Apa yang dimaksud dengan Mindfulness?

Apa yang dimaksud dengan Mindfulness

Apa yang dimaksud dengan Mindfulness ?

Menurut sejarah, mindfulness disebut sebagai “hati ( the heart )” dalam meditasi Budha (Thera, 1962; Kabat-Zinn, 2003). Mindfulness merupakan inti dari ajaran Budha yang berasal dari bahasa sansekerta dari kata “ dharma ” yang memiliki arti “ketaaatan” seperti “hukum-hukum yang harus dipatuhi” atau secara sederhana “suatu cara”, yang dalam Cina disebut sebagai “ Tao ”. Mindfulness merupakan pemusatan perhatian ( atensi ) dasar yang medasari seluruh aliran praktek meditasi orang-orang Budha.

Setelah lebih dari 40 tahun, tradisi Budha ini menyebar di dunia Barat, dan dari tahun-ke tahun tiap generasi di dunia Barat mempraktekkan metode mindfulness dalam kehidupan sehari-hari (Kabat-Zinn, 2003). Mindfulness dalam bahasa Inggris merupakan kata yang cukup lama yang mengindikasikan kualitas menjadi sadar ( aware ) dan pemusatan perhatian (Kabat-Zinn, 2013).

Mindfulness merupakan kemampuan manusia yang utama, dan merujuk pada perhatian dan pengetahuan tentang setiap kondisi yang terjadi (Brantley dan Millstine, 2011). Mindfulness adalah kualitas kesadaran diri ( consciousness ), yang mencakup keadaan sadar terjaga ( awareness ) dan perhatian ( attention ) dan harus dibedakan dari proses mental seperti kognisi (perencanaan-pengawasan), motivasi, dan keadaan emosi (Brown dan Ryan, 2003).

Bishop (2002; Kabat-Zinn, 2004) menjelaskan bahwa mindfulness merupakan proses yang mengantarkan kualitas perhatian kepada pengalaman disini-saat ini tanpa perlu mengelaborasi, tanpa penilaian, dan penerimaan akan pikiran, perasaan, ataupun sensasi yang muncul dari pusat keadaan sadar terjaga saat ini. Semua yang dirasakan, dilihat, didengar, reaksi emosi dan pemikiran yang menyertai, diperhatikan sebagai peristiwa mental yang muncul dalam arus kesadaran. Keadaan mindfulness diartikan bahwa pemikiran dan perasaan merupakan peristiwa mental yang muncul di pikiran tanpa perlu mengidentifikasikannya secara berlebihan, dan bereaksi secara otomatis dengan kebiasaan perilaku yang cenderung terdorong secara emosional.

Pendapat lain, mengartikan mindfulness merupakan bentuk ketrampilan yang dapat membantu individu agar memiliki kesadaran dan tidak bersikap reaktif akan apa yang terjadi saat ini, sebuah cara untuk memaknai peristiwa baik positif, negatif, maupun netral sehingga mampu mengatasi perasaan tertekan dan menimbulkan kesejahteraan diri (Germer, Siegel, dan Fulton, 2005).

Sedangkan Snyder dan Lopez (2002) mendefinisikan mindfulness adalah keadaan pikiran yang fleksibel, yaitu terbuka dengan hal-hal baru, proses menggambarkan sesuatu yang baru. Ketika seseorang sadar, seseorang menjadi lebih sensitif terhadap suatu konteks dan perspektif dalam suatu situasi saat ini. Saat seseorang memiliki kesadaran penuh, perilaku individu dapat dipandu daripada diatur oleh aturan-aturan dan rutinitas-rutinitas.

Ahli lain yaitu Wood (2013) menyatakan bahwa kesadaran ( mindfulness ) adalah kondisi dimana seseorang benar-benar hadir dalam situasi tertentu. Ketika penuh kesadaran, individu tidak membiarkan pikiran melayang pada kejadian di hari kemarin atau rencana pada esok hari. Individu hanya fokus pada kegiatan yang dikerjakan pada hari ini. Sedangkan, Afandi (2009) mendiskripsikan mindfulness sebagai kombinasi perhatian terhadap kesadaran tentang peristiwa kekinian baik kejadian internal maupun eksternal. Aspek terpenting konsep mindfulness adalah kesadaran terhadap peristiwa yang terjadi tanpa suatu pertimbangan dan pengharapan terhadap hasil atau tujuan.

