Jujur tapi Menyakitkan atau Bohong tapi Aman?

Ketika kita telah mengalami sesuatu atau memiliki pengalaman di masa lalu, kita tidak bisa memastikan bahwa semua kejadian tersebut sesuai dengan ekspektasi atau harapan orang lain. Kejadian yang tidak sesuai ekspektasi tersebut dapat menyakitkan, mengecewakan, atau bahkan membuat marah orang lain. Oleh karena itu, sikap apa yang terbaik untuk menghadapi situasi ini? Kita harus tetap jujur meskipun menyakitkan atau kita berbohong demi menjaga kebaikan bersama, terutama masalah yang berpotensi mengganggu hubungan? Yuk bagikan pendapat kalian!

Sumber Gambar

The surprising origins of 'post-truth' – and how it was spawned by the liberal left

1 Like

Kalau aku sih tetap mengatakan kejujuran dan menghindari dusta. Bukan karena ancaman masuk neraka di akhirat seperti dongeng-dongeng orang tua di zaman dahulu kepada anak-anaknya, tetapi karena dengan berkata bohong tuh sebenarnya kita sedang menumbalkan diri untuk merugi, sama saja kita sedang mempersulit diri sendiri untuk memperoleh kebahagiaan, damai, dan rasa tentram (ketenangan). Belum lagi nanti risiko ketauhan yang-pada akhirnya-bisa mengancam hubungan antar manusia juga.

Pak Marcus Aurelius, dalam bukunya Meditations pernah membahas ini juga. Beliau mengatakan bahwa:

“Kejujuran harus terdengar di suaramu dan nampak di matamu. Seorang yang jujur dan terus terang bagaikan seorang dengan bau badan. Ketika kamu seruangan dengan dia, kamu langsung tahu. Akan tetapi, kepalsuan bagaikan pisau (yang menancap) di punggung”

Artinya, ketika berbohong sebenarnya kita sedang melukai/menyaikiri diri sendiri tapi orang lain atau bahkan diri kita sendir itidak menyadarinya.

1 Like

Setiap orang pasti memiliki masa lalu, baik itu buruk ataupun baik. Apapun itu, aku pribadi sangat yakin akan ada hikmah atau pembelajaran yang kita dapatkan dari pengalaman masa lalu tersebut. Mungkin jika kita tidak melewati masa lalu tersebut, kita tidak akan berada di titik saat ini, atau tidak akan menjadi pribadi yang jauh lebih baik dari sebelumnya. Sebab, Tuhan punya berbagai cara untuk membuat kita menjadi lebih baik lagi. Menyesali perbuatan buruk di masa lampau itu pasti, namun jika terus menerus menyesalinya pun tidak akan mengubah masa lalu tersebut. Jadi, lebih baik ambil sisi positifnya, kemudian buang sisi negatifnya di kehidupan yang sedang dijalani saat ini, dan yang terpenting adalah tidak mengulangi kesalahan yang sama.

Berdasarkan pertanyaan di atas, aku pribadi lebih memilih untuk bersikap jujur meskipun kemungkinan besar ga banyak orang yang mau atau mampu untuk menerima kenyataan itu. Apalagi konteksnya dalam suatu hubungan yang memang memiliki komitmen untuk ke arah yang lebih serius. Menurutku sifat terbuka terhadap pasangan itu memang penting. Sebab berupaya untuk bersikap baik-baik saja seakan ga ada kejadian-kejadian hal buruk di masa lalu pun sama halnya dengan kita mengkhianati pasangan kita. Dan dikhawatirkan, jika mereka mengetahui hal terkait masalah tersebut melalui orang lain. Bukankah hal itu jauh lebih menyakitkan?. Jadi, lebih baik diungkapkan melalui diri kita sendiri, bukan orang lain. Apapun itu resikonya setelah kita ungkapkan kebenarannya, kita harus siap menerima. Karena yang penting, niat kita sudah baik yaitu mengungkapkan kebenaran yang ada dibandingkan dengan menutupinya.

