Dictio Moviephile Community : Rasisme pada film Green Book (2019)

setuju kak, Dr. don berusaha mengatakan pada dunia kalau kulit hitam juga bisa maju, kalau mereka mau, dan tidak semuanya orang kulit hitam itu bodoh, Dr, Don juga berusaha untuk merubah pandangan orang kulit hitam kalau mereka bisa buat maju,

1 Like

Benar banget kak, Dr, don juga mengajarkan Toni untuk lebih sopan dalam berbicara dan bersikap, di bagian Dr. Don saat mengajarkan Tony nulis surat adalah bagian yang paling mengharukan, menurut saya

1 Like

Film ini menggambarkan bahwa rasis di Amerika ditahun itu sangat kuat, diskrisminasi yang diterima Dr Don Shirley sangat parah bahkan menyangkut hal hal kecil, salah satunya saat scene dimana Tony dan Dr Shirley pergi ke toko penjahit, Tony melihat setelan yang menurutnya cocok dengan Dr Shirley dan menunjukkan padanya, sang penjahit mengira jas itu akan dikenakan Tony dan dengan senang hati mengarahkan Tony ke ruang ganti. Namun saat tahu jas itu untuk Shirley, penjahit tersebut langsung tidak memperbolehkan Shirley mencobanya. Disini digambarkan bahwa Shirley yang bisa menghadapi mereka yang rasis terhadapnya merubah pandangan Tony terhadap kulit hitam.

1 Like

Tidak di negara Amerika saja kak, kalau menurut saya, rasis sampai sekarang masih ada, walau pun tidak terlalu kentara, tapi untuk beberapa negara maju biasa masih ada dengan sistem bullying.

1 Like

Menurut saya, film ini sangat-sangat keren karena mengangkap tema tentang rasisme yang terjadi di Amerika tahun 60-an dimana saat itu terjadi rasisme yang sangat parah terhadap kulit hitam. Di Amerika tahun 60-an yang mengganggap orang kulit hitam hina dan dipandang rendah yang tidak pantas atau tidak bisa diterima oleh warga negara Amerika. Dalam film ini menyajikan orang berkulit hitam sebagai orang yang memilki profesi yang bagus namu tetap diperlakuakn tidak baik.Walaupun begitu tetap ada yang membela dan menerima orang berkulit hitam. Dan juga orang berkulit hitam dalam film ini merupakan bos dari orang berkulit putih. Disini kita menerima banyak sekali makna dan pesan dalam film ini bahwa kita tidak boleh memandang rendah orang berkulit hitam, kita harus saling menghargai dan juga menghormati walaupun berbeda jenis kulit, ras maupun agama. Karena baik orang berkulit hiutam atau putih dapat hidup dengan damai di dunia ini.

1 Like

Film Green Book menyuguhkan realitas masyarakatAmerika tahun 1960-an yang masih belum seluruhnya bisa “open” terhadap masyarakat kulit hitam,namun menariknya disini adalah karaketerisasi dari pemainnya, Tony Lip yang merupakan seorang kulit putih keturunan Italia namun merupakan pria yang tidak berpendidikan dan senang berkata kasar sementara Don Shirley yang berkulit hitam adalah pria yang berbudi pekerti baik dan berpendidikan.

1 Like

Rasisme di film ini memang benar-benar gambaran nyata rasisme di Amerika tahun 1960-an yang sedang parah-parahnya, mulai dari restoran-restoran dan toko-toko yang punya ‘white-only policy’, polisi-polisi yang mencari-cari kesalahan orang kulit hitam, sindiran-sindiran rasis, kekerasan dan masih banyak lagi yang lainnya. Bahkan pada awalnya Tony juga seperti despise orang kulit hitam yang datang ke rumahnya untuk memperbaiki pipa, meskipun pada akhirnya Don dan Tony berteman baik (which is the most precious thing:’)). Pada intinya, orang-orang berkulit hitam dianggap lebih rendah derajatnya sehingga banyak dilarang melakukan ini-itu.

1 Like

Rasisme disini sangat kental. Miris karena kulit hitam selalu dipandang rendah dan diperlakukan layaknya bukan manusia. Tetapi di film ini bisa menunjukkan bahwa kulit hitam itu bisa menjadi sesuatu. Aku berharap film ini bisa di tonton banyak orang karena makna dari film ini bagus sekali dan berharap semoga tidak ada lagi rasisme.

1 Like

Menurut saya tentang rasisme yang ada pada film green book ini yaitu ketika orang berkulit hitam dianggap rendah dan tidak ada nilainya sama sekali dimata masyarakat, banyak yg memandang sebelah mata hanya karna ras saja, dan dalam film ini membuktikan bahwa orang berkulit hitam tidak seburuk yang biasa masyarakat pikirkan, bahkan memiliki sifat yang baik. Dan menjadi pelajaran dalam film ini tidak menilai manusia lain hanya dengan tampilan luarnya saja.

