Menurut Teori Hirarki Kebutuhan Maslow, kebutuhan manusia bermacam-macam dan dapat dikelompok-kelompokkan. Adapun ide yang ingin dilontarkan oleh Abraham Maslow adalah bahwa kebutuhan manusia yang beraneka ragam tersebut dapat dikelompokkan ke dalam lima kelompok menurut urut-urutan kepentingannya, sebagai berikut:
1. Kebutuhan-kebutuhan Fisiologis (Physiological Needs)
Kebutuhan-kebutuhan fisiologis adalah sekumpulan kebutuhan dasar yang paling mendesak pemuasannya karena berkaitan langsung dengan pemuasan biologis dan kelangsungan hidup. Kebutuhan-kebutuhan dasar fisiologis itu antara lain kebutuhan akan makan, air, oksigen, aktif, istirahat, keseimbangan temperature, seks, dan kebutuhan akan stimulasi sensoris. Karena merupakan kebutuhan yang paling mendesak, maka kebutuhan-kebutuhan fisiologis akan paling didahulukan pemuasannya oleh individu. Dan jika kebutuhan fisiologis ini tidak terpenuhi atau belum terpuaskan, maka individu tidak akan tergerak untuk bertindak memuaskan kebutuhan-kebutuhan kain yang lebih tinggi.
Sebagi contoh, jika kita sedang lapar maka kita tidak akan bergerak untuk belajar, membuat komposisi music atau membangun sesuatu. Pada saat lapar kita dikuasai oleh hasrat untuk memperoleh makanan secepatnya (Koswara, 1991)
Dengan demikian tidakbisa dipungkiri lagi bahwa kepuasan fisiologis itu merupakan pendorong dan member pengaruh yang kuat atas tingkah laku manusia, dan manusia akan selalu berusaha memuaskannya sebelum memuaskan kebutuhan-kebutuhan lain yang lebih tinggi.
2. Kebutuhan Akan Rasa Aman (need For Self-Securitay)
Apabila kebutuhan fisiologis individu telah terpusatkan, maka dalam diri individu akan muncul sutu kebutuhan yang dominan dan menuntut pemuasan, yakni kebutuhan akan rasa aman (need for self-security). Yang dimaksud oleh Maslow (dalam Koswara, 1990) dengan kebutuhan rasa aman ini adalah suatu kebutuhan yang mendorong individu yang memperoleh ketentraman, kepastian, dan keteraturan dari keadaan lingkungannya. Contoh paling nyata bahwa manusia sangat membutuhkan rasa aman adalah pada saat masa bayi dan anak-anak yang membutuhkan perlindungan dari orang tuanya.
Pada orang dewasa pun kebutuhan akan rasa aman ini nampak dan berpengaruh secara aktif. Usaha-usaha untukmemperoleh perlindungan dan keselamatan kerja, penghasilan tetap atau membayar asuransi,merupakan contoh- contoh dari tingkah laku yang mencerminkan kebutuhan akan rasa aman pada orang-orang dewasa. Untuk sebagian, system-sistem kepercayaan agama dan filsafat bias ditafsirkan demikian. Agama dan filsafat oleh sementara orang dianggap sebagai alat yang bias membantu mereka untuk mengorganisasikan dunianya.
Maslow (1970) selanjutnya menyatakan, bahwa tipe dari keadaan neurotic, yakni obsesi-kompulasi, terutama didorong oleh pencarian rasa aman. Sejumlah orang neurotic, apabila menghadapi keadaan tertentu melalui penampilan yang rapi, berdisiplin, dan teratur. Kebutuhan akan rasa aman dari orang-orang neurotic itu juga sering diekspresikan melalui keinginan mencari pelindung atau orang- orang kuat yang hisa dijadikan bergantung.
3. Kebutuhan Akan Cinta dan Rasa Memiliki (Need For Love And Belongingness)
Kebutuhan akan cinta dan rasa , (need for love and belongingness) ini adalah suatu kebutuhan yang mendorong individu untuk mengadakan hubungan efektif atau ikatan emosional dengan individu lain, baik dengan sesama jenis maupun dengan yang berlainan jenis, di lingkungan keluarga ataupun di lingkungan kelompok di masyarakat. Bagi individu-individu, keanggotaan dalam kelompok sering menjadi tujuan yang dominan, dan mereka bisa menderita kesepian, terasing, dan tak berdaya apabila keluarga, pasangan hidup, rekan kerja, atau teman-teman meninggalkannya.
