Bagaimana Pengaruh Agroforestri dalam Mengatasi Masalah Lingkungan: Pemanasan Global, Gas Rumah Kaca, dan Bencana Alam Lainnya?

Kebanyakan petani yang menggunakan sistem Agroforestry ini tidak memakai bahan kimia, jadi lebih alami.

Agroforestri merupakan salah satu sistem penggunaan lahan terdiri dari
campuran pepohonan, semak dengan atau tanpa tanaman semusim dan ternak dalam
satu bidang lahan yang sama. Agroforestri memberikan tawaran yang cukup
menjanjikan untuk mitigasi akumulasi GRK di atmosfer (IPCC, 2000). Gas CO2
sebagai salah satu penyusun GRK terbesar di udara diserap pohon dan tumbuhan
bawah untuk fotosintesis, dan ditimbunnya sebagai C-organik dalam tubuh tanaman
(biomasa) dan tanah untuk waktu yang lama, mencapai 30-50 tahun. Selama tidak ada
pembakaran di lahan, emisi CO2 ke atmosfer dapat ditekan. Jumlah C yang tersimpan
di lahan secara teknis disebut “cadangan C” atau “penyimpanan C”.

Jumlah C yang tersimpan dalam tubuh tanaman hidup (biomasa) pada suatu
lahan adalah menggambarkan banyaknya CO2 di atmosfer yang diserap oleh tanaman
(C-sequestration). Sedangkan jumlah C yang masih tersimpan dalam bagian
tumbuhan yang telah mati (nekromasa) secara tidak langsung menggambarkan C yang
disimpan dalam sistem untuk beberapa waktu lamanya, artinya CO2 tidak dilepaskan
ke udara lewat pembakaran.

Beberapa hasil pengukuran C tersimpan pada berbagai
sistem penggunaan lahan (SPL) oleh tim peneliti Alternatives to Slash and Burn (ASB
phase 1 dan 2) di Jambi (Tomich et al., 1998), adalah sebagai berikut:
• Hutan alami menyimpan C tertinggi sekitar 497 ton ha-1 dibandingkan sistem
penggunaan lahan (SPL) lainnya. Lahan ubikayu monokultur menyimpan C
terendah (sekitar 49 ton ha-1).
• Gangguan hutan alami menyebabkan hutan kehilangan C sekitar 250 ton ha-1,
dimana kehilangan C terbesar terjadi karena hilangnya pohon, sedang kehilangan
C yang tersimpan dalam tanah relatif kecil (Gambar 7).
12
• Bila hutan sekunder terus dikonversi ke sistem ubikayu monokultur, maka
kehilangan C di atas permukaan tanah bertambah menjadi 300-350 ton C ha-1.
• Tingkat kehilangan C dapat diperkecil bila hutan dikonversi menjadi sistem
agroforestri berbasis karet. Karbon tersimpan di bagian atas tanah sekitar 290 ton
C ha-1, dan bila dikonversi menjadi HTI sengon maka C yang tersimpan sekitar
370 ton C ha-1.

2 Likes

Sebenarnya batasan kemiringan lahan yang cocok untuk ditanam itu ada beberapa, semisal kalo lahan yang akan dijadikan agroforestry itu tidak terlalu miring itu bisa, tapi semisal kemiringan lahannya sudah sangat curam biasanya tanah tersebut tidak dijadikan agroforestry melainkan hutan alami biasa, karena apa jika ingin dijadikan agroforestry pasti susah untuk akomodasi penanaman, perawatan dan lain lain, jadi intinya kemiringan dalam agroforestry itu juga berpengaruh

2 Likes

Dalam penerapan pengelolaan hutan, baik hutan alami maupun buatan seperti Agroforestry ini, di Indonesia sendiri menerapkan tebang pilih dan reboisasi Ulang.

Jose (2009) menjelaskan bahwa agroforestri
memiliki empat manfaat utama bagi ekosistem dan lingkungan, yaitu penyerapan karbon, menjaga dan meningkatkan kesuburan tanah, konservasi keanekaragaman hayati, serta menjaga dan meningkatkan kualitas udara dan air.
Smith (2008) dan Dresner (2008) juga
mengungkapkan bahwa lahan dengan tanaman
berkayu memiliki peran penting dalam menjaga
sumberdaya alam karena mampu mencegah atau mengurangi bahaya banjir, serta mengontrol erosi tanah.

