Bagaimana Perbandingan Agroforestry Indonesia dengan Luar Negeri?

Agroforestry yang ada di Indonesia dapat jadi salah satu alternatif untuk memecahkan pemasalahan penurunan kualitas dan kuantitas sumberdaya alam, termasuk didalamnya berupa upaya-upaya penguatan atau pemberdayaan masyarakat dalam mencapai peningkatan kesejahteraannya. Menurut BPS (2005) dan Departemen Pertanian (2006) menyatakan kegiatan-kegiatan petani kecil yang berbasis hutan ataupun pohon ataupun berbasis agroforestry mampu menyumbang USD 6,2 Milyar pada setiap tahunnya dan mampu memberikan lapangan kerja bagi sekitar 4 juta orang penduduk. Masyarakat mempunyai tantangan ekologi dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya, yaitu harus menjaga kelestarian hutan yaitu lestari keberadaan dan juga lestari fungsi hutannya. Dinilai dari segi ekonomi dengan meningkatnya jumlah penduduk akan diikuti oleh meningkatnya jumlah kebutuhan pangan, papan dan kebutuhan hidup lainnya. Hal ini mendorong terjadinya konversi lahan hutan menjadi lahan pertanian dan pemukiman dikarenakan para petani yang mengandalkan system agroforestry bakal kesulitan mendapatkan penghasilan jika hasilnya dialih fungsikan. Pengelolaan system agroforestry yang ada di Indonesia contohnya Pengelolaan produksi karet karena kebutuhan bahan karet terus meningkat karena meningkatnya industri mobil.

Perbandingan system agroforestry Indonesia dengan Malaysia, dengan jumlah penduduk lebih sedikit daripada di Indonesia lebih cenderung memilih sistem perkebunan, maka dengan jumlah penduduk yang sedikit memungkinkan untuk kondisi ekologi disana sangat baik karena pemanfaatan hutan masih lestari. Namun, Malaysia telah menyadari bahwa sistem pengelolaan perkebunan yang masih terus dipraktekan hingga kini mempunyai risiko cukup tinggi terhadap fluktuasi harga pasar. Untuk meningkatkan pendapatan negara, pemerintah Malaysia memberikan ijin kepada perusahaan swasta atau semi pemerintah untuk membuka perkebunan kelapa sawit dalam jumlah luasan cukup besar. Upah yang ditawarkan perusahaan kepada pekerja hariannya dua kali lebih besar daripada upah yang diperoleh pekerja pada sektor pertanian lainnya. Maka dengan kondisi perekonomian ini, kemungkinan besar perkembangan agroforestri akan tertekan karena ada peluang untuk mendapatkan penghasilan yang lebih besar bagi petani sehingga peluang pengembangan sistem perkebunan menjadi semakin besar.

Dari hasil perbandingan diatas kenapa negara Malaysia memiliki potensi perkembangan agroforestri yang meningkat dengan adanya peluang pengembangan sistem perkebunan menjadi besar, sedangkan Di indonesia sulit berkembang karena alih fungsi lahan dengan dibarengi kepadatan penduduk yang terus meningkat ? Apa solusi yang harus dilakukan agar sistem pengelolaan agroforestry di Indonesia dapat berkembang ?

Untuk menambah wawasan mengenai perbandingan Agroforestry Indonesia dengan Luar Negeri bisa membaca file dibawah ini:
Buku Agroforestry 2011 (wecompress.com).pdf (2.9 MB)
Prospek_Penelitian_dan_Pengembangan_Agroforestri_d.pdf (671.6 KB)

14 Likes

Perbedaan Sistem Agroforestri Negara Jepang dan Indonesia.

Hutan milik di Jepang dibangun pada tahun 1800-an dan di awal pasca PD II, bertujuan untuk memenuhi permintaan dalam negeri yang tinggi akan produk kayu. Hutan rakyat di Indonesia dibangun pada akhir tahun 1960-an, dengan tujuan untuk menanggulangi laban kritis yang sulit ditanami tanaman pangan. Tujuan pengelolaan petani di kedua negara serupa, yaitu memperoleh pendapatan dan kayu dan non-kayu.

Persentase area hutan milik Jepang terhadap luas kawasan Jepang sebesar 39% dan rata-rata lahan petani 2,7 hektar. Persentase area hutan rakyat Indonesia terhadap luas kawasan Indonesia besamya 6% dan rata-rata lahan petani 0,2-1,7 hektar. Dasar pemilihan jenis kayu di kedua negara sama yaitu disukai pasar dan bernilai tinggi dalam perdagangan. Sistem tebang habis dengan permudaan buatan dijalankan di hutan milik di Jepang yang berbentuk monokultur, dimana teknik silvikultur telah didukung oleh mekanisasi.

