Bagaimana Strategi Coping Stress Untuk Hidup Lebih Bahagia Menurut Versimu?

Halo, Youdics!
Siapa sih disini yang tidak pernah mengalami stres atau tekanan? Pasti tidak tidak ada bukan? Benar! Hampir semua orang tidak bisa lepas dari tekanan, entah itu karena masalah besar atau masalah kecil, jika berlarut-larut akan membuat kita semakin merasa tertekan, bukan? Apalagi di masa pandemi saat ini yang mendorong masyarakat untuk berdiam diri di rumah, seringkali memicu stres. Stres juga berbahaya guys, jika tidak dipedulikan akan membuat kita tidak efisien dalam bekerja dan menyebabkan gangguan kesehatan.

Setiap orang pastinya memiliki kondisi mental yang berbeda-beda, akan tetapi kita harus memiliki kemampuan dalam mengatasi stres agar tidak mengganggu aktivitas kerja yang lainnya. Sehingga perlu adanya manajemen diri dalam mengatasi hal-hal yang dapat memicu kesehatan mental kita. Nah, pernahkah Youdics mendengar istilah Coping Stress? Mekanisme coping merupakan salah satu strategi yang dapat digunakan dalam manajemen stres pada seseorang. Menurut Juli Maini Sitepu & Mawaddah Nasution (2017) mengungkapkan bahwa Kemampuan individu dalam mengatasi tuntutan yang menekan disebut sebagai strategi coping. Penggunaan strategi coping diarahkan oleh cara individu menerima atau memahami situasi dan pemahaman itu dibagi menjadi dua kategori yaitu Problem-solving focused coping (coping terpusat masalah), dimana individu secara langsung mengambil tindakan untuk memecahkan masalah atau mencari informasi yang berguna untuk membantu pemecahan masalah, seperti memikirkan tentang bagaimana mengatasi penyebab stres dengan membuat strategi untuk bertindak, memikirkan tentang langkah upaya yang perlu diambil dalam menangani suatu masalah, mencari dukungan sosial seperti nasihat serta menekan keterlibatan dalam suatu kegiatan. Sedangkan strategi yang kedua adalah Emotion-focused coping (coping terpusat emosi), dimana individu lebih menekankan pada usaha menurunkan emosi negatif yang dirasakan ketika menghadapi masalah atau tekanan. Misalnya melalui dukungan sosial emosional melalui dukungan moral maupun spiritual.

Nah, menurut Youdics, gimana sih cara kamu untuk manajemen stress ketika sudah benar-benar merasa tertekan? adakah salah satu dari strategi tadi yang menurut Youdics relate dengan kalian? Share di kolom reply, yuk!

Sumber:
Andriyani, Juli. 2019. Bimbingan dan Konseling Islam. Jurnal At-Taujih. Vol. 2 No. 2 diakses pada At-Taujih : Bimbingan dan Konseling Islam
Sitepu, J. M., & Nasution, M. (2017). Pengaruh konsep diri terhadap coping stress pada mahasiswa FAI UMSU. Intiqad: Jurnal Agama Dan Pendidikan Islam, 9(1), 68-83

2 Likes

Setuju banget dengan kutipan ini, pastinya semua dari kita memiliki tingkat sensifitas yang berbeda-beda yang memicu seberapa rentan juga keadaan mental yang kita miliki dalam menghadapi sesuatu. Biasanya kita akan merasa cukup cemas dalam menghadapi hal-hal baru, atau problematika di sekitar. Bahkan pemahaman kita terhadap lingkungan juga perlu apakah dapat memberikan pengaruh yang baik atau buruk. Sebelum membahas mengenai stres mungkin penting bagi kita untuk memahami jensi-jenis tingkat stres yang sedang kita alami. Setelah itu kita baru dapat mengambil langkah apa saja yang kita butuhkan untuk mengatasi hal tersebut.

Caraku dalam mengatasi stres biasanya dengan pergi jalan-jalan pada sore hari sendirian, saat aku pergi keluar rumah, akan banyak hal yang dapat aku lihat dan biasanya aku sangat suka mengamati orang-orang yang berlalu lalang. Terkadang dengan diam dan menatap sesuatu hal lebih dalam biasanya alam bawah sadar seakan menepuk bahu layaknya seorang teman. Ya, pastinya kita tidak boleh terlalu berlarut-larut. Ambil sikap yang tepat, jangan lupa untuk menikmati apa yang kamu sukai. Tidak ada salahnya menjeda sebentar dan menikmati keindahan lain daripada terkurung oleh pikiran diri sendiri.