Sumber:
Lestari S, Bambang Tejo P. 2014. Penguatan Agroforestri dalam Upaya Mitigasi Perubahan Iklim : Kasus Kabupaten Bengkulu Tengah Provinsi Bengkulu. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 11 No. 1, Hal. 1 - 12.

Berdasarkan referensi di atas yang sudah saya baca, agroforestri dapat dinilai memiliki peran efektif untuk mengurangi hingga mencegah pengaruh/dampak pemanasan global, gas rumah kaca, dan bencana alam, akan tetapi hal ini juga perlu dukungan pemerintah dan masyarakat yang sadar akan dampak negatif dari pemanasan global, gas rumah kaca, dan bencana alam, sehingga semua pihak yang terlibat dapat berkoordinasi dan meenyatukan visi misi demi tujuan yang sama, hal ini dapat di mulai dengan infrastruktur yang mendukung untuk memudahkan akses dari pusat kota ke daerah-daerah terpencil ataupun sebaliknya. Karena peran agroforestri sendiri selama ini kurang disadari oleh masyarakat, terutama di daerah-daerah dengan akses informasi dan transportasi masih yang cukup rendah.

1 Like

Agroforestri dapat memitigasi dan mengadaptasi
perubahan iklim dengan alasan-alasan sebagai berikut: a) Pencampuran jenis pohon penghasil kayu, buah dan lain-lain, karena campuran jenis lebih baik dari tanaman murni; b) Pencampuran jenis yang didasarkan pada sifat toleransi ( dan ), sehingga akan memanfaatkan seluruh cahaya untuk fotosintesis; c) Pencampuran perbedaan umur; d) Pencampuran berdasarkan perbedaan waktu pemanenan; e) Penggabungan nilai ekonomi, sosial dan budaya sehingga perubahan vegetasi dapat berjalan seiring dengan perubahan sosial dan budaya secara berangsur yang dapat disesuaikan dengan perubahan iklim; dan f) Dapat digunakan sebagai model untuk memfasilitasi perubahan kelompok vegetasi menjadi kelompok yang baru (adaptasi), seperti teori perubahan vegetasi melalui perladangan berpindah-pindah yang teratur.
Agroforestri dapat diusulkan sebagai kom-
pensasi bagi masyarakat yang terkena
dampak langsung atau tidak langsung dari
kegiatan-kegiatan implementasi pengurangan emisi gas rumah kaca.

https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=agroforestri+untuk+adaptasi+dan+mitigasi&btnG=#d=gs_qabs&u=%23p%3DUVzjHK6X9FgJ

Saya sangat setuju dengan hal ini, lahan yang miring tentu bisa dibuat teras seperti teras gulud, teras bangku, dll (tergantung pada persentase kelerengan suatu lahan). Akan tetapi lahan yang terlalu curam juga lebih baik tidak digunakan untuk budidaya pertanian karena dalam sistem survei tanah dan evaluasi lahan, kelerengan merupakan faktor pembatas yang masih pro kontra apakah faktor ini permanen atau masih bisa diperbaiki dan menghasilkan dampak baik yang signifikan :upside_down_face:

1 Like

Dari jurnal yang saya baca, penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 26% dapat dialkukan melualui tujuh bidang utama dalam aksi mitigasi nasional, yaitu
(1) pengelolaan lahan gambut secara berkelanjutan,
(2) pengurangan tingkat deforestasi dan degradasi lahan,
(3) pengembangan penyerapan karbon,
(4)mempromosikan penghematan energi,
(5)pengembangan sumber energi alternatif dan terbarukan,
(6) pengurangan limbah padat dan cair, dan
(7) pengalihan ke moda transportasi yang rendah emisi.

Berdasarkan tujuh bidang utama ini, pengembangan agroforestri dengan mencampur
tanaman kehutanan dan tanaman pertanian atau perkebunan dapat dimasukkan dalam bidang yang kedua dan ketiga, yaitu pengurangan tingkat degradasi lahan serta pengembangan penyerapan karbon. Hal ini dikarenakan kemampuan agroforestri dalam mencegah laju degradasi lahan serta adanya kemampuan tumbuhan yang ditanam di dalamnya untuk menyerap karbon.

