Apa yang dimaksud dengan Kesepian atau Loneliness?

Kesepian

Kesepian adalah (kbbi) :

  1. keadaan sepi; kesunyian; kelengangan: radio itu dipasangnya keras-keras untuk mengusir -;
  2. perasaan sunyi (tidak berteman dan sebagainya)

Bagaimana definisi kesepian dilihat dari sudut pandang psikologi ?

1 Like

Selama hidupnya, setiap orang pasti pernah mengalami kesepian, karena loneliness merupakan pengalaman manusia yang universal (Brehm, 1992). Bagian ini akan membahas mengenai definisi dari loneliness, faktor-faktor penyebab loneliness, dan karakteristik individu yang mengalami loneliness.

Definisi Loneliness


Banyak ahli yang memberikan berbagai macam definisi dari loneliness, namun, menurut Peplau dan Perlman dalam bukunya yang berjudul Loneliness: a sourcebook of current theory research and therapy (1982) ada tiga elemen yang terkandung di dalamnya, yaitu:

  1. Loneliness merupakan hasil dari kurangnya hubungan sosial,
  2. Loneliness merupakan pengalaman subyektif, seseorang dapat merasa kesepian walaupun ia berada di tengah keramaian atau sebaliknya,
  3. Loneliness merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan dan juga menyedihkan.

Lebih lanjut, Peplau dan Perlman mengelompokkan loneliness menjadi tiga pendekatan, yaitu pendekatan need for intimacy, pendekatan kognitif dan pendekatan social reinforcement.

  1. Pendekatan need of intimacy
    Sullivan, Weiss, Fromm-Reichmann merupakan beberapa tokoh yang termasuk dalam pendekatan ini. Menurut Sullivan, loneliness merupakan pengalaman tidak menyenangkan yang berkaitan dengan kebutuhan akan intimacy (terutama interpersonal intimacy) yang tidak terpenuhi.

    Loneliness…is the exceedingly unpleasant and driving experience connected with inadequate discharge of the need for human intimacy, for interpersonal intimacy.
    (Sullivan dalam Peplau & Perlman, 1982: 4)

    Fromm-Reichmann dalam Peplau dan Perlman (1982) menambahkan bahwa need for intimacy merupakan pengalaman universal dan akan menetap pada individu sepanjang hidupnya.

  2. Pendekatan kognitif
    Pendekatan kognitif ini menekankan kepada persepsi dan evaluasi seseorang terhadap hubungan sosial mereka. Flanders, Sadler dan Johnson (dalam Peplau & Perlman, 1982) berpendapat bahwa loneliness merupakan hasil dari ketidakpuasan seseorang terhadap hubungan interpersonalnya.

    Dalam pendekatan ini, dinyatakan bahwa loneliness terjadi saat seseorang mempersepsikan adanya kesenjangan antara hubungan interpersonal yang diharapkannya dengan hubungan interpersonal yang dicapainya (Peplau & Perlman, 1979; Sermat dalam Peplau & Perlman, 1982).

    Definisi lain dinyatakan oleh de Jong-Gierveld yaitu:

    “We define loneliness as: the experiencing of a lag between realized and desired interpersonal relationshipas disagreeble or unacceptable, particularly when the person percieves a personal inability to realize the desired interpersonal relationship within a reasonable period of time.”
    (de Jong-Gierveld dalam Peplau & Perlman, 1982: 4)

  3. Pendekatan social reinforcement

    “I define loneliness as the absence or percieved absence of satisfying social relationships, accompanied by symptoms of psychological distress that are related to the actual or percieved absence… I propose that social relationships can be treated as a particular class of reinforcement… Therefore, loneliness can be viewed in part as a response to the absence of important social reinforcements.”
    (Young dalam Peplau & Perlman, 1982: 4)

    Menurut pendekatan ini, loneliness merupakan suatu keadaan yang diakibatkan perasaan ketidakterpenuhinya kebutuhan hubungan sosial seseorang.

Penyebab Loneliness


Peplau dan Perlman (1982) membagi penyebab loneliness dalam dua kelompok. Kelompok pertama adalah peristiwa atau perubahan yang menimbulkan terjadinya loneliness (precipitate event). Sedangkan kelompok yang kedua adalah faktor-faktor yang memungkinkan individu cenderung merasa kesepian atau faktor-faktor yang membuat loneliness dirasakan terus-menerus (predisposing and maintaining factor).

Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai kedua kelompok dari penyebab loneliness:

  1. Precipitate event
    Terdapat dua perubahan umum yang menimbulkan terjadinya loneliness. Perubahan yang paling umum adalah menurunnya hubungan sosial seseorang sampai di bawah tingkat optimal.

    Contoh dari perubahan ini antara lain, berakhirnya hubungan dekat akibat kematian, perceraian atau putus hubungan cinta. Perubahan juga dapat terjadi saat seseorang pindah ke suatu lingkungan baru dan berpisah secara fisik dengan orang-orang dekatnya (Peplau & Perlman, 1982).