Pandemi dengan segala pembaruannya memang akhir-akhir ini sangat membuat emosi tidak stabil, tuntutan pekerjaan dan keadaan yang tidak sesuai dirasa menjadi alasan utama untuk itu. Maka sering kali stress melanda beberapa waktu ini, jika melihat 2 strategi tersebut, rasanya saya masuk menjadi bagian dari orang-orang yang menggunakan startegi Emotion focused coping (coping terpusat pada emosi) , untuk ‘coping stress’ yang tengah dialami.

Bagi saya, ketenangan emosional merupakan nomor satu, sebelum melakukan berbagai aktifitas lainnya, agar saat melakukan aktifitas apapun kita dapat melakukannya dengan baik, dengan hati dan kepala yang dingin. Seperti yang dikatakan oleh (Eunnike R dan Widya Hary) dalam jurnal penelitiannya tentang ‘jurnal kesehatan mental’, bahwa ketenangan emosional merupakan langkah awal untuk menjaga kesehatan mental yang kita miliki.
Dan biasanya ada beberapa hal yang akan saya lakukan untuk itu, seperti :

  1. Menjauh sejenak dari hal – hal yang memang dirasa memicu stress tersebut.
  2. Pergi keluar sebentar untuk menghirup udara dan melihat sekitar.
  3. Mendengarkan musik di tempat yang dirasa paling nyaman.
  4. Mengistirahatkan fisik (tidur).
  5. Melakukan hal yang disukai
  6. Memebersihkan badan sebelum memulai kembali mengerjakan tugas – tugas.

Itulah beberapa cara yang biasanya saya lakukan, untuk ‘coping stress’ pada saat tertentu. Apapun itu, teman – teman lainnya, berhak melakukan apapun dan bagaimanapun caranya, asalkan tidak mengganggu dan menyakiti orang lain, meskipun pada akhirnya, kita harus kembali dan sadar untuk menjalani dan menghadapi rutinitas yang ada di depan mata.

sumber : Rustiana, E. R., & Cahyati, W. H. (2012). Stress kerja dengan pemilihan strategi coping. KEMAS: Jurnal Kesehatan Masyarakat , 7 (2), 149-155.

Manajemen Stress atau Stress Coping adalah salah satu upaya untuk meredakan stress yang kita alami sehari - hari entah itu dalam pekerjaan ataupun hal lainnya. Saya sangat setuju dengan pendapat diatas yang menyatakan jika setiap orang memiliki kondisi mental yang berbeda - beda dan memerlukan sebuah mekanisme ’ manajemen diri ’ agar kesehatan mental kita dapat terjaga dengan optimal. jika stress yang melanda semakin memburuk tentunya juga akan membawa kita menjadi kurang efektif dan fokus dalam kehidupan sehari - hari yang kita jalani saat ini, terutamanya di masa pandemi seperti saat ini. setidaknya kita harus mengetahui betul cara menoleransi, meminimalkan resiko dan juga efisien dalam menghadapi setiap permasalahan.

Untuk stress coping sendiri, pengaplikasiannya juga cukup mudah, kita bisa melakukan hal - hal sederhana seperti melepas penat sejenak dengan melakukan hobi yang kita sukai dan usahakan memiliki me time yang cukup yang bisa digunakan untuk kegiatan seperti menonton acara kesukaan, menulis diary, dan lain sebagainya.

Ini topik yang sangat menarik, terutama dalam pandemi seperti ini sehingga tidak dapat dihiraukan bahwa stress menjadi salah satu topik yang sering dibicarakan. Menurut artikel The mental health emergency: how has the coronavirus pandemic impacted our mental health? (2020) menyebutkan bahwa lebih dari setengah orang dewasa (60%) dan lebih dari dua pertiga anak muda (68%) mengatakan kesehatan mental mereka memburuk selama lockdown.

Cara yang biasa aku lakukan untuk coping mechanism ku adalah tetap terhubung dengan keluarga dan teman secara daring. Coping mechanism ini menurut ku dapat dikategorikan sebagai Emotion-focused coping. Coping ini adalah cara paling populer untuk mengatasinya baik di kalangan anak muda maupun orang dewasa. Ketika kita dapat berbicara bersama orang terkasih seperti membicarakan masalah bersama-sama akan membuat kamu tidak merasa sendirian dan emosi negatif perlahan-lahan digantikan dengan emosi yang positif.

