Bagaimana Pengaruh Agroforestri dalam Mengatasi Masalah Lingkungan: Pemanasan Global, Gas Rumah Kaca, dan Bencana Alam Lainnya?

Menurut saya tidak masalah. Namun juga harus memperhatikan kemiringan lahan, umur tanaman, total panjang akar, dan kandungan lignin perakaran.
Akar pohon dapat berfungsi dalam mempertahankan stabilitas tebing (lahan yang miring) melalui 2 mekanisme, yaitu :

  1. Mencengkeram tanah lapisan atas
  2. Mengurangi daya dorong masa tanah akibat pecahnya gumpalan tanah.
    Pohon yang berakar dalam akan berfungsi memperkuat tegaknya batang sehingga pohon tidak mudah tumbang pada saat terjadi longsor sehingga tebing tetap stabil (Kurniawan et al., 2007).

Sebagai contoh penelitian yang dilakukan oleh Michon et al. (1989) di daerah Sumatera Barat yang menerapkan sistem agroforestry yang umumnya merupakan kombinasi pohon durian, kayu manis, kopi, pisang, lamtoro , pala, dsb yang terdapat pada lahan miring yang berada dikawasan pemukiman dan hutan lindung. Sistem agroforestry ini selain menanam tanaman tahunan (pepohonan), secara periodik pada selanya ditanami tanaman semusim (jagung, terong, kacang tanah, dsb) terutama kombinasi dengan tanaman kayu manis

3 Likes

Agroforestri memang benar sebagai solusi untuk mengatasi masalah kerusakan lingkungan. Peran agroforestri dalam mengatasi masalah lingkungan seperti pemansan global dan bencana alam yaitu:

  1. Sebagai penyerapan karbon melalui penanaman campuran
  2. Fungsi perlindungan stok terlihat pada pengurangan bahaya kebakaran dan serangan hama penyakit dengan pencampuran berbagai jenis tanaman
  3. Menyerap air dan zat hara yang lebih besar sehingga akan memabantu pada saat musim kering
  4. Meningkatkan porositas tanah
4 Likes

Sistem pengelolaan tanaman di lahan milik dengan pola agroforestri di Provinsi Bengkulu secara tidak langsung merupakan suatu bentuk partisipasi masyarakat untuk menurunkan emisi gas rumah kaca. Agroforestri dapat dijadikan sebagai salah satu program dalam Rencana Aksi Daerah (RAD) dalam upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Metode survey dan wawancara dengan masyarakat digunakan untuk mengetahui tujuan utama masyarakat dalam mengembangkan agroforestri di lahan miliknya serta mengetahui sikap dan pengetahuan masyarakat terhadap peran agroforestri dalam upaya mitigasi perubahan iklim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat di Kabupaten Bengkulu Tengah mengembangkan pola agroforestri dengan dua atau lebih jenis tanaman karena pola ini lebih menguntungkan dari sisi pemenuhan kebutuhan hidup jangka pendek dan jangka panjang. Dari sisi ekonomi, masyarakat mengembangkan tanaman kayu dengan tujuan utama sebagai tabungan masa depan. Sementara itu dari sisi lingkungan, agroforestri memiliki peran penting dalam melindungi flora fauna, menjaga lingkungan, serta mengurangi pemanasan global. Akan tetapi masih banyak juga di antara anggota masyarakat yang belum menyadari akan hal ini, sehingga diperlukan introduksi teknologi dan sosialisasi tentang isu lingkungan kepada masyarakat untuk mempertahankan minat masyarakat dalam mengembangkan agroforestri di Bengkulu Tengah.

6 Likes
Agroforestri memainkan peran penting dalam pelestarian sumberdaya hutan baik nabati maupun hewani karena struktur dan sifatnya yang khas. Agroforestri mampu menciptakan kembali arsitektur khas hutan yang mengandung habitat mikro dengan sejumlah tanaman hutan alam di dalamnya. Contohnya ketika hutan alam sudah hampir lenyap, warisan hutan yang masih mampu terus berkembang dalam kelompok besar : misalnya kebun campuran di Maninjau melindungi berbagai tanaman khas hutan lama di dataran rendah, padahal hutan lindung yang terletak di dataran tinggi tidak mampu menyelamatkan tanaman-tanaman tersebut.

