Bagaimana Pengaruh Agroforestri dalam Mengatasi Masalah Lingkungan: Pemanasan Global, Gas Rumah Kaca, dan Bencana Alam Lainnya?

Eksploitasi hutan dan konversi lahan saat ini telah banyak menimbulkan kerusakan lingkungan yang cukup parah. Hilangnya tutupan lahan hutan karena konversi hutan untuk pemukiman, perkebunan, pertanian dan kebutuhan untuk pembangunan di sektor lain, telah menyebabkan kerusakan lingkungan di berbagai tempat. Kerusakan lingkungan yang dirasakan seperti terjadinya perubahan iklim, pemanasan global, bencana alam banjir, longsor dan kekeringan.

Tuntutan menuju kelestarian alam dan lingkungan seringkali terbentur dengan tuntutan ekonomi yang dirasa jauh lebih penting, karena menyangkut pemenuhan kebutuhan sandang, pangan dan papan. Ketidakmampuan pemerintah dalam menciptakan stabilitas ekonomi yang diiringi makin meroketnya harga-harga kebutuhan pokok masyarakat, adalah kenyataan pahit lainnya yang harus dihadapi dalam usaha pelestarian alam dan lingkungan.

Seharusnya ada solusi yang bersifat win-win solution sehingga mampu mengakomodir antara kepentingan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan konservasi sumberdaya alam dan lingkungan yang sama-sama krusialnya sehingga konsep “Hutan Lestari dan Masyarakat Sejahtera” dapat terwujud dalam arti yang sebenarnya. Upaya-upaya untuk mengendalikan kerusakan lingkungan dan laju pemanasan global perlu dilakukan oleh semua pihak, salah satunya melalui upaya pengelolaan hutan secara baik. Pemanasan global terjadi akibat efek pemanasan yang disebut efek rumah kaca (green house effect). Emisi gas karbon yang berlebihan, terutama yang ditimbulkan oleh kegiatan manusia, merupakan salah satu faktor utama terjadinya efek rumah kaca.

Hutan berfungsi sebagai penyerap gas karbon sehingga hutan dapat berfungsi sebagai penahan lajunya pemanasan global. Dengan demikian, berkaitan dengan upaya menahan laju pemanasan global, pengelolaan hutan secara baik dan berkelanjutan merupakan suatu keharusan. Pengelolaan hutan perlu memperhatikan berbagai aspek fungsi hutan. Suatu kenyataan bahwa oleh karena dorongan faktor-faktor sosial, ekonomi dan lain-lain, kerusaan hutan terjadi dimana-mana dan alih fungsi lahan hutan untuk peruntukan lain seringkali tidak dapat dihindarkan. Karena itu diperlukan sistem pengelolaan lahan hutan yang memperhatikan berbagai aspek, baik aspek ekologi, produksi, maupun sosial ekonomi, misalnya dengan sistem agroforestri.

Sistem agroforestri merupakan sintesis sistem agronomi (pertanian) dan sistem hutan dengan penanaman tanaman pertanian diantara tegakan pohon. Oleh karena pertanian semakin terbatas, budidaya tanaman pangan dan komoditas pertanian lainnya di lahan kawasan hutan melalui sistem agroforestri merupakan suatu altematif yang perlu terus dikembangkan. Pegelolaan hutan secara agroforestri diharapkan dapat meningkatkan fungsi ekologi, fungsi produksi, maupun fungsi sosialekonomi hutan.

Benarkah agroforestri dinilai tepat sebagai solusi yang ditawarkan untuk mengatasi masalah tersebut?

Lalu bagaimana peran agroforestri itu sendiri dalam rangka mengatasi permasalahan lingkungan yang timbul seperti pemanasan global dan bencana alam ?

Referensi bacaan 3.pdf (195.0 KB)
Referensi bacaan 1.pdf (92.2 KB)
Referensi bacaan 2.pdf (441.6 KB)

17 Likes

Jose (2009) menjelaskan bahwa agroforestri
memiliki empat manfaat utama bagi ekosistem dan
lingkungan, yaitu penyerapan karbon, menjaga dan
meningkatkan kesuburan tanah, konservasi keanekaragaman hayati, serta menjaga dan
meningkatkan kualitas udara dan air.

