Mindfulness dalam penelitian Psikologi dimanipulasi dalam bentuk yang berbeda-beda, dapat berupa, pelatihan dan terapi. Terapi menggunakan mindfulness telah banyak digunakan untuk mengatasi penyakit mental dan fisik (Jain, dkk, 2007), sedangkan pelatihan mindfulness dapat digunakan sebagai intervensi preventif, yaitu, disposisional mindfulness (Brown dan Ryan, 2003; Tanay, Lotan, dan Bernstein, 2012) dan meningkatkan mindfulness, mengurangi penolakan terhadap pengalaman, perasaan negatif, meningkatkan kemampuan mindfulness dalam decentering (Tanay, Lotan, dan Bernstein, 2012).
Decentering merupakan kemampuan untuk mengobservasi pemikiran dan perasaan secara sementara, peristiwa objektif dalam pikiran meskipun terkadang terdapat pertentangan dari diri dengan keadaan sebenarnya. Decentering mencakup kemampuan cognitive defusion (Hayes dan Wilson, 2003; Shapiro, Carlson, Asten, dan Freedman, 2006; Tanay, Lotan, dan Bernstein, 2012), yaitu, strategi yang membantu orang untuk menyadari dan mengontrol pikiran dan perasaan individu yang bermasalah (Klontz, Britt, dan Archuleta, 2015). Selain itu kemampuan decentering juga termasuk kemampuan merasakan ulang ( reperceiving ), dan kesadaran metakognitif (Hayes dan Wilson, 2003; Shapiro, Carlson, Asten, dan Freedman, 2006; Tanay, Lotan, dan Bernstein, 2012).
Model Pelatihan Mindfulness
Selama sepuluh tahun terakhir, pelatihan mindfulness telah berkembang luas yang digabungkan dengan beberapa program meditasi (Chiesa, 2009) dan menarik perhatian di kalangan ilmuwan psikologi, kesehatan maupun neuroscience (Kartasasmita, 2011). Beberapa penelitian dilakukan oleh Kabat-Zinn di tahun 1992, Ma dan Teasdale tahun 2002, Davidson tahun 2003, Marlatt, dkk tahun 2004, Carson dan Carson tahun 2006, serta Samuelson, Carmody, KabatZinn dan Bratt tahun 2007 (West, 2008) yang mengungkapkan bahwa mindfulness dapat membantu seseorang untuk dapat memiliki hidup yang lebih sehat dan tidak mudah cemas, tidak mudah depresi, memandang hidup lebih baik, meningkatkan hubungan dengan orang lain, meningkatkan self esteem , meningkatkan ketahanan tubuh manusia dan dapat mengurangi kemungkinan seseorang menggunakan obat-obatan terlarang (West, 2008; Kartasasmita, 2011). Pelatihan mindfulness dapat dilakukan antara 2-3 minggu (Mrazek, Franklin, Phillips, Baird dan Schooler, 2013; Lim, Condon, dan DeSteno, 2015).
Pelatihan mindfulness dalam waktu dua minggu membantu menurunkan pemikiran-pemikiran yang mengembara ( mind-wandering ). Jika pikiran yang mengembara direduksi, maka secara tidak langsung seseorang mampu melakukan observasi keadaan yang terjadi dengan kesadaran seutuhnya (Mrazek, Franklin, Phillips, Baird dan Schooler, 2013; Ie, Ngnoumen dan Langer, 2014)
Studi lainnya menunjukkan bahwa pelatihan mindfulness selama dua minggu mampu meningkatkan fungsi kognitif (Mrazek, Franklin, Phillips, Baird dan Schooler, 2013), salah satunya yaitu dengan mereduksi distorsi kognitif (Sears dan Kraus, 2008; Goldin, Ramel, dan Gross, 2009). Menurut Hamamci dan Duy (2007) distorsi kognitif berhubungan dengan perasaan kesepian.
Pelatihan mindfulness selama dua minggu juga dapat meningkatkan kasih sayang, perilaku prososial pada orang yang membutuhkan pertolongan (Gunaratana, 2011). Sedangkan, pelatihan mindfulness selama lima minggu pada orang dewasa dengan kesulitan belajar menunjukkan bahwa mindfulness dapat meningkatkan kinerja akademik (Alidina dan Adams, 2014).