Sumberdaya hutan hingga hari ini terus dieksploitasi tanpa kendali. Berbeda dengan agroforestri, petani memposisikannya sebagai kebun bukan hutan. Agroforestri merupakan warisan dalam bentuk modal produksi. Seluruh sumberdaya di dalamnya dimanfaatkan dengan selalu mengingat kelangsungan dan kelestarian kebun. Pohon di hutan dianggap tidak ada yang memiliki. Sebaliknya, pohon di kebun ada pemiliknya sehingga pohon tersebut mendapat perlindungan yang lebih efektif daripada yang terdapat di hutan Negara. Sumber daya hutan di dalam agroforestri dengan demikian turut berperan dalam mengurangi tekanan terhadap sumber daya alam. Secara tidak langsung agroforestri turut melindungi hutan alam dan lingkungan.

Sumber: Ritabulan. 2011. Fungsi dan Peran Agroforestri dalam Pelestarian Sumberdaya Lingkungan. Ekologi dan Pembangunan. Bogor

3 Likes

Agroforestri merupakan tawaran yang dapat memberikan solusi multifungsional, walaupun didalam sistemnya masih dijumpai pula hal-hal yang saling bertentangan (trade-off) dan kompromi internal. Tradeoff dapat ditangani asalkan perolehan produksi dan layanan lingkungan memperoleh imbal jasa (reward) yang adil dan benar.

Garis bawahi kata trade off atau yg masih bertentangan. Jadi hal bertentangan seperti apa yg masih ditemukan dalam penerapan agroforestri dalam mencegah pemanasan global ?

4 Likes

permasalahan lingkungan yang terjadi saat ini menurut saya sudah menjadi permasalahan yang kompleks, mulai dari permasalahan global seperti emisi gas rumah kaca yang berakibat pada pemanasan global yang selanjutnya mengakibatkan pencairan es di kutub. hal ini tentunya berakibat banyak terhadap berbagai aspek kehidupan di bumi. selain permasalahn global, permasalahan regional atau dalam satu wilayah tertantu juga semakin meningkat. sebagai contoh semakin sedikitnya luasan hutan di daerah asean adalah masalah yang sangat serius terhadap lingkungan disamping berbagai masalah lain.

Lalu , bagaimana cara untuk mengatasi permasalahan yang sudah sedemikian rupa tersebut?

hal yang paling bisa menurut saya ialah me reset kembali alam seperti semula atau mendekati. dari hal tersebut kemusian berkembang menjadi berbagai cara yang dilakukan seperti pengurangan pengguanaan bahan “jahat” lingkungan, diperketatnya regulasi pembukaan lahan baru, reboisasi pada berbagai lahan gundul dan terntunya menjaga kondisi alam (hutan) tetap alami.

pada solusi terakhir, merupakan solusi paling baik bagi alam tapi tidak bagi umat manusia, sehingga dikemukakan agroforestri sebagai win win solution bagi manusia dan alam.
seperti kita ketahui bahwa agroforestri memiliki mafaat yang baik bagi ekologi, ekonomi serta sosial masyarakat. salah satu pemanfaatan agroforestri untuk me restart alam ialah program REDD (Reducing Emmision from Deforestation and Forest Degradation) yang disalah satu pelaksananya ialah Indonesia.

7 Likes

Pengaruh agroforestri untuk mengatasi bencana alam dimana bencana yang paling sering berkaitan adalah banjir, erosi, maupun longsor. Dalam hal ini, tidak semua lahan bisa diterapkan agroforestri karena sistem budidaya harus tetap memperhatikan kelerengan. Lahan yang sangat curam akan sangat sulit dilakukan budidaya karena umumnya lahan (kelerengan hingga 60%) akan sulit untuk menahan air, bahaya erosi tinggi, serta beberapa mungkin memiliki solum tanah yang tipis. Lahan dengan persentase kelerengan yang tinggi lebih baik dibiarkan secara alami atau dijadikan hutan lindung, suaka alam, dan cagar alam. Selain itu, semakin miring suatu lahan maka jenis tanaman pertanian yang cocok juga akan semakin terbatas. Sehingga, penerapan agroforestri dalam upaya mengatasi bencana alam juga harus tetap memperhatikan bagaimana kondisi lahan tsb.