Maslow dengan tegas menolak pendapat Freud bahwa cinta dan afeksi itu berasal dari naluri seksual yang disublimasi. Bagi Maslow, cinta dan seks adalah dua hal yang sama sekali berbeda. Selanjutnya Maslow menegaskan bahwa cinta yang matang menunjuk kepada hubungan cinta yang sehat di antara dua orang atau lebih, yang di dalamnya terdapat sikap saling percaya dan saling menghargai. Maslow juga menekankan bahwa kebutuhan akan cinta itu mencakup keinginan untuk mencintai dan mencintai. Mencintai dan dicintai menurut Maslow, meru- pakan prasyarat bagi adanya perasaan yang sehat.
Sebalikya, tanpa cinta orang akan dikuasai oleh perasaan kebencian, rasa tak barharga dan kehampaan. Maslow akhirnya menyimpulkan, bahwa antara kepuasan cinta efeksi di masa kanak-kanak dan kesehatan mental di masa dewasa terdapat korelasi yang signifikan. (Koswara, 1991)
4. Kebutuhan Akan Rasa Harga Diri (Need For Self-Esteem)
Kebutuhan yang keempat, yakni kebutuhan akan rasa harga diri (need for self-esteem), oleh Maslow dibagi ke dalam dua bagian. Bagian pertama adalah penghormatan dan penghargaan diri sendiri, dan bagian kedua adalah peng- hargaan dari orang lain. Bagian pertama mencakup hasrat untuk memperoleh kompetensi, rasa percaya diri, kekuatan pribadi, adekuasi, kemandirian, dan kebe- basan. Individu ingin mengetahui atau yakin bahwa dirinya berharga serta mampu mengatasi segala tantangan dalam hidupnya. Adapun bagian yang kedua meliputi antara lain prestasi. Dalam hal ini butuh penghargaan atas apa-apa yang dilaku- kannya. Terpuaskannya akan kebutuhan akan rasa harga diri pada individu akan menghasilkan sikap percaya diri, rasa berharga, rasa takut, rasa mampu, dan rasa perasaan berguna.
Sebaliknya, frustasi atau terlambatnya pemuasan kebutuhan akan rasa harga diri itu akan menghasilkan sikap rendah diri, rasa tidak pantas, rasa lemah, rasa tak mampu, dan rasa tak berguna, yang menyebabkan individu tersebut mengalami kehampaan, keraguan, dan keputusasaan dalam menghadapi tuntutan hidupnya, serta memiliki penilaian yang rendah atas dirinya sendiri dalam kaitannya dengan orang lain. Maslow menegaskan bahwa rasa harga diri yang sehat lebih di dasarkan pada prestasi ketimbang prestise, status, atau kerun- tuhan. Dengan perkataan lain, rasa harga diri individu yang sehat adalah hasil usaha individu yang bersangkutan. Dan merupakan bahaya psikologis yang nyata apabila seseorang lebih mengandalkan rasa harga dirinya pada opini orang lain ketimbang pada kemampuan dan prestasi nyata dirinya sendiri (Koswara, 1991)
5. Kebutuhan Akan Aktualisasi Diri (Need For Self-Actualization)
Kebutuhan untuk mengungkapkan diri atau aktualisasi diri (need for self actualization) merupakan kebutuhan manusia yang paling tinggi dalam teori Maslow. Kebutuhan ini akan muncul apabila kebutuhan-kebutuhan yang ada di bawahnya telah terpuaskan dengan baik. Maslow menandai kebutuhan akan aktu- alisasi diri sebagai hasrat individu untuk menjadi orang yang sesuai dengan keinginan dan potensi yang dimilikinya. Contoh dari aktualisasi diri ini adalah seseorang yang berbakat music menciptakan komposisi music, seseorang yang me- miliki potensi intelektual menjadi ilmuan, dan seterusnya.
Maslow mencatat bahwa aktualisasi diri itu tidak hanya berupa menciptakan kreasi atau karya-karya berdasarkan bakat-bakat atau kemampuan-kemam- puan khusus. Orang tua, mahasiswa, dosen, pegawai, dan buruh pun bias mengak- tualisasikan dirinya, yakni dengan jalan membuat yang terbaik, atau bekerja seba- ik-baiknya sesuai dengan bidangnya masing-masing. Bentuk aktualisasi diri ini berbeda pada setiap orang. Hal ini tidak lain disebabkan dan merupakan cerminan dari adanya perbedaan-perbedaan individual. Bagaimanapun, Maslow mengakui bahwa untuk mencapai taraf aktualisasi diri atau memenuhi kebutuhan akan aktu- alisasi diri tidaklah mudah, sebab upaya kearah itu banyak sekali hambatannya.