    Perubahan yang kedua adalah perubahan pada kebutuhan atau keinginan sosial seseorang. Perubahan ini biasanya terjadi seiring dengan bertambahnya usia seseorang dan akan menimbulkan loneliness jika tidak diikuti dengan penyesuaian pada hubungan sosial yang aktual.

  2. Predisposing and maintaining factor
    Dalam kelompok ini, yang menyebabkan individu lebih rentan terhadap loneliness adalah adanya keberagaman dari faktor personal dan situasional individu. Kedua faktor inilah yang meningkatkan kecenderungan seseorang merasakan loneliness dan juga mempersulit seseorang untuk mendapatkan kepuasan hubungan sosialnya kembali (dalam Peplau dan Perlman, 1982).

    Menurut Peplau dan Perlman, terdapat beberapa karakteristik personal yang dapat dihubungkan dengan loneliness. Individu yang mengalami loneliness biasanya pemalu, introvert, dan tidak punya cukup keinginan untuk mengambil resiko dalam berhubungan sosial. Loneliness juga sering dihubungkan dengan pencelaan terhadap diri sendiri (self-deprecation) dan self-esteem yang rendah.

    Menurut para sosiolog (dalam Peplau dan Perlman, 1982), selain faktor situasional, nilai-nilai kebudayaan yang berlaku juga dapat menyebabkan seseorang mengalami loneliness. Taylor, dkk. (2006) menyatakan bahwa masa kecil yang dialami seseorang dapat ikut berpengaruh pada loneliness, misalnya seseorang yang semasa kecilnya mengalami perceraian orang tua akan lebih mungkin merasakan loneliness dikemudian hari.

    Tingkat sosial dan usia seseorang juga dapat memperbesar kemungkinan loneliness. Loneliness cenderung lebuh sering dialami oleh orang yang berasal dari tingkat sosial rendah atau miskin, dan paling sering dialami oleh remaja dan dewasa muda (Perlman dalam Taylor, dkk., 2006).

Pengukuran Loneliness


Alat ukur yang digunakan untuk mengukur loneliness adalah UCLA Loneliness Scale version 2 atau disebut juga dengan a revised UCLA Loneliness Scale, dibuat oleh Russell, Peplau, dan Cutrona di tahun 1980. Skala ini berisikan 10 item pernyataan positif dan 10 item pernyataan negatif, dan menggunakan pendekatan global atau unidimensional untuk mengukur loneliness.

Kesepian atau loneliness didefinisikan sebagai perasaan kehilangan dan ketidakpuasan yang dihasilkan oleh ketidaksesuaian antara jenis hubungan social yang kita inginkan dan jenis hubungan sosial yang kita miliki (Perlman & Peplau dalam Taylor, Peplau & Sears, 2012). Hampir semua orang pernah mengalami kesepian namun perasaan tersebut akan berbeda antara satu individu dengan individu lainnya.

Santrock (2002) juga mengatakan bahwa kesepian adalah ketika merasa bahwa tidak seorang pun memahami dengan baik, merasa terisolasi, dan tidak memiliki seorang pun untuk dijadikan pelarian, saat dibutuhkan atau saat stress.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kesepian berarti suatu keadaan mental dan emosional, karena adanya perasaan terasing dan keadaan tidak menyenangkan yang dipersepsikan seseorang akibat tidak terpenuhinya kebutuhan akan hubungan sosial ataupun hubungan interpersonal pada dirinya.

Komponen Loneliness

Menurut Peplau dan Perlman (1982), dalam mempelajari kesepian terdapat tiga dimensi kesepian yang dikembangkan oleh para ahli, yaitu :

  • Pendekatan Kebutuhan akan Keintiman
    Perasaan kesepian muncul ketika tidak terpenuhinya kebutuhan pada diri seseorang untuk merasakan kepuasan dalam berhubungan dengan orang lain. Weiss (dalam Peplau & Perlman, 1982) mengatakan bahwa kesepian disebabkan bukan karena sendirian tetapi tidak adanya hubungan yang diperlukan, kesepian selalu terlihat sebagai tanggapan kepada ketidakhadiran dari beberapa jenis hubungan tertentu.

  • Pendekatan Proses Kognitif.
    Kesepian timbul bila seseorang dalam mempersepsikan dan mengevaluasi hubungan sosialnya menemukan bahwa terdapat kesenjangan antara apa yang diinginkan dengan apa yang berhasil ia capai.

    Sermat (dalam Peplau dan Perlman, 1982) menyatakan bahwa kesepian adalah suatu pertentangan pengalaman antara jenis hubungan antar pribadi, individu merasa dirinya dimiliki pada suatu ketika, dan jenis hubungan yang ingin dimilikinya, dalam kaitan dengan pengalaman masa lalunya atau beberapa status ideal yang tidak pernah dialaminya.

  • Pendekatan Penguatan Sosial.
    Pendekatan penguatan sosial lebih menekankan bahwa kesepian disebabkan oleh kurangnya penguatan (reinforcement) dari lingkungan sosial. Hubungan sosial adalah suatu reinforcement, bila dalam interaksi sosial hal itu kurang diperoleh, maka akan mengakibatkan seseorang merasa kesepian.