5 Likes

Apabila petani menganggap agroforestri sebagai kebun bukan hutan, maka ada kemungkinan menanam dengan tujuan produksi saja. Kemungkinan lain juga yaitu dilakukan penanaman tetapi sangat jarang dilakukan pelestarian kembali. Kemungkinan lain juga yaitu penggunaan pupu kimia yg berlebih juga bisa menganggu kehidupan micro dan macro di tanah.berdasarkan hal ini, apakah agroforestri dapat seimbang dalam menjaga ekosistem dan mencegah pemanasan global ?

4 Likes

karbon dapat lebih banyak diserap pada sistem agroforestry berbasis karet atau berbasis coklat ? Karena berdasarkan diskusi yang dijelaskan salah satu teman diatas menjelaskan bahwa hasil penelitian Oke dan Olatiilu (2011) menjelaskan bahwa lahan dengan pola agroforestry coklat yang rapat mampu menyerap karbon lebih tinggi.

2 Likes

Rata-rata biomasa tanaman umur pendek sangatlah rendah yaitu di bawah 10 kg tiap tanaman. Hal ini menunjukkan bahwa sepanjang umur tanaman, kebutuhan konsumsi CO2 hanya sekitar 104-105 molekul CO2 (Kozlowki dan Pallardy 1995, dalam Ary Widiyanto 2011). Sedangkan agroforestri biasanya menggunakan 50+70% tanaman keras yang umumnya memiliki biomasa tanaman diatas 50 kg tiap individu tanaman, berarti kebutuhan konsumsi CO2 jauh berada di atas 5×105 molekul (Ary Widiyanto, 2011).

Besarnya C yang tersimpan pada sistem agroforestri tidak memang tidak bisa menyamai hutan alami, namun masih jauh lebih baik daripada sistem pertanian monokultur (Art Widiyanto, 2011).

Menurut Butarbutar (2012) peran agroforestri dalam mitigasi dapat dilihat dari fungsinya sebagai penyerapan karbon, melalui penanaman campuran (jenis kayu pertukangan, pakan ternak, buah-buahan, dan lainnya); fungsi perlindungan stok terlihat pada pengurangan bahaya kebakaran dan serangan hama penyakit melalui pencampuran berbagai jenis tanaman; fungsi pemanfaatan energi yang dapat diperbaharui, dengan tanaman jenis penghasil kayu bakar.
Hal ini juga diperkuat dengan pendapat Dawson, et al (2011) dalam Butarbutar (2012) yang merekomendasikan mengurangi emisi karbon dengan penerapan agroforestri melalui campuran jenis pohon penghasil kayu, pakan ternak, dan buah-buahan.

Referensi:
Butarbutar, T. 2012. Agroforestri untuk Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan. (9)1 :1-10.
Wiyanto, A. 2011. Mitigasi Perubahan Iklim Melalui Agroforestri: Sebuah Perspektif.

4 Likes
Berdasarkan sumber tersebut, meskipun diibaratkan agroforestri sebagai kebun dibandingkan hutan karena adanya perimbangan seperti hal-hal dibawah ini

Jadi sebenarnya berdasarkan penelitian tersebut yang terjadi di Maninjau, jika petani mempunyai rasa memiliki terhadap suatu lahan (yang diibaratkan kebun) maka mereka akan lebih menjaga lahan dan tanaman pada lahan tersebut karena juga memperhitungkan produksinya. Sedangkan jika agroforestry dianggap sebagai hutan maka mereka akan lebih mengekspoitasi lahan tersebut untuk dijadikan sebagai lahan yang lebih menguntungkan dengan pola monokultur. Namun hal tersebut bisa saja berbeda pada setiap daerah.

