Apa yang dimaksud dengan Umpan Balik (Feedback) dalam Komunikasi?

Umpan balik komunikasi

Umpan balik (feedback) adalah tanggapan yang diberikan oleh seorang komunikan (penerima pesan) ketika seorang komunikator (pemberi pesan) sedang menyampaikan pesannya.

Dalam arti singkat, feedback dapat dikatakan sebagai tanggapan atau respon terhadap suatu pesan. Feedback yang ditimbulkan dari proses komunikasi memberikan gambaran kepada komunikator tentang hasil komunikasi yang dilakukannya.

Feedback merupakan satu – satunya elemen yang dapat men- judge komunikasi yang telah berlangsung berhasil atau gagal. Feedback bisa berupa respon positif atau respon negatif.

Apa yang dimaksud dengan umpan balik (feedback) dalam komunikasi ?

1 Like

Umpan balik adalah komunikasi yang diberikan kepada pembicara oleh pendengar untuk menunjukan pemahamannya. Fungsi feedback adalah sebagai mekanisme kendali untuk mengetahui apakah perilaku komunikasi seorang komunikator telah efektif untuk mencapai sasarannya.

Dalam Ilmu Komunikasi dikenal beberapa jenis feedback. Tidak semuanya persis merupakan variasi dari prinsip di atas. Ada di antaranya yang merupakan analogi pada konteks komunikasi yang lain atau merupakan sifatnya. Jenis-jenis feedback tersebut adalah :

  1. Feedback Positif – Feedback Negatif

    Feedback positif adalah isyarat / gejala yang ditunjukkan oleh komunikan yang menandakan bahwa ia / mereka memahami, membantu dan mau bekerja sama dengan komunikator untuk mencapai sasaran komunikasi tertentu, dan tidak menunjukkan perlawanan / pertentangan.

    Contohnya : komunikan mengangguk-angguk, memperhatikan dengan serius, mencatat, responsif ketika ditanya.

    Feedback negatif adalah isyarat / gejala yang ditunjukkan oleh komunikan yang menandakan bahwa ia / mereka memiliki sikap serta perilaku yang dapat berkisar dari mulai tidak setuju hingga tidak menyukai pesan, cara penyampaian, atau bahkan diri sang komunikator. Segalanya sesuatu yang merupakan lawan dari feedback positif adalah feedback negatif.

    Contohnya : sikap acuh tak acuh, melakukan hal lain yang tidak ada hubungannya dengan yang sedang dibahas, mengobrol, mengganggu orang lain, nyeletuk, memotong pembicaraan / interupsi secara tidak sopan, atau keluar ruangan / walk- out tanpa izin dari komunikator, dan sebagainya.

  2. Feedback Netral – Feedback Zero

    Feedback Netral adalah jenis feedback yang sulit untuk dinilai sebagai isyarat / gejala yang menunjukkan respon positif atau negatif. Dengan kata lain feedback netral adalah feedback yang tidak jelas wujudnya; apakah itu positif atau negatif.

    Contohnya : perilaku diam ketika ditanya mengerti atau tidak, …

    Feedback Zero adalah feedback yang sulit dimengerti oleh komunikator. Komunikator tidak tahu harus menafsirkan isyarat / gejala yang muncul dari komunikan.

    Contohnya : ada yang tertawa ketika komunikator tidak sedang menyampaikan hal yang lucu, tiba-tiba ada yang menangis, dan sebagainya.

  3. Feedback Internal – Feedback Eksternal

    Feedback Internal adalah yang menunjukkan sumber dari isyarat / gejala yang menjadi feedback. Bila itu muncul dari dalam diri komunikator, maka itu disebut feedback internal. Maksudnya, misalnya ketika komunikator telah mengatakan sesuatu, tapi kemudian ia ingat sesuatu dan meralat apa yang telah ia katakan, maka yang kita lihat itu dapat kita katakan sebagai hal yang terjadi karena ada feedback internal pada diri komunikator.

    Feedback Eksternal adalah feedback yang munculnya berasal dari komunikan. Dalam hal ini komunikan dapat menunjukkannya dengan memberikan ekspresi wajah tertentu, gerak-gerik, perilaku atau bahkan suara-suara yang muncul ketika komunikasi tengah berlangsung.

  4. Feedback Verbal – Feedback Non-Verbal

    Feedback Verbal menunjuk pada bentuk atau wujud dari apa yang disampaikan komunikan sebagai reaksinya pada suatu perilaku komunikasi tertentu yang sedang berlangsung. Contoh dari feedback verbal misalnya adalah interupsi (memotong pembicaraan), nyeletuk (menyampaikan komentar secara spontan ketika komunikator sedang menyampaikan pesannya), atau dapat pula berupa secarik kertas yang ditulisi yang mengatakan sesuatu kepada yang sedang berbicara agar ia segera berhenti karena waktu untuknya sudah habis. Harap diingat pengertian verbal di sini. Pesan komunikasi yang verbal adalah yang bentuknya merupakan wujud dari penggunaan bahasa. Artinya, bisa berupa lisan atau tulisan.

