Matheny dkk dalam Rice (1992), mendefinisikan Coping sebagai segala usaha, sehat maupun tidak sehat, positif maupun negatif, usaha kesadaran atau ketidaksadaran, untuk menghilangkan, atau melemahkan stresor, atau untuk memberikan ketahanan terhadap dampak stres.
Aldwin dan Revenson dalam Kertamuda & Herdiansyah (2006), menyatakan bahwa pengertian strategi coping merupakan suatu cara atau metode yang dilakukan oleh tiap individu untuk mengatasi dan mengendalikan situasi atau masalah yang dialami dan dipandang sebagai hambatan, tantangan yang bersifat menyakitkan, serta merupakan ancaman yang bersifat merugikan.
Menurut Lazarus dalam Nindhayati (2008), coping mempunyai dua konotasi, yaitu menunjukkan suatu cara menghadapi tekanan, yaitu menunjukkan sesuatu cara menghadapi tekanan dan menunjukkan suatu cara untuk mengatasi kondisi yang menyakitkan, menancam atau menantang ketika respon yang otomatis.
Tujuan Coping
Menurut Cohen dan Lazarus dalam Sarafino (1998), tujuan coping yaitu :
-
Mengurangi hal yang diperkirakan akan menimbulkan situasi stres terutama yang berasal dari lingkungan. Usaha ini meliputi cara mencari alternatif pemecahan masalah.
-
Tercapainya penyesuaian yang baik terhadap kejadian-kejadian negatif yang dialami seseorang dalam kehidupannya.
-
Bertahannya anggapan positif terhadap diri sendiri.
-
Memiliki kemampuan untuk dapat mempertahankan keseimbangan emosional.
-
Dapat menjalin hubungan yang memuaskan dengan orang lain.
Strategi Coping
Carver (1989) memberikan tiga jenis coping tersebut, yaitu :
Problem Focussed Coping
- Active coping
Proses pengambilan langkah aktif dalam usaha menghilangkan atau mengelakkan stressor atau untuk memperbaiki efek yag diberikan oleh stressor tersebut.
- Planning
Memikirkan bagaimana mengatasi stressor.
- Suppression of Competing activities
Mengesampingkan masalah lain, mencoba untuk menghindar dari distraksi kejadian yang lain, bahkan membiarkan masalah lain muncul, sehingga dapat berdamai dengan stressor.
- Restraint coping
Menunggu sampai ada kesempatan yang tepat untuk melakukan tindakan, menahan diri dan tidak bertindak prematur.
- Seeking of instrumental social support
Mencari nasehat, bantuan atau informasi dari orang lain.
Emotion Focussed Coping
- Seeking emotional social support
Mendapatkan dukungan moral, seperti simpati atau pengertian.
- Positive reintrepretation
Berusaha untuk mengatur emosi distress, daripada mengatasi stressor.
- Acceptance
Respon coping yang fungsional, dalam artian seseorang yang menerima kenyataan mengenai situasi menekan akan cenderung menjadi seseorang yang berusaha untuk mengatasi situasi tersebut.
- Denial
Respon yang kadankala muncul saat primary appraisal. Seringkali memberi kesan kalau denial itu berguna, mengecikan distress dan memfasilitasi coping .
- Turning to religion
Seseorang dapat beralih keagama atau kepercayaannya saat berada dalam tekanan untuk berbagai macam alasan.
Coping Maladaptif
- Focusing on and venting of emotion
Kecenderungan untuk memusatkan perhatian pada hal-hal yang dirasakan seseorang sebagai distress dan kemudian melepaskan perasaan-perasaan tersebut.
-
Behavioral disengagement
-
Mengurangi usaha untuk melawan stressor, tidak ingin lagi berusaha untuk mencapai objek / kejadian dimana stressor mengganggu, Behavioral disengagement digambarkan melalui gejala perilaku yang disebut “helplessness”
-
Mental disengagement
-
Merupakan variasi dari behavioral disengagement, muncul bila ada keadaan-keadaan yang menghalangi munculnya behavioral disengagement
-
Alcohol drug disengagement
Jenis coping ini sebenarnya diajukan sebagai aspek dari mental disengagement, tetapi validitas tidak pernah memadai untuk dimasukkan sebagai aspek dari jenis coping mental disengagement .