"Budaya Ngaret" : apakah bisa dihilangkan?

image

“Ngaret” berasal dari kata dasar karet yang sering digunakan oleh kaum muda untuk menggambarkan waktu yang molor. Janjian jam dua, datang jam tiga. Ketemuan hangout bareng teman jam lima sore, baru datang dua jam kemudian. Nah hal-hal tersebut biasanya melekat pada orang yang sudah datang terlambat alias ngaret. Kebiasaan ngaret sudah menjadi tradisi yang menjamur di indonesia bukan hanya di kegiatan non-formal bahkan pada kegiatan formal juga sering terjadi.

menurut “youdics” apakah budaya ngaret ini bisa dihilangkan? siapa yang paling berperan dalam hal ini?

Ngaret karena menunda-nunda pada diri bisa banget diminimalisir atau dihilangkan. Salah satu caranya dengan modifikasi perilaku. Modifikasi perilaku seperti contoh self management. Dengan mengatur, memantau, dan memaksimalkan waktu yang kita miliki, kebiasaan ngaret bisa aja diminimalisir. Tentu yang berperan penting pada proses ini adalah diri sendiri. Niat dan komitmen menjadi kunci suksesnya meminimalisir perilaku ngaret.

Dalam konteks budaya, tentu hal ini tetap dimulai dari diri kita. Sehingga dapat menjadi contoh bagi orang sekitar agar budaya ngaret di Indonesia dapat berkurang. Pengadaan hukuman juga dapat membantu mengurangi kebiasaan ini. Dan bagi orang yang tidak ngaret dapat diberikan sebuah reward

1 Like

Budaya ngaret di Indonesia sudah menjadi suatu kebiasaan yang seringkali muncul baik di acara formal maupun non formal. Termasuk aku pribadi pun pernah mengalaminya. Hal tersebut tentunya sangat tidak baik, bahkan ketika kita hanya akan bertemu dengan kerabat, kebiasaan ngaret tersebut sangat menjengkelkan karena membuat orang lain kesal sudah menunggu lama, kemudian ditambah lagi hal itu menunjukkan bahwa kita adalah seorang yang tidak disiplin dalam manajemen waktu. Tidak hanya itu, kebiasaan ngaret pun akan membuat orang lain merasa tidak dihargai, terlebih jika mereka telah memiliki pengaturan waktu yang telah tersusun dengan baik. Maka dari itu, sebisa mungkin kita dapat datang tepat waktu sesuai janjinya.

Ada banyak faktor yang membuat seseorang memiliki kebiasaan ngaret, diantaranya seperti menganggap enteng karena dirasa jarak antara tempat tinggalnya dan tempat tujuannya sangat dekat, seringkali menunda-nunda waktu untuk pergi lebih karena tidak ingin datang lebih awal, sengaja datang telat karena tahu bahwa temannya pun akan datang telat juga seperti biasanya, tidak dapat mengatur waktu dengan baik, dan lain-lain. Namun, bukan berarti budaya ngaret tersebut tidak dapat dihilangkan, tentu saja bisa. Sebab hal tersebut dapat dikendalikan oleh diri sendiri dan juga orang lain yang bersangkutan, mau atau tidak untuk datang tepat waktu. Kita dapat mengatur waktu dengan menggunakan alarm atau membuat agenda sehingga rencana yang kita punya dapat berjalan dengan semestinya. Adapun beberapa cara lain untuk membiasakan diri agar tidak sering ngaret, dilansir dari CNN Indonesia ialah sebagai berikut.

  1. Mengetahui alasan untuk tepat waktu
  2. Mengatur keperluan pada malam hari
  3. Belajar untuk memperkirakan waktu dengan baik
  4. Jadwalkan acara 10 menit lebih awal
  5. Atur pengingat melalui ponsel pribadi
Sumber

Grab Indonesia. 2019. 5 Trik Membiasakan Diri agar Enggak Sering Ngaret. Diakses pada tanggal 30 Agustus 2021, pukul 12.00

1 Like

Istilah ngaret pasti sudah nggak asing lagi di telinga orang Indonesia. Seperti sudah jadi bagian dari kehidupan sehari-hari, ada saja hal yang nggak berjalan sesuai jadwal yang sudah ditentukan sebelumnya.Bisa dibilang hampir setiap orang di Indonesia ini pernah terlambat alias ngaret. Pertanyaannya, apakah ngaret sudah jadi bagian dari budaya di negara ini, atau masih bisa diubah sih? Kalau diteliti dari segi sosiologi dan budaya, ngaret lekat dengan masyarakat Indonesia karena pola pikirnya.

