Apa yang dimaksud dengan Coping?

Koping atau Coping

Koping berasal dari kata coping yang bermakna harafiah pengatasan atau penanggulangan ( to cope with = mengatasi, menanggulangi). Namun karena istilah coping merupakan istilah yang sudah jamak dalam psikologi serta memiliki makna yang kaya, maka penggunaan istilah tersebut dipertahankan dan langsung diserap ke dalam bahasa Indonesia untuk membantu memahami bahwa coping (koping) tidak sesederhana makna harafiahnya saja. Koping sering disamakan dengan adjustment (penyesuaian diri). Koping juga sering dimaknai sebagai cara untuk memecahkan masalah ( problem solving ). (Siswanto, 2007).

Apa yang dimaksud dengan Coping?

Koping berasal dari kata coping yang bermakna harafiah pengatasan atau penanggulangan ( to cope with = mengatasi, menanggulangi). Namun karena istilah coping merupakan istilah yang sudah jamak dalam psikologi serta memiliki makna yang kaya, maka penggunaan istilah tersebut dipertahankan dan langsung diserap ke dalam bahasa Indonesia untuk membantu memahami bahwa coping (koping) tidak sesederhana makna harafiahnya saja. Koping sering disamakan dengan adjustment (penyesuaian diri). Koping juga sering dimaknai sebagai cara untuk memecahkan masalah (problem solving). (Siswanto, 2007).

Pengertian koping memang dekat dengan kedua istilah di atas, namun sebenarnya agak berbeda. Koping itu sendiri dimaknai sebagai apa yang dilakukan oleh individu untuk menguasai situasi yang dinilai sebagai suatu tantangan atau luka atau kehilangan atau ancaman. Jadi, koping lebih mengarah pada yang orang lakukan untuk mengatasi tuntutan-tuntutan yang penuh tekanan atau yang membangkitkan emosi. Atau dengan kata lain, koping adalah bagaimana reaksi orang ketika menghadapi stres atau tekanan.

Menurut Lazarus dan Folkman (Farid Mashudi, 2012), coping adalah proses mengelola atau mengatasi tuntutan baik internal maupun eksternal yang dianggap sebagai beban dari luar kemampuan diri individu tersebut.

Folkman dan Lazarus (Yustie Ida Rahmawati, 2011) mendefinisikan strategi coping sebagai upaya secara kognitif dan behavioral untuk mengatur tuntutan eksternal dan atau internal yang spesifik yang dinilai sebagai beban melebihi kemampuan individu. Weiten dan Lloyd (Farid Mashudi, 2012) juga mengemukakan bahwa coping merupakan upaya atau usaha untuk mengelola, mengatasi dan mengurangi ancaman karena stres yang dialami.

Pendapat lain mengemukakan bahwa strategi coping menunjuk pada berbagai upaya baik mental maupun perilaku, untuk menguasai, mentoleransi, mengurangi atau meminimalisasikan suatu situasi atau kejadian yang penuh tekanan (John & MacArthur, Cateherine T., 1998).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan, Coping adalah suatu usaha atau upaya yang dilakukan oleh individu untuk menghadapi, mengelola dan mengatasi situasi, tuntutan-tuntutan, ancaman atau masalah yang sedang dihadapinya.

Jenis atau Bentuk Coping


Ada dua tipe coping utama yang biasanya dapat menurunkan stres seperti diungkapkan oleh Lazarus dan Folkman (Santrock, 2003: 566) yaitu:

  1. Problem-focused coping atau coping berfokus pada masalah
    Problem-focused coping adalah strategi kognitif untuk penanganan stres. Individu yang menggunakan Problem-focused coping biasanya langsung mengambil usaha atau tindakan langsung untuk menghadapi dan memecahkan atau menyelesaikan masalahnya. Pada strategi coping ini, individu akan dapat berpikir logis dan memecahkan masalahnya dengan positif.

  2. Emosion-focused coping atau coping berfokus pada emosi
    Emosion-focused coping adalah strategi penanganan stres dengan memberikan respon secara emosional. Individu yang menggunakan Emosion-focused coping lebih menekankan pada usaha-usaha untuk menurunkan atau mengurangi emosi negatif yang dirasakan ketika menghadapi masalahnya. Seperti melakukan pelarian diri atau menghindari masalah, penyalahan diri yaitu dengan menyalahkan diri sendiri dan menyesali yang telah terjadi, minimalisasi yaitu dengan menolak atau seakan-akan tidak ada masalah, dan pencarian makna yaitu dengan mencari arti dari kegagalan yang dialaminya.