Nantinya apabila seluruh masyarakat yang memiliki lahan menanam tanaman kehutanan dan perkebunan secara bersamaan di lahan miliknya, maka iklim mikro yang kondusif bagi kehidupan manusia di sekitarnya dapat diciptakan

Source : Sri Lestari & Bambang Tejo Premono, PENGUATAN AGROFORESTRI DALAM UPAYA MITIGASI PERUBAHAN IKLIM: KASUS KABUPATEN BENGKULU TENGAH PROVINSI BENGKULU

Agroforestri memiliki peran ekologis dan konservatif bagi lingkungan.
Peran Agroforestry dalam menjaga Lingkungan (Sabarnurdin, 2004) ;

  1.  Mengurangi tekanan terhadap hutan, sehingga fungsi kawasan hutan tidak terganggu (tata air, keanekaragaman hayati dll);
    
  2.  Lebih efisien dalam recicling unsur hara melalui pohon berakar dalam di lokasi tsb.;
    
  3.  Perlindungan yang lebih baik terhadap sistem ekologi daerah     hulu DAS;
    
  4.  Mengurangi aliran permukaan, pencucian hara dan erosi tanah ;
    
  5.  Memperbaiki iklim mikro, mengurangi suhu permukaan tanah, mengurangi evapotranspirasi karena kombinasi mulsa dari tanaman setahun/semusim dan naungan pohon; 
    
  6.  Meningkatkan hara tanah dan struktur tanah melalui penambahan yang kontinyu hasil proses dekomposisi bahan organik ;
    

Dari teori-teori yang dikemukakan diatas, dapat diartikan bahwa sistem agroforestry cukup flexible untuk diterapkan di bagian hulu sungai yang mengalami kekritisan lahan, dalam rangka pemulihan kondisi lahan tersebut. Hanya yang perlu diatur adalah ;

  1.  Pemilihan perpaduan atau kombinasi sistem agroforestry yang tepat yang disesuaikan dengan karakteristik lahan.
    
  2.  Pemilihan jenis yang tepat didalam rangka pengembalian kesuburan tanah dan terbentuknya kembali sistim hidrologi lahan.
    
  3.  upaya pembentukan strata yang tepat dalam rangka rekayasa konservasi tanah dan air, tanpa mengeyampingkan fungsi ekonomi dari kegiatan agroforestry tersebut.
1 Like

Jumlah karbon tersimpan dalam sistem agroforestry merupakan salah satu bentuk upaya penurunan konsentrasi gas rumah kaca (Natalia, 2014), khususnya penurunan karbondioksida (CO2) di atmosfer. Agroforestry memiliki kemampuan menyerap dan menyimpan karbon lebih besar dibandingkan hutan tanaman. Kemampuan tersebutdipengaruhi oleh jumlah jenis tanam yang ditanam pada kawasan agroforestry.

2 Likes

Peran Agroforestri dalam mengatasi masalah lingkungan, yaitu :

  1. Agroforestri dapat berfungsi mitigasi dengan membandingkan tapak yang sebelumnya tanpa vegetasi dengan agroforestriakan menyimpan karbon atau akan menyerap karbon, sehingga efek GRK (gas rumah kaca) akan berkurang. Jika dibandingkan dengan vegetasi berhutan, akan berbeda, tetapi pencegahan disini tidak berarti pencegahan total, tetapi mengurangi emisi GRK dengan menyerap karbon yangada. Sistem agroforestri juga dapat berkontribusi terhadap perubahan iklim melalui perbaikan iklim mikro dan pencapaian
    ketahanan pangan

  2. Agroforestri juga membantu menurunkan tekanan terhadap hutan alam dan mendukung konservasi tanah dan memberikan jasa ekologis untuk peternakan, mengurangi longsor, mengurangi limpasan permukaan dan erosi, mengurangi kehilangan hara lewat pencucian dan mempertahankan biodiversitas flora dan fauna tanah

3 Likes

Konversi hutan alam menjadi lahan pertanian menimbulkan banyak masalah seperti penurunan kesuburan tanah, erosi, kepunahan flora dan fauna, banjir, kekeringan dan bahkan perubahan lingkungan global. Masalah ini bertambah berat dari waktu ke waktu sejalan dengan meningkatnya luas areal hutan yang dikonversi menjadi lahan usaha lain.

Agroforestri muncul sebagai suatu cabang ilmu pengetahuan baru di bidang pertanian atau kehutanan. Ilmu Agroforestry berupaya mengenali dan mengembangkan keberadaan sistem agroforestri yang telah dikembangkan petani di daerah beriklim tropis maupun beriklim subtropis sejak berabad-abad yang lalu.