    Young (dalam Peplau dan Perlman, 1982) mengemukakan definisi kesepian sebagai ketiadaan dalam memuaskan hubungan sosial, yang diikuti oleh gejala psikologikal distress yang dihubungkan dengan fakta atau perasaan ketiadaan, dalam mengusulkan hubungan sosial itu dapat diperlakukan sebagai kelas penguatan tertentu, oleh karena itu kesepian dapat dipandang pada sebagian orang sebagai tanggapan kepada ketiadaan penguatan sosial.

image

Tipe Loneliness

Menurut Weiss (dalam Santrock, 2003) terdapat dua tipe loneliness yaitu :

  • Emotional Loneliness (kesepian emosional) Kesepian emosional adalah kesepian yang disebabkan kurang dekat, intim, lekat dalam hubungan dengan seseorang.
  • Social Loneliness (kesepian sosial) Kesepian sosial adalah merupakan hasil dari ketiadaan teman dan family atau jaringan sosial tempat berbagi minat dan aktivitas.
1 Like

Terkadang kita sedikit rancu antara istilah kesendirian dengan kesepian. Pada dasarnya, kesendirian tidak sama dengan kesepian. Kesendirian (aloneness), merupakan kondisi objektif dan dapat diamati sedangkan Kesepian (loneliness), merupakan pengalaman subjektif, tergantung interpretasi kita terhadap berbagai situasi yang ada.

Terdapat 3 elemen utama dari sebuah kondisi kesepian, yaitu :

  • merupakan pengalaman subjektif
  • secara umum merupakan hasil dari perasaan kekurangan dalam interaksi sosial
  • dirasa tidak menyenangkan

Bagaimana ciri-ciri perasaan-perasaan pada orang yang kesepian ?

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Carin Rubenstein dan Phillip Shaver (1982), mereka menemukan bahwa terdapat empat faktor umum perasaan yang muncul ketika orang berada dalam kesepian. Perasaan-perasaan tersebut antaralain :

  • Merasa putus asa, panik dan lemah
  • Berada dalam kondisi depresi
  • Merasa bosan dengan kondisi yang ada dan mempunyai perasaan tidak sabar
  • SUka mengutuk diri sendiri

Tipe-tipe kesepian

Tidak semua kondisi kesepian mempunyai tipe yang sama. Tipe kesepian cenderung dipengaruhi oleh penyebab mengapa seorang individu merasa kesepian. Menurut Robert Weiss (1973), terdapat dua tipe kesepian, yaitu :

  • Emotional Loneliness : kesepian yang disebabkan kurang dekat- intim-lekat dalam hubungan dengan seseorang. Misalnya, kesepian yang dialami oleh oleh mereka yang menduda/janda atau bercerai dengan pasangannya.

  • Social Loneliness : merupakan hasil dari ketiadaan teman dan famili atau jaringan sosial tempat berbagi minat dan aktivitas.

Sedangkan,menurut Shaver dkk (1985), mereka menegaskan perlunya membedakan kesepian dalam dua tipe lainnya, yaitu :

  • Trait Loneliness : merupakan pola perasaan kesepian yang stabil, yang hanya sedikit berubah tergantung situasi. Pada umumnya orang yang memiliki harga diri (self-esteem) yang rendah lebih sering mengalami trait loneliness (Jones, Freemon, & Goswick, 1981; Peplau, Miceli, & Morasch, 1982).

  • State Loneliness : merupakan kesepian yang lebih temporer yang seringkali disebabkan oleh perubahan yang dramatis dalam kehidupan. Misalnya, seseorang yang baru saja pindah lokasi tempat tinggal, menjadi murid baru, dsb. Kesepian ini akan hilang bila telah ditemukan jaringan sosial yang baru (Shaver, Furman, & Buhrmeister, 1985).

1 Like

A post was split to a new topic: Bagaimana cara mengukur tingkat kesepian seseorang ?

Kesepian berarti suatu keadaan mental dan emosional yang terutama dicirikan
oleh adanya perasaan terasing dan kurangnya hubungan yang bermakna dengan
orang lain (Bruno, 2000).

Jones, Hanson, dan Smith (1980) mengemukakan bahwa kesepian juga diasosisikan dengan kepercayaan bahwa cinta merupakan dasar yang tidak begitu penting bagi pernikahan dimana mereka punya pandangan bahwa pernikahan seseorang akan berakhir dengan perceraian (dalam Baron & Byrne, 1991).

Bentuk-bentuk Kesepian


Weiss (dalam Santrock, 2003) menyebutkan adanya dua bentuk kesepian yang berkaitan dengan tidak tersedianya kondisi sosial yang berbeda-beda, yaitu:

  • Isolasi emosional (emotional isolation) adalah suatu bentuk kesepian yang
    muncul ketika seseorang tidak memiliki ikatan hubungan yang intim; orang
    dewasa yang lajang, bercerai, dan ditinggal mati oleh pasangannya sering
    mengalami kesepian jenis ini.
  • Isolasi sosial (social isolation) adalah suatu bentuk kesepian yang muncul ketika seseorang tidak memiliki keterlibatan yang terintegrasi dalam dirinya; tidak ikut berpartisipasi dalam kelompok atau komunitas yang melibatkan adanya kebersamaan, minat yang sama, aktivitas yang terorganisasi, peran-peran yang berarti; suatu bentuk kesepian yang dapat membuat seseorang merasa diasingkan, bosan dan cemas.

