Apa yang dimaksud dengan leukoplakia?

Leukoplakia merupakan salah satu kelainan yang terjadi di mukosa rongga mulut. Meskipun leukoplakia tidak termasuk dalam jenis tumor, lesi ini sering meluas sehingga menjadi suatu lesi pre-cancer.

Leukoplakia merupakan suatu istilah lama yang digunakan untuk menunjukkan adanya suatu bercak putih atau plak yang tidak normal yang terdapat pada membran mukosa.

Pendapat lain mengatakan bahwa leukoplakia hanya merupakan suatu bercak putih yang terdapat pada membran mukosa dan sukar untuk dihilangkan atau terkelupas.

WHO (1978) mendefinisikan leukoplakia sebagai lesi putih keratosis berupa bercak atau plak pada mukosa muut yang tiak dapat diangkat dari mukosa mulut dengan cara usapan atau kikisan dan secara klinis maupun histopatologis berbeda dengan penyakit lain didalam mulut.

Pada seminar WHO 1983, leukoplakia didefinisikan sebagai bercak atau plak putih yang tidak mempunyai ciri khas secara klinis atau patologis seperti penyakit lain dan tidak dapat dihubungkan dengan suatu penyebab fisik atau kimia kecuali penggunaan tembakau.

Secara histopatologis, leukoplakia didefinisikan sebagai bercak putih pada mukosa dengan epitel mengalami hiperkeratosis dengan dasar yang terdiri dari sel spinosum.

ETIOLOGI


Etilogi leukoplakia belum diketahui dengan pasti sampai saat ini. Menurut beberapa klinikus, predisposisi leukoplakia terdiri atas beberapafaktor yang multipel, yaitu: faktor lokal, faktor sistemik, dan malnutrisi vitamin.

1. Faktor lokal

Fakor lokal biasanya berhubungan dengan segala macam bentuk iritasi kronis, antara lain:

  • Trauma, trauma dapat berupa gigitan pada tepi atau akar gigi yang tajam, iritasi dari gigi yang malposisi, pemakaian protesa yang kurang baik, serta adanya kebiasaan jelek, seperti mengigit-gigit jaringan mulut, pipi, maupun lidah sehingga menyebabkan iritasi kronis pada mukosa mulut.

  • Kemikal atau termal, iritan mekanis lokal dan berbagai iritan kimia akan menimbulkan hiperkeratosis dengan atau tanpa disertai perubahan displastik.

    Penggunaan bahan-bahan kaustik kemungkinan akan menyebabkan terjadinya leukoplakia dan perubahan keganasan. Bahan-bahan kaustik tersebut, antara lain adalah tembakau dan alkohol.

    Terjadinya iritasi pada jaringan mukosa mulut tidak hanya disebabkan oleh asap rokok dan panas yang terjadi pada waktu merokok, tetapi dapat juga disebabkan oleh zat-zat yang terdapat didalam tembakau yang ikut terkunyah. Banyak peneliti yang berpendapat bahwa merokok dengan menggunakan pipa dapat menyebabkan lesi yang spesifik pada palatum yang disebut “stomatitis nicotine”. Selanjutnya lesi akan berwarna putih kepucatan, serta terjadi penebalan yang sifatnya merata. Ditemukan pula adanya “multinodulair” dengan bintk kemerahan pada pusat noduli. Kelenjar ludah akan membengkak dan terjadi perubahan didaerah sekitarnya. Banyak peneliti yang kemudian berpendapat bahwa lesi ini merupakan salah satu bentuk dari leukoplakia.

    Alkohol merupakan salah satu faktor yang memudahkan terjadinya leukoplakia. Pemakaian alkohol dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan iritasi pada mukosa.

  • Faktor lokal lain yang menyebabkan terjadinya leukoplakia adalah infeksi bakteri, penyakit periodontal serta higiene mulut yang jelek, seperti kandida yang sering terdapat dalam preparat hitologis leukoplakia dan sering dihubungkan dengan leukoplakia nodular.