Manfaat pelatihan mindfulness juga telah terbukti dalam dunia kesehatan. Beberapa bukti menunjukkan bahwa pelatihan mindfulness dapat mereduksi konsumsi alkohol dan obat-obatan, menurunkan tekanan darah (Chiesa, 2009), menurunkan kecemasan, simtom depresi (Coelho, Canter, dan Ernst, 2007), stres (Chiesa dan Seretti, 2009), dan beberapa gangguan medis.
Pelatihan mindfulness berhubungan kemanfaatan psikologis dalam kognitif, termasuk, mereduksi reaktivitas kognitif (Raes, Dewulf, Heeringen dan Williams, 2009), sebaik dalam peningkatan penghindaran dan perenungan, pengembangan kontrol atensi (Hurk, Giommi, Gielen, Speckens dan Barendregt, 2010; Chiesa, Calati, dan Serreti, 2011) dan menghambat pemrosesan yang tidak perlu (Chiesa, Calati, dan Serreti, 2011).
Berdasarkan uraian sebelumnya, dapat diketahui bahwa pelatihan mindfulness memiliki manfaat seperti, membantu seseorang untuk dapat memiliki hidup yang lebih sehat dan tidak mudah cemas, tidak mudah depresi, memandang hidup lebih baik, meningkatkan hubungan dengan orang lain, meningkatkan self esteem , meningkatkan kesadaran, meningkatkan fungsi kognitif, mengurangi distorsi kognitif, meningkatkan ketahanan tubuh manusia dan dapat mengurangi kemungkinan seseorang menggunakan obat-obatan terlarang.
Model Terapi Mindfulness
MBSR ( Mindfulness-Based Stress Reduction )
MBSR merupakan program meditasi mindfulness yang terstruktur yang digunakan untuk mengurangi penderitaan yang disebabkan oleh gangguan fisik, psikosomatis, dan psikiatrik. Subjek diminta untuk fokus pada hal-hal yang menarik, menerima keadaan, dan tidak menilai penyakit yang diderita, sensasi-sensasi sulit, emosi-emosi, pikiran-pikiran serta perilaku-perilaku. MBSR dapat mengubah pola pikir dan perilaku dalam cara berpikir, sensasi dan emosi (Fjorback, Arendt, Ornbol, Fink, dan Walach, 2011).
Terapi MBSR selama satu bulan tidak dapat mereduksi stres, namun dapat meningkatkan pikiran positif dan meningkatkan perenungan (intropeksi diri) (Jain, dkk, 2007). Sedangkan MBSR yang dilakukan dalam 8 minggu memiliki manfaat dalam mereduksi simtom stres, kecemasan dan depresi atau membantu pasien untuk memiliki kemampuan coping untuk mengatur simtom-simtom yang muncul (Koszycki, Benger, Shlik, dan Bradwejn, 2007; Chiesa dan Serretti, 2009; Fjorback, Arendt, Ornbol, Fink, dan Walach, 2011).
Melalui penjelasan mengenai MBSR, dapat diketahui bahwa MBSR digunakan untuk terapi-terapi pengubahan pola pikir dan perilaku dalam cara berpikir, sensasi dan emosi pada orangorang yang sedang mengalami sakit fisik maupun psikologis.
MBCT ( Mindfulness-Based Cognitive Therapy )
MBCT merupakan adaptasi dari program MBSR. MBCT lebih berfokus pada pemikiran dari pada MBSR. MBCT merupakan terapi konitif yang mendeteksi dan ketidaksesuaian cara pikir yang digunakan untuk mencegah munculnya kembali depresi (Kuyken, Byford, dan Taylor, 2008; Fjorback, Arendt, Ornbol, Fink, dan Walach, 2011). Jadi, MBCT merupakan program preventif bukan program treatment dalam depresi yang akut (Fjorback, Arendt, Ornbol, Fink, dan Walach, 2011). Sehingga, dapat diketahui bahwa terapi MBCT merupakan pengembangan dari MBSR yang digunakan agar individu tidak mengalami kembali penyakit psikologis.