Dictio Moviephile Community : Rasisme pada film Green Book (2019)

Menurut saya tentang rasisme yang ada pada film green book ini yaitu ketika orang berkulit hitam dianggap rendah dan tidak ada nilainya sama sekali dimata masyarakat, banyak yg memandang sebelah mata hanya karna ras saja, dan dalam film ini membuktikan bahwa orang berkulit hitam tidak seburuk yang biasa masyarakat pikirkan, bahkan memiliki sifat yang baik. Dan menjadi pelajaran dalam film ini tidak menilai manusia lain hanya dengan tampilan luarnya saja.

1 Like

Rasisme terhadap orang kulit hitam di Amerika masih banyak. Orang kulit hitam dipandang rendah dan dikucilkan oleh masyarakat, tetapi dalam film ini , menunjukkan bahwa orang kulit hitam bisa berteman dan bekerja sama dengan orang kulit putih. Film ini sangat bagus untuk ditonton.

1 Like

Film yang menarik, mengingat sejarah rasisme di Amerika Serikat sudah sangat lama terjadi bahkan hingga yang terbaru terjadi di bulan Mei 2020 lalu, kasus rasisme terhadap George Floyd. Terlihat bahwa ras kulit hitam digambarkan dengan streotype tidak berpendidikan, kotor, dan kelas bawah kemudian streotype itu berubah menjadi rasisme ketika diwujudkan dalam aksi kekerasan. Film juga menggambarkan bahwa ras kulit putih merasa superior, ras yang dikenal berpendidikan, beretika, dan gaya hidup kelas atas, padahal realitanya tidak semua ras kulit hitam dan putih demikian. Ras tidak seharusnya dijadikan acuan bagaimana memperlakukan orang.

1 Like

Dalam Film ini penggambaran rasisme sangatlah vokal dan jelas. Dimana film ini mengangkat isu rasisme kulit hitam di Amerika. Dimana sosok Tony yang merupakan orang berkulit putih dapat bersifat seenak bebas aturan sedangkan Don yang merupakan orang kulit hitam memiliki “green books” tersebut. Dalam film inilah terjadi rotasi dimana kebalikan dari isu rasisme kulit hitam di Amerika, Tony kini sering diperintah oleh Don untuk menaati aturan di “Green Books” tersebut. Tony yang menggangap kulit putih adalah sosok superior jelas tak mau diperintah akan tetapi dengan banyaknya kalangan kulit hitam yang kaya raya baik dari materiil dan rohani serta pada kecerdasan.

Seakan film ini menyatakan perubahan perlahan dari distopia dunia.

1 Like

Film komedi yang bagus yang mana berhasil dengan baik dalam menggambarkan bagaimana Shirley (hitam) menyesuaikan perilakunya agar lebih dapat diterima oleh kebanyakan orang kulit putih yang berkumpul untuk mendengarnya bermain, meskipun seperti yang dia tahu, begitu dia meninggalkan panggung dia kembali menjadi hanya “Negro” lain di mata mereka.

Senyumannya yang tegang dan pedih di akhir setiap set panggung adalah buktinya. Ini adalah pengingat yang gamblang akan tradisi lama politik kehormatan Amerika. Dan film ini menjadi yang terbaik ketika Tony dan Shirley menemukan batas-batas politik itu, dan belajar bagaimana menantang status quo yang didefinisikan kulit putih. Sangat bagus. :sunglasses:

1 Like

Sepakat, film komedi drama yang apik. Seolah2 terbalik dari kehidupan saat itu. Ini yg bikin audiens nonton seperti baru pertama kali dari silopsisme mereka.

1 Like

Point of view yang bagus. Zaman skrg memang keras masihan, tapi sudah hampir banyak juga yang aware dan membuka diri secara non eksklusif pada lingkungan gak awam salah satunya kulit hitam. Orang jerman yg misal saya contohkan banyak membuka refugees/migran dari beda kulit. AS masih terasa ada sedikit.