Hambatan individu dalam mengaktualisasikan dirinya
Menurut Maslow, paling tidak ada tiga hambatan apabila individu ingin mengaktualisasikan dirinya.
-
Pertama, hambatan dari dalam diri individu,
Yakni berupa ketidaktahuan, keraguan, dan bahkan juga rasa takut dari individu untuk mengungkapkan potensi-potensi yang dimilikinya, sehingga potensi-potensi itu tetap laten. -
Kedua, hambatan yang berasal dari luar atau dari masyarakat.
Hambatan dari masyarakat ini dapat berupa kecenderungan mendepersonalisasi individu, juga berupa perepresian sifat-sifat, bakat, atau potensi-potensi. Masyarakat sering merepres pengungkapkan sifat-sifat, atau kebiasaan-kebiasaan yang spesifik dari para warganya yang, apabila terungkap, bisa mengantarkan mereka menuju aktu- alisasi diri. Tegasnya, aktualisasi diri itu hanya mungkin apabila kondisi lingkungan menunjangnya. Kenyataannya menurut keyakinan Maslow, tidak ada satupun lingkungan masyarakat yang sepenuhnya menunjang atas upaya aktualisasi diri para warganya, meski tentunya ada beberapa masyarakat yang jauh lebih baik dan menunjang daripada masyarakat yang lainnya -
Ketiga, hambatan berupa pengaruh negatif yang dihasilkan oleh kebutuhan yang kuat akan rasa aman.
Seperti diketahui, proses-proses perkembangan menuju kematangan menuntut kesediaan individu untuk mengambil resiko, membuat kesalahan, dan melepaskan kebiasaan-kebiasaaan lama yang tidak konstruktif . Kesemuanya itu jelas memerlukan keberanian oleh individu-individu yang kebutuhan akan rasa amannya terlaku kuat, pengambilan resiko, pembuatan kesalahan, dan pelepasan kebiasaan-kebiasaan lama yang tidak konstruktif itu justru menjadi hal-hal yang mengancam atau menakutkan, dan pada gilirannya ketakutan ini akan mendorong individu-individu tersebut untuk bergerak mundur menuju pemuasan kebutuhan akan rasa aman.
Dalam kenyataannya memang banyak orang yang mengekang dirinya dari perkembangan kreativitas dan kebiasaan- kebiasaan yang spesifik dan konstruktif, dan lebih suka memilih kebiasaan- kebiasaan yang tidak konstruktif dengan demikian mereka menutup kemungkinan sendiri bagi pencapaian aktualisasi diri. Kesimpulannya pencapaian aktualisasi diri itu disamping membutuhkan kondisi lingkungan yang menunjang, juga menuntut adanya kesediaan atau keterbukaan individu terhadap gagasan-gagasan dan pengalaman-pengalaman baru.
Maslow menyimpulkan bahwa, jika mengharapkan lebih banyak lagi orang mampu mengaktualisasikan diri, maka dunia terlebih dahulu perlu diubah agar tercipta kesempatan yang luas bagi orang-orang untuk memuaskan kebutuhan dasarnya. Perubahan dunia yang dimaksud oleh Maslow itu tidak lain adalah reorganisasi besar-besaran dari ketentuan-ketentuan sosial dan struktur-struktur politik yang ada dewasa ini lebih kondusif (Koswara,1991)
Individu akan turun pada kebutuhan di bawahnya apabila kebutuhan di bawahnya tersebut menuntut untuk dipenuhi. Contoh penurunan tingkat kebutuhan menurut Maslow, apabila seseorang karyawan sudah mencapai puncak karier /aktualisasi diri kemudian tiba-tiba perusahaannya bangkrut, dan dia di PHK, maka karyawan tersebut akan memenuhi kebutuhan tingkat dasar lagi demikian seterusnya.
Selanjutnya Maslow juga berpendapat bahwa perilaku manusia hanya akan dipengaruhi oleh kebutuhan yang belum terpuaskan. Dengan kata lain, jika suatu kebutuhan secara relative sudah dapat terpuaskan, maka ia akan mencoba untuk memuaskan kebutuhan yang lebih tinggi berikutnya. Oleh karena itu pemberian penghargaan akan efisien apabila pihak lembaga dapat memahami kebutuhan yang belum terpenuhi dan memberikannya. Hirarki kebutuhan menurut Maslow dapat dilihat dalam gambar berikut: