Hipersensitivitas dentin merupakan kondisi klinis umum yang sering dikaitkan dengan permukaan dentin yang terbuka. Kondisi ini dapat memengaruhi pasien yang berasal dari semua kelompok usia dan paling sering memengaruhi gigi kaninus dan premolar pada kedua rahang. Gejala umum yang dilaporkan pasien adalah nyeri tajam tapi tidak berlangsung lama yang disebabkan oleh satu atau beberapa stimulus yang berbeda yakni termal, kimiawi, sentuhan, penguapan, dan osmosis.
Gigi sensitif memiliki nama lain yang sangat banyak, antara lain ; Dentin Sensitivity, Dentin Hypersensitivity, Dentinal Hypersensitivity, Cervical Hypersensitivity/ Sensitivity, Root Hypersensitivity / Sensitivity, Cemental Hypersensitivity / Sensitivity
Gigi sensitif adalah nyeri yang singkat dan tajam yang terjadi pada dentin yang terbuka akibat menipisnya email dan atau turunnya gusi, sebagai respon terhadap rangsangan. Dentin mempunyai saluran-saluran sangat kecil (tubulus dentin) yang langsung berhubungan dengan syaraf gigi
Hipersensitivitas dentin adalah suatu “nyeri yang singkat, tajam yang timbul dari terpajannya dentin sebagai respons atas stimulus yang umumnya adalah stimulus termal, kimiawi, sentuhan, atau osmosis dan tidak dapat dianggap sebagai suatu kelainan patologis dental atau suatu defek dental” (Holland et al. 1997)
Sejarah
- Leeuwenhoek (1678) menjelaskan tentang “adanya saluran gigi di dentin”
- JD White (1855) berpendapat bahwa nyeri dentin disebabkan oleh pergerakan cairan dalam tubulus dentin
- Lukomsky (1941) mendukung teori bahwa natrium fluorida sebagai desensitizing obtunden.
- Brannstrom (1962) menguraikan teori hidrodinamik sebagai penyebab nyeri dentin.
- Kleinberg (1986) menyimpulkan berbagai pendekatan yang digunakan ntuk merawat hipersensitivitas.
MEKANISME SENSITIVITAS DENTIN
Teori-teori Sensitivitas Dentin antara lain :
-
Teori Neural
Teori neural mengacu pada aktivasi ujung saraf yang terletak di dalam tubulus dentin. Sinyal saraf ini dialirkan sepanjang serabut saraf aferen primer di dalam pulpa menuju percabangan saraf dental dan kemudian diteruskan ke dalam otak.
Teori neural menganggap bahwa seluruh badan tubulus mengandung ujung-ujung saraf bebas.
-
Teori Transduksi Odontoblas
Teori ini mengasumsikan bahwa odontoblas memanjang ke perifer. Awalnya stimulus mengeksitasi prosesus odontoblas atau badan sel odontoblas. Membran odontoblas bisa berdekatan dengan ujung-ujung saraf dalam pulpa atau di dalam tubulus dentin dan odontoblas akan mentransmisikan sinyal eksitasi dari ujung-ujung saraf terkait. Namun demikian, pada penelitian terakhir, Thomas (1984) mengindikasikan bahwa prosesus odontoblas terbatas hanya sampai sepertiga bagian dalam dari tubulus dentin. Dengan demikian, tampaknya bagian luar dari tubulus dentin tidak mengandung elemen seluler tetapi hanya berisi cairan dentin.
-
Teori Hidroninamik
Menurut teori ini, stimulus menyebabkan perpindahan cairan yang berada di dalam tubulus dentin. Perpindahan cairan ini bisa terjadi dengan bergerak ke arah luar atau bergerak ke arah dalam dan gangguan mekanis ini akan mengaktifkan ujung saraf yang terdapat pada pulpa atau dentin.
Brannstrom (1962) menduga bahwa pergerakan isi tubulus cukup cepat untuk merusak bentuk serabut saraf di dalam pulpa atau predentin, atau merusak sel odontoblas. Kedua efek ini nampaknya mampu menimbulkan nyeri…
Saat ini sebagian besar peneliti setuju bahwa sesitivitas dentin disebabkan oleh pergerakan cairan hidrodinamis sepanjang dentin yang terpajan dengan tubulus dentin yang terbuka. Pergerakan cairan yang cepat ini, pada gilirannya mengaktifkan saraf mekanoreseptor dari grup A di dalam pulpa.
Mathews et al. (1994) mencatat bahwa stimulus seperti rasa dingin menyebabkan cairan bergerak menjauhi pulpa, menghasilkan respons-respons saraf pulpa yang lebih besar dan lebih cepat dibandingkan dengan stimulus lain seperti panas, yang menghasilkan gerakan aliran ke dalam. Hal ini menjelaskan mengapa respons terhadap stimulus dingin lebih cepat dan lebih parah dibandingkan dengan respons tumpul dan lambat yang timbul terhadap stimulus panas.
Dehidrasi dentin akibat semprotan udara atau kertas penyerap menyebabkan pergerakan cairan ke arah luar dan menstimulasi mekanoreseptor dari odontoblas, menimbulkan nyeri. Semprotan udara yang diperlama akan menyebabkan pembentukan sumbatan protein di dalam tubulus dentin, mengurangi pergerakan cairan dentin, sehingga akan mengurangi rasa sakit.
Nyeri yang ditimbulkan ketika larutan gula atau garam berkontak dengan dentin yang terbuka juga dapat dijelaskan melalui pergerakan cairan dentin. Cairan dentin memimiliki tingkat osmolaritas rendah, cenderung mengalir menuju larutan dengan osmolaritas tinggi, dalam hal ini larutan garam dan gula.
INSIDENS DAN DISTRIBUSI
Insiden gigi sensistif terjadi pada :
-
Usia penderita berkisar antara 20 s/d 40 tahun dan puncaknya berada pada usia akhir 30-an.
-
Secara umum, penderita hipersensitivitas dentin wanita memiliki tingkat insidens lebih tinggi dibandingkan dengan insidens pada pria.
-
Lebih rendahnya tingkat insidens hipersensitivitas dentin pada individu yang lebih tua mencerminkan perubahan yang terjadi pada dentin dan jaringan pulpa gigi. Sklerosis pada dentin, peletakan dentin sekunder dan fibrosis pulpa akan mengganggu transmisi hidrodinamis dari stimulus melalui dentin yang terbuka.
Distribusi Intraoral gigi sensitif :
-
Hipersensitivitas umumnya dijumpai pada area servikal bukal di gigi permanen. Walaupun semua tipe gigi bisa terpengaruh, kaninus dan premolar pada kedua rahang adalah gigi yang paling sering terpengaruh.
-
Berkaitan dengan bagian sisi mulut, pada orang yang menyikat gigi dengan tangan kanan, hipersensitivitas dentin terlihat lebih besar pada sisi kiri mulut dibandingkan gigi kontralateralnya.
ETIOLOGI DAN FAKTOR DISPOSISI
Penyebab utama hipersensitivitas dentin adalah tubulus dentin yang terbuka. Dentin dapat terbuka terjadi karena dua proses yaitu hilangnya struktur periodontium yang melindunginya (resesi gingiva), atau melalui hilangnya email.
Penyebab klinis terpajannya tubulus dentin yang paling umum adalah resesi gingiva. Ketika terjadi resesi gingiva, lapisan pelindung luar dentin akar, yaitu sementum, terkikis atau tererosi. Hal ini menyebabkan dentin di bawahnya terbuka. Daerah ini mengandung prosesus odontoblas yang berasal dari kamar pulpa. Sel-sel ini berisi ujung saraf, yang bila terganggu, saraf akan mengalami depolarisasi yang akan diterjemahkan sebagai nyeri.
Setelah tubulus dentin terpajan, terjadi proses oral yang membuatnya tetap terpajan. Proses Ini meliputi kontrol plak yang buruk, keausan emaill, teknik higienis mulut yang tidak tepat, erosi servikal, dan terpajan pada asam.
Alasan utama terjadinya resesi gingiva adalah :
- Penyebab umum adalah resesi gingiva
- Akar yang menonjol
- Abrasi akibat penyikatan gigi
- Kebiasaan mulut yang menyebabkan luka gingiva yaitu mengorek-ngorek (picking) gigi trauma, memakan makanan keras
- Pembersihan gigi berlebihan
- Flossing berlebihan
- Resesi gingiva yang diseababkan penyakit tertentu, yaitu NUG, periodontitis, dan gingivostomatitis herpetika
- Preparasi mahkota gigi
Sedangkan penyebab hilangnya email gigi antara lain :
-
Atrisi yang disebabkan fungsi oklusal yang berlebihan seperti bruksisme
-
Abrasi dari komponen makanan atau teknik menyikat gigi yang buruk.