Peranan agroforestri dalam mengurangi gas rumah kaca dan mempertahankan cadangan karbon:

  1. Memperbanyak penanaman pepohonan dapat meningkatkan cadangan C di alam secara vegetatif.
  2. Keberadaan tanaman dapat mengurangi konsentrasi CO2 di atmosfer, dan hasilnya berupa karbohidrat diakumulasi dalam biomasa tanaman.
2 Likes

Jose (2009) menjelaskan bahwa agroforestri
memiliki empat manfaat utama bagi ekosistem dan
lingkungan, yaitu penyerapan karbon, menjaga dan
meningkatkan kesuburan tanah, konservasi
keanekaragaman hayati, serta menjaga dan
meningkatkan kualitas udara dan air. Smith
(2008) dan Dresner (2008) juga
mengungkapkan bahwa lahan dengan tanaman
berkayu memiliki peran penting dalam menjaga
sumberdaya alam karena mampu mencegah atau
mengurangi bahaya banjir, serta mengontrol erosi
tanah. Peran-peran tersebut selama ini kurang
disadari oleh masyarakat, terutama di daerah-daerah
dimana akses informasi dan transportasi masih
cukup rendah. Akan tetapi dengan semakin
gencarnya issue pemanasan global dan perubahan
iklim yang banyak ditayangkan dan dimuat di
berbagai media massa seperti televisi dan surat
kabar, membuat masyarakat sedikit demi sedikit
mulai mengerti bahwa dampak negatif dari
pemanasan global ini telah mereka rasakan. Mereka
mulai sadar akan pentingnya menjaga kelestarian
lingkungan dengan cara menanam pohon.

1 Like
  1. Peran Agroforestri sebagai Fungsi lingkungan, berupa komponen-komponen yang tidak terpisahkan dari i sebuah sistem yang berupa fungsi hidrologi, fungsi ekologi dan fungsi konservasi. Umumnya beupa jasa, yang sebenarnya dapat juga dikuantifikasi dengan menggunakan parameter-parameter yang ada. Dalam hal ini, agroforestry berfungsi sebagai pencegah terjadinya erosi tanah melalui penutupan lahan dan strata tajuk, penyimpan cadangan air tanah, pengikat karbon sehingga dapat mengurangi emisi gas rumah kaca, dan sebagai habitat dalam konservasi atau perlindungan terhadap flora dan fauna tertentu.
    Sumber:
    (Ary Widyanto Agroforestry dan Peranannya dalam Mempertahankan Fungsi Hidrologi dan Konservasi 2013
  2. Potensi ekosistem daratan dalam mengurangi CO2 di udara tergantung dari
    macam ekosistem, komposisi spesies, struktur dan distribusi umur tanaman
    (terutama untuk hutan). Faktor lain yang cukup mempengaruhi adalah kondisi
    setempat seperti iklim, kondisi tanah, adanya gangguan alam dan macam
    pengelolaan lahan.
    Sebagai dampak dari adanya penebangan, kebakaran dan gangguan lainnya, di
    dalam ekosistem muda setiap tahun terjadi penyerapan CO2 dari atmosfer,
    misalnya hutan industri atau hutan regenerasi (hutan sekunder). Sedang pada
    hutan tua di daerah tropika basah akumulasi biomasa terus berlangsung
    sehingga diperoleh akumulasi biomasa yang sangat tinggi. Dengan demikian
    disimpulkan bahwa hutan umumnya dapat mengurangi emisi gas CO2 di
    atmosfer. Hal ini benar terjadi bila hanya diperhatikan pada tingkat pohon, tetapi tidak pada skala sistem hutan karena tingkat dekomposisi bahan organik
    di hutan kurang lebih kurang sama dengan tingkat penyerapan CO2 .
    Perkecualian terjadi pada hutan gambut di mana akumulasi CO2 justru terjadi
    di dalam lapisan organik tanah dan proses dekomposisi bahan organik tanah
    berlangsung sangat lambat.
    Banyak hasil penelitian telah dilaporkan bahwa alih-guna lahan hutan menjadi
    lahan pertanian menurunkan cadangan C. Penurunan tersebut antara lain
    disebabkan oleh: (a) Hilangnya atau berkurangnya jumlah tegakan pohon per
    luasan; (b) Perbedaan komponen penyusun sistem penggunaan lahan yang
    baru; © Pengelolaan residu panen
    Sumber:
    Widianto, Kurniatun Hairiah, Didik Suharjito
    dan Mustofa Agung Sardjono Fungsi dan Peran
    Agroforestri Maret 2003
1 Like

Agroforestri merupakan sistem kombinasi dalam bidang pertanian yang telah dikembangkan di daerah beriklim tropis maupun sub-tropis. Agroforestri memiliki banyak keunggulan, contohnya dalam mengurangi gas rumah kaca, karena dalam sistem agroforestri tentunya terdapat banyak jenis pepohonan atau tanaman yang dapat meningkatkan cadangan karbon. Hal tersebut menyebabkan efek gas rumah kaca akan berkurang. Selain itu, sistem agroforestri dapat menurunkan tekanan dan memperbaiki keadaan ekosistem, khususnya tanah.