Sehingga, kesimpulannya adalah aku memilih untuk jujur meskipun menyakitkan dibandingkan dengan berbohong demi menjaga sebuah hubungan agar tetap aman.

2 Likes

Setuju, ketika berbohong itu merasa kaya ga jadi diri sendiri lebih baik jujur hidup akan terasa lebih bahagia. Apalagi kebohongan itu untuk menutupi kebenaran dan merugikan orang lain malah akan menjadi boomerang untuk diri sendiri. Karena ketika kita sudah pandai berbohong maka kebohongan tersebut akan ditimpa oleh kebohangan kebohongan lain dan satu lagi orang yang bohong itu akan lupa sama kebohongan yang pernah diceritain sedangkan orang yang pernah mendengarkan ceritanya akan tetap ingat. Omongan yang sekarang beda sama omongan yang kemarin :laughing:

2 Likes

Aku jelas memilih jujur tapi menyakitkan daripada bohong tapi aman, karena ketika kita memilih untuk jujur meskipun itu menyakitkan sekalipun itu hanya akan berdampak sesaat saja dan pahit diawal saja setelah itu justru akan mendatangkan ketentraman. Tidak seperti ketika memilih untuk berbohong yang memang terbilang cukup aman tapi bukankah itu juga akan hanya bertahan sesaat saja? Aku percaya dengan statement kebohongan sekecil apapun pasti akan ketahuan juga nantinya. Jika hal tersebut sudah terjadi justru akan membawa ketidak tenangan hati dan justru merugi sendiri.
Dari referensi yang aku baca terdapat beberapa alasan kenapa kita harus memilih untuk jujur tetapi menyakitkan

  1. Bersikap manis tapi palsu akan mengakibatkan sakit hati yang berlipat ganda
  2. Bersikap bohong justru semakin memperkeruh keadaan
  3. Akan menimbulkan kesalahpahaman yang cukup sulit diselesaikan
  4. Ketika memilih untuk berbohong itu akan membuat orang lain hilang kepercayaan terhadap kita
  5. Dampak dari berbohong akan menimbulkan rasa benci dan dendam terhadap kita
Referensi

5 Alasan Jujur Menyakitkan Lebih Baik Dibanding Sikap Manis yang Palsu

Menurut saya pribadi lebih baik berbohong tapi aman meskipun terdengar buruk tetapi hal tersebut dapat menyelamatkan kita dari suatu hal yang tidak kita inginkan. Karena tidak semua orang berhak mendapatkan informasi tentang diri kita.

Aku setuju dengan statement ini! Keterbukaan itu sangatlah perlu! Berdasarkan pengalaman ku, pada dasarnya jujur memang menyakitkan tapi tanpa adanya keterbukaan dengan orang yang terkasih, untuk apa? aku rasa dengan memilih jujur kepada pasangan tidak ada salahnya. Namun menurutku apabila kejujuran yang pahit itu terjadi di masa lalu, itu akan tetap di masa lalu. Tidak bisa diubah mau apapun caranya. Setelah mengetahui itu mungkin tahap penerimaan nya sangat lama, itu lebih baik dibanding kita memberi/diberi sweet little lies yang hanya bersifat manis sesaat. Tetapi, apabila orang yang terkasih berbuat perilaku buruk yang sama berulang kali dan berdalih dengan sebagai alasan untuk bersikap jujur. Menurutku itu bukan keterbukaan terhadap pasangan, itu artinya sudah penyakit.

saya sendiri lebih memilih jujur tetapi menyakitkan. saya setuju dengan beberapa pendapat teman - teman diatas bahwa dengan jujur akan menyakitkan tetapi hanya berdampak diawal saja. jika dibandingkan kita memilih berbohong tetapi aman, kita harus berbohong kembali untuk menutupi kebohongan yang kita ucapkan sebelumnya dan terus berlanjut seperti itu. kalau kamu terus berbohong akan ada saatnya semua kebohongan kamu akan terbongkar dan sama saja akan menyakitkan bahkan kamu mungkin akan dilabeli sebagai seorang “pembohong”.