-
Erosi yang terkait dengan lingkungan atau partikel asam dalam komponen makanan
DIAGNOSIS BANDING
Hipersensitivas dentin mungkin lebih tepat disebut sebagai kumpulan gejala (simtom) daripada sebagai suatu penyakit dan terjadi akibat transmisi stimulus sepanjang tubulus dari dentin yang terbuka. Terdapat sejumlah kondisi dental disebabkan oleh terbukanya dentin, dan karena itu mungkin menghasilkan gejala yang sama.
Kondisi-kondisi tersebut di atas adalah:
- Gigi gompal
- Restorasi yang mengalami fraktur
- Perawatan restorasi
- Karies gigi
- Sindrom gigi retak
- Invaginasi email lainnya
DIAGNOSIS
-
Riwayat yang rinci disertai pemeriksaan radiografis dan klinis menyeluruh penting untuk sampai pada diagnose definitf hipersensitivitas dentin.
-
Hipersensitivitas gigi berbeda dari nyeri pulpa atau nyeri dentin. Pada kasus hipersensitivitas dentin kemampuan pasien untuk menentukan sumber nyeri sangat baik, sedangkan pada kasus nyeri pulpa, sangat buruk.
-
Karakter nyeri tidak lebih lama dari hadirnya stimulus; nyeri semakin parah oleh perubahan suhu, rasa manis, dan asam.
-
Intensitas nyeri biasanya antara ringan sampai sedang.
-
Nyeri bisa diduplikasi oleh aplikasi panas atau dingin atau dengan menggores dentin. Nyeri pulpa terasa lebih hebat, intermitten, berdenyut dan bisa dipengaruhi oleh panas dan dingin.
MANAJEMEN PERAWATAN
Hipersensitivitas dapat diatasi tanpa perawatan atau mungkin membutuhkan aplikasi obat desensitisasi beberapa minggu hingga terlihat ada perbaikan… Perawatan dentin hipersensitif merupakan suatu tantangan baik bagi pasien maupun dokter dokter giginya, terutama karena alasan berikut:
-
Sulit mengukur atau membandingkan nyeri di antara pasien yang berbeda.
-
Pasien sulit mengubah kebiasaan yang menyebabkan munculnya permasalahan.
Sebagaimana telah diketahui, hipersensitivitas sering mereda tanpa perawatan. Hal ini bisa terjadi karena permeabilitas gigi menurun secara spontan akibat terjadinya proses alamiah di rongga mulut.
Proses Alami yang Membantu Desensitisasi
- Pembentukan dentin reparatif oleh jaringan pulpa
- Obturasi tubulus oleh terbentuknya deposit mineral (sklerosis).
- Terbentuknya kalkulus di permukaan dentin.
Dua pilihan perawatan utama adalah:
- Sumbat tubulus dentin untuk menghambat pergerakan cairan.
- Desensitisasi saraf, sehingga tidak terlalu responsif terhadap stimulasi. Semua cara merujuk dua pilihan di atas.
Manjemen hipersensitivitas dentin dapat dilakukan dengan cara
Perawatan di rumah dengan pasta gigi:
Setelah melalui diagnosis profesional, hipersentivitas dentin dapat dirawat secara sederhana dan murah dengan perawatan di rumah menggunakan pasta gigi desensitisasi
-
Pasta Gigi Strontium Khlorida. Pasta gigi desensitisasi dengan strontium khlorida 10 % efektif menghilangkan nyrti hipersensitivitas gigi.
-
Pasta Gigi Kalium Nitrat. Pasta gigi kalium nitrat 5 % dapat meringankan nyeri terkait hipersensitivitas gigi
-
Pasta Gigi Fluor. Pasta gigi natrium monofluorofosfat adalah cara efektif mengobati hipersensitivitas gigi.
Perawatan di klinik:
Prosedur Perawatan di Klinik
Alasan Terapi
Berdasaran teori hidrodinamik mengenai hipersensitivitas, pergerakan cairan yang cepat di dalam tubulus dentin mampu mengaktifkan saraf sensoris intradental. Karena itu, perawatan gigi hipersensitif harus ditujukan untuk mengurangi diameter anatomis tubulus, menutup tubulus atau menutup dentin yang terpajan melalui pembedahan untuk mengurangi pergerakan cairan.
Kriteria Pemilihan Materi Desensitisasi
- Meredakan nyeri secara cepat dan mempertahankannya
- Mudah diaplikasikan
- Dapat ditolerir dengan baik oleh pasien
- Tidak membahayakan jaringan pulpa
- Tidak mewarnai gigi
- Relatif tidak mahal.