Smith
(2008) dan Dresner (2008) juga
mengungkapkan bahwa lahan dengan tanaman
berkayu memiliki peran penting dalam menjaga
sumberdaya alam karena mampu mencegah atau
mengurangi bahaya banjir, serta mengontrol erosi
tanah. Peran-peran tersebut selama ini kurang
disadari oleh masyarakat, terutama di daerah-daerah
dimana akses informasi dan transportasi masih
cukup rendah. Akan tetapi dengan semakin
gencarnya isu pemanasan global dan perubahan
iklim yang banyak ditayangkan dan dimuat di
berbagai media massa seperti televisi dan surat
kabar, membuat masyarakat sedikit demi sedikit
mulai mengerti bahwa dampak negatif dari
pemanasan global ini telah mereka rasakan. Mereka
mulai sadar akan pentingnya menjaga kelestarian
lingkungan dengan cara menanam pohon.

Dalam penelitiannya, Oke dan Olatiilu (2011)
membandingkan jumlah serapan karbon yang dapat
disimpan oleh beberapa tipe tutupan lahan dalam
pola agroforestri, dan hasilnya mengungkapkan
bahwa lahan dengan pola agroforestri coklat yang
rapat mampu menyerap karbon lebih tinggi
dibandingkan dengan pola agroforestri coklat yang
kurang rapat. Hal ini menunjukkan bahwa adanya
tanaman kehutanan yang dicampur dengan
tanaman perkebunan seperti coklat atau kopi akan
meningkatkan kapasitas serapan karbon dari
atmosfer.

Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian
Budiadi dan Ishii (2010) yang menjelaskan bahwa
pola agroforestri yang intensif dengan beberapa
jenis tanaman pertanian mampu menyerap karbon
lebih banyak dibandingkan dengan pola
agroforestri hanya dengan satu jenis tanaman
pertanian. Hasil penelitian ini juga membuktikan
bahwa pola agroforestri dapat menyerap karbon
lebih tinggi dibandingkan dengan pola
monokultur.

Sistem agroforestri yang
dikembangkan di wilayah Bukidnon, Philippines,
mampu menyimpan karbon sebanyak 92 MgC per
ha sampai dengan 174 MgC per hektare (Labata et al
2012).

Sumber:

Lestari S, Bambang TP. Penguatan agroforestri dalam upaya mitigasi perubahan iklim: kasus Kabupaten Bengkulu Tengah Provinsi Bengkulu. Jurnal Penelitian Sosial Ekonomi 2014; 11(1): 1-12.

9 Likes

kontribusi agroforestri terhadap upaya mitigasi gas rumah kaca dan global warming cukup besar yaitu melalui banyaknya C yang tersimpan dalam sistem agroforestry. Walaupun jumlah C yang tersimpan pada sistem agroforestri tidak bisa menyerupai hutan alami, tetapi masih jauh lebih baik dari pada sistem pertanian monokultur.

Menurut Hiriah, et. al. (2008), pada daerah pegunungan berlereng terjal atau pada tebing-tebing sungai, resiko terjadinya longsor dangkal dapat dikurangi dengan meningkatkan keragaman jenis dan kerapatan pohon yang ditanam, seperti sistem agroforestri.
Agroforestri juga berperan penting dalam mitigasi emisi gas rumah kaca (GRK) ke atmosfer melalui perannya:

  1. Menyerap CO2 di atmosfer lewat fotosinthesis dan menimbunnya sebagai karbohidrat dalam biomasa untuk waktu yang panjang
  2. Mempertahankan kesuburan tanah melalui daunnya yang gugur ke tanah maksimum sekitar 9 ton/ha/th, sehingga memperbaiki pertumbuhan pohon dan tanaman lain yang tumbuh di atasnya.

Referensi bacaan 2.pdf (441.6 KB)

10 Likes

Menurut referensi yang saya baca, Agroforestri berperan penting dalam mitigasi emisi gas rumah kaca (GRK) ke atmosfer melalui perannya:
(1) Menyerap CO2 di atmosfer lewat fotosinthesis dan menimbunnya sebagai
karbohidrat dalam biomasa untuk waktu yang panjang,
(2) Mempertahankan kesuburan tanah melalui daunnya yang gugur ke tanah maksimum sekitar 9 ton/ha/th, sehingga memperbaiki pertumbuhan pohon dan tanaman lain yang tumbuh di atasnya. Hal tersebut penting untuk menunjang kelangsungan fotosinthesis, berarti
meningkatkan penyerapan CO2 di atmosfer.

8 Likes
  1. Dapat menyerap karbon dioksida lebih baik dari lahan pertanian biasa
  2. Memberikan kesejukan karena adanya oksigen yang lebih banyak di keluarkan di banding lahan pertanian biasa.
  3. Dapat menyuburkan tanah karena masih alami dan banyak mengandung N
  4. Dapat mencegah banjir dan tanah longsor.
6 Likes

Dengan agroforestry, kualitas lahan semakin lama semakin subur dan produktif karena selalu memperoleh penambahan bahan organik dari dedaunan yang gugur.
Dari segi ekologi penutupan lahan berupa pepohonan memberikan perlindungan
paling maksimal bagi lahan (tanah) setempat karena resiko tererosi oleh aliran air di permukaan menjadi lebih rendah, bagi lahan yang terletak jauh di bagian hilirnya memiliki resiko kecil tertimpa tanah longsor atau banjir, karena keberadaan pepohonan di bagian hulu.
Dipandang dari sisi lain, ternyata masyarakat yang menerapkan sistem
agroforestry memiliki ikatan psikologis yang kuat dengan hutan tempat mereka
berusaha tani. Dengan kesadaran yang penuh tanggungjawab masyarakat akan
menjaga keberadaan hutan tersebut.
Dengan mempertimbangkan kelebihan yang dimiliki sistem agroforestry, sistem
ini telah banyak diterapkan dan dipilih sebagai sarana pemberdayaan masyarakat sekitar hutan, yang dipertimbangkan memiliki potensi untuk melakukan tekanan terhadap hutan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
235-815-1-PB.pdf (94.6 KB)

6 Likes

Secara fisik agroforestri mempunyai susunan kanopi tajuknya yang berjenjang (kompleks) dengan karakteristik dan kedalaman perakaran yang beragam, sehingga agroforestri merupakan
teknik yang ditawarkan untuk ADAPTASI terhadap pemanasan global melalui perannya
dalam mengurangi longsor, mengurangi limpasan permukaan dan erosi, mengurangi
kehilangan hara lewat pencucian dan mempertahankan biodiversitas flora dan fauna tanah. Adaptasi merupakan kegiatan-kegiatan penyesuaian yang perlu dilakukan untuk dapat hidup dan bertahan dan meningkatkan ketahanan, kelenturan dan mengarah ke migrasi karena kondisi iklim yang berbeda. Sedangkan mitigasi berarti usaha-usaha pencegahan yang perlu dilakukan.

Peran agroforestri dalam mitigasi GRK yaitu fungsi yang pertama sebagai penyerapan karbon, melalui penanaman campuran (jenis kayu pertukangan, pakan ternak, buah-buahan dan lain-lain). Kedua terhadap fungsi perlin-
dungan stok terlihat pada pengurangan bahaya
kebakaran dan serangan hama penyakit
dengan pencampuran berbagai jenis tanaman
dan yang ketiga terhadap fungsi pemanfaatan
energi yang dapat diperbaharui, dengan
tanaman jenis penghasil kayu bakar.

6 Likes

Agroforestry sangat tepat digunakan untuk menanggulangi bencana alam, seperti banjir.