Kebiasaan menunda pekerjaan ditengarai sebagai salah satu akar budaya ngaret. Selain itu, rendahnya nilai menghargai waktu juga menjadi salah satu pertimbangan kebiasaan yang satu ini masih berkembang dalam masyarakat. Parahnya lagi, mereka yang ngaret kadang nggak memiliki rasa bersalah sudah datang terlambat dan membuat orang lain menunggu. Padahal, di negara lain yang memiliki budaya tepat waktu, terlambat satu menit saja sudah menjadi ‘dosa’ besar.

Biarpun seolah sudah jadi bagian dari budaya, tapi sebenarnya kebiasaan ngaret masih bisa diubah kok. Diawali dari milenial sebagai generasi muda yang dikenal selalu fleksibel dan mengikuti perkembangan zaman, budaya tepat waktu bisa mulai disosialisasikan kembali untuk generasi di bawahnya. Terlebih kebiasaan ngaret juga bisa merugikan diri sendiri, misalnya mengalami kegagalan dalam karier karena pekerjaan yang nggak pernah selesai sesuai target.

Memulai kebiasaan tepat waktu juga bukan hal yang susah. Awali dari hal kecil di sekitar. Semoga membantu :slightly_smiling_face:

2 Likes

Alasan yang paling sering kita dengar saat seseorang ngaret adalah macet. Memang benar beberapa jalan di kota-kota besar di Indonesia sering macet, tapi bukankah itu sudah menjadi hal yang biasa? Seharusnya orang tersebut bisa mempersiapkan diri lebih awal agar tetap bisa tepat waktu meskipun jalanan macet. Jadi, alasan macet saya rasa sudah tidak relevan lagi digunakan. Dilansir dari kompas, penyebab yang mungkin bisa memicu seseorang untuk ngaret adalah konsep waktu yang longgar di Indonesia. Kita pasti sering mendengar kata “sehabis maghrib/sehabis dzuhur” ketika menentukan jam pertemuan. Tidak adanya patokan jam yang pas memungkinkan seseorang untuk melebarkan waktu dan akhirnya, budaya ngaret pun tercipta.
Untuk mencegahnya tentu diperlukan kesadaran dalam diri masing-masing agar selalu mempersiapkan diri lebih awal. Orang yang berusaha untuk tidak ngaret pasti akan rela berangkat lebih awal demi mencegah kemungkinan terjebak macet. Namun, orang yang memang sudah berniat untuk ngaret pasti akan memanfaatkan kondisi jalanan yang macet dan konsep waktu yang longgar tadi untuk ngaret. Semuanya tergantung kepada mentalitas orang itu sendiri.

Sumber:

https://lifestyle.kompas.com/read/2019/08/17/092754820/menelusuri-budaya-ngaret-di-indonesia?page=all

1 Like

Menurut saya tentu bisa dihilangkan. asalkan dari setiap orang nya sadar diri dan ingin berubah. Biasanya ada si A yang mau menghilangka budaya ngaret sata berkumpul dengan teman-teman nya, namun ketika datang ontime teman-teman nya semua belum pada datang. Dari situ si A yang ingin berubah jadi kembali lagi datang ngaret agar teman-teman nya semua sudah hadir.

Pasti bisa! kebiasaan ngaret ini tentu saja bisa dihilangkan. Sebelumnya kita harus tau apa penyebab yang membuat kita menjadi ngaret, bisa jadi karena kita suka berleyeh-leyeh dan menyepelekan waktu atau janji dengan orang lain, bermain gadget sambil ngescroll sosial media juga menjadi salah satu orang suka ngaret.

Kita bisa mengurangi ngaret yaitu dengan melakukan manajemen waktu, yaitu dengan mengatur waktu atau jadwal kita sehari-hari dimulai dari mandi, merias diri, hingga mempersiapkan barang-barang sebelum waktunya berpergian. Dengan memanajemen waktu kita akan terbiasa untuk mengubah kebiasaan yang sering berangkat di waktu-waktu yang sudah sempit atau ngaret dengan janji waktu yang di tetapkan.