Sistem tebang pilih dengan permudaan alami dan buatan dijalankan di hutan rakyat di Indonesia yang berbentuk agroforestry, dimana teknik silvikultur masih dilaksanakan secara manual. Produksi kayu dan hutan milik Jepang memasok sekitar 72% dan total produksi kayu domestik Jepang. Pasokan kayu rakyat terhadap total produksi kayu domestik Indonesia yaitu antara 1-4% (Departemen Kehutanan, 2001 dalam FWIlGFW,2001).

Petani hutan di Jepang memiliki koperasi hutan, yang dibentuk pemerintah sejak tahun 1907, sebagai lembaga petani yang terstruktur dengan baik hingga ke level nasional. Koperasi hutan mengelola area hutan milik anggota, berperan besar dalam aktivitas silvikultur, pemanenan dan penjualan hasil hutan kayu dan non-kayu.
​Petani di Indonesia memiliki kelompok tani, yang dibentuk tabun 1970-an, sebagai lembaga petani yang masing-masing masih berdiri sendiri dan belum terstruktur dengan baik. Peran kelompok tani masih terbatas sebagai sarana komunikasi antar petani maupun antara petani dengan tenaga penyuluh. Petani di Jepang dan di Indonesia menghadapi permasalahan yang berbeda.
​Menurunnya keuntungan dari hasil penjuaian kayu adalah persoalan yang dihadapi petani di Jepang, selain adanya kecenderungan industri kayu di Jepang yang lebih memilih kayu impor dikarenakan harganya secara umum lebib murah dari kayu lokal. Petani di Indonesia memiliki masalah yang lebih disebabkan karena masih adanya ketergantungan pada pedagang pengumpul dalam aktivitas pemanenan dan penjualan kayu dan kelembagaan petani yang ada saat ini belum dapat mewujudkan kerjasama antar petani dalam aktivitas-aktivitas pengelolaan.
​Petani hutan rakyat Indonesia dengan dibantu pemerintah dapat mencoba menerapkan model koperasi petani hutan Jepang terutama dalam menjalankan aktivitas pemanenan dan penjualan kayu. Organisasi petani yang sudah ada dapat dikembangkan untuk menjadi suatu lembaga petani yang memiliki kekuatan modal dan peralatan yang memadai untuk mendukung pengelolaan bulan rakyat petani.

Sumber:
Rengganis. Perbandingan profil hutan milik di Jepang dan hutan rakyat di Indonesia. UT Forest Management; 2003.

7 Likes

Melihat kenyataan di atas maka solusi
terbaik adalah:

  1. Pemerintah sebaiknya memberikan ijin legal atas hak pengelolaan lahan yang telah diusahahan petani yaitu semacam HGU untuk usaha produktif usaha tani tanaman pangan sehingga petani dapat memberikan kontribusi berupa pajak atas usaha dan pemanfaatan lahan tersebut.

2.Memberikan bimbingan teknologi budidaya khususnya untuk menerapkan teknologi organik dan hayati guna meningkatkan kesuburan lahan dan menjamin usaha tani yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.

3.Melibatkan stakeholder dan swasta yang
memiliki komitmen menunjang dalam sistem
agribisnis tanaman pangan sehingga akan
menjamin kepastian pasar, sarana input
teknologi produktivitas dan nilai tambah dari
usaha tani terpadunya. Pengelolaan lahan
kering untuk pertanian dapat dilakukan dengan
menerapkan teknologi produktivitas organik
agar memberikan kontribusi yang nyata bagi
peningkatan produksi pangan dan
kesejahteraan masyarakat. Sebagai contoh jika
150.000 ha lahan ini digunakan untuk budidaya jagung jika dengan tambahan teknologi produktivitas organik dapat menghasilkan rata-rata 6,5 ton/ha yang dilakukan dengan 2 kali
MT maka akan terjadi penambahan produksi
sebesar: 1,95 juta ton jagung, berarti akan
mensubstitusi lebih dari 60 persen impor
jagung. Multiple efek dari usaha tani tanaman
pangan ini sangat berarti dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan petani dan
masyarakat sekitar dan bagi kepentingan
nasional.