Dalam pandangan saya, sikap berbohong atau menyembunyikan kebenaran itu adalah sebuah hal yang melelahkan. mengapa melelahkan ? karena ketika kita berbohong, kita dituntut untuk bisa memberikan argumen - argumen atau tindakan - tindakan yang sekiranya dapat menutupi kesalahan kita di masa lalu yang boleh jadi seperti anda katakan, tidak sesuai ekspetasi, mengecewakan, atau membuat marah orang lain. pada dasarnya hal - hal seperti inilah yang membuat seseorang dapat berbohong karena tidak mampu menerima resiko - resiko seperti ini, seperti takut dicaci, dijauhi, dan sebagainya yang membuat sebuah hubungan berpotensi. Tetapi berbohong tetaplah bukan menjadi sebuah solusi. masalah yang ada harus dihadapi dengan lapang dada dan penuh dengan kejujuran. beberapa tokoh terkenal dunia sendiri sudah menyampaikan pentingnya berbicara jujur

image
Ini adalah quotes dari Friedrich Nietzche, yang merupakan seorang filsuf jerman terkemuka, yang mengatakan jika kebohongan hanya akan membuat orang - orang tidak mempercayai kita lagi dan ini memang benar adanya. kita tidak bisa menutupi kebenaran untuk selamanya.

image
Lalu ada juga quotes dari Lord Byron, seorang penulis terkemuka dari era Victorian di Inggris yang mengatakan jika kebohongan adalah sebuah kebenaran yang tertutup oleh topeng yang indah. ini juga berarti upaya kebohongan yang kita lakukan juga tidak ada artinya dibandingkan dengan kebenaran yang ada di dalamnya.

Berkata jujur itu memang memiliki konsekuensi. orang - orang yang merasa dirugikan, sakit hati, marah, ataupun kecewa dengan perbuatan atau pengalaman kita di masa lalu mungkin akan memberikan respons yang tidak mengenakan atau bahkan memberikan hukuman tetapi setidaknya mereka tidak kehilangan kepercayaan kepada kita karena kejujuran yang kita ucapkan tidak peduli bagaimana atau seberapa besar kesalahan yang kita buat di masa lalu. yang terpenting adalah kebohongan adlaah sebuah permainan yang melelahkan dan menyakitkan di akhir. dan saya pun memilih untuk jujur atas setiap kesalahan yang salah buat dan memilih menanggung resikonya daripada orang lain yang mengungkap kebohongan saya yang itu lebih menyakitkan lagi.

Bener banget dan aku setuju sama tanggapan dari @dindaaisya . Justru dengan kita berbohong bukannya itu malah hanya menambah atau memperkeruh keadaan dan juga malah semakin banyak untuk menyelesaikan sebuah permasalahan. Dan bersikap bohong untuk tetap aman akan merusak kepercayaan orang terhadap diri kita sendiri juga atau bahkan lebih jauhnya lagi bisa menimbulkan dendam dan kebencian. Jadi menurut aku, sesuai dengan tanggapan beberapa teman diatas, kalau jujur itu lebih baik meskipun menyakitkan.

Psikolog menyatakan berbohong demi kebaikan bisa jadi positif ketika hal tersebut dilakukan atas dasar empati. Anda mengerti bahwa kebohongan kecil dapat menyelamatkan perasaan orang, bahkan membuat mereka merasa lebih percaya diri.

Pada situasi tertentu, berbohong demi kebaikan memang perlu dilakukan. Tetapi jangan lupa bahwa berbohong demi kebaikan, apa pun alasannya, tetaplah merupakan bentuk dari kebohongan. Ketika Anda terlalu sering berbohong demi kebaikan, akan ada konsekuensi yang harus Anda tanggung