Dari pendapat para ahli mengenai mindfulness dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud sebagai mindfulness adalah proses yang mengantarkan kualitas perhatian kepada pengalaman disini-saat ini tanpa perlu mengelaborasi, tanpa penilaian, dan penerimaan akan pikiran, perasaan, ataupun sensasi yang muncul dari pusat keadaan sadar terjaga saat ini. Individu yang memiliki mindfulness dapat mengendalikan diri dan tidak merespon reaktif setiap bentuk kejadian baik positif, negatif, maupun netral, sehingga dapat mengatasi setiap perasaan yang tertekan dan menimbulkan kesejahteraan diri.

Sedangkan pelatihan atau training adalah suatu proses belajar mengenai sebuah wacana pengetahuan dan keterampilan yang ditujukan untuk penerapan hasil belajar yang sesuai dengan tuntutan tertentu. Pelatihan yang baik memiliki ciri-ciri antara lain, mengembangkan pemahaman, pengetahuan dan keterampilan, diberikan secara instruksional, obyeknya seseorang atau sekelompok orang, prosesnya mempelajari dan mempraktekkan dengan menuruti prosedur sehingga menjadi kebiasaan, dan hasilnya terlihat dengan adanya perubahan, tepatnya perbaikan cara kerja di tempat kerja (Suryoadi, 2012).

Sehingga, dapat disimpulkan bahwa definisi pelatihan merupakan sebuah kegiatan pembelajaran dalam rangka memperbaiki kemampuan seseorang. Pelatihan diharapkan mampu menambah pemahaman, pengetahuan, serta ketrampilan setiap individu yang mengikutinya.

Berdasarkan definisi-definisi yang telah dijelaskan dapat diketahui bahwa yang dimaksud sebagai pelatihan mindfulness sebuah kegiatan pembelajaran dalam rangka memperbaiki kemampuan seseorang dalam pengendalian kesadaran pikiran yang dapat menerima segala bentuk kejadian yang sedang dihadapi dan tidak merespon reaktif setiap bentuk kejadian baik positif, negatif, maupun netral.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mindfulness


Caldwell dan Shaver (2013) menyebutkan bahwa kecenderungan seseorang untuk menjadi mindful , secara proses sosial, kognitif, dan perkembangan dibentuk oleh pandangan, skema kognitif terhadap dunia yang aman. Pandangan tersebut merupakan kelekatan yang terjadi saat pertama kali bayi melakukan interaksi dengan orang lain. Sehingga, individu dapat menyadari dan terbuka terhadap pengalaman tanpa rasa khawatir, yang dapat menimbulkan kecenderungan untuk mindful . Sedangkan orang yang tidak memiliki kelekatan tidak aman, maka akan cenderung untuk melakukan mekanisme kelekatan agar dirinya tetap aman. Kecenderungan ini, memunjukkan adanya kekurangan kontrol terhadap atensi, kesadaran diri maupun rendahnya mindfulness . Kondisi ini disebabkan, seseorang yang memiliki kelekatan yang tidak aman, akan cenderung bias dalam menghadapi pengalaman karena mengalami ketakutan terhadap dunia.

Ahli lain, yaitu Bishop (2004) menganggap mindfulness merupakan keampuan yang tidak permanen yang dapat ditingkatkan melalui latihan. Faktor pembentuk mindfulness merupakan hasil dari prosedur meditasi. Menurut Umniyah dan Afiatin (2009) dalam pelaksanaan latihan mindfulness dapat dilakukan dengan menggunakan lima teknik, yaitu, meditasi menyadari pernapasan ( short breathing/ breath meditation ), pendeteksian tubuh dengan sikap penghargaan ( compassionate body scan ), latihan menyadari sensasi tubuh ( body sensation ), membuka kesadaran ( open awareness ), menerima pikiran dan perasaan, serta melepaskan hasrat ( wanting release ).

Jon Kabat Zinn mendefinisikan mindfulness sebagai sebuah kesadaran, diperkuat dengan memperhatikan secara berkelanjutan dan khusus yang disengaja, pada saat sekarang dan dengan tanpa menghakimi.