    Feedback Non-Verbal adalah yang wujudnya bukan berupa lisan atau tulisan, seperti ekspresi wajah, gerak-gerik, cara duduk, cara berdiri, cara menatap, bentuk senyuman, isyarat tangan, dan sebagainya.

  5. Feedback Langsung – Feedback Tidak Langsung

    Beberapa ahli komunikasi tidak sepakat dengan adanya dua jenis feedback ini. Alasannya adalah, feedback seharusnya adalah sesuatu yang tampak / dapat diidentifikasi keberadaannya ketika sebuah proses komunikasi tengah berlangsung, bukan sesudahnya. Bila sesudahnya, maka itu berarti merupakan respon atau tanggapan.

    Mereka menyatakan ini karena pengertian feedback langsung (immediate feedback) adalah feedback yang ditunjukkan ketika komunikasi sedang berlangsung, dan feedback tidak langsung (delayed feedback) adalah feedback yang disampaikan ketika komunikasi telah selesai. Konteks dua jenis feedback ini adalah pada perbandingan antara komunikasi interpersona dan komunikasi massa.

    Pada komunikasi interpersona, jelas untuk sebagian besar feedbacknya akan bersifat langsung atau segera. Artinya, orang yang berbicara / komunikator akan dapat segera mengetahui bagaimana reaksi si komunikan ketika ia sedang menyampaikan pesan tertentu (karena situasinya tatap muka).

    Ini berbeda dengan komunikasi massa. Surat kabar, misanya. Para pembaca tidak dapat memberikan feedback yang segera. Feedback mereka dapat disampaikan melalui surat pembaca yang biasanya waktunya adalah cukup lama sejak apa yang ditanggapi terbit atau dibaca oleh komunikan, sehingga surat pembaca dapat dijadikan contoh sebagai feedback tidak langsung.

Umpan balik dikatakan oleh Johnson (1993) ditujukan untuk membuktikan informasi yang konstruktif dalam rangka membantu seseorang untuk menjadi sadar bagaimana perilaku seseorang mempengarui orang lain. Dengan demikian, umpan balik tersebut akan membantu seeorang mengubah perilaku sehingga orang menjadi lebih produktif.

Pada dasarnya orang menyukai pada seseorang yang senang memberikan umpan balik, sebaliknya umpan balik diberikan ketika seseorang sudah dapat mengungkapkan dirinya. Ketika orang belum merasa siap diberikan umpan balik, umpan balik justru menjadi bumerang. Artinya, orang yang diberikan masukan akan merasa ditelanjangi, digurui, diremehkan, ataupun merasa tidak dihargai. Umpan balik bersifat motivasional bagi orang lain. Oleh karenanya, dalam memberikan umpan balik perlu diperhatikan hal-hal berikut ini (dalam Johnson, 1993)

  1. Umpan balik lebih difokuskan pada perilaku seseorang dan bukan pada kepribadiannya. Lebih baik mengatakan “ Anda berbicara terlalu banyak” daripada “ Anda seorang yang bermulut besar”.

  2. balik lebih difokuskan dalam bentuk deskripsi daripada dalam bentuk penilaian. Lebih baik mengatakan “Suara anda terlalu pelan” daripada “Anda seorang pembicara yang membosankan”.

  3. Umpan balik lebih difokuskan pada situasi yang spesifik daripada perilaku yang abstrak. Lebih baik mengatakan “Kadang-kadang wajah anda cemberut” darapada mengatakan “Ketika anda berbicara dengan Aga, wajah anda terlihat cemberut”.

  4. Umpan balik lebih difokuskan pada ‘disini’ dan ‘sekarang’. Umpan balik diberikan sesegera mungkin, sehingga orang yang diberi umpan balik langsung mengerti apa yang dimaksudkan.

  5. Umpan balik lebih bersifat membagi perasaan dan persepsi daripada memberikan nasihat. Tujuan memberikan umpan balik adaah sebatas pada masukan, oleh karenanya keputusan tetap ditangan yang bersangkutan. Dengan cara berbagi rasa orang merasa diberi kebebasan untuk menentukan pilihanya.

  6. Umpan balik tidak bersifat memaksa. Umpan balik diberikan untuk membantu seseorang menjadi lebih sadar dan memperbaiki kesadaran diri pada orang lain. Umpan balik diberikan hanya kepada orang yang dipersepsikan mampu menerima umpan balik tersebut. Umpan balik bukanlah kebutuhan si pemberi. Jika orang lain merasa tidak membutuhkan atau tidak bisa meerima umpan balik, tidak selayaknya memaksakan umpan balik tersebut.

  7. Batasi umpan balik yang diberikan. Pemberian umpan balik yang berlebih menyebabkan orang merasa overload sehingga umpan balik akan mubazir saja.

  8. Umpan alik difokuskan pada perilaku orang yang dapat diubah.