3 Likes

Penanaman tanaman berkayu dan cepat
tumbuh merupakan salah satu usaha yang dapat
dilakukan untuk mengurangi terjadinya perubahan
iklim (Hairiyah dan Rahayu, 2007). Tanaman
berkayu menyerap CO2 dari udara dan disimpan
dalam tubuh tanaman (biomassa) dalam bentuk
karbon ©. Tanaman karet terpilih dalam kegiatan
RAN-GRK, karena tanaman ini mempunyai
biomassa yang tinggi dan menghasilkan biji yang
dapat dijadikan sebagai bahan baku biodiesel yang
ramah lingkungan. Biomassa yang dihasilkan
sebanding dengan jumlah CO2
yang ditambat oleh
tanaman semakin tinggi biomassa maka CO2
yang
ditambat semakin besar dan sebaliknya.
Berdasarkan beberapa hasil penelitian biji karet
dapat dijadikan sebagai biodiesel dengan tingkat
emisi gas buang CO2
yang lebih rendah
dibandingkan minyak solar. Berdasarkan hasil
penelitian menunjukkan bahwa tanaman karet
mempunyai potensi yang besar dalam menurunkan
emisi CO2.

Tetapi kembali lagi kepernyataan Biomassa yang dihasilkan
sebanding dengan jumlah CO2
yang ditambat oleh
tanaman , semakin tinggi biomassa maka CO2
yang
ditambat semakin besar dan sebaliknya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rumus allometrik
terbaik untuk menunjukkan biomassa tanaman kakao yaitu model Y:áDâ
, Y biomassa
tanaman, D diameter tanaman pada ketinggian 130 cm di atas permukaan tanah,
á konstanta 0,1208 dan â konstanta 1,98. Karbon tersimpan pada tubuh tanaman
semakin bertambah seiring pertambahan umur mengikuti model Y = -0,0518X2 +
2,8976X – 4,524. Sistem agroforestri meningkatkan karbon tersimpan pada
pertanaman kakao. Pada umur tanaman tahun 7 tahun, pola tanam kakao-sengon
(Paraserianthes falcataria) menghasilkan simpanan karbon paling besar
(154 ton/ha)
perkebunan yang dikembangkan secara luas
di Indonesia memiliki posisi strategis
dalam usaha peningkatan penyerapan
karbon untuk mengurangi laju pemanasan
global. Luas lahan kakao di Indonesia pada
tahun 2008 mencapai 1.563.423 ha dengan
total produksi 796.982 ton (Ditjenbun, 2008).
Proses penimbunan C dalam tubuh tanaman
hidup dinamakan proses skuestrasi (Hairiah
& Rahayu, 2007). Oleh karena itu dengan
mengukur jumlah karbon yang tersimpan
dalam tanaman yang masih hidup pada suatu
lahan dapat diketahui banyaknya CO2
di
atmosfer yang diserap oleh tanaman.
Pengukuran C yang masih tersimpan dalam
bagian tumbuhan yang telah mati dapat
menggambarkan CO2
yang tidak dilepaskan
ke udara lewat pembakaran. Jumlah C perkebunan yang dikembangkan secara luas
di Indonesia memiliki posisi strategis
dalam usaha peningkatan penyerapan
karbon untuk mengurangi laju pemanasan
global. Luas lahan kakao di Indonesia pada
tahun 2008 mencapai 1.563.423 ha dengan
total produksi 796.982 ton (Ditjenbun, 2008).
Proses penimbunan C dalam tubuh tanaman
hidup dinamakan proses skuestrasi (Hairiah
& Rahayu, 2007). Oleh karena itu dengan
mengukur jumlah karbon yang tersimpan
dalam tanaman yang masih hidup pada suatu
lahan dapat diketahui banyaknya CO2
di
atmosfer yang diserap oleh tanaman.
Pengukuran C yang masih tersimpan dalam
bagian tumbuhan yang telah mati dapat
menggambarkan CO2
yang tidak dilepaskan
ke udara lewat pembakaran. Jumlah C perkebunan yang dikembangkan secara luas
di Indonesia memiliki posisi strategis
dalam usaha peningkatan penyerapan
karbon untuk mengurangi laju pemanasan
global. Luas lahan kakao di Indonesia pada
tahun 2008 mencapai 1.563.423 ha dengan
total produksi 796.982 ton (Ditjenbun, 2008).
Proses penimbunan C dalam tubuh tanaman
hidup dinamakan proses skuestrasi (Hairiah
& Rahayu, 2007). Oleh karena itu dengan
mengukur jumlah karbon yang tersimpan
dalam tanaman yang masih hidup pada suatu
lahan dapat diketahui banyaknya CO2
di
atmosfer yang diserap oleh tanaman.
Pengukuran C yang masih tersimpan dalam
bagian tumbuhan yang telah mati dapat
menggambarkan CO2
yang tidak dilepaskan
ke udara lewat pembakaran.