  • Agroforestry mampu menutup permukaan tanah dengan sempurna dengan meningkatkan pasokan dan cadangan air tanah.
    Tanaman dapat melindungi permukaan tanah terhadap pukulan air hujan, sehingga pasokan dan cadangan air dalam tanah meningkat.
  • Hairiah et al., (2007) menyatakan bahwa strategi yang paling tepat untuk meningkatkanstabilitas tebing adalah dengan meningkatkan diversitas pohon yang ditanam dalam suatu lahanuntuk meningkatkan jaringan akar-akar yang kuat baik pada lapisan tanah atas maupun bawah.Oleh karena itu untuk konservasi daerah tebing rawan longsor (berlereng curam dengan kemiringan ≥ 80% atau ≥ 40o) sebaiknya penghijauan dengan tanaman yang sistem perakaranya dalam, dan diselingi dengan tanaman-tanaman yang lebih pendek dan ringan, dan bagian dasar ditanami rumput
6 Likes

Dapat menyuburkan tanah karena masih alami
-> alami yang dimaksud berkaitan dalam hal apa ya kak ? :pray:t2: Apakah dalam sistem pengelolaan nya yang belum menggunakan bahan kimia?

5 Likes

Berarti kak dengan penjelasan tersebut tidak ada masalah ya jika agroforestry ini diterapkan pada lahan miring ?

6 Likes

Agroforestri berperan dalam penyerapan karbon dan mitigasi perubahan iklim. Peran tersebut antara lain dikarenakan adanya beberapa aspek antara lain :

  1. Pencampuran jenis pohon (pohon penghasil kayu, buah, bahan pangan) berperan dalam penyerapan karbon yang lebih baik.
  2. Adanya tanaman dengan perbedaan umur/masa tanam dan panen menyebabkan penyerapan karbon yang lebih banyak, sehingga fungsi mitigasi dan adaptasi sekaligus terjadi
  3. Penggabungan nilai ekonomi, sosial, dan budaya sehingga perubahan vegetasi dapat berjalan seiring dengan perubahan sosial dan budaya secara berangsur yang dapat disesuaikan dengan perubahan iklim.
    Sumber :
    Butarbutar, T. 2012. Agroforestri untuk Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim. J. Analisis Kebijakan Kehutanan. 9(1): 1-10
7 Likes

Agroforestri merupakan sistem penggunaan lahan yang dilakukan dengan berbagai teknologi
melalui pemanfaatan tanaman semusim, tanaman tahunan, dan/atau ternak dalam waktu bersamaan atau
bergiliran pada periode tertentu sehingga terbentuk interaksi ekologi, sosial, dan ekonomi. Sistem
agroforestri memiliki lebih banyak kelebihan dibandingkan sistem penggunaan lahan lain. Salah satu kelebihan sistem ini adalah dapat digunakan pada lahan berlereng curam.

Sistem agroforestri multistrata dapat mencegah tanah longsor dengan membentuk bahan organik tanah, memperbaiki struktur tanah, dan membuat tanah menjadi lebih stabil. Pemanfaatan sistem agroforestri multistrata dengan berbagai jenis tanaman tajuk bertingkat dinilai sebagai langkah tepat mitigasi tanah longsor karena adanya penutupan tajuk pepohonan yang rapat dan bertingkat, sistem perakaran yang sangat baik, serta penutup tanah berupa rerumputan dan semak belukar yang sangat penting untuk menghindari tanah longsor.

Sumber : Bulletin of Scientific Contribution, Volume 14, No.2, Agustus 2016 : 117 – 126

4 Likes

Menerapkan agroforestry dengan banyak macam tanaman pertanian namun bukan coklat, dengan menerapkan agroforestry dengan mencampur tanaman hutan dengan coklat atau kopi namun dengan sistem tidak rapat. Sistem agroforestry manakah yang lebih memberikan manfaat dalam menyerap karbon yang lebih banyak?

4 Likes

Agroforestri dapat digunakan dalam pengelolaan DAS (pengendalian banjir dan longsor) dengan petimbangan:

(1) mampu menutup permukaan tanah dengan sempurna, sehingga efektif menekan aliran permukaan, erosi/longsor dan banjir, serta mampu meningkatkan infiltrasi/pasokan dan cadangan air tanah.
(2) variasi tanaman membentuk jaringan perakaran yang kuat baik pada lapisan tanah atas maupun bawah, akan meningkatkan stabilitas tebing, sehingga mengurangi kerentanan terhadap longsor (melalui pola tanam khusus)
(3) terkait rehabilitasi lahan, mampu meningkatkan kesuburan fisika (perbaikan
struktur tanah dan kandungan air), kesuburan kimia (peningkatan kadar bahan organik dan
ketersediaan hara) dan biologi tanah (meningkatkan aktivitas dan diversitas), morfologi tanah
(4) secara ekonomi meningkatkan pendapatan petani dan menekan resiko kegagalan panen
(5) mempunyai peran penting dalam upaya rehabilitasi lahan kritis.