Menurut Zinn, mindfulness akan melibatkan bagaimana seseorang melihat, merasakan, mengetahui dan mencintai terhadap yang difokuskan pada saat ini dan memfasilitasi keterpusatan fokus dan kesadaran yang lebih besar. Pendekatan ini melibatkan perhatian yang difokuskan disini dan sekarang serta dengan sikap tidak menghakimi yang menggunakan unit-unit dasar intensi (niat), atensi (perhatian), dan sikap.

Tiga unit dasar ini dijelaskan secara lebih lanjut oleh Shapiro, antara lain:

  1. intention, yaitu berkaitan dengan pentingnya penetapan tujuan dari melakukan meditasi, menurut Kabat Zinn bahwa suatu penentuan intention (tujuan) menjadikan sesuatu mungkin untuk dicapai, dan tujuan akan mengingatkan seseorang akan maksudnya dalam melakukan mindfulness.

    Dalam penelitiannya, Shapiro menyatakan bahwa hasil yang dicapai dari meditasi berhubungan dengan tujuannya dalam melakukan meditasi. Jika seseorang mempunyai tujuan untuk mampu mengelola diri, maka dia akan mampu untuk mengelola dirinya.

  2. attention, yaitu berkaitan dengan pengamatan terhadap peristiwa kekinian, pengalaman internal dan eksternal, dalam wilayah psikologi hal tersebut menjadi hal yang penting dalam proses penyembuhan.

  3. attitude, berkaitan dengan cara dalam melakukan mindfulness, yaitu tanpa banyak melakukan evaluasi atau penilaian, penuh penerimaan, kebaikan, keterbukaan meskipun apa yang terjadi adalah diluar keinginan seseorang.

Sedangkan Stanley mengartikan mindfulness sebagai kombinasi perhatian terhadap kesadaran tentang peristiwa kekinian baik kejadian internal maupun eksternal. Aspek terpenting dari konsep mindfulness adalah kesadaran terhadap peristiwa yang terjadi tanpa suatu pertimbangan dan pengharapan terhadap hasil atau tujuan.

Dengan ini dapat dipahami bahwa dalam terapi mindfulness seseorang tidak perlu berharap lebih terhadap hasil terapi. Zinn menegaskan bahwa latihan meditasi mindfulness bukan berkaitan dengan “keberadaan dimanapun untuk memperbaiki sesuatu” akan tetapi merupakan pengalaman terhadap peristiwa dari waktu ke waktu. Latihan meditasi mindfulness terjadi dalam kondisi yang bebas dari gangguan pikiran-pikiran dan emosi.

Latihan meditasi mindfulness dilakukan dengan cara duduk yang nyaman dan memfokuskan perhatian pada objek kesadaran mental atau proses (baik proses pernafasan, suara, mantra atau pernyataanpernyataan, visualisasi atau penghayatan) dan kemudian secara sadar meneliti pikiran secara terbuka, mengganti secara bebas dari satu persepsi dengan persepsi lain secara lebih lanjut. Tidak ada pikiran, bayangan atau sensasi yang diharapkan mengganggu.

Berdasarkan pengertian diatas, yang bisa dipahami dari mindfullnes therapy adalah aktifitas yang melibatkan kesadaran pikiran, perasaan serta perilaku pada peristiwa disini dan sekarang tanpa penilaian apapun dalam jangka waktu 10-15 menit melalui tiga tekhnik yakni visual imagery, deep breathing dan self talk.

Konsep Dasar Mindfulness Therapy


Menurut Segal, Williams, & Teasdale yang dikutip oleh Bradley T. Erford, secara historis mindfulness therapy melekat dalam tradisi kognitif behavioral. Beberapa teknik yang lazim digunakan didasarkan pada pendekatan mindfulness dan terutama efektif dalam mengurangi stress. Ketiga tekhnik yang dibahas di bagian ini masing-masing didasarkan pada prinsip reciprocal inhibition dari Wolpe, yang pada dasarnya seseorang tidak dapat melakukan dua hal secara bersamaan.

Ketika diterapkan pada konseling, seorang klien tidak mungkin merasa stress dan rileks di waktu yang sama, berpikir positif, pesan reafirmasi untuk diri sendiri bersamaan dengan memikirkan pikiranpikiran yang ruwet dan negatif; menvisualisasikan pemandangan yang positif dan memberdayakan secara bersamaan memvisualisasikan gambaran-gambaran negatif dan melemahkan; bernapas cepat dan lambat secara bersamaan; atau mengendurkan dan menegangkan otot secara bersamaan.