1 Like

Gambaran rasisme di film ini sangat terlihat jelas dan nyata. Di film ini sangat terlihat bagaimana kejamnya kaum putih terhadap kaum kulit hitam. Karena begitu kejamnya rasisme di Amerika, sehingga diciptakan Green Book, buku pedoman untuk pelancong Afrika-Amerika untuk menemukan motel, restoran dan pompa bensin yang akan melayani mereka. Walaupun Tony awalnya juga cukup membenci orang kulit hitam, namun karena ia sangat membutuhkan uang, maka ia terpaksa untuk menjadi supir Don Shirley. Saat Tony pertama kali melihat Don memainkan pianonya, ia sangat kagum dengan kemampuan Don. Dan walaupun Don memiliki sifat yang bertentangan dengan Tony, Tony lama-kelamaan merasa empati dengan apa yang dialami oleh Don dan memilih untuk berteman dengan Tony. Berikut beberapa kekejaman rasisme kaum putih terhadap kaum hitam Amerika. Pertama saat Tony meminta untuk mengganti piano yang tersedia dengan piano merk Steinway yang bersih pada petugas di suatu opera, namun petugas itu menolak dan beralasan bahwa seorang negro pantas untuk mendapatkan piano yang buruk itu. Tony tidak segan-segan untuk memarahi petugas itu, memukulnya, dan memaksanya untuk mengganti piano itu dengan segera. Kedua, saat di Louisville Kentucky, Don dipukul oleh kaum kulit putih, saat ia ke suatu klub untuk minum, Tony langsung menyelamatkan Don dan membawa Don keluar dari klub, menjauhi kaum putih tersebut. Kemudian ketiga, saat Don tampil di Raleigh, North Carolina, Don dilarang oleh pemilik rumah untuk buang air kecil di rumahnya, dan menyuruh Don untuk buang air kecil di luar rumahnya di suatu WC yang sangat buruk. Keempat, saat di Macon Georgia, Don dilarang oleh pemilik toko jas untuk mencoba memakai jas yang ia inginkan, dan Don dicurigai sebagai pencuri oleh pemilik toko seorang kulit putih. Dan di Macon juga, Don dituduh sebagai seorang gay dan ditangkap oleh polisi. Kelima, saat di Memphis Tennessee, teman-teman Tony menertawakan Tony mengapa ia mau bekerja dengan Don, apakah karena kalah taruhan. Namun Don menolak tawaran pekerjaan baru dari teman-temannya tersebut. Keenam, saat di Jackson Mississippi, kepolisian memasukkan Don dan Tony tanpa alasan. Dan kepolisian menghina Don dan Tony karena memiliki darah campuran. Ketujuh, saat mereka di Birmingham Alabama, Don diberikan tempat untuk berganti baju di suatu kamar kecil yang sangat tidak layak untuk tamu opera. Don juga dilarang untuk makan di restoran tempat ia tampil itu dengan alasan mereka tidak menerima kaum kulit hitam untuk makan di restoran mereka. Bertubi-tubi Don menerima perlakuan yang sangat kejam dari kaum kulit putih, namun Don menahan semua rasa sakitnya itu. Beruntungnya ia dapat bertemu dengan Tony yang akhirnya dapat menerima ia apa adanya dan akhirnya mereka berteman selamanya hingga di akhir kematian mereka.

1 Like

Iya bener, inilah yang menjadi plot twist-nya. Di era itu mereka (kulit putih) berpikir bahwa derajat dan martabat mereka tinggi dibanding kulit hitam. Tapi, di kisah ini Don Shirley lah yang menonjolkan martabatnya dibanding Tony Lip yang bicara asal apa adanya, kasar, dan tingkahnya yang kurang dari bermartabat/berwibawa seperti mereka (kulit putih) pikir mereka seperti itu.

Iya bener. Ini lucu sih, yang mereka (kulit hitam) dianggap tidak bermartabat, malah di kisah ini kebalikannya "Tony lebih gelap perangai dibanding kulitnya dari Shirley yang sikapnya lebih putih. Ini lah yang dinamakan stereotipe itu.

Rasisme yang tergambar pada film ini sangat mempresentasikan kehadiran ornag berkulit hitam diantara orang berkulit putih yang mana menganggap berkulit hitam adalah kaum yang tidka pantas bersama orang berkulit putih. Bahkan sampai sekarang rasisme terhadap kulit hitam masih terjadi.

