Benarkah Wanita Lebih Banyak Bergantung Kepada Laki-laki, Atau Sebaliknya?

Manusia pada dasarnya adalah mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendri, sehingga sangat membutuhkan peran orang lain.

Laki-laki dan perempuan memiliki karakteristik dan peran yang berbeda, yang dimana hal tersebut menjadikan laki-laki dan perempuan saling melengkapi satu sama lain, baik secara fisik ataupun mental.

Akan tetapi laki-laki sedari kecil diperlakukan istimewa, tidak dilibatkan dalam pekerjaan-pekerjaan rumah tangga, ditanamkan pemikiran bahwa merekalah pemimpin sehingga tempat mereka selayaknya adalah di luar rumah, ruang publik. Dan kelak akan ada wanita yang bergantung dan menjadi tanggung jawab bagi dirinya.

Bagaimana menurut kalian ? Apa benar bahwa wanita lebih banyak bergantung kepada laki-laki atau malah sebaliknya ?

Saya tidak setuju dengan statement seperti itu. Tidaka semua perempuan bergantung kepada laki-laki maupun sebaliknya. Karena saya sendiri sebagai perempuan juga bisa mengerjakan sesuatu hal dengan sendiri tanpa bantuan laki-laki apalagi sampai bergantung seperti itu setidaknya, kita memiliki rasa kepuasan tersendiri karena dapat menyelesaikan sesuatu tanpa bergantung kepada orang lain.

Saya rasa tidak juga, banyak wanita diluar sana yang menjadi seorang independent woman dan buktinya masih bisa hidup dan sejahtera tanpa adanya seorang laki-laki di sisinya. Saya rasa perlu ada koreksi mengenai statement ini

Statement di atas mungkin masih terjadi kepada keluarga yang orang tua nya masih berpikir secara patriarki. Semua gender itu sama hakikatnya, tidak bisa lah memberikan penilaian bahwa wanita pada dasarnya akan bergantung kepada laki-laki, karena jika ini berada di sebuah hubungan. Ketergantungan antar pasangan itu adalah hal yang wajar, entah dalam masalah mencari uang, masalah rumah tangga, atau masalah lainnya. Dan masalah ini bisa terjadi kepada siapa saja entah itu laki-laki atau wanita. Jadi, jika dibilang bergantung mungkin lebih tepat untuk menjadikannya saling melengkapi kekurangan satu sama lain.

Ketergantungan yang saya maksud disini bukan hanya soal finansial, tetapi secara karakteristik dan peran masing-masing individu. Lalu secara fisik dan mental.

Maka saya ambil ilustrasi dari film UP karena disitu si karakter utama memiliki ketergantungan mental terhadap pasangannya, dan merasa sangat kehilangan saat pasangannya meninggal.

Kenyataannya pada umumnya seperti itu, mungkin tidak semua orang tua tidak seperti itu, tapi setidaknya tekanan yang diberikan kepada anak perempuan untuk dididik tentang pekerjaan rumah tangga pasti jauh lebih besar dibanding laki-laki. Serta budaya patriarki masih kental di negara kita saat ini. Dan ibu sebagai role model juga pasti mempengaruhi terhadap mindset si anak. Yang mungkin akan berkurang seiring berjalannya generasi setelah kita. Tapi tidak sekarang.

Maka saya gunakan contoh paling umum. Laki-laki sebagai kepala keluarga, dan wanita ibu rumah tangga. kedua role tersebut cukup berat, jadi ibu rumah tangga tidak lebih rendah dari kepala rumah tangga.

Terdapat fenomena saling melengkapi menjadi kecenderungan ketergantungan.
Dimana ada seorang laki-laki yang memiliki ketergantungan terhadap wanita mengenai urusan rumah tangga (hanya bisa cari duit doang) sehingga mayoritas urusan rumah di urus oleh wanita. Atau urusan anak, orang tua, kerabat dan banyak lagi.

Maaf mungkin agak sedikit melenceng. Misal saya ambil contoh, banyak wanita bahkan seorang yang sukses atau katakan saja artis-artis menginginkan pria yang sukses/mapan, agar memiliki masa depan terjamin. Sedangkan laki-laki yang sukses cukup jarang ada yang berkeinginan memiliki pasangan yang sukses juga.

Kedua hal tersebut benar ada, dan tidak bisa dikatakan itu hanya terjadi pada mereka berpikir secara patriarki.

Sebenarnya pertanyaan " apakah wanita lebih banyak bergantung kepada laki - laki atau sebaliknya " itu sendiri merupakan sebuah bentuk pertanyaan yang berhubungan dengan masalah kesetaraan gender. pembagian peran gender membuat kaum wanita mengalami marjinalisasi dan stereotipe dari masyarakat selama berabad - abad lamanya, yang menjadi alasan utama gerakan feminisme itu lahir. Peran laki - laki selalu digambarkan untuk menjadi seorang pemimpin, pencari nafkah, penuh kebebasan, dan lain sebagainya sementara peranan perempuan selalu digambarkan dengan keterbatasan dalam banyak hal, (mengingat pada kenyataannya hingga sekarang pun banyak perempuan yang kurang mendapatkan privileges yang sama seperti laki - laki terutama dalam hal pekerjaan), menjadi ibu, dan mengurusi rumah tangga.

kepercayaan akan pembagian peran gender ini sendiri juga merupakan bagian dari budaya patriarki dan representasinya terutama di dalam media bisa kita temukan di sekitar kita, seperti misalnya iklan dan acara TV. Pada kenyataanya adalah baik pria maupun wanita sama - sama membutuhkan satu sama lainnya kendati mereka memiliki peranan mereka masing - masing. Misal kita dalam melihat ini dalam konteks pernikahan yang dimana seorang pria dan seorang wanita disatukan dalam sebuah ikatan suci yang sangat erat yang menandai jika mereka akan hidup bersama mulai sekarang.

Dalam kehidupan berumah tangga, peranan seorang pria tentulah mencari nafkah dan seorang wanita bertindak sebagai caretaker dalam segala urusan rumah tangga, kendati di masa sekarang seorang wanita bisa juga membantu suami dalam mencari nafkah sebagai wanita karier tanpa melupakan peranannya sebagai caretaker dalam segala urusan rumah tangga dan juga sebagai seorang ibu (jika mereka memiliki anak). Lalu contoh lain dalam menggambarkan betapa pria dan wanita itu saling membutuhkan adalah dalam hal parenting. Dahulu kita percaya jika peranan mengurus anak itu semuanya tanggung jawab dari kaum wanita saja, tetapi pada kenyataannya adalah pria juga bertanggung jawab atas tumbuh dan kembang si anak yang menunjukan peranan yang seimbang.

Tak jarang memang, semua yang baru saya jelaskan di atas tidaklah semulus yang di bayangkan dalam banyak praktiknya di masyarakat seperti misalnya seperti yang sudah anda mention sebelumnya jika ada semacam keinginan mempertahankan prestise dari kaum pria sehingga mereka cenderung tidak menginginkan pasangan yang lebih sukses dan mapan dari mereka dan ada semacam keinginan dari kaum wanita untuk memiliki pasangan dari kaum pria yang sudah mapan. Semua fenomena ini berakar dari stereotip pembagian gender yang sudah ada selama berabad - abad sebelumnya.

1 Like