Jadi, dengan menggunakan kontinum-kontinum tersebut klien secara efektif memblokir dimensi negatif dan percabangannya yang menyebabkan stress. Teknik-teknik ini sering digunakan secara bebarengan untuk memaksimalkan efektivitas. Contohnya, klien dapat diajari teknik self-talk (bicara pada diri sendiri), dan progressive muscle relaxation training (latihan relaksasi otot progresif) secara sekuensial, dan didorong untuk menggunakan mereka secara simultan sebagai pekerjaan rumah untuk mengurangi stress dengan memblokir self-talk negatif, visualisasi negatif, pernapasan dangkal, dan ketegangan otot.

Teknik-teknik dan Implementasi Mindfulness Therapy


Pada meditasi mindfulness, ada empat tekhnik yang diterapkan yakni teknik self talk (berbicara pada diri sendiri), visual/guided imagery (imajinasi visual), deep breathing (bernapas dalam-dalam), dan progressive muscle relaxation training (latihan relaksasi otot progresif) secara sekuensial. Dalam penelitian ini, hanya tiga teknik yang digunakan yakni self talk, visual imagery dan deep breathing. Secara lebih jelasnya akan dipaparkan sebagai berikut:

  1. Visual Imagery
    Visual imagery adalah gambaran atau imajinasi visual. Asal muasal tekhnik visual imagery dimulai dengan interpretasi mimpi Freud pada akhir 1890-an dan sangat dipengaruhi oleh apa yang disebut oleh Jung sebagai imajinasi aktif.

    Pada 1920-an, Robert Desoile mengembangkan metode guided daydream (lamunan terbimbing) sebagai sebuah tekhnik terapi. Ia mengharuskan klien melamun secara aktif, sementara itu, dalam keadaan relaksasi otot, tentang tema-tema yang diintroduksikan oleh psikoterapis. Saat ini visual imagery digunakan di banyak pendekatan terapi, termasuk kognitif-behavioral, transpersonal, gestalt, psikodinamik, dan Ericksonian.

    Terapis kognitif menerapkan imagery untuk mengakses keyakinan-keyakinan kunci seorang klien dan mendesak klien untuk mereinterpretasi pengalaman. Terapis psikodinamis menggunakan imagery untuk membantu klien memproses ingatan atau pikiran yang sulit. Terapis gestalt mendasarkan pada imagery untuk membantu klien menangani konflik internal atau mengurangi kecemasan.

  2. Deep Breathing
    Deep breathing adalah tekhnik bernapas secara mendalam. Menurut Kottler dan Chen yang dikutip oleh Erford, tekhnik ini relatif baru di budaya barat. Tekhnik ini sudah sejak lama sangat dihargai oleh budaya timur dan merupakan teknik mindfulness yang tradisi yoga Hindu. Keyakinan filsuf Hindu pada yoga berpusat pada konsep pranayama.

    Prana berarti “energi kehidupan” maupun “pernapasan”, dan dengan mampu mengontrol energi kehidupan. Suatu metafora kuno yang digunakan untuk mendeskripsikan pernapasan adalah benang yang mengendalikan layang-layang; layang-layang merepresentasikan pikiran dan benang mempresentasikan pernapasan.

    Untuk menenangkan tubuh, banyak konselor professional sekarang merekomendasikan menggunakan teknik-teknik pernapasan. Dengan belajar bernapas lebih dalam dan efisien, klien dapat belajar mengelola stresnya.

  3. Self Talk
    Self talk secara bahasa; self bermakna diri, talk bermakna percakapan, pembicaraan, perbincangan. Seligman dan Reichenberg yang dikutip oleh Erford mendeskripsikan self-talk sebagai sebuah pep-talk (pembicaraan yang dimaksudkan untuk membangkitkan keberanian atau antusiasme) positif yang diberikan seseorang untuk dirinya sendiri setiap hari. Ketika menggunakan self-talk, seseorang berulang-ulang menyebutkan frasa suportif yang sangat membantu ketika dihadapkan pada suatu masalah.