Lazarus (Siswanto, 2007) juga membagi koping menjadi dua jenis, yaitu:

  1. Tindakan Langsung (Direct Action)
    Koping jenis ini adalah setiap usaha tingkah laku yang dijalankan oleh individu untuk mengatasi ancaman atau tantangan dengan cara mengubah hubungan yang bermasalah dengan lingkungan. Individu menjalankan koping jenis direct action atau tindakan langsung bila dia melakukan perubahan posisi terhadap masalah yang dialami.

    Ada 4 macam koping jenis tindakan langsung, yaitu:

    • Mempersiapkan diri untuk menghadapi luka
      Individu melakukan langkah aktif dan antisipatif (beraksi) untuk menghilangkan atau mengurangi bahaya dan ancaman dengan cara menempatkan diri secara langsung pada keadaan yang mengancam dan melakukan aksi yang sesuai dengan bahaya tersebut.

    • Agresi
      Agresi adalah tindakan yang dilakukan oleh individu dengan menyerang agen atau stressor yang dinilai mengancam atau akan melukai. Agresi dilakukan bila individu merasa atau menilai dirinya lebih kuat atau berkuasa terhadap agen yang mengancam tersebut.

    • Penghindaran (avoidance)
      Tindakan ini terjadi bila agen atau stressor yang mengancam dinilai lebih berkuasa dan berbahaya sehingga individu memilih cara menghindari atau melarikan diri dari situasi yang mengancam tersebut.

    • Apati
      Jenis coping ini merupakan pola orang yang putus asa. Apati dilakukan dengan cara individu yang bersangkutan tidak bergerak dan menerima begitu saja stressor yang melukai dan tidak ada usaha apa-apa untuk melawan ataupun melarikan diri dari situasi yang mengancam tersebut.

  2. Peredaan atau Peringatan (Palliation)
    Jenis koping ini mengacu pada mengurangi atau menghilangkan atau menoleransi tekanan-tekanan fisik, motorik atau gambaran afeksi dari tekanan emosi yang dibangkitkan oleh lingkungan yang bermasalah. Atau bisa diartikan bahwa bila individu menggunakan koping jenis ini, posisinya dengan masalah relatif tidak berubah, yang berubah adalah diri individu, yaitu dengan cara merubah persepsi atau reaksi emosinya.

    Ada 2 macam koping jenis peredaan atau palliation, yaitu:

    • Diarahkan pada Gejala (Symptom Directed Modes)
      Macam koping ini digunakan bila gejala-gejala gangguan muncul dari diri individu, kemudian individu melakukan tindakan dengan cara mengurangi gangguan yang berhubungan dengan emosiemosi yang disebabkan oleh tekanan atau ancaman tersebut. Melakukan relaksasi, meditasi atau berdoa untuk mengatasi ketegangan juga tergolong ke dalam tetapi bersifat positif.

    • Cara Intrapsikis (Intrapsychic Modes)
      Koping jenis peredaan dengan cara intrapsikis adalah cara-cara yang menggunakan perlengkapan psikologis kita, yang biasa dikenal dengan istilah Defense Mechanism (Mekanisme Pertahanan Diri). Pada dasarnya mekanisme pertahanan diri (defense mechanism) terjadi tanpa disadari dan bersifat membohongi diri sendiri terhadap realita yang ada, baik realita yang ada di luar (fakta) maupun realita yang ada di dalam (dorongan). Defense Mechanism bersifat menyaring realita yang ada sehingga individu yang bersangkutan tidak bisa memahami hakekat dari keseluruhan realita yang ada. Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan, ada dua tipe utama strategi coping yaitu Problem-focused coping dan emotion-focused coping.

Aspek-aspek Strategi Coping


Carver, Scheir, dan Wientraub, (1989) menyebutkan aspek-aspek strategi coping, yaitu:

  1. Keaktifan diri, suatu tindakan untuk mencoba menghilangkan penyebab stres atau memperbaiki akibatnya dengan cara langsung.