Referensi

Mind (2020) The mental health emergency: how has the coronavirus pandemic impacted our mental health? London: Mind.

"Jika terus-menerus di bawah tekanan, sebagian besar dari kita pada akhirnya akan mulai kurang maksimal dalam melakukan sesuatu" kata Malaika Stoll, M.D., kepala petugas medis SutterSelect. Berbagai penelitian menghubungkan stres kronis dengan risiko penyakit jantung, stroke, depresi, penambahan berat badan, kehilangan memori, dan bahkan kematian dini yang lebih tinggi, jadi "penting untuk mengenali sinyal peringatan," katanya. "Ini adalah kunci untuk mengenali situasi stres yang terjadi karena memungkinkan Anda untuk fokus mengelola bagaimana Anda bereaksi terhadap suatu hal," kata Dr. Stoll. Berikut adalah tips untuk mengurangi stres
  • Seimbangkan antara bekerja dan bermain
    Bekerja terlalu lama akan mengakibatkan stres apalagi tanpa adanya refreshing seperti bermain game, bermain bersama teman, bermain dengan hewan, atau pergi berlibur.

  • Menggerakkan tubuh
    Menggerakkan tubuh secara teratur menyeimbangkan sistem saraf dan meningkatkan sirkulasi darah, juga membantu mengeluarkan hormon stres. Berjalan kaki 20 menit setiap hari juga bisa dilakukan saat di kantor atau sedang menuju ke suatu tempat.

  • Melakukan hobi
    Berkebun, membaca, mendengarkan musik, atau kegiatan lainnya yang memberi kesenangan dan kegembiraan, penelitian menunjukkan bahwa melakukan hal yang menyenangkan diri dapat mengurangi stres hampir setengahnya dan menurunkan detak jantung yang membuat lebih santai.

  • Meditasi atau Yoga
    Teknik relaksasi Mengakibatkan keadaan istirahat yang mengimbangi hormon yang melawan tubuh. Pertimbangkan untuk mengikuti kursus pengurangan stres berbasis kesadaran seperti meditasi dan yoga untuk mempelajari cara mengurangi stres yang efektif dan tahan lama.

  • Tidur
    Jika tidur kurang dari tujuh hingga delapan jam, tubuh tidak akan mentolerir stres sebaik mungkin. Jika stres membuat terjaga di malam hari, atasi penyebabnya dan tambahkan meditasi ekstra atau jam tidur tambahan untuk menebus z yang hilang.

src

Sutter Health

Saya sendiri lebih senang menggunakan strategi copping yaitu problem-solving coping, saya rasa dengan mengambil tindakan secara langsung tentunya dapat mempengaruhi secara signifikan kadar stress kita dibandingkan hanya mencari penyelesaian lain yang tidak langsung menghilangkan permasalahan yang ada. Selain itu, dengan melihat permasalahan sebagai “sesuatu” yang dapat kita pecahkan dan atasi dapat membantu dalam permasalahan psikologis hingga kita tidak keburu “ketakutan” dalam menghadapi masala dan berlatih beradaptasi. namun, tetap saya rasa kemampuan dalam menentukan permasalah mana yang harus diselesaikan ataupun tidak perlu kita terapkankarena terkadang stress terjadi dari hal-hal yang sebenarnya tidak perlu dipikirkan.

pada masa pandemi Covid-19 seperti saat ini, menyebabkan sebagian orang merasa khawatir yang berlebihan dan berpikir yang tidak masuk akal. Tidak jarang individu memiliki kecurigaan yang berlebihan pada orang yang memiliki tanda-tanda penderita Covid -19 Hal tersebut semakin membuat orang semakin berusaha mencari berita mengenai Covid-19 dan tidak dapat memilah berita yang akurat sehingga memunculkan kecemasan. pada masa pandemi covid -19 kondisi stress diklasifikasikan menjadi 3 ruang lingkup yaitu stress akademik, stress kerja dan stress dalam keluarga.

Menurut Folkman menyatakan bahwa coping stress merupakan merupakan suatu proses di mana individu mencoba untuk mengelola jarak yang ada antara tuntutan - tuntutan dengan sumber - sumber daya yang mereka gunakan dalam menghadapi situasi penuh tekanan. Untuk coping stress dapat dilaksanakan secara sederhana seperti melakukan hal yang disukai, beristirahat, bermain dan mengobrol bersama keluarga dan lain sebagainya.

Sumber: