Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kesepian?

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesepian

Kesepian atau loneliness adalah suatu keadaan mental dan emosional yang dicirikan dengan perasaan kehampaan, merasa sunyi, tidak memiliki teman, terisolasi dan tidak adanya seseorang yang memahami akibat dari ketidaksesuaian hubungan sosial yang diharapkan dengan kenyataan kehidupan interpersonal yang menyebabkan terhambatnya atau berkurangnya hubungan sosial yang dimiliki seseorang.

Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi Kesepian ?

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesepian


Faktor-faktor kesepian tiap para ahli berbeda-beda. Ilhan (2012) menunjukkan faktor kesepian yaitu:

1. Kekurangan Keterampilan Komunikasi dan Ketrampilan Sosial

Kemampuan sosial memiliki korelasi terhadap kesepian (Zeedyk, Cohen, Eisenhower dan Blacher, 2016). Orang yang kesepian mengalami kekurangan keterampilan sosialyang merupakan dasar dalam intimasi dan keberlanjutan suatu hubungan (Segrin, 1998; Jin dan Park, 2012). Keterampilan sosial ini berhubungan dengan keterampilan komunikasi yang juga berhubungan dengan kesepian. Orang kesepian, memiliki permasalahan dengan komunikasi interpersonal dan hubungan. Orang kesepian, lebih sedikit berbicara, menunjukkan sedikit perhatian dan keterlibatan pada orang lain, serta memiliki keterbukaan diri ( self disclosure ) yang terlalu tinggi atau rendah yang salah selama percakapan (Jin dan Park, 2012).

2. Ekspektasi Negatif

Saat ekspektasi dalam suatu hubungan tidak terpenuhi (Griffin, 2010; Zhang, Fan, Huang dan Rodriguez, 2016), tubuh akan mulai memberikan sinyal bahwa ada sesuatu yang salah, yang disebut sebagai ancaman fisik (Griffin, 2010).

3. Pemrosesan Kognitif yang Berlebihan

Kesepian merupakan keadaan pikiran yang berkelanjutan dan menyakitkan (Heinrich dan Gullone, 2006; Junttila, Laakkonen, Niemi, dan Ranta, 2014). Psikolog percaya bahwa remaja mudah diserang kesepian karena otak remaja sedang berkembang. Otak remaja bekerja membuat kemajuan dan remaja mungkin salah mengartikan sinyal sosial dan emosi orang lain (Griffin, 2010). Orang yang kesepian melihat diri dan orang lain lebih negatif (tidak berteman) dari pada orang yang tidak mengalami (Tsai dan Reis, 2009; Jin dan Park, 2012).

4. Perasaaan Malu

Kesepian memiliki hubungan positif dengan perasaan malu (Cheek dan Busch, 1981; Jin dan Park, 2012). Orang yang pemalu, cenderung menganggap hubungan yang dimiliki kurang suportif dan kurang memuaskan (Parrot, 2000; Bian dan Laung, 2014). Perasaan malu merupakan gambaran dari kurangnya keterampilan sosial yang menyebabkan seseorang mengalami penolakan teman sebaya dan kesulitan untuk memperoleh teman dekat (Greco dan Morris, 2005; Jin dan Park 2012).

5. Afiliasi tanpa Kepercayaan

Berdasarkan riset, orang yang mengalami kesepian kurang percaya terhadap orang lain (Demirli dan Demir, 2014). Terrell, dkk (2000; Jakobsson dan Hallberg, 2005; Demirli dan Demir, 2014) menunjukkan bahwa di beberapa budaya, perempuan lebih tidak percaya pada orang baru dan lebih mengalami kesepian dibanding laki-laki.

6. Persepsi Kekurangan Dukungan Sosial

Orang yang kesepian mungkin kurang memiliki keterikatan dengan dukungan sosial atau memiliki standar yang tinggi terhadap hubungan sosial yang dimiliki (Thamboo, 2016). Persepsi terhadap dukungan sosial berupa penerimaan dan kepedulian (seperti, empati, perhatian maupun cinta) memiliki hubungan dengan kesepian seseorang (Kang, Park, dan Wallace, 2016).

7. Ketidaknyamanan dalam Struktur Keluarga

Banyak riset menunjukkan bahwa terdapat beberapa aspek yang berbeda dalam keluarga yang berhubungan dengan kesepian (Feeny, 2006; Uruk dan Demir, 2003; Demirli dan Demir, 2014). Lingkungan keluarga digambarkan sebagai interaksi dengan keluarga yang memiliki dampak besar dalam perkembangan pola kelekatan individu (Junttila, Vauras, dan Laakkonen, 2007), sebaik pengaruhnya pada psikologis dan fungsi sosio-emosional (Laible, 2007; Demirli dan Demir, 2014), yang termasuk pikiran kelekatan aman dan kedekatan hubungan dengan anggota keluarga lainnya, seperti hubungan pertemanan dan hubungan romantis (Demirli dan Demir, 2014).