  2. Perencanaan, memikirkan tentang bagaimana mengatasi penyebab stres antara lain dengan membuat strategi untuk bertindak, memikirkan tentang langkah upaya yang perlu diambil dalam menangani suatu masalah.

  3. Kontrol diri, individu membatasi keterlibatannya dalam aktifitas kompetisi atau persaingan dan tidak bertindak terburu-buru.

  4. Mencari dukungan sosial yang bersifat instrumental, yaitu sebagai nasihat, bantuan atau informasi.

  5. Mencari dukungan sosial yang bersifat emosional, yaitu melalui dukungan moral, simpati atau pengertian.

  6. Penerimaan, sesuatu yang penuh dengan stres dan keadaan yang memaksanya untuk mengatasi masalah tersebut.

  7. Religiusitas, sikap individu menenangkan dan menyelesaikan masalah secara keagamaan dalam hubungannya secara vertikal kepada Tuhan.

Dapat diambil kesimpulan bahwa aspek-aspek strategi coping adalah usaha yang dilakukan individu dalam menghadapi dan mengatasi masalah yang dialami dengan mengoptimalkan potensi diri (keaktifan diri, perencanaan, kontrol diri, dan penerimaan), kemudian mengoptimalkan peran lingkungan dengan mencari dukungan yang bersifat intrumental dan dukungan sosial yang bersifat emosional, serta usaha yang bersifat religius.

Koping merupakan suatu proses kognitif dan tingkah laku bertujuan untuk mengurangi perasaan tertekan yang muncul ketika menghadapi situasi stres (Rubbyana, 2012). Mutoharoh, (2010) mendefinisikan coping sebagai upaya untuk mengatur, memenuhi kebutuhan dan mengatasi masalah yang bersifat menantang, mengancam, membahayakan, merugikan, atau menguntungkan seseorang.

Koping adalah mekanisme untuk mengatasi perubahan yang dihadapi atau beban yang diterima tubuh dan beban tersebut menimbulkan respon tubuh yang sifatnya nonspesifik yaitu stres. Apabila mekanisme koping ini berhasil, seseorang akan dapat beradaptasi terhadap perubahan atau beban tersebut (Ahyar, 2010).

Mekanisme koping diartikan sebagai proses atau cara untuk mengelola dan mengolah tekanan psikis (baik secara eksternal maupun internal) yang terdiri atas usaha baik tindakan nyata maupun tindakan dalam bentuk intrapsikis seperti peredaman emosi, pengolahan input dalam kognitif (Hasan & Rufaidah, 2013). Mekanisme koping juga didefinisikan sebagai suatu proses tertentu yang disertai dengan suatu usaha dalam rangka merubah domain kognitif dan atau perilaku secara konstan untuk mengatur dan mengendalikan tuntutan dan tekanan eksternal maupun internal yang diprediksi akan dapat membebani dan melampaui kemampuan dan ketahanan individu bersangkutan (Rubbyana, 2012). Mekanisme koping melibatkan kemampuan-kemampuan khas manusia seperti pikiran, perasaan, pemrosesan informasi, proses belajar, mengingat dan sebagainya. Strategi koping tujuannya untuk menyesuaikan diri terhadap tuntutan atau tekanan baik dari dalam maupun dari luar (Hasan & Rufaidah, 2013).

Coping berasal dari kata cope yang bermakna harafiah pengatasan atau penanggulangan. Istilah coping merupakan istilah jamak dalam psikologi maka penggunaan istilah tersebut dipertahankan dan langsung diserap ke dalam bahasa Indonesia untuk membantu memahami bahwa koping tidak sesederhana makna harafiahnya (Rubbyana, 2012). Strategi koping bukan tindakan yang diambil individu dalam satu waktu namun lebih tepatnya suatu set dari respon yang terjadi tiap waktu dimana lingkungan dan individu saling mempengaruhi (Taylor, 2012).

Mekanisme koping didefinisikan sebagai proses tertentu yang disertai usaha mengubah domain kognitif dan atau prilaku secara konstan untuk mengendalikan tuntutan dan tekanan eksternal atau internal yang diprediksi akan dapat membebani dan melampaui kemampuan ketahanan individu. Koping sangat multidimensi dan fleksibel pada individu terutama ketika berhadapan pada situasi dan keadaan yang menyebabkan mereka mengambil tindakan untuk mengatasi dan memodifikasi strategi yang sesuai (Aldwin, et al, 2010).

Jenis Mekanisme Koping

Taylor, (2012) membagi mekanisme koping dalam dua kategori:

  • Direct action (strategi koping yang berfokus pada masalah problem focused coping) yaitu segala tindakan yang diusahakan individu untuk mengatasi atau menanggulangi stres yang langsung diarahkan pada penyebab stres atau stresor.
  • Palliation (strategi koping yang berfokus pada emosi emotional focused coping), perilaku kategori ini merupakan suatu usaha yang diarahkan untuk mengatasi, mengurangi, atau menghilangkan ketegangan emosional yang timbul dari situasi stres, atau bertahan terhadap tekanan emosi negatif yang dirasakan akibat masalah yang dihadapi.

Jenis mekanisme koping yang berfokus pada masalah mencakup tindakan secara langsung untuk mengatasi masalah atau mencari informasi yang relevan dengan solusi yaitu (Mutoharoh, 2010; Taylor, 2012):

  • Konfrontasi, jenis ini memiliki ciri dengan usaha untuk mengubah situasi atau keadaan. Jenis ini juga disebut strategi active coping karena ada penekanan pada tindakan aktif individu untuk mencoba mengatasi masalah maupun untuk mengurangi dampak dari masalah tersebut.
  • Perencanaan masalah, menggambarkan pertimbangan, usaha-usaha yang difokuskan pada masalah untuk mencari jalan keluar. Jenis ini melibatkan usaha memikirkan, menyusun rencana strategi tindakan dan langkah yang akan diambil, serta kemungkinan berhasilnya usaha tersebut.
  • Mencari dukungan sosial berupa bantuan, merupakan usaha mencari dukungan sosial berupa nasehat, informasi, atau bantuan yang diharapkan agar membantu individu memecahkan masalah dan mengatasi stresor yang dihadapi. Jenis ini memiliki ciri khas yaitu usaha untuk memperoleh informasi dari orang lain.
  • Penekanan kegiatan lain (suppression of competiting activities), mencakup usaha membatasi ruang gerak atau aktivitas lain yang tidak berhubungan dengan masalah. Hal ini dilakukan agar perhatian individu sepenuhnya tercurah untuk mengatasi stres.
  • Penundaan perilaku mengatasi stres (restraint coping), adalah usaha mengatasi masalah dengan tidak melakukan tindakan apapun sampai ada kesempatan yang tepat untuk bertindak.
  • Mekanisme koping yang berfokus pada emosi merujuk pada berbagai upaya untuk mengurangi berbagai reaksi emosional negatif terhadap stres yaitu (Mutoharoh, 2010; Taylor, 2012):
  • Penerimaan, menggambarkan penerimaan akan keadaan. Penerimaan diharapkan terjadi dalam keadaan dimana stresor merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari dan bukan hal yang mudah diubah.
  • Menjaga jarak, menggambarkan usaha-usaha untuk melepaskan atau memisahkan diri dari keadaan yang penuh stres
  • Kontrol diri, menggambarkan usaha-usaha untuk mengatur perasaan atau diri sendiri. Mekanisme koping ini lebih mengarahkan usahanya untuk mengendalikan emosi-emosi yang tidak menyenangkan daripada menghadapi sumber stres itu sendiri secara langsung
  • Penghindaran, menggambarkan akan harapan atau usaha untuk lari atau menghindari dari situasi. Mekanisme koping ini kadang-kadang muncul sebagai suatu respon terhadap stresor dan terjadi pada penilaian awal. Penghindaran akan berguna pada tahap awal menghadapi stres namun akan menyulitkan mekanisme koping pada tahap selanjutnya.
  • Kembali ke agama, individu mencari pegangan pada agama saat ia mengalami stres.
  • Penilaian positif, usaha-usaha untuk menemukan arti positif dalam pengalaman yang terjadi. Individu secara emosional dapat lebih tenang dan berpikir jernih sehingga dapat meneruskan atau memulai kembali tindakan mekanisme koping yang terarah pada masalah secara aktif.