Pilihan Perawatan untuk Mengurangi Diameter Tubulus Dentins
- Membentuk smear layer dengan memoles permukaan akar yang terpajan (smear layer terdiri dari partikel kecil dentin amorf, mineral, dan matriks organik – kolagen terdenaturasi)
- Aplikasi material yang dapat membentuk endapan tidak larut dalam tubulus
- Impregnasi tubulus dengan resin plastik
- Aplikasi agen adhesif dentin untuk menutup tubulus
- Menutup tubulus dentin yang terpajan secara pembedahan.
Perlu diketahui bahwa satu prosedur tunggal saja belum tentu efektif secara konsisten untuk kasus hipersensitivitas; oleh karena itu, dokter harus mengetahui metode perawatan alternatifnya. Sebelum merawat permukaan akar yang sensitif, deposit keras/lunak harus dihilangkan dari gigi. Root planning pada dentin sensitif bisa menyebabkan ketidaknyamanan, untuk itu, gigi harus dianestesi sebelum perawatan dan diisolasi serta dikeringkan dengan udara hangat.
Varnis. Tubulus yang terbuka dapat ditutupi dengan selapis tipis varnis, yang dapat meredakan nyeri untuk sementara; varnis seperti Copalite bisa digunakan untuk hal ini. Untuk meredakan nyeri lebih lanjut, dapat digunakan Duraflor, varnis yang mengandung fluor.
Kortikosteroid. Kortikosteroid terdiri atas 1% prednisolone yang dikombinasikan dengan 25% parakhorofenol, 25% metakresilasetat dan 50% gum camphor terbukti efektif dalam mencegah sensitivitas termal pasca perawatan. Penggunaan kortikosteroid berdasarkan pada asumsi bahwa hipersensitivitas itu terkait dengan inflamasi pulpa; dengan demikian diperluan informasi lebih lanjut mengenai hubungan di antara kedua kondisi ini.
Obliterasi Parsial Tubulus Dentin
Pembersihan gigi.
Pembersihan gigi dengan toothpick atau orange wood stick akan menyebabkan terbentuknya
smear layer yang akan menyumbat sebagian tubulus dentin sehingga menurunkan hipersensitivitas.
Pembentukan endapan tak larut untuk menyumbat tubulus.
Garam larut tertentu bereaksi dengan ion di struktur gigi dan membentuk kristal di permukaan dentin. Agar efektif, kristalisasi sebaiknya terjadi dalam 1 sampai 2 menit dan kristal harus cukup kecil untuk memasuki tubulus namun cukup besar untuk menyumbat sebagian tubulus.
-
Kristal kalsium oksalat dihidrat yang terbentuk saat kalium oksalat diaplikasikan di dentin ternyata sangat efektif mengurangi permeabilitas.
-
Perak nitrat (AgNO₃) mampu mengendapkan unsur protein pada prosesus odontoblas, sehingga menyumbat sebagian tubulus.
-
Zn.-klorida – kalium ferosianida. Ketika diaplikasikan akan membentuk sumbatan berbentuk kristal dan menutupi permukaan dentin
-
Formalin 40% biasanya diaplikasikan secara topikal dengan menggunakan pelet kapas atau batang kayu orange (orange wood stick) pada gigi. Cara ini diperkenalkan oleh Grossman pada tahun 1935 sebagai material desensitisasi pilihan dalam perawatan gigi anterior karena tidak meninggalkan noda seperti pada penggunaan AgNO₃.
-
Senyawa kalsium adalah material yang populer selama bertahun-tahun untuk perawatan hipersensitivitas. Mekanisme tepatnya tidak diketahui namun bukti menunjukkan bahwa senyawa ini:
- Dapat menyumbat tubulus dentin
- Mendorong pembentukan dentin peritubular.
- Dengan meningkatkan konsentrasi ion kalsium di sekitar serabut saraf, eksitabilitas saraf dapat diturunkan. Karena itu, kalsium hidroksida mampu menekan aktivitas saraf.
- Pasta Ca(OH)₂ yang dicampurkan dengan air suling steril diaplikasikan ke permukaan akar terbuka dan didiamkan selama 3 s/d 5 menit dapat dengan cepat mengurangi nyeri pada 75% kasus.
- Dibasic calsium phosphate ketika dioleskan dengan tusuk gigi (toothpick) bulat akan membentuk deposit mineral di dekat permukaan tubulus dan ternyata efektif pada 93% pasien.
-
Senyawa Fluor. Lukomsky (1941) adalah orang pertama yang mengajukan natrium fluorida sebagai bahan desensitisasi, karena cairan dentin jenuh dengan ion kalsium dan ion fosfat. Aplikasi NaF menyebabkan presipitasi kristal kalsium fluorida, dengan demikian mengurangi diameter tubulus dentin.