Hairiah et al., (2007) menyatakan bahwa strategi yang paling tepat untuk meningkatkan stabilitas tebing adalah dengan meningkatkan diversitas pohon yang ditanam dalam suatu lahan untuk meningkatkan jaringan akar-akar yang kuat baik
pada lapisan tanah atas maupun bawah. Oleh karena itu untuk konservasi daerah tebing rawan longsor (berlereng curam dengan kemiringan ≥ 80%) sebaiknya penghijauan dengan tanaman yang sistem perakaranya dalam, dan diselingi
dengan tanaman-tanaman yang lebih pendek dan ringan, dan bagian dasar ditanami rumput. Perbaikan dan pemeliharaan drainase perlu dilakukan untuk menjauhkan air dari lereng, menghindarkan air meresap ke dalam lereng, atau menguras air dalam lereng keluar lereng sehingga air jangan sampai tersumbat atau meresap ke dalam tanah agar stabilitas lereng tetap terjaga.

source: Suntoro Wongso. 2008. Peran Agroforestri dalam Menanggulangi Banjir dan Longsor DAS

4 Likes

Ingin membantu memberi jawaban. Agroforestri dapat menyuburkan tanah karena masih alami dalam artian ekosistem hutan masih memiliki sistem yang baik dalam hal seperti jaring jaring makanan, proses dekomposisi bahan organik, sistem hidrologi, hingga ‘mungkin’ proses pedologi (pembentukan tanah), dll. Sehingga, penerapan agroforestri ‘seharusnya’ juga minim dalam penggunaan input bahan kimia karena ekosistem hutan yang masih baik sudah menyediakan unsur hara, mikroba, dan ketersediaan air yang baik. Selain itu, penerapan agroforestri yang benar memang seharusnya didasarkan pada siste pertanian berkelanjutan yang menekan input pertanian dan menghasilkan output yang baik secara berkelanjutan tanpa menyebabkan penurunan kualits lahan.

4 Likes

Apabila dilihat dari beberapa prinsip
(peningkatan produktifitas lahan yang berbasis
lingkungan dan sosial), model agroforestri
dapat memitigasi dan mengadaptasi perubahan
iklim dengan alasan-alasan sebagai berikut:
a) Pencampuran jenis pohon penghasil kayu,
buah dan lain-lain merupakan salah satu model
tanaman campuran, karena campuran
beberapa jenis lebih baik dari hanya satu jenis
(dari segi pencegahan hama & penyakit dan
jumlah karbon yang diserap ) ; b) Pencampuran
jenis yang didasarkan pada perbedaan sifat
toleransi ( dan ), karena akan
memanfaatkan seluruh cahaya untuk foto-
sintesa; c) Pencampuran tanaman dari berbagai

4 Likes

Salah satu cara mengatasi pemanasan global melalui pengembangan tanaman yang menjadi bioenergi (salah satunya jarak
pagar) dan pengembangan desa mandiri energi, krisis energi dan bahan bakar bisa
diatasi, sekaligus berpertan dalam pengurangan emisi hasil pembakaran, karena
sifatnya yang lebih mudah terurai.

Agroforestri pun dapat mencegah terjadinya tanah longsor karrna dengan ada nya pohon2 dapat menopang tanah dan menstabilkan tanah

4 Likes

Agroforestri dapat membantu mengembalikan fungsi hutan dan lahan kritis agar dapat bermanfaat secara ekologi bagi lingkungan, ekonomi, dan sosial bagi masyarakat. Hal ini disebabkan pengelolaan hutan lestari hanya dapat tercapai jika dapat mengakomodir ketiga fungsi tersebut.
Selain itu kondisi demikian dapat memperbaiki struktur dan porositas tanah serta lebih lanjut dapat meningkatkan laju infiltrasi dan kapasitas menahan air sehingga dapat meminimalisir kehilangan tanah oleh air dengan demikian maka lingkungan yang diperuntukan sebagai daerah pertanian akan mampu terjaga dalam kurun waktu yang panjang.