Carver,et.al (1989) dalam Madonna, 2014 mengemukakan suatu penelitiannya bahwa terdapat empat jenis mekanisme koping sebagai berikut:

  • Active coping yaitu upaya yang bersifat aktif untuk mengatasi sumber stres dengan melakukan perencanaan dan tindakan langsung.
  • Acceptance coping yaitu upaya yang bersifat pasif dalam menghadapi sumber stres seperti dapat menerima kenyataan dan memandang suatu hal dari sisi positif.
  • Emotional focused coping yaitu upaya untuk mengatasi tekanan psikologis dengan mengeluarkan emosi dan mencari dukungan secara emosional.

Coping merupakan suatu proses yang dilakukan setiap waktu dalam lingkungan keluarga, lingkungan kerja, sekolah maupun masyarakat. Coping digunakan seseorang untuk mengatasi stress dan hambatan–hambatan yang dialami. Dalam kamus psikologi (Chaplin, 2002), coping behavior diartikan sebagai sembarang perbuatan, dalam mana individu melakukan interaksi dengan lingkungan sekitarnya, dengan tujuan menyelesaikan sesuatu (tugas atau masalah).

Lazarus dan Folkman (dalam Sarafino ; 1997) mengartikan coping adalah suatu proses dimana individu mencoba untuk mengatur kesenjangan persepsi antara tuntutan situasi yang menekan dengan kemampuan mereka dalam memenuhi tuntutan tersebut.

Sedangkan (dalam Smet 1994) Lazarus dan Folkman mendefinisikan coping sebagai sesuatu proses dimana individu mencoba untuk mengelola jarak yang ada antara tuntutan-tuntutan, baik itu tuntutan yang berasal dari individu maupun yang berasal dari lingkungan dengan sumber-sumber daya yang mereka gunakan dalam menghadapi stress.

Rasmun mengatakan bahwa coping adalah dimana seseorang yang mengalami stres atau ketegangan psikologik dalam menghadapi masalah kehidupan sehari-hari yang memerlukan kemampuan pribadi maupun dukungan dari lingkungan, agar dapat mengurangi stres yang dihadapinya. Dengan kata lain, coping adalah proses yang dilalui oleh individu dalam menyelesaikan situasi stressful. Coping tersebut adalah merupakan respon individu terhadap situasi yang mengancam dirinya baik fisik maupun psikologik. (Rasmun, 2004 ; 29)

Jadi dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa coping adalah segala usaha individu untuk mengatur tuntutan lingkungan dan segala konflik yang muncul, mengurangi ketidaksesuaian/kesenjangan persepsi antara tuntutan situasi baik yang berasal dari individu maupun lingkungan dengan sumber daya yang mereka gunakan dalam menghadapi stress.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas coping stress merupakan suatu bentuk upaya yang dilakukan individu untuk mengatasi dan meminimalisasikan situasi yang penuh akan tekanan (stress) baik secara kognitif maupun dengan perilaku.

Macam-Macam Coping


Coping psikologis

Pada umumnya gejala yang ditimbulkan akibat stres psikologis tergantung pada dua faktor, yaitu:

  1. Bagaimana persepsi atau penerimaan individu terhadap stressor, artinya seberapa berat ancaman yang dirasakan oleh individu tersebut terhadap stressor yang diterima

  2. Keefektifan strategi coping yang digunakan oleh individu; artinya dalam menghadapi stressor, jika strategi yang digunakan efektif maka menghasilkan adaptasi yang baik dan menjadi suatu pola baru dalam kehidupan, tetapi jika sebaliknya dapat mengakibatkan gangguan kesehatan fisik maupun psikologis.

Coping psiko-sosial

Adalah reaksi psiko-sosial terhadap adanya stimulus stres yang diterima atau dihadapi oleh klien. Menurut Struat dan Sundeen mengemukakan (dalan Rasmun ; 2004) bahwa terdapat 2 kategori coping yang bisa dilakukan untuk mengatasi stres dan kecemasan:

  1. Reaksi yang berorientasi pada tugas (task-oriented reaction).
    Cara ini digunakan untuk menyelesaikan masalah, menyelesaikan konflik dan memenuhi kebutuhan dasar. Terdapat 3 macam reaksi yang berorientasi pada tugas, yaitu:

    • Perilaku menyerang (fight)
      Individu menggunakan energinya untuk melakukan perlawanan dalam rangka mempertahankan integritas pribadinya

    • Perilaku menarik diri (withdrawl)
      Merupakan perilaku yang menunjukkan pengasingan diri dari lingkungan dan orang lain.