Menurut Peplau dan Perlman (1981) faktor yang berperan dalam timbulnya kesepian, yaitu precipitating event, predisposing dan maintaining factors . Faktor-faktor personal maupun situasional dapat meningkatkan kerentanan seseorang terhadap kesepian, misalnya saja karakteristik pribadi tertentu seperti orang yang pemalu, introvert, rendahnya kemampuan sosial, nilai-nilai budaya, dan sebagainya.

Sedangkan, Nevid dan Rathus (2016) membagi beberapa faktor penyebab munculnya perasaan kesepian pada individu, sebagai berikut:

1. Kekurangan Keterampilan Sosial

Keterampilan sosial mempengaruhi kehidupan seperti kemampuan hidup yang digunakan setiap hari. Keterampilan sosial digunakan untuk membangan suatu hubungan dengan orang lain (Lv dan Takami, 2015). Individu loneliness kurang peka terhadap perasaan orang lain, atau tidak tahu cara menjalin pertemanan dengan orang lain, maupun ketidak tahuan cara dalam menghadapi perbedaanperbedaan yang terjadi (Nevid dan Rathus, 2016).

2. Kurang Berminat Terhadap Orang Lain

Kesepian berhubungan dengan minat individu terhadap orang lain. Orang kesepian dapat diatasi menggunakan penurunan ketidaktertarikan seseorang untuk menjalin hubungan pertemanan baru (Lucas, Knowles, Gardner, Molden dan Jefferis, 2009; Junttila, Laakkonen, Niemi, dan Ranta, 2014).

3. Kurang Empati

Kekurangan empati dan kekurangan pemahaman terhadap orang lain merupakan sumber yang dapat membuat orang mengalami kesepian (Vasileiou, dkk., 2017).

4. Self-Criticism

Self-criticism yang tinggi dalam interaksi sosial dan kegagalan ekspektasi dalam menjalin hubungan dengan orang lain berkaitan dengan perasaan kesepian (Nevid dan Rathus, 2016). Self critical memiliki korelasi yang bertentangan dengan self compassion . Self compassion memiliki dampak pada penurunan loneliness . Orang yang memiliki self compassion tinggi tidak menghakimi dan mengkritik diri sendiri ketika terjadi kejadian yang tidak diharapkan (Atkin, 2010).

5. Ketakutan Ditolak

Kesepian memiliki hubungan dengan kecemasan sosial dan fobia sosial. Orang yang kesepian mengalami ketakutan untuk dievaluasi orang lain secara negatif (Al-Khatib, 2012; Junttila, Laakkonen, Niemi, dan Ranta, 2014).

6. Kegagalan dalam Memperoleh Informasi Tentang Teman-Teman

Orang yang kesepian biasanya salah memperoleh informasi tentang seseorang yang potensial menjadi temannya (Rathus, 2012), sehingga seseorang gagal dalam menjalin hubungan interpersonal dengan orang lain (Heinrich dan Gullone, 2006).

7. Berpikiran sinis tentang hubungan manusia

Menurut pendekatan kognitif menekankan bahwa kesendirian seseorang cenderung melihat dunia dalam sisi gelap. Individu yang kesepian lebih berpikiran negatif daripada orang-orang yang tidak kesepian tentang orang-orang, kejadian, dan keadaan di dunia, serta lebih sering menyalahkan diri sendiri saaat tidak mampu mencapai kepuasan hubungan sosial yang diinginkan (Baumeister dan Vohs, 2007). Ketidaksesuaian persepsi merupakan inti dari timbulnya kesepian (Baumeister dan Vohs, 2007; Nevid dan Rathus, 2016).

8. Kebutuhan yang Ingin Dipenuhi

Kebutuhan yang ingin dipenuhi merupakan ciri dari kesalahan dalam persepsi pada orang lain yang menganggap orang lain tidak peduli tidak ramah dalam tahap pertama saat menjalin hubungan pertemanan (Nevid dan Rathus, 2016).

9. Sikap Pesimis

Orang yang kesepian memiliki hubungan dengan sikap pesimis. Beberapa kasus menunjukkan bahwa percobaan interaksi sosial pada orang kesepian cenderung menurun dan menjadi kurang efektif, dan sikap pesimis sosial tetap terus meningkat (Al-Khatib, 2012).

10. Eksternal Locus of Control

Eksternal Locus of Control , yaitu kepercayaan bahwa takdir sulit untuk dikontrol (Nevid dan Rathus, 2016).

11. Kekurangan Sense

Terhadap Komunitas Mahasiswa yang tinggal di lingkungan kampus yang baru, orang-orang tua yang ditinggal keluarga, teman, maupun orang-orang kepercayaan cenderung mengalami kekurangan sense of community (Nevid dan Rathus, 2016).

Berdasarkan beberapa pendapat ahli tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kesepian, dalam penelitian ini faktor yang digunakan berasal dari Ilhan (2012), yaitu, kekurangan keterampilan komunikasi dan ketrampilan sosial, ekspektasi negatif, pemrosesan kognitif yang berlebihan, perasaaan malu, afiliasi tanpa kepercayaan, persepsi kekurangan dukungan sosial, dan ketidaknyamanan dalam struktur keluarga.