Jadi menurut saya ke2 nya bisa saja menyerap karbon dengan sama banyak karena Jumlah C tersimpan antarlahan berbeda-beda ter-
gantung pada keragaman dan kerapatan
tumbuhan serta jenis tanaman dan cara
pengelolaannya (Hairiah et al., 2001).

Maaf jika belum lengkap :pray:

3 Likes

Sistem agroforestri memiliki lebih banyak kelebihan dibandingkan sistem penggunaan lahan lain. Salah satu kelebihan sistem ini adalah dapat digunakan pada lahan berlereng curam. Sistem agroforestri multistrata dapat mencegah tanah longsor dengan membentuk bahan organik tanah, memperbaiki struktur tanah, dan membuat tanah menjadi lebih stabil. Pemanfaatan sistem agroforestri multistrata dengan berbagai jenis tanaman tajuk bertingkat dinilai sebagai langkah tepat mitigasi tanah longsor karena adanya penutupan tajuk pepohonan yang rapat dan bertingkat, sistem perakaran yang sangat baik, serta penutup tanah berupa rerumputan dan semak belukar yang sangat penting untuk menghindari tanah longsor (Rendra. R. R., et all)

1 Like

Peran agroforestri dalam menangani dampak dari efek rumah kaca berkaitan dengan penyerapan karbondioksida. Dalam suatu lahan, agroforestri mampu mengurangi jumlah karbon akibat dari efek rumah kaca. Karbon ini (CO2) akan bisa digunakan oleh tanaman untuk melakukan fotosintesis. Jumlah simpanan karbon dipengaruhi oleh kerapatan pohon, jenis pohon, umur, dan faktor lingkungan yang berupa kesuburan tanah (Rusdiana dan Sugirahayu, 2011). Berbagai faktor tsb saling berkaitan satu sama lain dalam hal tingkat penyerapan karbon. Jika suatu lahan dengan kerapatan tanaman tinggi mungkin belum tentu tingkat penyerapan karbonnya juga tinggi dibandingkan dengan lahan dengan kerapatan tanaman rendah, hal ini dikarenakan masih ada faktor lain seperti jenis tanaman, unur tanaman, dan faktor eksternal/lingkungan tempat tumbuh tanaman.
Sumber :
Rusdiana, O., L. Sugirahayu. 2011. Perbandingan Simpanan Karbon pada Beberapa Penutupan Lahan di Kabupaten Paser, Kalimantan Timur Berdasarkan Sifat Fisik dan Sifat Kimia Tanahnya. J. Silvikultur Tropika. 2(3): 149-155.

2 Likes

Agroforestri memiliki peran penting dalam mengatasi masalah lingkungan seperti bencana alam (banjir dan longsor) sert pemanasan global. Peran agroforestri dalam mengatas bencana alam seperti banjir dan longsor adalah karena adanya pohon atau tanaman yang ditanam sehingga dapat mengurangi laju erosi permukaan yang terjadi pada tanah. Sehingga, air yang datang dari hujan dapat diserap oleh pepohon serta dapat mengurangi dampak terjadinya banjir dan longsor. Tanaman merupakan makhluk hidup yang memanfaatkan karbondioksida untuk proses fotosintesis. Dengan proses itu, maka secara tidak langsung tanaman yang ditanam pada lahan agroforestri memiliki peran dalam mengurangi pemanasan global dibumi. Hal tersebut karena pemanasan global terjadi akibat meningkatnya suhu dipermukaan bumi akibat tingginya kandungan karbondioksida.