    • Kompromi
      Merupakan tindakan konstruktif yang dilakukan individu untuk menyelesaikan masalah melalui musyawarah atau negosiasi.

  2. Reaksi yang berorientasi pada Ego
    Reaksi ini sering digunakan oleh individu dalam menghadapi stres, atau ancaman, dan jika dilakukan dalam waktu sesaat maka akan dapat mengurangi kecemasan, tetapi jika digunakan dalam waktu yang lama akan dapat mengakibatkan gangguan orientasi realita, memburuknya hubungan interpersonal dan menurunkan produktifitas kerja. (Rasmun, 2004)

Bentuk-Bentuk Coping


Lazarus dan Folkman (dalam Sarafino ; 1997) secara umum membedakan bentuk dan fungsi coping dalam dua klasifikasi yaitu sebagai berikut:

  • Coping yang berfokus pada masalah (problem-focused coping) adalah strategi untuk penanganan stress atau coping yang berpusat pada sumber masalah, individu berusaha langsung menghadapi sumber masalah, mencari sumber masalah, mengubah lingkungan yang menyebabkan stress dan berusaha menyelesaikannya sehingga pada akhirnya stress berkurang atau hilang. Untuk mengurangi stressor individu akan mengatasi dengan mempelajari cara-cara atau keterampilan-keterampilan yang baru. Individu akan cenderung menggunakan strategi ini bila dirinya yakin akan dapat mengubah situasi karena individu secara aktif mencari penyelesaian dari masalah untuk menghilangkan kondisi atau situasi yang menimbulkan stress. Strategi ini akan cenderung digunakan seseorang jika dia merasa dalam menghadapi masalah dia mampu mengontrol permasalahan itu.

  • Coping yang berfokus pada emosi (emotion-focused coping) adalah strategi penanganan stress dimana individu memberi respon terhadap situasi stress dengan cara emosional. Digunakan untuk mengatur respon emosional terhadap stress. Pengaturan ini melalui perilaku individu bagaimana meniadakan faktafakta yang tidak menyenangkan. Bila individu tidak mampu mengubah kondisi yang menekan individu akan cenderung untuk mengatur emosinya dalam rangka penyesuaian diri dengan dampak yang akan ditimbulkan oleh suatu kondisi atau situasi yang penuh tekanan. Individu akan cenderung menggunakan strategi ini jika dia merasa tidak bisa mengontrol masalah yang ada.

Berawal dari pendapat yang dikemukakan Lazarus mengenai tipe coping stres, suatu studi lanjutan dilakukan oleh Folkman, dkk (dalam Smet, 1994 ; 145) mengenai variasi dari kedua strategi terdahulu, yaitu problem-focused coping dan emotion focused coping. Hasil studi tersebut menunjukkan adanya delapan bentuk coping yang muncul, yaitu :

  1. Problem focused coping

    • Planful Problem Solving
      Menggambarkan usaha pemecahan masalah dengan tenang dan berhati-hati disertai dengan pendekatan analisis untuk pemecahan masalah.

    • Confrontive Coping
      Menggambarkan reaksi agresif untuk mengubah keadaan, yang menggambarkan pula derajat kebencian dan pengambilan resiko.

    • Seeking Social Suport
      Menggambarkan usaha untuk mencari dukungan dari pihak luar, baik berupa informasi, bantuan nyata maupun dukungan emosional.

  2. Emotion focused coping

    • Distancing
      Menggambarkan reaksi melepaskan diri atau berusaha tidak melibatkan diri dalam permasalahan, disamping menciptakan pandangan-pandangan yang positif.

    • Self-Control
      Menggambarkan usaha-usaha untuk meregulasi perasaan maupun tindakan.

    • Accepting Responsibility
      Yaitu usaha-usaha untuk mengakui peran dirinya dalam permasalahan yang dihadapi dan mencoba untuk mendudukkan segala sesuatu dengan benar sebagaimana mestinya.

    • Escape-Avoidance
      Menggambarkan reaksi berkhayal dan usaha menghindar atau melarikan diri dari masalah yang sedang dihadapi.

    • Positive Reappraisal
      Menggambarkan usaha untuk menciptakan makna yang positif dengan memusatkan pada pengembangan personal dan juga melibatkan hal-hal yang bersifat religius.