2. Faktor sistemik

Selain dari faktor yang terjadi secara lokal diatas,kondisi dari membran mukosa mulut yang dipengaruhi oleh penyakit lokal maupun sistemik berperan penting dalam meningkatkan efektifitas yang bekerja secara lokal.

  • Penyakit sistemik, penyakit sistemik yang berhubungan dengan leukoplakia antara lain adalah sifilis tertier, anemia sidrofenik, dan xerostomia yang disebabkan oleh penyakit kelenjar saliva.

  • Bahan-bahan yang diberikan secara sistemik, seperti: alkohol, obat-obat antimetabolit, dan serum antilimfosit spesifik juga dapat meningkatkan terjadinya leukoplakia.10

  • Defisiensi nutrisi, defisiensi vitamin A diperkirakan dapat meningkatkan metaplasia dan keratinisasi dari susunan epitel, terutama epitel kelenjar dan epitel mukosa respiratorius. Beberapa ahli menyatakan bahwa leukoplakia di uvula merupakan manifestasi dari intake vitamin A yang tidak cukup. Apabila kelainan tersebut parah, gambarannya mirip leukoplakia. Selain itu, pada binatang percobaan dengan menggunakan tikus, dapat diketahui bahwa kekurangan vitamin B kompleks akan menimbulkan perubahan hiperkeratotik.

GAMBARAN KLINIS


Leukoplakia bervariasi dalam ukuran, bentuk dan gambran klinis. Secara klinis lesi ini sukar dibedakan dan dikenal, karena banyak lesi lain memberikan gambaran klinis yang serupa serta tanda-tanda ang hampir sama. Lesi ini sering ditemukan pada daerah alveolar, bibir, palatum lunak dan keras, daerah dasar mulut, gingiva, mukosa lipatan bukal, serta mandibular alveoalar ridge dan kadang-kadang lidah.

Perubahan patologis mukosa mulut menjadi leukoplakia terdiri dari dua tahap, yaitu tahap praleukoplakia dan tahap leukoplakia. Pada tahap praleukoplakia mulai terbentuk warna plak berwarna abu-abu tipis, bening dan tranlusen, permukaannya halus dengan konsistensi lunak dan datar.

Tahap leukoplakia ditandai dengan pelebaran lesi kearah lateral dan membentuk keratin yang tebal sehingga warna menjadi lebih putih, berfisura dan permukaan kasar sehingga mudah membedakannya dengan mukosa di sekitarnya.

KLASIFIKASI LEUKOPLAKIA


Banyaknya jenis, warna dan bentuk leukoplakia, serta perbedaan stadium leukoplakia dari jinak menjadi ganas menyebabkan diperlukannya pengklsifikasian leukoplakia agar diagnosis dan rencana perawatan selanjutnya dapat dilakukan dengan tepat. Klasifikasi leukoplakia berdasarkan gambaran klinisnya, terdiri dari:

1. Homogeneous leukoplakias disebut juga leukoplakia simpleks, berupa lesi berwarna keputih-putihan, dengan permukaan rata, licin atau berkerut, dapat pula beralur atau berupa suatu peninggian dengan pinggiran yang jelas.

Homogenous leukoplakia padapinggir lidah
Gambar Homogenous leukoplakia padapinggir lidah

2. Non-homogenous atau heterogenous leukoplakias, terdiri dari:

  • Eritroleukoplakia merupakan suatu bercak merah dengan daerah-daerah leukoplakia yang terpisah-pisah dan tidak dapat dihapus.

  • Leukoplakia nodular, berupa lesi dengan sedikit penonjolan membulat, berwarna merah dan putih sehingga tampak granula-granula atau nodul-nodul keratotikyang kecil tersebar pada bercak-bercak atrofik dari mukosa.

    Saat ini lesi sudah dianggap menjadi ganas. Karena biasanya dalam waktu singkat akan berubah menjadi tumor ganas seperti karsinoma sel skuamousa, terutama bila le ini terdapat di lidah dan dasar mulut.

  • Leukoplakia verukosa, berupa lesi yang tumbuh eksofitik tidak beraturan. Leukoplakia ini berasal dari hiperkeratosis yang kemudian meluas multipel, tidak mengkilat dan membentuk tonjolan dengan keratinisasi yang tebal, seringkali erosif yang dinamakan leukoplakia verukosa proliferatif.