1 Like

Budaya ngaret yang ada di masyarakat terutama masyarakat Indonesia merupakan hasil dari kebiasaan-kebiasaan buruk manusia yang dilestarikan oleh yang lainnya. Kebiasaan ini timbul karena beberapa faktor yang mendukung dan mempengaruhi. Untuk mengubah kebiasaan buruk ini tentu tidaklah mudah, apabila jika hal ini sudah menjadi sebuah kelumrahan. Masyarakat Indonesia cenderung memandang sepele mengenai budaya ngaret ini. Hal ini akan terus ada dan berkembang jika masyaraat tetap mau menjaga dan melestarikannya tanpa ada usaha mengubah hal tersebut.

Beberapa faktor yang mempengaruhi budaya ngaret ini:

  1. kesalahan pemahaman terhadap diri sendiri. Ada sebagian orang yang tidak menyadari bahwa jadwalnya dengan orang lain berbeda. Terkadang orang-orang seperti ini selalu menyamakan waktu kedatangan dengan orang lain.
  2. Sikap para atasan yang memiliki jabatan tinggi yang menormalkan budaya ngaret ini, dan merasa tidak perlu mengubahnya karena mereka memiliki kekuasaan.
  3. Tidak adanya apresiasi, orang yang tepat waktu dan terlambat seringkali diperlakukan sama saja, sehingga menimbulkan persepsi tidak datang tepat waktu lebih baik karena mereka merasa kurang dihargai.
  4. Perasaan segan untuk menegur orang yang datangnya terlambat.
  5. Sikap masyarakat yang “bodo amat”. Ketidakinginan merubah kebiasaan buruk sangat berpengaruh terhadap berkembangnya budaya ”ngaret” ini.

Dalam mengubah budaya ini tentu harus dimulai dengan diri sendiri untuk menghargai waktu dan menciptakan lingkungan yang disiplin.

Summary

AFIFA SALMA ANIDATAMI, ARNELIA WAHYU CHRISNAWATI, dan NIKMATUL ILMI. FENOMENA BUDAYA “NGARET” DI INDONESIA

1 Like

Menurutku bisa, karena ngaret pun juga muncul dari diri sendiri. Jika kita sungguh-sungguh meniatkan diri dengan baik, pasti ngaret tersebut pun tidak akan terwujud, dan kita akan berubah menjadi pribadi yang lebih menghargai waktu. Perlu ada modifikasi perilaku seperti self management, Dengan mengatur, memantau, dan memaksimalkan waktu yang kita miliki, kebiasaan ngaret bisa aja diminimalisir. Tentu yang berperan penting pada proses ini adalah diri sendiri. Sekali lagi, Niat dan komitmen menjadi kunci suksesnya meminimalisir perilaku ngaret.

Ada faktor yang membuat seseorang memiliki kebiasaan ngaret, diantaranya seperti menganggap enteng karena dirasa jarak antara tempat tinggalnya dan tempat tujuannya sangat dekat, seringkali menunda-nunda waktu untuk pergi lebih karena tidak ingin datang lebih awal, sengaja datang telat karena tahu bahwa temannya pun akan datang telat juga seperti biasanya, tidak dapat mengatur waktu dengan baik, dan lain-lain.

1 Like

Tentu saja bisa! Suatu hal yang dilakukan setiap hari berturut-turut akan membentuk sebuah kebiasaan baru. Jadi, bisa mulai untuk dibiasakan. Ketika ada janji temu dengan teman atau kerabat, datang sesuai dengan waktu yang sudah di sepakati bersama. Tidak perlu memikirkan, “nanti aku dateng duluan padahal yang lain belum pada dateng” tidak usah memikirkan hal tersebut, justru dengan membuat diri datang tepat waktu bahkan lebih awal, ada banyak hal yang dapat kita lakukan sambil menunggu. Dan lagi, untuk beberapa orang, ada yang merasa tidak enak jika sudah ditunggui untuk waktu yang lama, hal ini dapat memicu orang yang diajak temu dapat memaksimalkan waktunya untuk datang lebih awal juga.

Budaya ngaret yang terjadi di Indonesia, menurut saya adalah karena anggapan orang-orang yang menyangka “si A juga bakal ngaret dan gapapa, jadi ngapain dateng lebih awal?” padahal si A juga menunggu kamu. Jadinya ada saling tunggu menunggu yang menyebabkan terulurnya waktu janji temu.