1 Like

Rasisme terhadap orang kulit hitam di Amerika masih banyak. Orang kulit hitam dipandang rendah dan dikucilkan oleh masyarakat, tetapi dalam film ini , menunjukkan bahwa orang kulit hitam bisa berteman dan bekerja sama dengan orang kulit putih. Film ini sangat bagus untuk ditonton.

1 Like

Film yang menarik, mengingat sejarah rasisme di Amerika Serikat sudah sangat lama terjadi bahkan hingga yang terbaru terjadi di bulan Mei 2020 lalu, kasus rasisme terhadap George Floyd. Terlihat bahwa ras kulit hitam digambarkan dengan streotype tidak berpendidikan, kotor, dan kelas bawah kemudian streotype itu berubah menjadi rasisme ketika diwujudkan dalam aksi kekerasan. Film juga menggambarkan bahwa ras kulit putih merasa superior, ras yang dikenal berpendidikan, beretika, dan gaya hidup kelas atas, padahal realitanya tidak semua ras kulit hitam dan putih demikian. Ras tidak seharusnya dijadikan acuan bagaimana memperlakukan orang.

1 Like

Dalam Film ini penggambaran rasisme sangatlah vokal dan jelas. Dimana film ini mengangkat isu rasisme kulit hitam di Amerika. Dimana sosok Tony yang merupakan orang berkulit putih dapat bersifat seenak bebas aturan sedangkan Don yang merupakan orang kulit hitam memiliki “green books” tersebut. Dalam film inilah terjadi rotasi dimana kebalikan dari isu rasisme kulit hitam di Amerika, Tony kini sering diperintah oleh Don untuk menaati aturan di “Green Books” tersebut. Tony yang menggangap kulit putih adalah sosok superior jelas tak mau diperintah akan tetapi dengan banyaknya kalangan kulit hitam yang kaya raya baik dari materiil dan rohani serta pada kecerdasan.

Seakan film ini menyatakan perubahan perlahan dari distopia dunia.

1 Like

Film komedi yang bagus yang mana berhasil dengan baik dalam menggambarkan bagaimana Shirley (hitam) menyesuaikan perilakunya agar lebih dapat diterima oleh kebanyakan orang kulit putih yang berkumpul untuk mendengarnya bermain, meskipun seperti yang dia tahu, begitu dia meninggalkan panggung dia kembali menjadi hanya “Negro” lain di mata mereka.

Senyumannya yang tegang dan pedih di akhir setiap set panggung adalah buktinya. Ini adalah pengingat yang gamblang akan tradisi lama politik kehormatan Amerika. Dan film ini menjadi yang terbaik ketika Tony dan Shirley menemukan batas-batas politik itu, dan belajar bagaimana menantang status quo yang didefinisikan kulit putih. Sangat bagus. :sunglasses:

1 Like

Sepakat, film komedi drama yang apik. Seolah2 terbalik dari kehidupan saat itu. Ini yg bikin audiens nonton seperti baru pertama kali dari silopsisme mereka.

1 Like

Point of view yang bagus. Zaman skrg memang keras masihan, tapi sudah hampir banyak juga yang aware dan membuka diri secara non eksklusif pada lingkungan gak awam salah satunya kulit hitam. Orang jerman yg misal saya contohkan banyak membuka refugees/migran dari beda kulit. AS masih terasa ada sedikit.