Sumber:
Mayrowani H, Ashari. Pengembangan agroforestry untuk mendukung ketahanan pangan dan pemberdayaan petani di sekitar hutan. Forum Penelitian Agro Ekonomi 2011; 29(2): 83-98.

5 Likes

Di Indonesia, agroforestri telah menyumbang dalam perubahan kebijakan pengelolaan hutan dalam 20 tahun terakhir ini.

Source
Agroforestri : Perjalanan Praktik Pengelolaan Kebun Hutan di Indonesia.
Mongabay.co.id

6 Likes

Jumlah penduduk yang berbeda antara Indonesia dan Malaysia, dimana Malaysia memiliki jumlah penduduk yang lebih sedikit sehingga memilih untuk menerapkan sistem perkebunan dan hutan disana masih lestari. Sedangkan di Indonesia memiliki jumlah penduduk yang padat diikuti dengan meningkatnya kebutuhan pangan dan papan sehingga mendorong terjadinya konversi lahan hutan menjadi lahan pertanian dan pemukiman.

Agroforestri sebaiknya dilakukan dengan lebih teliti agar penerapannya dapat berjalan secara proporsional agar kelebihannya dapat diperoleh dan kelemahan dapat diminimalkan. Penerapan sistem agroforestri yang benar dan tepat tentu akan memberikan hasil optimal.

5 Likes

Apa yang dilakukan oleh Petani Jepang ketika hasil penjualan kayunya menurun? Apakah mereka menaikan harga hasil tanaman pertaniannya?

5 Likes

Setelah saya baca, pembahasan tersebut lebih mengarah kepada hutan milik dan/atau hutan rakyat negara.

Pada pembahasan tersebut disebutkan bahwa hutan di Jepang yang dimaksud menggunakan sistem monokultur. Bagaimana dengan lahan hutan yang menggunakan sistem agroforestrynya? atau memang semua hutan milik dan/atau hutan rakyat yang dimaksud dalam bahasan tersebut merujuk kepada lahan hutan berbasis agroforestry? terima kasih

5 Likes

Dari hasil hasil penelitian yang telah dilakukan untuk menguji agroforestri,beberapa telah memberikan rekomendasi dalam meningkatkan kinerja dari sistem agroforestri. Rekomendasi yang dapat dilalukan seperti pemilihan komposisi yang tepat dari jenis-jenis tanaman yang dipilih serta teknik penanganan yang tepat dalam rangka peningkatan produktivitas. Dari hasil penelitian-penelitian tersebut dapat membuktikan bahwa sistem agroforestri dapat memberikan kontribusi positif terhadap kesuburan tanah, keseimbangan tata air, serta menyediakan habitat yang cocok untuk perkembangan flora dan fauna.

7 Likes

Penerapan agroforestry telah dilakukan pada bidang kehutanan, khususnya pada saat penanaman yaitu pada tahun 1806 di Myanmar dengan cara “Taungya” (cara tumpangsari). Di indonesia cara tumpangsari juga sudah diterapkan mulai tahun 1897. Philosopy dari sistem “Taungya” adalah membuat tanaman hutan jika mungkin dengan menggunakan tenaga kerja yang tidak punya lahan dan pengangguran. Sistem agroforestry semakin cepat berkembang dengan didukung adanya penelitian-penelitian yang dilakukan di banyak negara. Di indonesia telah berkembang sejak tahun 1960-an, agar supaya arah penelitian terarah dengan baik maka didirikanlah suatu organisasi internasional yang mendukung, merencanakan, mengkoordinasikan pada tingkat internasional tentang penelitian yang berhubungan sistem penggunaan lahan pertanian dan kehutanan. Organisasi itu adalah the International Council for Research in Agroforestry (ICRAF) yang didirikan pada tahun 1977 oleh IDRC. Sejak itu agroforestry telah menjadi mata kuliah di banyak universitas di negara berkembang maupun negara maju. Di indonesia telah banyak universitas yang menjadikan agroforestry menjadi salah satu mata kuliah, seperti UGM, UNIB, UNMUL, UNBRA, ULAM, IPB dan lainnya.

7 Likes

perbandingan antara pertanainagroforestri indonesia dengan luar negeri dapat ditinjau dari beberapa aspek baik ekologi, regulasi dan sistem perekonomiannya. negara-negara yang banyak mengembangkan agroforestri ini biasanya negara tropis dan beberapa sub tropis.

disini saya membandingkan bagaimana pengelolaanpertanian agroforestri dari segi ekologi anatara Indonesia dan daerah sub sahara afrika.

