Apa saja Karakteristik Kecenderungan Narsistik?

Karakteristik Kecenderungan Narsistik

Menurut American Psychiatric Association (2000) kecenderungan narsistik ditandai dengan adanya fantasi atau perilaku berlebihan terhadap kekuasaan, kecantikan, cinta ideal kebutuhan besar untuk dikagumi oleh orang lain dan kurangnya kemampuan untuk berempati. Neale, et al (dalam Maria, et al, 2001) menambahkan bahwa seseorang dengan kecenderungan kepribadian narsistik sangat sensitif terhadap kritik atau kegagalan walaupun tidak diperlihatkannya, sangat sensitif terhadap kritik atau kegagalan, karena sebenarnya memiliki harga diri yang rapuh.

Apa saja Karakteristik Kecenderungan Narsistik ?

Kecenderungan narsistik secara umum merupakan jalan untuk melindungi dan menghargai diri sendiri dengan gejala-gejala memusatkan perhatian pada diri sendiri, menunjukkan perilaku egois, dan menganggap dirinya adalah sosok yang penting memperkokoh ego dan memuja atau mengagumi diri sendiri secara patologis (Fitri Apsari, 2012).

Karakteristik Kecenderungan Narsistik


Menurut DSM-IV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders – Fourth Edition) individu dapat dianggap mengalami gangguan kepribadian narsistik jika subyek sekurang-kurangnya memiliki lima dari sembilan ciri kepribadian sebagai berikut:

  1. Merasa Diri Paling Hebat
    Jika seseorang merasa dirinya paling hebat atau penting maka ia tidak akan malu-malu untuk memamerkan apa saja yang bisa memperkuat citranya tersebut. Selain itu untuk mendukung citra atau image yang dibentuknya sendiri, individu rela menggunakan segala cara. Oleh karena itu ketika orang tersebut berhasil memperoleh gelar (tanpa mempedulikan bagaimana cara memperolehnya) maka ia tidak akan segan atau malu-malu untuk memamerkannya kepada orang lain. Bagi mereka hal ini sangat penting agar orang lain tahu bahwa ia memang orang yang hebat. Tidak heran cara-cara seperti mengirimkan ucapan selamat atas gelar yang diperoleh secara instan (dibeli) di koran-koran oleh “diri sendiri” dianggap bukan suatu hal yang aneh. Merasa diri paling hebat namun seringkali tidak sesuai dengan potensi atau kompetensi yang dimiliki (has a grandiose sense of self-important). Subjek senang memamerkan apa yang dimiliki termasuk gelar (prestasi) dan harta benda.

  2. Seringkali memiliki rasa iri pada orang lain atau menganggap bahwa orang lain iri kepadanya (is often envious of others or believes that others are envious of him or her).

  3. Fantasi Kesuksesan dan Kepintaran
    Dipenuhi dengan fantasi tentang kesuksesan, kekuasaan, kepintaran, kecantikan atau cinta sejati (is preoccupied with fantasies of unlimited success, power, briliance, beauty, or ideal love). Pintar dan sukses memang adalah impian setiap orang. Meski demikian hanya sedikit orang yang bisa mewujudkan impian tersebut. Pada individu pembeli gelar sangatlah mungkin mereka menganggap bahwa kesuksesan yang telah mereka capai (contoh: punya jabatan) belum cukup jika tidak diikuti dengan gelar akademik yang seringkali dianggap sebagai simbol “kepintaran” seseorang. Sayangnya untuk mencapai hal ini mereka seringkali tidak memiliki modal dasar yang cukup karena adanya berbagai keterbatasan seperti tidak punya latar belakang pendidikan yang sesuai, tidak memiliki kemampuan intelektual yang bagus atau tidak memiliki waktu untuk sekolah lagi. Hal ini membuat mereka memilih jalan pintas dengan cara membeli gelar sehingga terlihat bahwa dirinya telah memiliki kesuksesan dan kepintaran (kenyataannya hal tersebut hanyalah fantasi karena gelar seharusnya diimbangi dengan ilmu yang dimiliki).

  4. Sangat ingin dikagumi (requires excessive admiration).
    Pada umumnya para pembeli gelar adalah para individu yang sangat terobsesi untuk dikagumi oleh orang lain. Oleh karena itu mereka berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan “simbol-simbol” yang dianggap menjadi sumber kekaguman, termasuk gelar akademik. Obsesi untuk memperoleh kekaguman ini sayangnya seringkali tidak seimbang dengan kapasitas (kompetensi) diri sang individu tersebut (contoh, tidak memenuhi syarat jika harus mengikuti program pendidikan yang sesungguhnya). Akhirnya dipilihlah jalan pintas demi mendapatkan simbol kekaguman tersebut.