Menurut Young (dalam Weiten & Lloyd, 2006) kesepian dapat dibagi menjadi tiga bentuk berdasarkan durasi kesepian yang dialaminya, yaitu:

  • Transcient loneliness yaitu perasaan kesepian yang singkat dan muncul sesekali, banyak dialami individu ketika kehidupan sosialnya sudah cukup layak. Meer mengemukakan bahwa transcient loneliness memiliki jangka waktu yang pendek, seperti ketika mendengarkan sebuah lagu atau ekspresi yang mengingatkan pada seseorang yang dicintai yang telah pergi jauh (dalam Newman & Newman, 2006).
  • Transitional loneliness yaitu ketika individu yang sebelumnya sudah merasa puas dengan kehidupan sosialnya menjadi kesepian setelah mengalami gangguan dalam jaringan sosialnya (misalnya meninggalnya orang yang dicintai, bercerai atau pindah ke tempat baru).
  • Chronic loneliness adalah kondisi ketika individu merasa tidak dapat memiliki kepuasan dalam jaringan sosial yang dimilikinya setelah jangka waktu tertentu. Chronic loneliness menghabiskan waktu yang panjang dan tidak dapat dihubungkan dengan stressor yang spesifik. Orang yang mengalami chronic loneliness bisa saja berada dalam kontak sosial namun tidak memperoleh tingkat intimasi dalam interaksi tersebut dengan orang lain (Berg & Peplau, 1982). Sebaliknya, individu yang memiliki kemampuan sosial tinggi, yaitu meliputi mampu bersahabat, kemampuan komunikasi, kesesuaian perilaku nonverbal dan respon terhadap orang lain memiliki sistem dukungan sosial yang lebih baik dan tingkat kesepian yang rendah (Rokach, Bacanli & Ramberan, 2000)

Kebanyakan orang memiliki pengalaman perasaan sendiri dalam kehidupan. Fenomena seperti ini disebut dengan loneliness . Loneliness merupakan suatu emosi kompleks yang telah dipelajari para psikolog dari dahulu sampai sekarang (Hayes, 2006).

Menurut Margalit (1994) loneliness berbeda dari terisolasi. Loneliness merupakan cerminan dari persepsi individu yang merasa kurang dalam hubungan sosial, berbeda dengan kesendirian, yang merupakan situasi nyata. Perasaan kurang dievaluasi seseorang yang mengalami loneliness secara kuantitatif (kekurangan dalam jumlah hubungan sosial yang dimiliki) dan kualitatif (kekurangan intimasi dengan orang lain). Terisolasi berbeda dengan loneliness yang sengaja memilih untuk sendiri. Terisolasi dapat dipandang sebagai kesenangan, positif, dan kadang-kadang situasi yang diinginkan mungkin mendorong orang yang terisolasi lebih kreatif atau istirahat dari stres yang dialami.

image

Peplau dan Perlman (1982) mengartikan kesepian melalui tiga pendekatan.

  • Pertama, pendekatan need for intimacy yang menekankan pada faktor kedekatan atau keakraban. Kesepian dipandang sebagai suatu perasaan sepi yang diakibatkan karena tidak terpenuhinya kebutuhan orang lain. Berdasarkan teori Fromm kebutuhan akan keakraban ada sepanjang hidup manusia.

  • Pendekatan kedua, cognitive processes yang menganggap kesepian merupakan hasil dari persepsi dan evaluasi individu terhadap hubungan sosial yang dianggap tidak memuaskan.

  • Ketiga, pendekatan social reinforcement, yang berasumsi bahwa hubungan sosial yang memuaskan dapat dianggap sebagai suatu bentuk reinforcement , dan tidak adanya reinforcement ini dapat menimbulkan kesepian.

Ahli lain, Baron dan Byrne (2005) mendefinisikan loneliness adalah suatu reaksi emosional dan kognitif individu terhadap sebuah kondisi dimana individu tersebut hanya mempunyai sedikit hubungan sosial dan tidak memuaskannya karena tidak sesuai dengan harapannya. Kemudian menurut Bordens dan Horowitz (2008) mendefinisikan loneliness adalah keadaan psikologis ketika individu merasa kekurangan atau tidak menyukai hubungan sosial yang dimiliki. Sedangkan Myers (2008; Baumeister dan Bushman, 2008) menganggap loneliness adalah perasaan menyakitkan ketika hubungan sosial memiliki arti yang tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Pendapat selanjutnya, menurut Pachana dan Laidlaw (2014) tidak ada definisi umum loneliness , walaupun loneliness secara umum dideskripsikan sebagai perasaan kekurangan kontak sosial, kekurangan keberadaan orang atau keinginan untuk berbagi pengalaman sosial dan emosional, keadaan orang memiliki potensi berinteraksi sosial namun tidak melakukannya, atau ketidaksesuaian antara interaksi actual dengan yang diinginkan dan keintiman dengan orang lain.