Agroforestry at sub-saharan african.pdf (1.5 MB)

pertanian agroforestri antara indonesia dan daerah sub sahara memiliki banyak persamaan dari segi komodiatas, dimana komoditas yang banyak dijadikan sebagai cover crop berupa umbu-umbian, polongan, terong-terongan dan berbagai tanaman kacang-kacangan. tidak berbeda jauh dengan tanaman cover crop, tanaman penaung dalam pertanian agroforestri daerah sub sahara hampir sama dengan indonesia yaitu mangga, jambu hingga asam jawa menjadi tamanam yang banyak dijumpai. hampir semua tanaman yang ada dalam pertanian agroforestri daerah sub sahara menjadi komoditas komersil baik kayuannya maupun tanaman semusim nya.

perbedaan nya terletak pada kepemilikan lahan dan regulasi yang berlaku. tak lepas dari sejarah bahwa daerah afrika merupakan daerah eksploitasi dari berbagai pihak sehingga petani relatif tidak memiliki lahan tetap, sehingga pengelolaan lahan agroforetstri yang dilakukan ialah di lahan milik pemerintah atau daerah adatnya. sedangkan kebebasan yang dimiliki petani juga relatif sedikit sehingga komoditas yanh ditanam kebanyakan komditas infor dari amerika dan/atau asia yang memiliki harga lebih mahal.

hal terakhir diatas jelas berbeda dengan indoensi, dimana petani kita relatif memiliki lahan sendiri dan juga mengelola lahan perhutani (pemerintah). kebebasan petani dalam menentukan komoditas budiya juga jauh lebih bebas dengan kepemilikan lahan sendiri.

6 Likes

Berdasarkan artikel yang saya baca,
Berbagai program tanggap darurat Covid-19 yang dilakukan pemerintah Jepang dalam kaitannya dengan sektor pertanian tampak terintegrasi dari hulu hingga hilir. Mulai dari aspek produksi, pengolahan, distribusi dan pemasaran, serta pembiayaan. Subsidi yang dialokasikan ditentukan melalui prosedur baku berdasarkan persyaratan kepada petani/peternak, rimbawan, dan nelayan maupun pengolah produk pertanian/peternakan, kehutanan dan perikanan. Efektivitas subsidi tampak nyata dengan banyaknya donasi pangan yang masuk dan dikelola oleh Food Banks .

5 Likes

Di daerah-daerah beriklim sedang (tem perate), seperti di Eropa dan Amerika, sudah sejak lama hutan dan tanah pertanian menjadi dua dunia yang saling terpisah. Petani-petani membuka hutan alam lalu secara tetap menempati dan mengelola tanah-tanah terbaik: tidak ada lagi interaksi erat antara pertanian dan hutan.
Pepohonan umumnya tak lagi masuk dalam lingkungan pertanian, kecuali dalam fruit orchard (kebun monokultur buah-buahan) seperti apel, anggur, jeruk. Pola budidaya ini membutuhkan biaya yang tinggi dan teknologi yang canggih.
Di sisi lain, hutan-hutan dikelola untuk memproduksi kayu secara eksklusif, tanpa sentuhan dengan dunia pertanian. Dengan demikian, dunia pertanian dan kehutanan di Barat terpisah secara tegas dan berkembang
sendiri-sendiri hingga mencapai bentuknya sekarang.
Sementara itu, kalangan kehutanan di negara-negara tropika termasuk Indonesia terus mengikuti langkah negara-negara beriklim sedang, tanpa mempertanyakan kesesuaiannya dengan kondisi setempat. Ini dilakukan dengan
mengukuhkan penguasaan atas tanah dan sumber daya hutan, melalui upaya pengembangan silvikultur dan pengamanan kawasan hutan yang memaksa petani menyingkir dari hutan.
Sekarang ini sistem-sistem agroforest tersebut sepertinya merupakan sistem usahatani yang hanya diterapkan oleh petani-petani kecil. Indonesia yang memiliki hutan-hutan yang kaya dengan beraneka etnis penduduk,menyediakan beranekaragam pilihan sistem usahatani. Selain itu, hubungan penduduk dengan dunia luar, yang
diwakili oleh para pedagang Cina, Arab dan Eropa, sudah berkembang dengan pesat sejak lama. Semua unsur ini menjadi pendorong proses pembangunan beraneka perpaduan agroforest.

source: de Foresta, H et G Michon (1991). Agroforesteries Indonésiennes: systèmes et approches.