  5. Kurang empati (lacks of empathy: is unwilling to recognize or identify with the feelings and needs of others).
    Para pembeli gelar pastilah bukan orang yang memiliki empati, sebab jika mereka memilikinya maka mereka pasti tahu bagaimana perasaan para pemegang gelar asli yang memperoleh gelar tersebut dengan penuh perjuangan. Jika mereka memiliki empati pastilah mereka dapat merasakan betapa sakit hati para pemegang gelar sungguhan karena kerja keras mereka bertahun-tahun disamakan dengan orang yang hanya bermodal uang puluhan juta rupiah.

  6. Merasa Layak Memperoleh Keistimewaan (has a sense of entitlement).
    Setiap individu yang mengalami gangguan kepribadian narsistik merasa bahwa dirinya berhak untuk mendapatkan keistimewaan. Karena merasa dirinya istimewa maka dia tidak merasa bahwa untuk memperoleh sesuatu dia harus bersusah payah seperti orang lain. Oleh karena itu mereka tidak merasa risih atau pun malu jika membeli gelar karena bagi mereka hal itu merupakan suatu keistimewaan yang layak mereka dapatkan.

  7. Angkuh dan Sensitif Terhadap Kritik (shows arrogant, haughty behavior or attitudes).
    Pada umumnya para penyandang gelar palsu sangat marah dan benci pada orang-orang yang mempertanyakan hal-hal yang menyangkut gelar mereka. Bagi mereka, orang-orang yang bertanya tentang hal itu dianggap sebagai orang-orang yang iri atas keberhasilan mereka. Jadi tidaklah mengherankan jika anda bertanya pada seseorang yang membeli gelar tentang ilmu atau tesis atau desertasinya maka ia akan balik bertanya bahkan menyerang anda sehingga permasalahan yang ditanyakan tidak pernah akan terjawab. Bahkan mereka akan menghindari pembicaraan yang menyangkut hal-hal akademik.

  8. Kepercayaan Diri yang Semu
    Jika dilihat lebih jauh maka rata-rata individu yang mengambil jalan pintas dalam mendapatkan sesuatu yang diinginkan seringkali disebabkan karena rasa percaya dirinya yang semu. Di depan orang lain mereka tampak tampil penuh percaya diri namun ketika dihadapkan pada persoalan yang sesungguhnya mereka justru menarik diri karena merasa bahwa dirinya tidak memiliki modal dasar yang kuat. Para individu yang membeli gelar umumnya adalah mereka yang takut bersaing dengan para mahasiswa biasa. Mereka kurang percaya diri karena merasa bahwa dirinya tidak mampu, tidak memenuhi persyaratan dan takut gagal. Daripada mengikuti prosedur resmi dengan risiko kegagalan yang cukup tinggi (hal ini sangat ditakutkan oleh para individu narsistik) maka lebih baik memilih jalan pintas yang sudah pasti hasilnya.

  9. Yakin bahwa dirinya khusus, unik dan dapat dimengerti hanya oleh atau harus dengan orang atau institusi yang khusus atau memiliki status tinggi.
    Serupa dengan DSM-V (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders – Five Edition) individu juga dapat dianggap mengalami gangguan kepribadian narsistik jika subyek sekurang-kurangnya memiliki lima dari sembilan ciri kepribadian sebagai berikut:

    • Memiliki rasa percaya diri yang berlebihan, mengharap diakui sebagai superior bahkan tanpa prestasi yang menjamin itu, melebih-lebihkan prestasi dan bakat
    • Sibuk dengan fantasi tentang kesuksesan, kekuasaan, kecerdasan, kecantikan atau pasangan yang sempurna
    • Percaya bahwa dirinya lebih unggul dan hanya dapat dipahami oleh atau asosiasi dengan orang-orang khusus
    • Membutuhkan rasa kagum yang konstan
    • Mengharapkan bantuan khusus
    • Mengambil keuntungan dari orang lain untuk mendapatkan apa yang diinginkan
    • Memiliki ketidakmampuan untuk mengenali kebutuhan dan perasaan orang lain
    • Iri dengan orang lain dan percaya bahwa orang lain iri padanya i. Berperilaku dengan cara yang arogan atau sombong