    Dalam aktifitas sehari-hari, sebenarnya setiap orang sudah melakukan self talk namun kadang tidak disadari oleh orang yang bersangkutan. Self talk terdiri dari dua macam, yakni self talk positif dan self talk negatif. Menurut Erford, self talk positif berkaitan dengan motivasi, optimisme, dan harapan untuk mencapai tujuan seseorang. Sedangkan self talk negatif seringkali berkaitan dengan pesimisme dan kecemasan, bersifat self defeating dan mencegah klien membaik atau sukses.

    Self talk sangat kuat mempengaruhi bagaimana pikiran dan perilaku seseorang. Begitu pula menurut Erford, self talk ini dapat dapat dipengaruhi oleh apa yang dikatakan orang lain (misalnya, orangtua, guru, teman sebaya) tentang dirinya.

Referensi

http://digilib.uinsby.ac.id/25071/1/Tri%20Anita%20Jumaroh_B53214040.pdf

Bishop, dkk (2004) menjelaskan bahwa mindfulness merupakan proses yang membawa peningkatan perhatian kepada kualitas keadaan sadar terjaga yang non-elaboratif atas pengalaman di sini saat ini, sebagai pengalaman terbuka, penuh perhatian,dan penerimaan apa adanya.

Latihan Mindfulness dikembangkan oleh Kabat-zinn (1990) pada tahun1990 yang berakar dari filosofi Buddha. Mindfulness merupakan keterampilanyang dapat membantu individu agar memiliki kesadaran terhadap sebuahpengalaman saat ini secara disengaja dan tanpa penilaian agar mampu merespondengan penerimaan, dan bukannya bereaksi, terhadap pengalaman yang dialamisehari- hari. Saat kondisi mindful tercapai, perhatian tidak akan terfokus pada masa lalu ataupun masa depan, dan individu tidak akan memberikan penilaian atau menolak apa yang sedang terjadi saat ini. Kesadaran yang muncul akanmembantu individu melihat situasi ini secara lebih jelas, sehingga muncul sudutpandang baru dalam melihat permasalahan maupun alternatif pemecahannya (dalamKabat-zinn,2003).

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa mindfulness adalah suatu usaha untuk meningkatnya keadaan sadar terjaga dan perhatian yangterpusat pada keadaan internal dalam dirinya (mind and body) dan lingkungan di luar dirinya di sini saat ini yang diterima secara terbuka apa adanya. Definisi diatas, akan menjadi definisi operasional yang menjelaskan mengenai latihan mindfulnes.

Latihan mindfulness dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan latihan mindfulness formal dan latihan mindfulness informal di mana individu dapat meraih manfaat dengan mempraktekkannya, yaitu sebagai berikut (dalam Pace, 2015) :

Latihan Mindfulness Formal


Latihan mindfulness formal adalah latihan mindfulness di mana individu berkomitmen untuk menyediakan waktu secara khusus untuk mempraktekkannya. Lama waktu yang diperlukan bervariasi mulai dari 1 menit hingga 45 menit, tergantungkepada kemampuanindividuyangdapat ditingkatkansecarabertahap.

Dalam latihan mindfulness formal, individu diajak untuk memfokuskan kesadaran kepada satu hal, semisal kepada sensasi pernafasan atau memfokuskan kepada keadaan tubuh saat itu. Latihan mindfulness formal, secara bertahap mengubah susunan otak individu sehingga dapat lebih mindful dalam kehidupan sehari-hari.

Latihan mindfulness formal adalah bagian dari Mindfulness Based-Stress Reduction yang dikembangkan oleh Kabat-Zinn (1990) adalah sebagai berikut :

  • Sitting/Standing Meditation : Individu duduk atau berdiri tegap dengan dada terbuka namun tetap rileks selama beberapa menit dalam keheningan dan apa adanya. Individu berlatih untuk memperhatikan pikiran, emosi, dan sensasi yang dirasakan dengan rasa ingin tahu, keterbukaan, penerimaan, dan tanpa penilaian.

  • Awareness of Breath : Individu dengan lembut mengarahkan fokus sepenuhnya kepada nafas selagi bernafas dengan alami, masuk dan keluar – biarkan nafas dan kesadaran menjadi lebih dalam. Dalam praktek ini, individu dapat menambahkan dalam kesadaran suatu proses menerima dan melepaskan, seperti saat menghembuskan nafas melepaskan kemarahan, sakit, dan penderitaan, sedangkan saat menarik nafas menerima harapan, kedamaian, dan kebahagiaan.

  • Walking Meditation : Individu diajak merasakan sensasi saat kaki bersentuhan dengan tanah dalam setiap langkah yang diambil dan memperhatikan sensasi dalam tubuh saat proses ini terjadi. Bagi individu yang tidak dapat menggunakan kakinya untuk bergerak, jenis meditasi ini dapat diubah dengan cara berfokus pada apa yang sedang dialami dan memperhatikan selagi individu bergerak diatas kursi roda atau alat gerak bantu lainnya.

  • Eating / Drinking Meditation : Individu berfokus dengan penuh kesadaran kepada sepotong makanan atau minuman, semisal coklat, kacang, jeruk, kue, atau makanan dan minuman apa pun, kemudian selagi menikmati makan atau minum dengan sangat perlahan, individu memperhatikan bau, bentuk/tekstur, rasa,dansensasi lainnya atasmakananatauminuman.

  • Body Scan : Individu secara perlahan dan dengan seksama memeriksa tubuh dengan cara mengarahkan fokus pikiran dan pernafasan, yang berpusat dari jantung, lalu menuju ke seluruh bagian tubuh, mulai dari kepala sampai ke ujung jari kaki.Tujuan dalam body scanini adalah individudapat merasa rileks sekaligus penuh kesadaran karena merasakan hubungan kepada tubuh sendiri dan sensasi yang dirasakan. Apabila individu merasakan sakit, misalnya, latihan yang dilakukan adalah memperhatikan sensasi yang dirasakan dan berusaha untuk tidak menahannya, usahakan untuk memperhatikan daripada memberi penilaian,usahakan untuk menjadi nyaman dalam ketidaknyamanan.

  • Mindful Yoga : Suatu integrasi dari pikiran, tubuh, dan jiwamelalui pernafasan, pose-pose, gerakan, aliran darah, dan mindfulness. Yoga seringkali berfokus pada melepaskan sekaligus menerima ketegangan, di mana pikiran, hati, dan tubuh dengan penuh kesadaran, penerimaan, kesabaran, dan kasih.

  • Sensory-guided meditation : Individu memberi dengan penuh kesadaran atas apa yang sedang didengar, disentuh, dibau, dirasakan, atau dilihat dengan cara yang penuh keterbukaan, tanpa penilaian.

Latihan Mindfulness Informal


Adapun semua teknik mindfulness ini dapat diadaptasi ke dalam latihan informal atau “everyday mindfulness”. Latihan mindfulness informal berarti seseorang tidak harus duduk diam dan berlatih mindfulness. Latihan ini dapat dilakukan saat individu sedang melakukan aktivitas sehari-hari, walaupun demikian latihan ini tetap mengandung inti dari mindfulness, yaitu di mana seseorang dengan lembut dan sadar membawa kesadaran terhadap hal yang dilakukan saat ini dan disini.

Individu diajak untuk memilih salah satu kegiatan di mana ia mulai belajar menerapkan mindfulness dan secara perlahan berlatih memfokuskan diri pada kegiatan itu, seperti pada gerakan tubuh, sentuhan, penciuman, penglihatan, suara, dan lain sebagainya. Saat pikiran mulai bercabang dan mengarahke hal lain,maka dengan lembut, individu mengarahkan fokus kembali ke kegiatan yang sedang dikerjakan.

Manfaat Mindfulness


Berbagai penelitian menunjukkan mindfulness dapat meningkatkan well being baik secara fisik maupun emosional Studi menemukan bahwa mindfulness terbukti dapat menurunkan work family conflict pada populasi yang cukup bervariasi. Beberapa contoh penelitian tersebut antara lain penelitian longitudinal Kiburz (2012) yang menjelaskan pengaruh mindfulness dalam mengurangi work-family conflict pada pekerja di Florida, Amerika Serikat. Di Indonesia, Alfa Silmy (2015) mengungkapkan pengaruh mindfulness dan keseimbangan peran pekerjaan-keluarga terhadap meningkatnya psychological well-being orang tua berusia dewasa madya yang bekerja.

Mindfulness terbukti sebagai salah satu pendekatan yang sering digunakan dalam terapi rasa sakit kronis, stress, depresi, pola makan bermasalah, dan perilaku bunuh diri (dalam Hick dan Bien, 2008). Mindfulness dapat meningkatkan psychological well-being, seperti misalnya pada penderita kanker (dalam Brown dan Ryan, 2003) atau pada penderita diabetes mellitus tipe 2 (dalam Jayanti, 2016).

Keune (2010) menemukan bahwa individu yang mempraktekkan mindfulness dalam aktivitas sehari-hari mengalami peningkatan psychological well-being. Kabat Zinn (2003) menyebutkan kesadaran yang muncul pada kondisi mindfulakan membantu seseorang melihat situasi yang menekan secara lebih jelas, sehingga muncul sudut pandang baru dalam melihat permasalahan maupun alternatif pemecahannya.

Melalui mindfulness , individu dapat meningkatkan kondisi psychological well-beingnya terlepas dari berbagai peran yang harus dijalani setiap hari. Kondisi mindful akan memberikan kesadaran pada individu bahwa ia memiliki kontrol terhadap pilihan-pilihannya sehingga mendorong munculnya sikap responsif, bukannya reaktif terhadap situasi di sekitarnya (dalam Maharani, 2016). Di samping hal tersebut, kondisi mindful membantu individu untuk memberikan fokus terhadap hal yang ia hadapi saat ini sehingga dapat mengurang timbulnya keterpecahan pikiran dan perasaan tidak nyaman, gelisah, dan cemas(dalam Baer,2006).

Mindfulness berakar dari filosofi Buddha dan merupakan bentuk ketrampilan yang dapat membantu individu agar memiliki kesadaran dan tidak bersikap reaktif akan apa yang terjadi saat ini, sebuah cara untuk memaknai peristiwa baik positif, negatif, maupun netral sehingga mampu mengatasi perasaan tertekan dan menimbulkan kesejahteraan diri (Germer, Siegel, dan Fulton, 2005).

Sedangkan Snyder dan Lopez (2002) mendefinisikan mindfulness adalah keadaan pikiran yang fleksibel, yaitu terbuka dengan hal-hal baru, proses menggambarkan sesuatu yang baru.

Ketika seseorang sadar, seseorang akan menjadi lebih sensitif terhadap suatu konteks dan perspektif dalam kondisi dan situasi tertentu. Saat seseorang memiliki kesadaran penuh, perilaku individu dapat dipandu daripada diatur oleh aturan-aturan dan rutinitas-rutinitas.

Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud sebagai mindfulness adalah sebuah ketrampilan pengendalian kesadaran pikiran yang dapat menerima segala bentuk kejadian yang sedang dihadapi. Individu yang memiliki mindfulness dapat mengendalikan diri dan tidak merespon reaktif setiap bentuk kejadian baik positif, negatif, maupun netral, sehingga dapat mengatasi setiap perasaan yang tertekan dan menimbulkan kesejahteraan diri.

Menurut Umniyah dan Afiatin (2009) ada tiga komponen utama dalam pemusatan perhatian (mindfulness), yaitu :

  • Kesadaran (awareness),
  • Pengalaman saat ini (present experience) dan
  • Penerimaan (acceptance).

Proses pemusatan perhatian (mindfulness) memiliki kriteria yang harus dipenuhi, di antaranya:

  • Nonkonseptual, merupakan kesadaran tanpa proses pemikiran;
  • Fokus pada peristiwa sekarang;
  • Tanpa penilaian (non-judgemental);
  • Dilakukan dengan sengaja (intentional);
  • Observasi subjek;
  • Nonverbal;
  • Membebaskan (liberating) (Umniyah dan Afiatin, 2009).

Referensi :

  • Germer, C. K., Siegel, R. D., & Fulton, P. R. (2005). Mindfulness and Psychotherapy . New York: The Guilford Press
  • Snyder, C. R. & Lopez, S. J. (2002). Handbook of Positive Psychology . Newyork: Oxford University Press
  • Umniyah & Afiatin, T. (2009). Pengaruh Pelatihan Pemusatan Perhatian (Mindfulness) Terhadap Peningkatan Empati Perawat. Jurnal Intervensi Psikologi, 1 (1), 17-40