Berbeda dengan ahli-ahli sebelumnya, Dennis dan Clark (2014) mendefinisikan loneliness merupakan kondisi spiritual, bukan emosi. Perasaan kesedihan diawali oleh perasaan kekosongan. Kesedihan menimbulkan perasaan loneliness . Manusia diciptakan dengan psikologis, spiritual, dan pikiran yang dibutuhkan untuk terhubung dengan dan berkumpul dengan manusia lainnya. Loneliness adalah pengalaman sebagai rasa kekosongan internal, penghindaran, dan isolasi eksternal. Individu yang mengalami loneliness memiliki spiritualitas yang rendah.

Di Indonesia, istilah loneliness disebut sebagai kesepian (Suparno, 2007). Dewi dan Hamidah (2013) menganggap kesepian merupakan suatu reaksi dari pengalaman subjektif yang tidak menyenangkan atau kurangnya kualitas dari hubungan tertentu baik secara sosial maupun emosional yang dialami seseorang. Lebih lanjut lagi, kesepian ini dipandang sebagai kesenjangan antara apa yang diinginkan dan apa yang diperoleh. Semakin besar kesenjangan tersebut, maka semakin besar pula kesepian yang dirasakan seseorang. Selanjutnya, Yusuf (2016) menganggap kesepian yaitu kondisi emosi yang muncul ketika seseorang merasa asing, salah paham, atau ditolak oleh orang lain, tidak memiliki teman. Kesepian merupakan masalah psikologis dan didefinisikan sebagai pengalaman yang tidak menyenangkan akibat kurangnya hubungan sosial, kecemasan, kurangnya kemampuan sosialisai, dan mengarah pada percobaan bunuh diri.

Ciri-ciri Kesepian


Melalui beberapa pendapat di atas, dapat diketahui bahwa kesepian adalah suatu resaksi emosional dan kognitif yang bersifat subjektif seseorang dalam menilai ketidakpuasaan hubungan sosial yang diharapkannya. Menurut Baron dan Bryne (2005) orang yang kesepian memiliki ciri-ciri seperti cenderung untuk menjadi tidak bahagia dan tidak puas dengan diri sendiri, tidak mau mendengar keterbukaan intim dari orang lain dan cenderung membuka diri mereka baik terlalu sedikit atau terlau banyak, merasa tersiasiakan ( hopelessness ), dan merasa putus asa. Selain itu, menurut Baron dan Byrne, individu yang tidak menginginkan teman bukan orang yang kesepian, tetapi individu yang menginginkan teman dan tidak memilikinya kemudian disebut dengan individu yang kesepian.

Dampak Psikologis Kesepian


Pendapat lain dari Ishmuhametov (2006) menemukan bahwa secara keseluruhan, komponen negatif dari orang yang kesepian meliputi emosional komponen yaitu emosi depresi, dasar dari emosi negatif, ketegangan, ketidakstabilan emosi; komponen kognitif seperti harga diri yang rendah, kehadiran stereotip kompleks, sikap yang keliru terhadap diri sendiri dan dunia sekitar, kehilangan pikiran atau konsep mengenai diri sendiri, ketidakseimbangan antara realita dan idealita (komponen perilaku meliputi berkurangnya aktivitas fisik, mental dan sosial), berkembangnya kecenderungan alami yang bersifat negatif, hilangnya kemampuan serta keterampilan personal dan sosial.

Kesepian merupakan suatu kondisi subjektif yang menimbulkan perasaan tidak nyaman, tertekan, dan membuat orang menjadi kontra produktif dalam segala aspek kehidupannya (Erikson, 1968 dalam Santrock, 2003 dalam Dewi, L.A.K & Hamidah, 2013).

Kesepian atau loneliness adalah suatu keadaan mental dan emosional yang dicirikan dengan perasaan kehampaan, merasa sunyi, tidak memiliki teman, terisolasi dan tidak adanya seseorang yang memahami akibat dari ketidaksesuaian hubungan sosial yang diharapkan dengan kenyataan kehidupan interpersonal yang menyebabkan terhambatnya atau berkurangnya hubungan sosial yang dimiliki seseorang.

Orang yang kesepian merasa terasing dari kelompoknya, tidak merasakan adanya cinta di sekelilingnya, merasa tidak ada yang peduli dengan dirinya dan merasakan kesendirian, serta merasa sulit untuk mendapatkan teman. Kesepian cenderung untuk menjadi tidak bahagia dan tidak puas dengan diri sendiri, tidak mau mendengar keterbukaan intim dari orang lain dan cenderung tidak membuka diri, merasakan kesia-siaan (hopelessness), dan merasa putus asa.

Kesepian

Kesepian merupakan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan yang dihasilkan dari tingkat memadai atau rendahnya kualitas hubungan sosial. Kesepian menjadi pengalaman yang umum di seluruh rentang kehidupan dengan sebanyak 80 persen anak-anak dan remaja dan 40 persen orang yang berusia di atas 65 tahun melaporkan merasa kesepian.
Berikut definisi dan pengertian kesepian (loneliness) dari beberapa sumber buku:

  • Menurut Bruno (2000), kesepian adalah suatu keadaan mental dan emosional yang terutama dicirikan dengan adanya perasaan-perasaan terasing dan kurangnya hubungan yang bermakna dengan orang lain.