7 Likes

Malaysia memiliki potensi perkembangan agroforestri yang meningkat karena hal ini berhubungan dengan fokus yang mengarah ke perluasan perkebunan Malaysia. Secara tidak langsung, maka agroforestri di Malaysia masih minim dan lebih terjaga dalam ekosistemnya. Sehingga hal ini juga sejalan dengan pengembangan perkebunan yang lebih besar serta kondisi agroforestri yang lebih baik.
Di Indonesia, kondisi pertanian yang masih cenderung konvensional menyebabkan lebih sulitnya menjaga ekosistem pertanian. Selain itu, mungkin banyak yang beranggapan bahwa pertanian di lahan hutan memerlukan lahan luas dengan tanaman yang homogen, sehingga konversi hutan menjadi lahan pertanian homogen semakin meningkat. Hal ini akan memperluas kesalahan pemahaman masyarakat tentang bagaimana sistem agroforestri yang tepat tanpa harus menghomogenkan ekosistem hutan. Kepadatan penduduk hanya menjadi salah satu faktor penyebab permasalahan ini.
Solusi yang harus dilakukan salah satunya mengimbangi peningkatan jumlah penduduk dengan sistem pertanian yang lebih modern dalam artian sistem yang memanfaatkan input pertanian yang berasal dari lingkungan. Selain itu, agroforestri yang diterapkan sesuai dengan prinsip LEISA (low external input sustainable agriculture), karena jika hanya mengandalkan pertanian homogen dan input yang tinggi tentunya agroforestri tidak akan menguntungkan dalam jangka waktu yang panjang dan malahan akan menyebabkan degradasi lahan.

8 Likes

bagaimana menurut teman-teman dengan pengembangan agrosilvopatura yang banyak terdapat di negara belanda, australia maupun new zealand, apakah pengembangan itu juga termasuk dalam regulasi pemisahan anatar hutan dan petanian yang disebutkan?

3 Likes

Adapun pengembangan agroforestri di Indonesia mempunyai peluang cukup besar karena adanya beberapa alasan, antara lain adalah:
• Adanya perubahan paradigma baru tentang pengelolaan hutan yang lebih mempertimbangkan pengelolaan sumber daya alam dan usaha meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang hidup di sekitar hutan dapat memberikan peluang besar untuk pengembangan agroforestri.
• Meningkatnya kesadaran tentang pengetahuan lokal petani, membuka kesempatan yang luas untuk mempelajari praktik agroforestri yang telah berkembang di Indonesia sejak dahulu kala, yang kemungkinan dapat ditularkan ke tempat lain.
• Besarnya luasan lahan terdegradasi (misalnya padang alang-alang dan hutan terdegradasi) memberikan kesempatan untuk mengikutsertakan agroforestri dalam program rehabilitasi lahan dan pengelolaan sumber
daya alam.
• Kepedulian global pada usaha pengurangan konsentrasi CO2 di atmosfer dengan jalan meningkatkan cadangan karbon (carbon-stock), mengurangi emisi gas rumah kaca, dan mempertahankan keanekaragaman hayati, telah
membuka kesempatan untuk memanfaatkan cadangan karbon dalam agroforestri yang lebih besar dibandingkan dengan pertanian intensif.
• Kepedulian global terhadap kelestarian alam, dengan memberikan penghargaan terhadap produk yang dihasilkan dari pertanian ‘hijau’
(termasuk agroforestri) semakin meningkat.

source: Kurniatun Hairiah, dkk.2003. Prospek Penelitian dan Pengembangan Agroforestri
di Indonesia

4 Likes

Menurut saya yang mengapa perbandingan pemanfaatan hutan Malaysia dan Indonesia berbeda dilihat juga dari segi SDM yang ada. Mungkin saja pengetahuan tentang betapa pentingnya hutan di sekitar kurang dipahami oleh masyarakat Indonesia. Selain itu meningkatnya jumlah penduduk Indonesia yang pesat, membuat pengolahan hutan dapat sedikit dan menjerumus ke arah yang negatif bagi lingkungan, seperti pembukaan lahan hutan untuk pemukiman dsb. sehingga diperlukan pengetahuan lebih untuk diberikan kepada masyarakat luas alangkah pentingnya hutan. Selain itu juga perlu diberitahukan kepada masyarakat luas mengenai dampak-dampak jika tidak melestarikan hutan lebih lanjut.