Dan lagi, budaya ngaret yang saya tahu saat ini kebanyakan hanya terjadi di lingkungan pertemanan. Tidak ada yang terjadi pada lingkungan pekerjaan. Bilangnya, karena dibayar jadi harus tepat waktu. Padahal di bayar atau tidak, bertemu dengan atasan ataupun teman tetap harus tepat waktu. Itu menunjukkan itegritas kita sebagai seorang individu. Dan menunjukkan juga bagaimana car akita memperlakukan orang lain bahkan diri sendiri karena kita menghargai waktu kita sendiri dan waktu orang lain.

Jadi, untuk mengubah budaya ngaret ini adalah ubah mindset dan menerapkan sebuah kebiasaan baru. Diri kita sendirilah yang memiliki peran besar untuk perubahan ini. Mari kita mulai dari diri sendiri terlebih dahulu untuk selalu tepat waktu, sehingga nantinya orang-orang disekitar kita juga dapat meniru.

1 Like

Kebiasaan ngaret ini sebenarnya bisa saja dihilangkan. Dengan cara melakukan manajemen waktu, cara tersebut sangat efektif untuk menghilangkan jam karet. Beri waktu yang cukup banyak mulai dari mandi, merias diri, hingga mempersiapkan barang-barang sebelum waktunya berpergian. Dengan demikian kita pasti ga akan ngaret. Selanjutnya, kurangi waktu berleyeh-leyeh jika sudah memiliki janji dengan orang lain. Hindari penggunaan gadget juga menjadi salah satu kunci keberhasilan agar tidak ngaret lagi. Hidup tanpa ngaret membuat orang disekitar kita akan terasa dihargai karena tidak harus membuang waktunya dengan sia-sia.

Budaya ngaret alias tidak tepat waktu adalah kebiasaan buruk yang sering dilakukan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Beragam alasan mereka ungkapkan seperti macet, telat bangun tidur, tertinggal kendaraan umum dan hal lainnya. Kebiasaan yang biasanya sudah mendarah daging seperti itu susah dihilangkan. Namun, bukan berarti tidak dapat dihilangkan.

Beberapa tips agar tepat waktu:

Pertama, penting untuk melihat tepat waktu sebagai bagian dari seluruh sikap Anda terhadap waktu. Anda tidak akan pernah tepat waktu, setiap saat baik untuk janji temu, memenuhi tenggat waktu yang besar, atau bahkan menonton film jika Anda belum mempraktikkan serangkaian teknik manajemen waktu yang baik.

Kedua, tepat waktu membutuhkan sedikit penyesuaian sikap. Seringkali kita membiarkan diri kita datang terlambat karena acara yang kita hadiri tidak terlalu penting bagi kita. Jangan menjadwalkan acara yang tidak begitu penting bagi Anda. Gunakan waktu itu untuk hal-hal yang penting bagi Anda. Ada banyak hal dalam hidup Anda yang terasa wajib, seperti pertemuan laporan status mingguan di tempat kerja, atau makan malam di orang tua pasangan atau pasangan Anda, buatlah hal-hal itu penting bagi Anda.

Sangat bisa, tetapi memang tidak mudah. Caranya gimana? ya dengan mendisiplinkan diri, tanamankan konsep “lebih baik menunggu dari pada ditunggu”. Menurutku, ‘ngaret’ ini asalnya dari pola pikir yang keliru. Biasanya orang sengaja ngaret untuk aksi ‘balas dendam’ agar tau gimana rasanya menunggu, padahal kalo kaya gini terus, akhirnya menjalar ke ‘pola pikir’ orang-orang yang lain sehingga jadilah suatu budaya. Yang paling berperan dalam merubah kebiasaan ini tentunya tekad diri sendiri dan teman-teman yang supportif & kooperatif. Mulai dari diri sendiri, disiplinkan diri sendiri, nanti yang lain pasti akan mengikuti/menconto juga.

Kebiasaan ngaret ini sudah sangat melekat kepada seluruh orang Indonesia. Orang ngaret biasanya orang yang tidak menghargai waktu, dan mendorong seseorang untuk tidak berkata jujur, misalnya saja ketika sedang buru-buru oleh waktu janjian yang sudah mepet, biasanya orang akan berkata sudah ada di perjalanan yang padahal belum. Dan menurut saya budaya ngaret ini bisa saja dihilangkan dengan melakukan manajamen waktu, beri waktu yang cukup ketika sedang ingin melakukan kegiatan. Dan mengurangi waktu leyeh-leyeh ketika kita sudah memiliki janji dengan orang lain.