  • Menurut Baron (2005), kesepian adalah suatu reaksi emosional dan kognitif terhadap dimilikinya hubungan yang lebih sedikit dan lebih tidak memuaskan daripada yang diinginkan oleh orang tersebut.

  • Menurut Rahman (2013), kesepian merupakan bentuk kegelisahan subjektif yang dirasakan pada saat suatu hubungan sosial kehilangan ciri-ciri pentingnya baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

  • Menurut Santrock (2002), kesepian adalah ketika merasa bahwa tidak seorang pun memahami dengan baik, merasa terisolasi, dan tidak memiliki seorang pun untuk dijadikan pelarian, saat dibutuhkan atau saat stres.

  • Menurut Taylor, dkk (2000), kesepian merupakan perasaan ketidaknyamanan yang dirasakan individu ketika hubungan sosial yang ada kurang secara kuantitas dan kualitas.

Kesepian atau loneliness didefinisikan sebagai perasaan kehilangan dan ketidakpuasan yang dihasilkan oleh ketidaksesuaian antara jenis hubungan sosial yang kita inginkan dan jenis hubungan sosial yang kita miliki (Perlman & Peplau, 1981). Kesepian merupakan hidup tanpa melakukan hubungan (Baron, 1991), tidak punya keinginan untuk melakukan hubungan interpersonal yang akrab (Peplau & Perlman, 1982).

Dalam suatu penelitian menemukan bahwa kesepian diasosiasikan dengan perasaan depresi, kecemasan, ketidakpuasan, tidak bahagia, dan kesedihan (Russel, 1982). Jones, Hanson, dan Smith (1980) mengemukakan bahwa kesepian juga diasosisikan dengan kepercayaan bahwa cinta merupakan dasar yang tidak begitu penting bagi pernikahan dimana mereka punya pandangan bahwa pernikahan seseorang akan berakhir dengan perceraian (dalam Baron & Byrne, 1991).

Kesepian akan disertai oleh berbagai macam emosi negatif seperti depresi, kecemasan, ketidakbahagiaan, ketidakpuasan, menyalahkan diri sendiri (Anderson, 1994) dan malu (Jones, Carpenter & Quintana, 1985). Kesepian berarti suatu keadaan mental dan emosional yang terutama dicirikan oleh adanya perasaan terasing dan kurangnya hubungan yang bermakna dengan orang lain (Bruno, 2000). Menurut Brehm dan Kassin, kesepian adalah perasaan kurang memiliki hubungan sosial yang diakibatkan ketidakpuasan dengan hubungan sosial yang ada (dalam Dayakisni & Hudaniah, 2003).

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kesepian merupakan suatu perasaan yang tidak menyenangkan yang ditandai dengan emosi-emosi negatif dan perasaan yang tidak menyenangkan yang dimiliki seseorang serta adanya ketidaksesuaian antara hubungan sosial yang diharapkan dan ketersediaan hubungan yang dimiliki.

Bentuk-bentuk Kesepian


Weiss (dalam Santrock, 2003) menyebutkan adanya dua bentuk kesepian yang berkaitan dengan tidak tersedianya kondisi sosial yang berbeda-beda, yaitu:

  1. Isolasi emosional (emotional isolation) adalah suatu bentuk kesepian yang muncul ketika seseorang tidak memiliki ikatan hubungan yang intim; orang dewasa yang lajang, bercerai, dan ditinggal mati oleh pasangannya sering mengalami kesepian jenis ini.

  2. Isolasi sosial (social isolation) adalah suatu bentuk kesepian yang muncul ketika seseorang tidak memiliki keterlibatan yang terintegrasi dalam dirinya; tidak ikut berpartisipasi dalam kelompok atau komunitas yang melibatkan adanya kebersamaan, minat yang sama, aktivitas yang terorganisasi, peranperan yang berarti; suatu bentuk kesepian yang dapat membuat seseorang merasa diasingkan, bosan dan cemas.

Menurut Young (dalam Weiten & Lloyd, 2006) kesepian dapat dibagi menjadi dua bentuk berdasarkan durasi kesepian yang dialaminya, yaitu:

  1. Transcient loneliness yaitu perasaan kesepian yang singkat dan muncul sesekali, banyak dialami individu ketika kehidupan sosialnya sudah cukup layak. Meer mengemukakan bahwa transcient loneliness memiliki jangka waktu yang pendek, seperti ketika mendengarkan sebuah lagu atau ekspresi yang mengingatkan pada seseorang yang dicintai yang telah pergi jauh (dalam Newman & Newman, 2006).

  2. Transitional loneliness yaitu ketika individu yang sebelumnya sudah merasa puas dengan kehidupan sosialnya menjadi kesepian setelah mengalami gangguan dalam jaringan sosialnya (misalnya meninggalnya orang yang dicintai, bercerai atau pindah ke tempat baru).