4 Likes

Saya ingin membantu menjawab. Dalam pertanian, terdapat proses evaluasi lahan terlebih dahulu. Evaluasi ini dapat berkaitan dengan kemampuan lahan (menyangkut kemiringan lahan, tingkat erosi, tekstur tanah, sistem hidrologi seperti drainase dan bahaya banjir, dll.) serta kesesuaian lahan (lebih spesifik dalam kecocokan lahan thdp suatu tanaman tertentu). Jadi, penerapan agroforestri di lahan miring tidak semuanya bisa dilakukan karena harus menyesuaikan kemampuan dan kesesuaian lahan dengan tanaman apa yang mampu bertahan dan produktif di lahan tsb. Jika lahan terlalu miring (>65%) lebih baik dibiarkan alami. Tetapi jika kemiringan lahan masih bisa diatasi seperti dengan penerapan teras gulud, teras bangku dll, maka masih bisa dilakukan agroforestri. Selain itu juga tergantung pada tanaman yang akan dibudidaya, umumnya jenis tanaman pertanian semusim akan semakin terbatas jika lahan semakin miring.
Sumber literatur :
Rayes, M. L. 2007. Metode Inventarisasi Sumberdaya Lahan. Yogyakarta : C.V Andi Offset

4 Likes

kontribusi agroforestri terhadap upaya mitigasi GRK di udara cukup besar
melalui banyaknya C tersimpan dalam sistem tersebut. Besarnya C yang tersimpan
pada sistem agroforestri tidak bisa menyerupai hutan alami, tetapi masih jauh lebih
baik dari pada sistem pertanian monokultur. Hal yang terpenting adalah agroforestri
dapat memperkecil ancaman terjadinya alih- guna lahan di masa yang akan datang,
karena dengan pengelolaan yang benar dan pemilihan jenis pohon serta didukung
dengan kebijakan pasar yang tepat, agroforestri dapat melindungi pendapatan petani.
Sistem agroforestri tersebut selaras dengan tujuan aforestasi/reforestasi (A/R) pada
mekanisma pembangunan bersih (CDM) atau konsep mitigasi GRK lainnya yang
telah dirundingkan di pertemuan internasional di Bali yang lalu seperti ADSB
(Avoided Deforestation with Sustainable Benefits) dan REDD (Reduced Emissions
from Deforestation and Degradation).

Hutan alami menyimpan C tertinggi sekitar 497 ton ha-1 dibandingkan sistem
penggunaan lahan (SPL) lainnya. Lahan ubikayu monokultur menyimpan C
terendah (sekitar 49 ton ha-1).
• Gangguan hutan alami menyebabkan hutan kehilangan C sekitar 250 ton ha-1,
dimana kehilangan C terbesar terjadi karena hilangnya pohon, sedang kehilangan
C yang tersimpan dalam tanah relatif kecil
Bila hutan sekunder terus dikonversi ke sistem ubikayu monokultur, maka
kehilangan C di atas permukaan tanah bertambah menjadi 300-350 ton C ha-1.
• Tingkat kehilangan C dapat diperkecil bila hutan dikonversi menjadi sistem
agroforestri berbasis karet. Karbon tersimpan di bagian atas tanah sekitar 290 ton
C ha-1, dan bila dikonversi menjadi HTI sengon maka C yang tersimpan sekitar
370 ton C ha-1.
Besarnya penyimpanan C dalam suatu lahan dipengaruhi oleh tingkat kesuburan
tanahnya. Penyisipan pohon leguminose dalam sistem agroforestri, akan
memperbaiki kesuburan tanah sehingga pertumbuhan pohon di atasnya menjadi
lebih baik dan meningkatkan jumlah C tersimpan dalam biomasa.

5 Likes