Referensi

http://etheses.uin-malang.ac.id/1826/6/09410068_Bab_2.pdf

Coping yaitu bagaimana orang berupaya mengatasi masalah atau menangani emosi yang umumnya negatif yang ditimbulkannya (Davidson, 2006). Cox berpendapat tentang coping merupakan kognisi dan perilaku yang diadopsi oleh individu, menyusul pengakuan transaksi stres, yang dalam beberapa cara yang dirancang untuk menangani transaksi tersebut (Cooper, 1991).

Coping Mechanism adalah suatu mekanisme untuk mengatasi perubahan yang dihadapi atau beban yang diterima. Apabila coping mechanism ini berhasil, seseorang dapat beradaptasi terhadap perubahan tersebut atau akan merasakan beban berat menjadi ringan (Sholeh, 2006).

Dari beberapa pendapat tentang teori coping diatas, dapat disimpulkan coping merupakan kognisi dan perilaku yang diadopsi oleh individu, menyusul pengakuan transaksi stres, yang dalam beberapa cara yang dirancang untuk menangani transaksi tersebut. Lazarus & Folkman dalam bukunya mengatakan ada dua bentuk coping utama.

Orang dapat memfokuskan pada masalah atau situasi spesifik yang telah terjadi, sambil mencoba menemukan cara untuk mengubahnya atau menghindarinya di kemudian hari. Hal ini dinamakan strategi terfokus masalah (problem-focused coping).

Seseorang juga dapat berfokus untuk menghilangkan emosi yang berhubungan dengan situasi stres, walaupun situasi sendiri tidak dapat diubah. Proses kedua ini dinamakan strategi terfokus emosi (emotion-focused coping) (Atkinson, 1993).

Matheny dkk dalam Rice (1992), mendefinisikan Coping sebagai segala usaha, sehat maupun tidak sehat, positif maupun negatif, usaha kesadaran atau ketidaksadaran, untuk menghilangkan, atau melemahkan stresor, atau untuk memberikan ketahanan terhadap dampak stres.

Aldwin dan Revenson dalam Kertamuda & Herdiansyah (2006), menyatakan bahwa pengertian strategi coping merupakan suatu cara atau metode yang dilakukan oleh tiap individu untuk mengatasi dan mengendalikan situasi atau masalah yang dialami dan dipandang sebagai hambatan, tantangan yang bersifat menyakitkan, serta merupakan ancaman yang bersifat merugikan.

Menurut Lazarus dalam Nindhayati (2008), coping mempunyai dua konotasi, yaitu menunjukkan suatu cara menghadapi tekanan, yaitu menunjukkan sesuatu cara menghadapi tekanan dan menunjukkan suatu cara untuk mengatasi kondisi yang menyakitkan, menancam atau menantang ketika respon yang otomatis.

Tujuan Coping

Menurut Cohen dan Lazarus dalam Sarafino (1998), tujuan coping yaitu :

  1. Mengurangi hal yang diperkirakan akan menimbulkan situasi stres terutama yang berasal dari lingkungan. Usaha ini meliputi cara mencari alternatif pemecahan masalah.

  2. Tercapainya penyesuaian yang baik terhadap kejadian-kejadian negatif yang dialami seseorang dalam kehidupannya.

  3. Bertahannya anggapan positif terhadap diri sendiri.

  4. Memiliki kemampuan untuk dapat mempertahankan keseimbangan emosional.

  5. Dapat menjalin hubungan yang memuaskan dengan orang lain.

Strategi Coping

Carver (1989) memberikan tiga jenis coping tersebut, yaitu :

Problem Focussed Coping

  1. Active coping

Proses pengambilan langkah aktif dalam usaha menghilangkan atau mengelakkan stressor atau untuk memperbaiki efek yag diberikan oleh stressor tersebut.

  1. Planning

Memikirkan bagaimana mengatasi stressor.

  1. Suppression of Competing activities

Mengesampingkan masalah lain, mencoba untuk menghindar dari distraksi kejadian yang lain, bahkan membiarkan masalah lain muncul, sehingga dapat berdamai dengan stressor.

  1. Restraint coping

Menunggu sampai ada kesempatan yang tepat untuk melakukan tindakan, menahan diri dan tidak bertindak prematur.