  3. Chronic loneliness adalah kondisi ketika individu merasa tidak dapat memiliki kepuasan dalam jaringan sosial yang dimilikinya setelah jangka waktu tertentu. Chronic loneliness menghabiskan waktu yang panjang dan tidak dapat dihubungkan dengan stressor yang spesifik. Orang yang mengalami chronic loneliness bisa saja berada dalam kontak sosial namun tidak memperoleh tingkat intimasi dalam interaksi tersebut dengan orang lain (Berg & Peplau, 1982).

    Sebaliknya, individu yang memiliki kemampuan sosial tinggi, yaitu meliputi mampu bersahabat, kemampuan komunikasi, kesesuaian perilaku nonverbal dan respon terhadap orang lain memiliki sistem dukungan sosial yang lebih baik dan tingkat kesepian yang rendah (Rokach, Bacanli & Ramberan, 2000).

Selanjutnya Shaver dkk (dalam Wrightsman, 1993) mengemukakan tipetipe kesepian yang lain berdasarkan sifat kemenetapannya, yaitu:

  1. Trait loneliness, yaitu kesepian yang cenderung menetap (stable pattern), sedikit berubah, dan biasanya dialami oleh orang yang memiliki self esteem yang rendah, dan memiliki sedikit interaksi sosial yang berarti.

  2. State loneliness, yaitu kesepian yang bersifat temporer, biasanya disebabkan oleh pengalaman-pengalaman dramatis dalam kehidupan seseorang.

Penyebab Kesepian


Menurut Brehm dkk (2002) terdapat empat hal yang dapat menyebabkan seseorang mengalami kesepian, yaitu:

  1. Ketidak adekuatan dalam hubungan yang dimiliki seseorang
    Menurut Brehm dkk (2002) hubungan seseorang yang tidak adekuat akan menyebabkan seseorang tidak puas akan hubungan yang dimiliki. Ada banyak alasan seseorang merasa tidak puas dengan hubungan yang dimiliki, merasa tidak puas dengan hubungan yang tidak adekuat. Rubenstein dan Shaver (1982) menyimpulkan beberapa alasan yang banyak dikemukakan oleh orang yang kesepian, yaitu sebagai berikut:

    • Being unattached; tidak memiliki pasangan, tidak memiliki partner seksual, berpisah dengan pasangannya atau pacarnya.
    • Alienation; merasa berbeda, merasa tidak dimengerti, tidak dibutuhkan dan tidak memiliki teman dekat.
    • Being Alone; pulang ke rumah tanpa ada yang menyambut, selalu sendiri.
    • Forced isolation; dikurung di dalam rumah, dirawat inap di rumah sakit, tidak bisa kemana-mana.
    • Dislocation; jauh dari rumah (merantau), memulai pekerjaan atau sekolah baru, sering pindah rumah, sering melakukan perjalanan (dalam Brehm dkk, 2002).

    Dua kategori pertama dapat dibedakan menurut tipe kesepian dari Weiss yaitu isolasi emosional (being unattached) dan isolasi sosial (alienation). Kelima kategori ini juga dapat dibedakan berdasarkan penyebabnya yaitu being unattached, alienation dan being alone disebabkan oleh karaktersitik individu yang kesepian, sedangkan forced isolation dan discolation disebabkan oleh karakteristik orang-orang yang berada di sekitar lingkungan individu yang merasa kesepian.

  2. Terjadi perubahan terhadap apa yang diinginkan seseorang dari suatu hubungan
    Menurut Brehm dkk (2002) kesepian juga dapat muncul karena terjadi perubahan terhadap apa yang diinginkan seseorang dari suatu hubungan. Pada saat tertentu hubungan sosial yang dimiliki seseorang cukup memuaskan. Sehingga orang tersebut tidak mengalami kesepian. Tetapi di saat lain hubungan tersebut tidak lagi memuaskan karena orang itu telah merubah apa yang diinginkannya dari hubungan tersebut.

    Menurut Peplau (dalam Brehm dkk, 2002), perubahan itu dapat muncul dari beberapa sumber yaitu:

    • Perubahan mood seseorang. Jenis hubungan yang diinginkan seseorang ketika sedang senang berbeda dengan jenis hubungan yang diinginkan ketika sedang sedih. Bagi beberapa orang akan cenderung membutuhkan orangtuanya ketika sedang senang dan akan cenderung membutuhkan teman-temannya ketika sedang sedih.

    • Usia, seiring dengan bertambahnya usia, perkembangan seseorang membawa berbagai perubahan yang akan mempengaruhi harapan atau keinginan orang itu terhadap suatu hubungan.

    • Perubahan situasi. Banyak orang tidak mau menjalin hubungan emosional yang dekat dengan orang lain ketika sedang membina karir. Ketika karir sudah mapan orang tersebut akan dihadapkan pada kebutuhan yang besar akan suatu hubungan yang memiliki komitmen secara emosional.

    Brehm dkk (2002) menyimpulkan bahwa pemikiran, harapan dan keinginan seseorang terhadap hubungan yang dimiliki dapat berubah. Jika hubungan yang dimiliki orang tersebut tidak ikut berubah sesuai dengan pemikiran, harapan dan keinginannya maka orang itu akan mengalami kesepian.