Faktor Penyebab Kesepian

Menurut Brehm, dkk (2002), terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kesepian pada seseorang, yaitu:

1. Ketidakadekuatan dalam hubungan yang dimiliki seseorang .

Hubungan seseorang yang tidak adekuat akan menyebabkan seseorang tidak puas akan hubungan yang dimiliki. Ada banyak alasan seseorang merasa tidak puas dengan hubungan yang dimiliki, merasa tidak puas dengan hubungan yang tidak adekuat.

2. Terjadi perubahan terhadap apa yang diinginkan seseorang dari suatu hubungan .

Kesepian juga dapat muncul karena terjadi perubahan terhadap apa yang diinginkan seseorang dari suatu hubungan. Pada saat tertentu hubungan sosial yang dimiliki seseorang cukup memuaskan. Sehingga orang tersebut tidak mengalami kesepian. Tetapi di saat lain hubungan tersebut tidak lagi memuaskan karena orang itu telah mengubah apa yang diinginkannya dari hubungan tersebut.

3. Self-esteem .

Kesepian berhubungan dengan self-esteem yang rendah. Orang yang memiliki self-esteem yang rendah cenderung merasa tidak nyaman pada situasi yang beresiko secara sosial. Dalam keadaan seperti ini orang tersebut akan menghindari kontak-kontak sosial tertentu secara terus menerus akibatnya akan mengalami kesepian.

4. Perilaku interpersonal .

Kesepian juga disebabkan oleh perilaku interpersonal akan menentukan keberhasilan individu dalam membangun hubungan yang diharapkan. Dibandingkan dengan orang yang tidak mengalami kesepian, orang yang mengalami kesepian menilai orang lain secara negatif, tidak begitu menyukai orang lain, tidak mempercayai orang lain, menginterpretasikan tindakan orang lain secara negatif, dan cenderung memegang sikap-sikap yang bermusuhan.

Terdapat dua kondisi yang menyebabkan terjadinya kesepian (Peplau dan Perlman, 1982). Kondisi pertama adalah kejadian yang memicu terbentuknya perasaan tersebut. Kondisi kedua adalah faktor-faktor yang mendahului dan yang mempertahankan perasaan kesepian dalam jangka waktu yang cukup lama.

  • Faktor-faktor pemicu
    Di bawah ini yang termasuk dalam kejadian pemicu adalah adanya perubahan dalam hubungan sosial seseorang yang sebenarnya sehingga hubungan sosial yang dijalankan seseorang itu jauh dari apa yang diharapkannya, yaitu:
  1. Berakhirnya suatu hubungan dekat seperti kematian, perceraian, putus cinta, serta perpisahan secara fisik yang kadang membawa kita ke arah kesepian.
  2. Faktor kualitas dari hubungan sosial yang rendah. Perubahan dalam kebutuhan atau keinginan sosial seseorang juga dapat menyebabkan kesepian.
  3. Lingkungan kehidupan berubah dalam kapasitas seseorang atau keinginan dalam hubungan sosial mungkin mempercepat munculnya kesepian, jika tidak dibarengi dengan kemampuan untuk menyesuaikan diri dalam suatu hubungan yang sebenarnya.
  4. Faktor perubahan situasional juga dapat menimbulkan kesepian.
  • Faktor-faktor yang mendahului dan mempertahankan
    Faktor-faktor yang mendahului dan mempertahankan adalah factor kepribadian dan situasional yang dapat meningkatkan munculnya kesepian. Faktor yang juga dapat mempersulit seseorang yang kesepian untuk membangun kembali hubungan sosial yang memuaskan. Karakteristik kepribadian yang berperan dalam berkembangnya perasaan kesepian pada diri seseorang diantaranya:
  1. Harga diri yang rendah : Konsep harga diri berkaitan dengan konsep diri, yaitu prestasi, ide, dan sikap individu terhadap dirinya sendiri, harga diri adalah bagaimana seseorang menilai dirinya. Bila seseorang selalu merasa kesepian, maka ia akan bersikap sebagai orang yang kesepian.

  2. Kecemasan sosial : Berdasarkan penelitian, orang yang merasa kesepian mengalami kesulitan bersosialisasi dan menggambarkan dirinya sebagai orang memiliki masalah perilaku, seperti merasa terabaikan dan kurang mampu membuka diri pada orang lain.

  3. Perasaan malu : Berdasarkan penelitian, seseorang yang malu merasa lebih gugup bila berada ditengah orang dan situasi yang baru dikenalinya, karena sulit untuk menilai perkenalan baru. Perasaan malu tersebut akhirnya menimbulkan kesepian. Dalam hal ini, secara umum orang yang kesepian tampaknya terjebak dalam suatu spiral sosial. Ia menolak orang lain, kurang terampil dalam bidang sosial dan dalam kasus-kasus tertentu juga ditolak oleh orang lain. Tanpa memperhatikan dari mana pola ini berawal, semua komponen tersebut dapat membuat kehidupan sosial orang yang bersangkutan menjadi lebih sulit dan kurang menguntungkan.