  1. Seeking of instrumental social support

Mencari nasehat, bantuan atau informasi dari orang lain.

Emotion Focussed Coping

  1. Seeking emotional social support

Mendapatkan dukungan moral, seperti simpati atau pengertian.

  1. Positive reintrepretation

Berusaha untuk mengatur emosi distress, daripada mengatasi stressor.

  1. Acceptance

Respon coping yang fungsional, dalam artian seseorang yang menerima kenyataan mengenai situasi menekan akan cenderung menjadi seseorang yang berusaha untuk mengatasi situasi tersebut.

  1. Denial

Respon yang kadankala muncul saat primary appraisal. Seringkali memberi kesan kalau denial itu berguna, mengecikan distress dan memfasilitasi coping .

  1. Turning to religion

Seseorang dapat beralih keagama atau kepercayaannya saat berada dalam tekanan untuk berbagai macam alasan.

Coping Maladaptif

  1. Focusing on and venting of emotion

Kecenderungan untuk memusatkan perhatian pada hal-hal yang dirasakan seseorang sebagai distress dan kemudian melepaskan perasaan-perasaan tersebut.

  1. Behavioral disengagement

  2. Mengurangi usaha untuk melawan stressor, tidak ingin lagi berusaha untuk mencapai objek / kejadian dimana stressor mengganggu, Behavioral disengagement digambarkan melalui gejala perilaku yang disebut “helplessness”

  3. Mental disengagement

  4. Merupakan variasi dari behavioral disengagement, muncul bila ada keadaan-keadaan yang menghalangi munculnya behavioral disengagement

  5. Alcohol drug disengagement

Jenis coping ini sebenarnya diajukan sebagai aspek dari mental disengagement, tetapi validitas tidak pernah memadai untuk dimasukkan sebagai aspek dari jenis coping mental disengagement .

Coping

Coping merupakan suatu proses yang dilakukan setiap waktu dalam lingkungan keluarga, lingkungan kerja, sekolah maupun masyarakat. Coping digunakan seseorang untuk mengatasi stress dan hambatan–hambatan yang dialami. Dalam kamus psikologi (Chaplin, 2002 ; 112), coping behavior diartikan sebagai sembarang perbuatan, dalam mana individu melakukan interaksi dengan lingkungan sekitarnya, dengan tujuan menyelesaikan sesuatu (tugas atau masalah).

Lazarus dan Folkman (dalam Sarafino ; 1997) mengartikan coping adalah suatu proses dimana individu mencoba untuk mengatur kesenjangan persepsi antara tuntutan situasi yang menekan dengan kemampuan mereka dalam memenuhi tuntutan tersebut. Sedangkan (dalam Smet 1994 ; 143) Lazarus dan Folkman mendefinisikan coping sebagai sesuatu proses dimana individu mencoba untuk mengelola jarak yang ada antara tuntutan-tuntutan, baik itu tuntutan yang berasal dari individu maupun yang berasal dari lingkungan dengan sumber-sumber daya yang mereka gunakan dalam menghadapi stress.

Rasmun mengatakan bahwa coping adalah dimana seseorang yang mengalami stres atau ketegangan psikologik dalam menghadapi masalah kehidupan sehari-hari yang memerlukan kemampuan pribadi maupun dukungan dari lingkungan, agar dapat mengurangi stres yang dihadapinya. Dengan kata lain, coping adalah proses yang dilalui oleh individu dalam menyelesaikan situasi stressful. Coping tersebut adalah merupakan respon individu terhadap situasi yang mengancam dirinya baik fisik maupun psikologik. (Rasmun, 2004 ; 29)

Jadi dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa coping adalah segala usaha individu untuk mengatur tuntutan lingkungan dan segala konflik yang muncul, mengurangi ketidaksesuaian/kesenjangan persepsi antara tuntutan situasi baik yang berasal dari individu maupun lingkungan dengan sumber daya yang mereka gunakan dalam menghadapi stress.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas coping stress merupakan suatu bentuk upaya yang dilakukan individu untuk mengatasi dan meminimalisasikan situasi yang penuh akan tekanan (stress) baik secara kognitif maupun dengan perilaku.

Referensi

http://etheses.uin-malang.ac.id/1826/6/09410068_Bab_2.pdf