  3. Self-esteem
    Kesepian berhubungan dengan self-esteem yang rendah. Orang yang memiliki self-esteem yang rendah cenderung merasa tidak nyaman pada situasi yang beresiko secara sosial. Dalam keadaan seperti ini orang tersebut akan menghindari kontak-kontak sosial tertentu secara terus menerus akibatnya akan mengalami kesepian.

  4. Perilaku interpersonal
    Perilaku interpersonal akan menentukan keberhasilan individu dalam membangun hubungan yang diharapkan. Dibandingkan dengan orang yang tidak mengalami kesepian, orang yang mengalami kesepian akan menilai orang lain secara negatif, tidak begitu menyukai orang lain, tidak mempercayai orang lain, menginterpretasikan tindakan orang lain secara negatif, dan cenderung memegang sikap-sikap yang bermusuhan. Orang yang mengalami kesepian cenderung terhambat dalam keterampilan sosial, cenderung pasif bila dibandingkan dengan orang yang tidak mengalami kesepian dan ragu-ragu dalam mengekspresikan pendapat di depan umum.

    Orang yang mengalami kesepian cenderung tidak responsif dan tidak sensitif secara sosial. Orang yang mengalami kesepian juga cenderung lambat dalam membangun keintiman dalam hubungan yang dimilikinya dengan orang lain. Perilaku ini akan membatasi kesempatan orang itu untuk bersama dengan orang lain dan memiliki kontribusi terhadap pola interaksi yang tidak memuaskan (Peplau & Perlman, Saks & Krupart, dalam Brehm dkk, 2002).

  5. Atribusi penyebab
    Menurut pandangan Peplau dan Perlman (dalam Brehm dkk, 2002) perasaan kesepian muncul sebagai kombinasi dari adanya kesenjangan hubungan sosial pada individu ditambah dengan atribusi penyebab. Atribusi penyebab dibagi atas komponen internal-eksternal dan stabil-tidak stabil.

Referensi

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/30274/Chapter%20II.pdf?sequence=4&isAllowed=y

Kesepian didefinisikan sebagai perasaan kehilangan dan ketidakpuasan yang dihasilkan oleh ketidaksesuaian antara jenis hubungan sosial yang diinginkan dan jenis hubungan sosial yang dimiliki (Perlman dan Peplau dalam Taylor, Peplau dan Sears, 2012).

Hampir semua orang pernah mengalami kesepian namun perasaan tersebut akan berbeda antara satu individu dengan individu lainnya. Kesepian merupakan sebuah perasaan terputus atau terpisahkan dari orang lain, dan juga kekurangan kontak sosial dengan orang lain (Hays dan DiMatteo, 1987).

Kesepian terjadi karena adanya perasaan terasing dan keadaan tidak menyenangkan yang dipersepsikan seseorang akibat tidak terpenuhinya kebutuhan akan hubungan sosial ataupun hubungan interpersonal pada dirinya.

Pendekatan dalam Memahami Kesepian

Menurut Peplau dan Perlman (1982), dalam mempelajari kesepian terdapat tiga dimensi kesepian yang dikembangkan oleh para ahli, yaitu :

  1. Pendekatan Kebutuhan akan Keintiman
    Perasaan kesepian muncul ketika tidak terpenuhinya kebutuhan pada diri seseorang untuk merasakan kepuasan dalam berhubungan dengan orang lain. Weiss (dalam Peplau dan Perlman, 1982) mengatakan bahwa kesepian disebabkan bukan karena sendirian tetapi tidak adanya hubungan yang diperlukan, kesepian selalu terlihat sebagai tanggapan kepada ketidak hadiran dari beberapa jenis hubungan tertentu.

  2. Pendekatan Proses Kognitif
    Kesepian timbul bila seseorang dalam mempersepsikan dan mengevaluasi hubungan sosialnya menemukan bahwa terdapat kesenjangan antara apa yang diinginkan dengan apa yang berhasil ia capai. Sermat (dalam Peplau dan Perlman, 1982) menyatakan bahwa kesepian adalah suatu pertentangan pengalaman antara jenis hubungan antar pribadi, individu merasa dirinya dimiliki pada suatu ketika, dan jenis hubungan yang ingin dimilikinya, dalam kaitan dengan pengalaman masa lalunya atau beberapa status ideal yang tidak pernah dialaminya.

  3. Pendekatan Penguatan Sosial
    Pendekatan penguatan sosial lebih menekankan bahwa kesepian disebabkan oleh kurangnya penguatan (reinforcement) dari lingkungan sosial. Hubungan sosial adalah suatu reinforcement, bila dalam interaksi sosial hal itu kurang diperoleh, maka akan mengakibatkan seseorang merasa kesepian. Young (dalam Peplau dan Perlman, 1982) mengemukakan definisi kesepian sebagai ketiadaan dalam memuaskan hubungan sosial, yang diikuti oleh gejala psikologikal distress yang dihubungkan dengan fakta atau perasaan ketiadaan, dalam mengusulkan hubungan sosial itu dapat diperlakukan sebagai kelas penguatan tertentu, oleh karena itu kesepian dapat dipandang pada sebagian orang sebagai tanggapan kepada ketiadaan penguatan sosial.