3 Likes

Agroforestri dapat dikembangkan untuk memitigasi dan mengadaptasi perubahan iklim dengan alasan-alasan sebagai berikut: a) Pencampuran jenis pohon penghasil kayu, buah dan lain-lain, merupakan salah satu model tanaman campuran, karena campuran jenis lebih baik dari tanaman sejenis; b) Pencampuran jenis yang didasarkan pada sifat toleransi (canopy dan understory), akan memanfaatkan seluruh cahaya untuk fotosintesa; c) Pencampuran perbedaan umur; d) Penggabungan nilai ekonomi, sosial dan budaya sehingga perubahan vegetasi dapat berjalan seiring dengan perubahan sosial dan budaya secara berangsur yang dapat disesuaikan dengan perubahan iklim dan e) Dapat digunakan sebagai model untuk memfasilitasi perubahan kelompok vegetasi menjadi kelompok yang baru (adaptasi), seperti teori perubahan vegetasi melalui perladangan berpindah-pindah yang teratur.

1 Like

Upaya-upaya untuk mengendalikan laju
pemanasan global perlu dilakukan oleh semua pihak, salah satunya melalui upaya pengelolaan hutan secara baik. Pemanasan global terjadi akibat efek pemanasan yang disebut efek rumah kaca (green house effect). Emisi gas karbon yang berlebihan, terutama yang ditimbulkan oleh kegiatan manusia, merupakan salah satu faktor utama terjadinya efek rumah kaca. Hutan
berfungsi sebagai penyerap gas karbon (carbon sink) sehingga hutan dapat berfungsi sebagai penahan lajunya pemanasan bumi. Dengan demikian, berkaitan dengan upaya menahan laju pemanasan global, pengelolaan hutan secara baik dan berkelanjutan merupakan suatu keharusan. Pengelolaan hutan perlu memperhatikan berbagai aspek fungsi hutan. Suatu kenyataan bahwa oleh karena dorongan faktor-faktor sosial, ekonomi dan lain-lain, kerusaan hutan terjadi dimana-mana dan alih
fungsi lahan hutan untuk peruntukan lain seringkali tidak dapat dihindarkan. Karena itu diperlukan sistem pengelolaan lahan hutan yang memperhatikan berbagai aspek, baik aspek ekologi, produksi, maupun sosial ekonomi, misalnya dengan system agroforestri. Sistem agroforestri merupakan sintesis sistem agronomi (pertanian) dan sistem hutan dengan
penanaman tanaman pertanian diantara tegakan pohon. Oleh karena l~ pertanian semakin terbatas, budidaya tanaman pangan dan komoditas pertanian lainnya di lahan kawasan hutan melalui sistem agroforestri merupakan suatu altematif yang perlu terus dikembangkan. Pegelolaan hutan secara agroforestri diharapkan dapat meningkatkan fungsi ekologi, fungsi produksi, maupun fungsi sosial-ekonomi hutan.

2 Likes

Bagaimana pengaruh penerapan sistem Agroforestry yang telah ada di Indonesia yang dilihat dari seggi fungsi ekologi, sosial ekonomi, dan produksi? Apakah Agroforestry telah dapat mengatasi maslaah lingkungan seperti yang disebutkan pada judul topik pembahasan ini?

2 Likes

Untuk lahan miring, bisa menggunakan konsep terasering, seperti di daerah Bali dan beberapa di Pulau Jawa

1 Like

Berbagai pembahasan tentang peran agroforestri dalam mengatasi permasalahan lingkungan cukup efektif untuk diterapkan, lalu apakah sistem agroforestri sangat mungkin dilakukan untuk mengatasi kerusakan lingkungan akibat dampak negatif dari kegiatan penambangan yang hingga menyebabkan erosi permukaan tanah? Karena lahan seperti ini tentu membutuhkan waktu rehabilitasi yang sangat lama, apakah sistem agroforestri berpeluang besar dalam mengatasi permasalahan lingkungan ini?

4 Likes