1 Like

Green Book
Sebuah kisah tur seorang pianis kulit hitam Dr. Don Shirley dengan seorang kulit putih berdarah Italia Tony Lip. Kisah ini sangat menarik, karena latarnya pada tahun 60-an di mana saat itu rasisme terhadap kulit hitam di Amerika masih sangat kental. Kalau bicara soal rasisme, sangat tergambarkan di film ini. Di mana salah satunya adegan Tony yang membuang gelas bekas minum orang kulit hitam.
Tapi, setelahnya Tony ditawarkan menjadi supir tur dari seorang pianis terkenal kulit hitam. Dia menerima pekerjaan itu, dan akhirnya mereka melakukan tur tersebut dan banyak sekali hal yang terjadi alias perjalanan mereka tidak mulus berhubungan dengan seorang kulit hitam yang mengelilingi kota kulit putih.
Banyak sekali perlakuan rasisme yang terbilang kejam terhadap Don Shirley. Yang paling miris adalah, walaupun Shirley terkenal, tapi dia tampil itu seolah-olah hanya sebagai penghibur istilah kasarnya. Setelah turun dari panggung, dia diperlakukan kejam lagi.
Tony membantu Shirley menghadapi rasisme terlepas dari tanggung jawabnya. Namun, semakin Shirley menyaksikan perlakuan-perlakuan kejam yang diterima Shirley, Tony menjadi semakin paham perasaan Shirley, bahkan sekali-kali Tony juga mendapat perlakuan rasis. Sehingga mereka pun saling belajar akhirnya.
Di sinilah makanya kita gak bakal tau seseorang kalau kita gak coba masukin kaki kita ke sepatu mereka, bagaimana mereka sebenarnya, apa perasaan mereka.

Rasismenya parah sih, bahkan sampai sekarang.

bentuk rasisme di film ini sangat menonjol dan memang dikehidupan nyata pun seperti itu sampai sekarang. dimana orang yang berkulit hitam selalu diremehkan dan seolah-olah dikucilkan dan dibully. film yg lain biasanya yg jadi majikan atau pangkatnya yg lebih tinggi itu orang yg berkulit putih, di film ini berbeda orang yg berkulit hitam ini yg pangkatnya lebih tinggi dari kulit putih. walaupun begitu, apapun jabatan,warna kulit,golongan dan lain-lain kita tidak boleh bersikap jahat kepada mereka. sikap kita harus sama" saling menghormati. tetapi kalau sudah terbawa dengan adat masing" memang susah untuk dihilangkan rasisme ini.

1 Like

Setuju, seolah-olah hak orang kulit hitam itu milik orang kulit putih di mana sudah diatur. Di buku kan lagi aturan-aturan itu.

Iya, sampai-sampai orang kulit hitam yang lain pun berpandangan sama, mereka harus bekerja keras. Mereka bingung kok bisa kulit putih jadi supir kulit hitam. Mereka udah ada mind set seperti itu. Shirley mencoba merubah mind set itu. Akhirnya dia berhasil mengangkat martabat dirinya dan senyum dengan tulus saat bermain piano.

Menurut aku gambaran rasisme dalam film ini saat supir taksi yang berkulit putih(tony lip) membawa orang yang berkulit hitam (dr.shirley) awalnya dia tidak mau karna tidak satu warna kulit, namun karena ia butuh uang maka ia bersedia membawa dr.shirley untuk ke acara2 yang jauh. Dalam perjalanan tsb mereka jadi bersahabat dan saling terbuka, namun dalam perjalnana mereka ada seorang polisi yg mencegat taksi tony lip dan menyuruh dr.shirley untuk turun dari mobil, tapi tony tidak membiarkan itu terjadi sebab skrng dr.shirley adalah sahabatnya. Tidak hanya itu saat dr.shirley ada di acara makan malam ia tidak diperbolehkan masuk karena kulitnya hitam, akhirnya ia pergi ke restoran kecil di pinggir jalan dan tony pun mengantarnya. Sayangnya acara2 dr.shirley kebayakan orang kulit putih yang menyewanya sehingga ia tidak diangga yang dianggap hanyalah permainan musiknya.

Menurutku film ini layak di apresiasi karena bisa menggambarkan cerita tentang rasisme dengan baik dan seharusnya bisa membuka mata orang banyak

Gambaran rasisme yaitu salah satu orang yang berkulit hitam yang masih dipandang sebelah mata meskipun secara konstitusi, karena orang orang masih membedakan ras.