Pintrinch (1996) menyatakan bahwa istilah motivasi berasal dari bahasa Latin, “movere” yang berarti bergerak (to move). Gerak yang dimaksud merupakan gambaran dari beberapa ide awam mengenai motivasi sebagai sesuatu yang membuat kita berjalan baik, tetap bergerak, serta membantu kita menyelesaikan pekerjaan.
Definisi lain diungkapkan oleh Gage dan Berliner (1979) yakni motivasi ialah sesuatu yang mendeskripsikan apa yang memacu seseorang dan tujuan orang melakukan kegiatan. Pernyataan di atas menjelaskan bahwa motivasi merupakan penjelasan perilaku seseorang yang meliputi keinginan (want), kebutuhan (need), hasrat (desire), tujuan (goal), dan penghindaran (avoid).
Sehingga motivasi dikatakan sebagai predicition of behavior (Morgan, King, Weisz & Schopler, 1986).
Motivasi merupakan suatu proses yang tidak dapat diamati secara langsung. Hal-hal yang dapat diamati ialah perilaku individu, pemilihan tugas-tugas, usaha yang dilakukan, ketekunan, dan suatu perwujudan dari perasaan atau pikiran ke dalam wujud kata-kata (verbalization).
Motivasi merupakan proses pembelajaran bagaimana individu menghadapi sebuah kesulitan, menghadapi berbagai masalah, kegagalan-kegagalan, guna mencapai tujuan. Motivasi merupakan gambaran seberapa besar kekuatan seseorang dan apa yang sebenarnya dilakukan.
Motivasi merupakan dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu guna memenuhi kebutuhan dan keinginan. Munandar (2001) juga berpendapat bahwa motivasi adalah suatu proses dimana kebutuhan-kebutuhan mendorong seseorang untuk melakukan serangkaian kegiatan yang mengarah tercapainya tujuan tertentu.
Winkle (1996) menyatakan bahwa motivasi dibagi menjadi dua bentuk, yakni motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
1. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik ialah dorongan yang membentuk perilaku yang menampilkan prestasi atau kinerja. Motivasi intrinsik adalah hasrat untuk melakukan suatu tindakan untuk diri sendiri (Huffman, Vernoy & Vernoy, 1997).
Disebut motivasi intrinsik karena tujuannya merupakan perasaan dari dalam yang sangat efektif, kompeten, dan individu memegang kendali terhadap nasib dirinya sendiri (Morgan, King, Weisz, & Schopler, 1986).
Individu yang termotivasi secara intrinsik, melakukan suatu aktivitas demi aktivitas itu sendiri, dimana dari kegiatan tersebut ia akan memperoleh kepuasan (Pintrich, 1996). Dimyati dan Mudjiono (1999) juga menyatakan bahwa individu yang termotivasi secara intrinsik dikarenakan ia senang melakukan apa yang dikerjakannya.
Motivasi intrinsik disebut juga sebagai motivasi orientasi dalam diri, yakni individu menampilkan sendiri dorongan untuk bekerja tanpa adanya kebutuhan rangsangan dari luar (Elliot & Kratochwill, 2000).
Woolfolk (1993) juga menyatakan bahwa individu yang termotivasi intrinsik tidak membutuhkan hadiah atau hukuman untuk membuat mereka bekerja karena bagi individu tersebut bekerja itu sendiri sudah menguntungkan. Mereka menikmati tugasnya atau perasaan pencapaian prestasi yang diperolehnya.
Winkle (1996) menyatakan bahwa ciri khas motivasi intrinsik ialah kenyataan bahwa satu-satunya cara untuk mencapai tujuan yang ditetapkan adalah dengan bekerja.
Sumber motivasi intrinsik adalah faktor-faktor internal, seperti
- Minat (interest)
- Kebutuhan (needs)
- Kenikmatan (enjoyment)
- Rasa ingin tahu (curiosity)
Tipe penetuan tujuan adalah pembelajaran, berupa kepuasan pribadi dalam menemukan tantangan. Woolfolk (1993) menyatakan bahwa individu yang termotivasi secara intrinsik, cenderung memilih tugas yang cukup sulit dan menantang.
2. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik merupakan dorongan yang membentuk perilaku untuk memperoleh keuntungan tertentu misalnya: material, penghargaan sosial, atau untuk menghindari hukuman. Huffman, Vernoy, & Vernoy (1997)
Individu yang memiliki motivasi ekstrinsik, tidak terlalu tertarik pada aktivitas itu sendiri, melainkan hanya peduli pada apa yang dapat diperoleh seperti, imbalan atau keuntungan, dari aktivitas tersebut (Woolfolk, 1993).
Sehubungan dengan aktivias yang dilakukan seseorang, motivasi ekstrinsik seringkali menjadi pengarahan tujuan (goal directed) dan prioritas suatu tujuan (goal oriented). Hal ini dikarenakan individu tersebut terdorong oleh hal-hal yang di luar dirinya, seperti penghargaan atau hukuman (Pintrich & Schunk, 1996).
Woolfolk (1993) juga menyatakan bahwa individu yang termotivasi secara ekstrinsik melakukan suatu aktivitas demi alasan tertentu yang bersumber pada faktor-faktor eksternal, seperti imbalan, penghargaan, tekanan sosial, atau penghindaran diri akan hukuman.
Tipe penentuan tujuan motivasi ekstrinsik ini adalah kinerja, berupa dorongan untuk penerimaan hasil kerja dari orang lain. Individu dengan motivsai ekstrinsik cenderung memilih tugas yang sangat mudah atau sangat sulit.
Dalam melakukan suatu tugas, seseorang dengan motivasi ekstrinsik merasa yakin bahwa partisipasinya dalam penyelesaian tugas akan mendatangkan hasil yang diharapkan. Akan tetapi, motivasi ekstrinsik bukan semata bentuk motivasi yang berasal dari luar diri seseorang seperti rekan kerja atau atasan.
Motivasi ini berawal dari suatu kebutuhan yang dihayati oleh diri sendiri, walaupun bisa saja orang lain memegang peran dalam menimbulkan motivasi tersebut.
Ciri khas pada motivasi ekstrinsik ialah suatu aktivitas dimulai dan diteruskan berdasarkan kebutuhan dan dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas itu sendiri (Winkle, 1996).