- Natrium fluorida yang diasamkan (acidulated). Konsentrasi fluor di dalam dentin yang diberi terapi dengan natrium fluorida yang diasamkan secara signifikan lebih tinggi daripada yang dirawat hanya dengan natrium fluorida.
- Natrium silikofluorida. Silicic acid membentuk gel dengan kalsium gigi dan membentuk barier yang berfungsi sebagai insulator. Aplikasi 0.6% natrium silikofluorida lebih manjur daripada larutan natrium fluorida 2% sebagai agen desensitisasi.
- Stannous fluoride 10% membentuk lapisan tebal dari timah dengan partikel bulat berisi fluor yang menyumbat tubulus dentin. SnF 0.4% juga merupakan agen efektif, namun perlu penggunaan yang lebih lama (s/d 4 minggu) untuk mencapai hasil yang memuaskan.
-
Iontoforesis fluor. Iontophoresis adalah istilah yang digunakan untuk penggunaan tenaga listrik guna mentransfer ion ke dalam tubuh untuk tujuan terapi. Tujuan iontoforesis fluor adalah untuk mendorong agar fluor masuk lebih jauh ke dalam tubulus dentin yang tidak dapat diraih hanya dengan aplikasi fluor topikal.
Strontium khlorida: Penelitian menunjukkan bahwa aplikasi topikal dari strontium khlorida pekat pada permukaan dentin yang terabrasi menghasilkan deposit strontium yang mampu menembus dentin sampai kedalaman kurang lebih 10 s/d 20μm sehingga dapat masuk ke dalam tubulus dentin.
-
Oksalat. Oksalat relatif tidak mahal, mudah dipakai, dan dapat ditoleransi pasien. Larutan kalium oksalat dan feri oksalat menghasilkam ion oksalat yang dapat bereaksi dengan ion kalsium dari cairan dentin dan membentuk kristal kalsium oksalat yang tidak larut yang kemudian didepositkan di orifis tubulus dentin.
Resin dan adhesif dental.
Tujuan penggunaan resin dan adhesif adalah untuk menutup tubulus dentin dan mencegah stimulus yang menyebabkan nyeri mencapai pulpa. GLUMA adalah sistem adhesif dentin yang terdiri atas glutaraldehid primer dan HEMA 35% (hidroksietil metakrilat). Senyawa ini melekat pada dentin dengan cepat dan kuat. GLUMA sangat efektif ketika metode perawatan lain gagal (Gbr. 25.10)
Laser
Kimura Y et al (2000) meninjau perawatan dentin hipersensitif dengan laser. Laser yang digunakan untuk perawatan terbagi dalam dua kelompok:
- Low output power (level rendah): Laser diode Helium-Neon [He-Ne] dan gallium aluminum/arsenide (Ga/Al/As).
- Middle output power lasers: Laser Nd:YAG dan laser CO₂.
Efek laser dianggap disebabkan oleh efeknya yang menutup tubulus dentin, analgesia saraf, atau efek plasebo. Efek menutup tubulus dentin dinilai dapat bertahan lama, sementara efek analgesia saraf dan efek plasebo tidak.
Edukasi Pasien
-
Konseling Diet
Asam yang dikonsumsi mampu menyebabkan hilangnya struktur gigi karea erosi sehingga sementum akan terlepas dan menyebabkan terbukanya tubulus dentin. Karena itu, konseling diet harus difokuskan pada kuantitas dan frekuensi konsumsi asam dalam hubungannya dengan menggosok gigi. Perawatan akan gagal jika faktor ini tidak dikontrol. Riwayat diet secara tertulis harus diperoleh dari pasien yang menderita dentin hipersensitif agar bisa memberi saran terkait kebiasaan makan.
Karena risiko tergerusnya dentin meningkat ketika sikat gigi dilakukan segera setelah gigi bersentuhan dengan makanan asam, pasien harus diperingatkan untuk tidak melakukan hal ini.
-
Teknik Menyikat Gigi
Karena menyikat gigi yang tidak benar sepertinya merupakan faktor etiologi pada hipersensitif dentin, instruksi mengenai cara menggosok gigi yang tepat dapat mencegah tergerusnya dentin dan timbulnya hipersensitivitas.
-
Kontrol Plak**
Saliva engandung kalsium dan ion fosfat dan karena itu dapat membantu pembentukan deposit mineral dalam tubulus dentin yang terpajan. Hadirnya plak dapat mengganggu proses ini, karena plak adalah bakteri yang menghasilkan asam dan mampu melarutkan endapan mineral yang terbentuk dan membuka tubulus.