Pertanian Tanpa Pestisida, Bisakah Tetap Produktif?

image
Menurut peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1973 Pengertian pestisida adalah semua zat kimia atau bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk :
1.Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit-penyakit yang merusak tanaman atau hasil-hasil pertanian.
2.Memberantas rerumputan.
3.Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan tanaman atau bagia-bagian tanaman, tidak termasuk pupuk.
4.Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan peliharaan dan ternak.
5.Memberantas dan mencegah hama-hama air.
6.Memberikan atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam rumah tangga, bangunan dan alat-alat pengangkutan, memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan pada tanaman, tanah dan air.

Penggunaan pestisida dalam jangka panjang memiliki dampak buruk terhadap bumi, walau penggunaan pestisida ini telah berperan penting dalam menyediakan ketahanan pangan saat populasi terus bertambah. Semakin banyak permasalahan baru yang lebih besar karena penggunaan pestisida yang berkepanjangan, salah satunya adalah kesehatan masyarakat yang memburuk dan penipisan keanekaragaman hayati akibat pestisida.
Menurut Youdics, apakah realistis untuk meninggalkan pestisida dan mencari alternatif? Dapatkah seluruh manusia di bumi terpenuhi kebutuhan pangannya tanpa pestisida?

Bisa.
Mungkin bisa dimulai dengan membreakdown makna produktif itu sendiri, produktif artinya mendapatkan hasil sesuai dengan tujuan, jika dibawa ke ranah pertanian maka produktif artinya tanaman tersebut mampu menghasilkan produksi tanaman dengan baik dan menguntungkan petani.
Pertanyaannya, apakah dengan serba organik (termasuk pestisida) pertanian kita tetap produktif? YA ,TETAP BISA. Justru dengan beralih dan mengurangi penggunaan pestisida kimia, produktivitas tanah akan menngkat. Tanah yang telah tercemar bahan kimia pestisida pasti akan membunuh mikroorganisme baik di dalam tanah, cacing misalnya. Jika cacing sebagai penyedia unsur hara mati, maka produktivitas tanah akan menurun, tanah akan menjadi ‘sakit’, sehingga berdampak juga pada menurunnya produktivitas tanaman. Selain itu, penggunaan pestisida kimia yang masif akan meningkatkan resistensi (kebal) hama dan penyakit tanaman (HPT), sehingga dalam jangka panjang akan menyebabkan resurgensi (ledakan hama) yang pada akhirnya akan membuat petani kelabaan.

Memang sekilas, dalam jangka pendek pestisida organik dan alternatif non kimia lainnya memiliki tingkat efektivitas yang rendah, tetapi, dalam rangka meyambut bonus demografi pada tahun 2030, maka kita harus berbicara pertanian dalam jangka panjang. Dalam jangka panjang, implementasi pertanian organik akan meningkatkan produktivitas tanamna pangan di Indonesia, tanah akan menjadi subur karena minimnya kandungan zat kimia di dalamnya. Sebetulnya, sah-sah saja kok kalau mau pakai pestisida atau pupuk kimia, tapi, harus dengan catatan, harus sesuai dosis. Petani-petani kita selama ini mengabaikan dosis karena beranggapan ‘semakin banyak, maka semakin cepat menunjukkan hasilnya’ padahal faktanya, tidak demikian. Maka dari itu, peran penyuluhan dan pendampingan sangat diperlukan untuk menjaga konsistensi petani untuk beralih dari pertanian konvensional menuju pertanian organik. FROM FARM TO FORK.

Saya setuju dengan pernyataan di atas. Penggunaan pestisida dalam jumlah banyak dan berkepanjangan akan memberikan dampak buruk bagi tanah, tanaman, hewan, bahkan manusia. Bahkan tidak menutup kemungkinan di masa depan akan banyak lahan pertanian yang tidak digunakan, karena unsur hara yang terkandung telah hilang sepenuhnya. Tentu saja ini akan merugikan manusia dan membuat manusia kekurangan bahan pangan nabati. Saat ini alternatif untuk mengusir hama dan mengembalikan unsur hara pada tanah sudah banyak dimana bahan-bahannya mudah ditemukan lebih ramah lingkungan.

Sebagai saran, sebaiknya penggunaan pestisida dan pupuk kimia dikurangi dan dibarengi dengan penggunaan pupuk organik dan bahan alami lain untuk mengusir hama.

Pertanian bisa tetap produktif tanpa adanya peptisida dan kualitas hasil pertanian bagus, dengan menggunakan metode tanaman Hidroponik. Cara ini terbilang efektif, karena memiliki kelebihan tidak banyak memakan banyak lahan, tidak menggunakan peptisida, hasil panen lebih cepat, dan harga jualnya lebih tinggi karena hasil panen organik.
4103276443

Metode tanaman Hidroponikpun ada berbagai macam Wick System, Ebb & Flow System, NFT (Nutrient film Technique) System, Aeroponic System, Drip System, dan Water Culture System . Ada banyak jenis tanaman yang dapat ditanam dalam metode hidroponik dari sayuran hingga buah.

2021-09-05T19:05:00Z

KK Sosmed Prodcast - Elisabeth Maranatha

Bisa. Malah saya bisa katakan akan jauh lebih produktif.

Seperti yang disampaikan oleh kak @Elisabethmaranatha, teknologi bermain penting disini. Jika kita pernah dengar, ada yang namanya vertical culture atau vertical farming. Dengan bantuan teknologi di setiap tahapannya, mulai dari pra-tanam hingga pasca panen, semua komponen-komponen yang mendukung pertumbuhan ditanam dikontrol sedemikian hingga tidak ada yang namanya limited use atau over use.

Mengapa di lahan konvensional para petani masih mengandalkan pestisida? karena mereka hanya modal perkiraan saja. Tidak ada acuan yang digunakan untuk mendeteksi apakah tanaman itu benar-benar kurang air atau terserang hama atau lain-lain. Akhirnya yang sering terjadi adalah over use. Namun dengan memanfaatkan Artifical Intelligence dan tingkat steril yang tinggi, dalam produksinya nanti tidak dipengaruhi oleh cuca dan iklim.