1 Like

Gambaran rasisme di film ini sangat terlihat jelas dan nyata. Di film ini sangat terlihat bagaimana kejamnya kaum putih terhadap kaum kulit hitam. Karena begitu kejamnya rasisme di Amerika, sehingga diciptakan Green Book, buku pedoman untuk pelancong Afrika-Amerika untuk menemukan motel, restoran dan pompa bensin yang akan melayani mereka. Walaupun Tony awalnya juga cukup membenci orang kulit hitam, namun karena ia sangat membutuhkan uang, maka ia terpaksa untuk menjadi supir Don Shirley. Saat Tony pertama kali melihat Don memainkan pianonya, ia sangat kagum dengan kemampuan Don. Dan walaupun Don memiliki sifat yang bertentangan dengan Tony, Tony lama-kelamaan merasa empati dengan apa yang dialami oleh Don dan memilih untuk berteman dengan Tony. Berikut beberapa kekejaman rasisme kaum putih terhadap kaum hitam Amerika. Pertama saat Tony meminta untuk mengganti piano yang tersedia dengan piano merk Steinway yang bersih pada petugas di suatu opera, namun petugas itu menolak dan beralasan bahwa seorang negro pantas untuk mendapatkan piano yang buruk itu. Tony tidak segan-segan untuk memarahi petugas itu, memukulnya, dan memaksanya untuk mengganti piano itu dengan segera. Kedua, saat di Louisville Kentucky, Don dipukul oleh kaum kulit putih, saat ia ke suatu klub untuk minum, Tony langsung menyelamatkan Don dan membawa Don keluar dari klub, menjauhi kaum putih tersebut. Kemudian ketiga, saat Don tampil di Raleigh, North Carolina, Don dilarang oleh pemilik rumah untuk buang air kecil di rumahnya, dan menyuruh Don untuk buang air kecil di luar rumahnya di suatu WC yang sangat buruk. Keempat, saat di Macon Georgia, Don dilarang oleh pemilik toko jas untuk mencoba memakai jas yang ia inginkan, dan Don dicurigai sebagai pencuri oleh pemilik toko seorang kulit putih. Dan di Macon juga, Don dituduh sebagai seorang gay dan ditangkap oleh polisi. Kelima, saat di Memphis Tennessee, teman-teman Tony menertawakan Tony mengapa ia mau bekerja dengan Don, apakah karena kalah taruhan. Namun Don menolak tawaran pekerjaan baru dari teman-temannya tersebut. Keenam, saat di Jackson Mississippi, kepolisian memasukkan Don dan Tony tanpa alasan. Dan kepolisian menghina Don dan Tony karena memiliki darah campuran. Ketujuh, saat mereka di Birmingham Alabama, Don diberikan tempat untuk berganti baju di suatu kamar kecil yang sangat tidak layak untuk tamu opera. Don juga dilarang untuk makan di restoran tempat ia tampil itu dengan alasan mereka tidak menerima kaum kulit hitam untuk makan di restoran mereka. Bertubi-tubi Don menerima perlakuan yang sangat kejam dari kaum kulit putih, namun Don menahan semua rasa sakitnya itu. Beruntungnya ia dapat bertemu dengan Tony yang akhirnya dapat menerima ia apa adanya dan akhirnya mereka berteman selamanya hingga di akhir kematian mereka.

1 Like

Iya bener, inilah yang menjadi plot twist-nya. Di era itu mereka (kulit putih) berpikir bahwa derajat dan martabat mereka tinggi dibanding kulit hitam. Tapi, di kisah ini Don Shirley lah yang menonjolkan martabatnya dibanding Tony Lip yang bicara asal apa adanya, kasar, dan tingkahnya yang kurang dari bermartabat/berwibawa seperti mereka (kulit putih) pikir mereka seperti itu.

Iya bener. Ini lucu sih, yang mereka (kulit hitam) dianggap tidak bermartabat, malah di kisah ini kebalikannya "Tony lebih gelap perangai dibanding kulitnya dari Shirley yang sikapnya lebih putih. Ini lah yang dinamakan stereotipe itu.

Rasisme yang tergambar pada film ini sangat mempresentasikan kehadiran ornag berkulit hitam diantara orang berkulit putih yang mana menganggap berkulit hitam adalah kaum yang tidka pantas bersama orang berkulit putih. Bahkan sampai sekarang rasisme terhadap kulit hitam masih terjadi.

1 Like

Green Book
Sebuah kisah tur seorang pianis kulit hitam Dr. Don Shirley dengan seorang kulit putih berdarah Italia Tony Lip. Kisah ini sangat menarik, karena latarnya pada tahun 60-an di mana saat itu rasisme terhadap kulit hitam di Amerika masih sangat kental. Kalau bicara soal rasisme, sangat tergambarkan di film ini. Di mana salah satunya adegan Tony yang membuang gelas bekas minum orang kulit hitam.
Tapi, setelahnya Tony ditawarkan menjadi supir tur dari seorang pianis terkenal kulit hitam. Dia menerima pekerjaan itu, dan akhirnya mereka melakukan tur tersebut dan banyak sekali hal yang terjadi alias perjalanan mereka tidak mulus berhubungan dengan seorang kulit hitam yang mengelilingi kota kulit putih.
Banyak sekali perlakuan rasisme yang terbilang kejam terhadap Don Shirley. Yang paling miris adalah, walaupun Shirley terkenal, tapi dia tampil itu seolah-olah hanya sebagai penghibur istilah kasarnya. Setelah turun dari panggung, dia diperlakukan kejam lagi.
Tony membantu Shirley menghadapi rasisme terlepas dari tanggung jawabnya. Namun, semakin Shirley menyaksikan perlakuan-perlakuan kejam yang diterima Shirley, Tony menjadi semakin paham perasaan Shirley, bahkan sekali-kali Tony juga mendapat perlakuan rasis. Sehingga mereka pun saling belajar akhirnya.
Di sinilah makanya kita gak bakal tau seseorang kalau kita gak coba masukin kaki kita ke sepatu mereka, bagaimana mereka sebenarnya, apa perasaan mereka.

Rasismenya parah sih, bahkan sampai sekarang.