.6, 1.2, 2.4, 4.4, 3.2, 3.6.

2. Metode All Surfaces

Metode All Surface adalah menghitung banyaknya plak pada permukaan facialis (permukaan gigi yang berdekatan dengan bibir dan pipi) dan lingualis (permukaan gigi yang berdekatan dengan lidah) dari semua gigi, dengan cara ini skor plak penderita dapat diketahui.

3. Metode 12 Surfaces atau Oral Hygiene Index (OHI)

Perhitungan indeks plak gigi dengan metode ini menggunakan 12 permukaan gigi terdiri dari debris index (DI) dan calculus index (CI). Rumus perhitungannya:

OHI= DI+CI.

Mulut dibagi 6 area yaitu regio anterior (bagian depan dua buah gigi, regio maxilair kiri dan kanan (bagian ujung). Enam area tersebut dihitung permukaan facial dan lingualnya.

4. Metode 6 Surfaces atau Symplified Oral Hygiene Index (OHI-S)

Indeks ini biasa disebut sebagai OHI yang disederhanakan. Perhitungan indeks tidak dinilai 12 permukaan gigi, akan tetapi 6 permukaan gigi dari 6 gigi yang terpisah yang dapat mewakili keadaan semua gigi penderita. Biasanya dipilih 4 gigi posterior (belakang) dan 2 gigi anterior, yaitu:

  • Permukaan bukal molar atas (permukaan gigi geraham yang berdekatan dengan pipi).

  • Permukaan lingual molar bawah (permukaan gigi geraham yang berdekatan dengan lidah).

8 Permukaan labial gigi-gigi anterior atas dan bawah (permukaan gigi yang berdekatan dengan mulut bagian depan).

5. Metode Personal Hygiene Performance Index (PHP)

Metode PHP merupakan indeks pertama yang dikembangkan untuk tujuan yang semata-mata menilai kebersihan individu dalam membersihkan food debris. Indeks ini mencatat ada tidaknya food debris dengan nilai 1 atau 0 secara berturut-turut menggunakan seluruh permukaan dari enam gigi yang dipakai dalam OHI-S. (Siti Halimah, 2001).

Kategori Pengukuran Indeks Plak Gigi

Kategori pengukuran plak indeks menurut Sillnes & Loe adalah:

0 = tidak ada plak

1 = plak berbentuk film tipis pada tepi gingiva dan dapat terlihat dengan menggunakan prob

2 = ketebalan plak sedang pada tepi gingiva, ruang interdental terbebas dari plak

3 = akumulasi plak banyak pada tepi gingiva dan pada ruang interdental (Kaban Moslehzadeh, 2000)

Cara Pengukuran Skor Plak Gigi

Rumus cara pengukuran skor plak gigi adalah sebagai berikut:

Adapun kategori hasil pengukuran skor plak menurut Sillness & Loe dapat dikelompokkan menjadi 4 kelompok yaitu:

0 = baik sekali
0,1-0,9 = baik
1,0-1,9 = sedang
2,0-3,0 = buruk
(Kaban Moslehzadeh, 2000)