1 Like

Agroforestri dinilai bisa membantu beberapa fungsi hutan, sehingga
bermanfaat untuk konservasi tanah dan air daerah aliran sungai (DAS). Tindakan terpenting adalah mempertahankan pohon di lansekap, baik pohon yang sudah ada secara alami, pohon yang ditanam oleh masyarakat maupun yang tumbuh sendiri, sehingga membentuk “agroforest” (lahan pertanian yang rapat dengan aneka macam tanaman, dengan kondisi dan lingkungan yang menyerupai hutan alami).

1 Like

Sabarnurdin et al. (2011) menyatakan bahwa sistem agroforestri diprediksi kuat dapat menjadi solusi bagi berbagai masalah baik sosial maupun lingkungan, diantaranya isu pemanasan global, dan degradasi lingkungan.
Sistem agroforestri mampu mempertahankan kesuburan tanah, melindungi daerah tangkapan air, berkontribusi di dalam upaya penyerapan karbon dan mendukung upaya konservasi keanekaragaman hayati dan restorasi lansekap.

1 Like

Saya setuju. Jika petani memlunyai rasa memiliki terhadap lahan (kebun), maka merek akan lebih menjaga laham dan tanaman pada lahan tersebut. Seperti agroforestry Kakao, petani melakukan pembukaan lahan yang merupakan salah satu awal dari pengelolaan kebun kakao dengan sistem agroforestri. Dari hasil wawancara dengan responden, diketahui bahwa seluruh responden melakukan pembukaan lahan dengan cara menebas pohon-pohon berdiameter kecil (tidak menghasilkan) dan semak belukar yang umumnya sangat lebat dan tumbuh di sekitar kebun. Jadi, petani juga tetap menjaga lahan hutan untuk mengelola kebun kakao dengan sistem agroforestry Kakao

Menurut saya, benar adanya agroforestri dapat menjadi solusi yang paling tepat untuk mendukung sosial-ekonomi negara dan kelestarian lingkungan. Karena seperti yang telah dijelaskan di atas, agroforestri merupakan gabungan antara sistem pertanian dengan sistem hutan. Kebutuhan primer manusia sendiri meliputi sandang, pangan, dan papan. Ketiga kebutuhan tersebut dapat terpenuhi dengan adanya sistem agroforestri. Di dalam agroforestri, dapat ditanami tanaman kayu seperti pohon jati, sengon, dan mahoni yang dapat digunakan sebagai bahan dasar papan alias bangunan. Selain itu, dapat pula ditanami tanaman kapas sebagai bahan dasar sandang alias pakaian. Di dalam sistem ini juga dapat ditanami tanaman pangan seperti jagung, kentang, dan lain sebagainya untuk memenuhi pangan.

Agroforestri juga dapat mengatasi pemanasan global. Hal ini karena dengan beranekaragamnya tanaman dan banyaknya tanaman pohon di dalam sistem agroforestri dapat menyerap gas karbondioksida yang menjadi salah satu pemicu utama efek rumah kaca. Selain pemanasan global, agroforestri juga dapat menjadi solusi atas permasalahan bencana alam. Hal ini karena tanaman-tanaman pohon dapat menyerap dan menahan air dalam jumlah besar sehingga banjir dan longsor dapat dicegah.

Sistem agroforestri harus diatur dengan baik agar dapat meningkatkan kesuburan lahan sehingga berdampak pada peningkatan kualitas tanah dengan cara pengembalian serasah bekas pangkasan tanaman kayu, daun dan batang sisa panen tanaman bawah dapat dikembalikan ke tanah agar terdekomposisi menjadi humus untuk memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah, selain itu kondisi demikian dapat memperbaiki struktur dan porositas tanah serta lebih lanjut dapat meningkatkan laju infiltrasi dan kapasitas menahan air sehingga dapat meminimalisir kehilangan tanah oleh air dengan demikian maka lingkungan yang diperuntukan sebagai daerah pertanian akan mampu terjaga dalam kurun waktu yang panjang.