4 Likes

Negara malaysia memiliki potensi perkembangan agroforestry yang meningkat dengan cara yang telah dipaparkan diatas dapat dilakukan karena kemungkinan lahan yang masih belum diurus dan belum dimanfaatkan masih banyak disana sehingga pemerintahan malaysia bekerja keras untuk mengembangkan sektor agroforestry seperti memperluas agroforestry karet didaerah tersebut. hal ini berbeda dengan indonesia dikarenakan jumlah oenduduk indonesia yang jauh lebih banyak dan luasan lahan kosong diindonesia semakin sedikit, sehingga pemerintah akan kesulitan jika disuruh untuk memperluas daerah agroforestry.
Cara yang dapat dilakukan pemerintah Indonesia yaitu yang pertama dapat mengedukasi masyarakat bahwa agroforeatry itu penting dan dapat meningkatkan penghasilan ekonomi masyarakat, lalu harus sesuai tanaman yang akan ditanam dengan menyesuaikan kebutuhan dan kondisi lahan yang ada disana. Diusahakan diseluruh indonesia tidak menanam bebarengan atau menanam tanaman yang sama supaya harga pasar tidak jatuh.

4 Likes

Kkurangnya motivasi jauh lebih besar daripada masalah lain: kurangnya kapasitas, termasuk kurangnya pengetahuan yang cukup, bantuan teknis dan modal. Agar agroforestri berhasil, petani perlu belajar pohon mana yang cocok untuk jenis lahan mereka, bagaimana mengelola pohon-pohon itu dan bagaimana memasarkan produk-produk agroforestri.

Ada juga kebutuhan akan penyuluhan yang efektif untuk didukung oleh pemerintah atau LSM, yaitu informasi dan pendidikan tentang pengelolaan pohon yang tepat. Pengetahuan dan pemahaman penuh tentang manfaat pertanian berbasis pohon dapat membantu memotivasi petani untuk mengejar pendekatan agroforestri

5 Likes

Saya setuju. Kurangnya pengetahuan yang cukup, bantuan teknis dan modal bagi masyarakat bisa menjadi faktor masyarakat belum melakukan agroforestry. . Agar agroforestri berhasil, petani perlu belajar pohon mana yang cocok untuk jenis lahan mereka, bagaimana mengelola pohon-pohon itu dan bagaimana memasarkan produk-produk agroforestri. Serta melakukan penyuluhan yang dibantu oleh Pemerintah dapat menjadi salah satu upaya agar agroforesty lebih dikenal di kalangan masyarakat

3 Likes

Agroforestri dapat memainkan peran penting dalam mengurangi perubahan iklim karena menyerap lebih banyak karbon atmosfer di bagian tanaman dan tanah daripada pertanian konvensional, lapor peneliti.

Sistem pertanian yang menggabungkan pohon dengan tanaman dan ternak di sebidang tanah yang sama, agroforestry sangat populer di negara-negara berkembang karena memungkinkan petani pemegang saham kecil - yang memiliki lahan kecil yang tersedia bagi mereka - untuk memaksimalkan sumber daya mereka. Mereka bisa menanam tanaman sayuran dan biji-bijian di sekitar pohon yang menghasilkan buah, kacang-kacangan, dan kayu untuk memasak api, dan pepohonan memberi warna pada hewan yang menyediakan susu dan daging.

Program pemerintah di beberapa negara di daerah tropis - seperti Brasil, Indonesia, dan Kenya - membayar petani untuk menanam pohon di lahan mereka untuk mengurangi perubahan iklim, Jacobson menunjukkannya. Dan strategi itu banyak dianut karena sistem pertanian jauh lebih terintegrasi di daerah tropis dimana petani lebih miskin dan manfaat ekonomi seringkali sangat dibutuhkan.

“Di Amerika Serikat, Anda bisa melihat agroforestri lebih banyak dari sudut pandang lingkungan dan manfaat ekonomi - walaupun penting - bersifat sekunder,” kata Jacobson. "Tapi di daerah tropis, Anda harus memiliki manfaat ekonomi untuk membuatnya bekerja atau petani tidak akan melakukannya. Sebagian besar hanya memiliki satu atau dua hektar tanah dan mereka membutuhkan semua produk ini agar keluarga mereka bertahan, sehingga pohon sangat penting. Itu adalah perbedaan penting, saya kira. "

Agroforestri terkait erat dengan gerakan pertanian berkelanjutan di AS, dengan inisiatif makanan organik, lokal, dan permaculture. Orang Amerika mengenali kebutuhan akan diversifikasi on-farm yang mencakup rotasi tanaman, tanaman penutup, polycultures, dan tentu saja, agroforestry.

Sumber : Penn State

5 Likes