GAMBARAN HISTOPATOLOGIS


Pemeriksaan mikroskopis akan membantu menentukan penegakan diagnosis leukoplakia. Bila diikuti dengan pemeiksaan histopatologis dan sitologi, akan tampak adanya perubahan keratinisasi sel epitel, terutama pada bagian siperfisial.

Perubahan epitel pada gambaran histopatologis leukoplakia, dibedakan menjadi empat, yaitu:

  1. Hiperkeratosis
    Proses ini ditandai dengan adanya suatu peningkatan yang abnormal dari lapisan ortokeratin atau stratum korneum. Dengan adanya sejumlah ortokeratin pada daera permukaan yang normal maka akan menyebabkan permukaan epitel rongga mulut menjadi tidak rata serta memudahkan terjadinya iritasi.

  2. Hiperparakeratosis atau hiperortokeratosis
    Apabila timbul parakeratosis di daerah yang biasanya tidak terdapat penebalan lapisan parakeratin maka penebalan parakeratin tersebut disebut sebagai hiperparakeratosis. Dalam pemeriksaan histopatologis, adanya ortokeratin, parakeratin dan hiperkeratosis kurang dapat dibedakan antara satu dengan lainnya. Hiperortokeratosis yaitu keadaan dimana lapisan granularnya terihat menebal dan sangat dominan, sedangkan hiperparakeratosis sendiri jarang ditemukan, meskipun pada kasus-kasus yang parah.

  3. Akantosis
    Akantosis adalah suatu penebalan dan perubahan yang abnormal dari lapisan spinosum pada suatu tempat tertentu yang kemudian berlanjut disertai pemanjangan, penebalan, penumpukan dan penggabungan dari retepeg.

    Terjadinya penebalan pada lapisan stratum spinosum tidak sama atau bervariasi pada tiap-tiap tempat yang berbeda dalam rongga mulut. Bisa saja suatu penebalan tertentu pada tempat tertentu dapat dianggap normal, sedang penebalan pada tempat tertentu lainnya bisa dianggap abnormal. Akantosis kemungkinan berhubungan atau tidak berhubungan dengan suatu keadaan hiperortokeratosis maupun parakeratosis. Akantosis kadang-kadang tidak tergantung pada perubahan jaringan yang diatasnya.

  4. Diskeratosis atau displasia
    Diskeratosis merupakan suati perubahan sel dewasa kearah kemunduran. Apabila ditemukan perubahan disaplasia pada suatu sel maka perubahan tersebut merupakan tanda praganas. Pada diskeratosis, terdapat sejumlah kriteria untuk mendiagnosis suatu displasia epitel. Meskipun demikian, tidak ada perbedaan yang jelas antara displasia ringan, displasia parah, dan atipia yang mungkin dapat menunjukkan adanya suatu keganasan atau berkembang kearah karsinoma in situ.

    Kriteria yang digunakan untuk mendiagnosis adanya displasia epitel adalah :

    • Adanya peningkatan yang abnormal dari mitosis;
    • Keratinisasi sel-sel secara individu; adanya pembentukan “epithel pearls” pada lapisan spinosum;
    • Perubahan perbandingan antara inti sel dengan sitoplasma;
    • Hilangnya polaritas dan disorientasi dari sel;
    • Adanya hiperkromatik;
    • Adanya pembesaran inti sel atau nekleus;
    • Adanya dikariosis atau nuclear atypia dan “giant nuclei”;
    • Pembelahan inti tanpa disertai pembelahan sitoplasma;
    • Adanya basiler hiperplasia dan karsinoma intra epitel atau karsinoma in situ

Pada umumnya antara displasia dan karsinoma ins itu tidak memiliki perbedaan yang jelas. Displasia mengenai permukaaan yang luas menjadi parah, menyebabkan perubahan dari permukaan sampai dasar. Bila ditemukan adanya basiler hiperplasia maka didiagnosa sebagai karsinoma in situ telah menjadi karsinoma in situ dan telah kehilangan polaritas.