Apa yang dimaksud dengan Teori Depresi Beck (Learned Helplessness, Hopelessness, Atribusi)?

Depresi

Depresi adalah suatu gangguan perasaan hati dengan ciri sedih, merasa sendirian, rendah diri, putus asa, biasanya disertai tanda-tanda retardasi psikomotor atau kadang-kadang agitasi, menarik diri dan terdapat gangguan fisiologis seperti insomnia dan anoreksia (Kaplan, 2010).

Apa yang dimaksud dengan Teori Depresi Beck ?

Pada sudut pandang kognitif terdapat empat pendekatan kognitif untuk menjelaskan tentang depresi, yaitu teori Depresi Beck, teori Learned Helplessness, teori atribusi, dan teori hopelessness. Teori Depresi Beck menjelaskan bahwa depresi terjadi karena pemikiran individu tersebut dibiaskan pada interpretasi negatif. Interpretasi negatif tentang diri seperti gambaran pesimis tentang diri, dunia, dan masa depan. Keyakinan negatif dipicu oleh peristiwa-peristiwa hidup yang negatif seperti asumsi bahwa “saya harus sempurna”. Sikap-sikap negatif akan membuat bias-bias kognitif dan memicu depresi.

  • Teori Learned Helplessness
    Menjelaskan bahwa depresi muncul akibat peristiwa menyakitkan yang tidak dapat dikontrol. Peristiwa yang menyakitkan tersebut diperoleh dari pengalaman hidup yang tidak menyenangkan dan trauma yang gagal dikontrol oleh individu. Kondisi seperti itu akan menghasilkan ketidakberdayaan yang memicu depresi.
    Teori atribusi merupakan penjelasan yang dimiliki seseorang tentang tingkah laku. Orang akan mengalami depresi apabila mengatribusi peristiwa negatif dengan atribusi global (mengumumkan semua kegagalan). Selanjutnya muncul perasaan tidak berdaya, tidak ada respon yang memungkinkan untuk mengatasi situasi dan terjadilah depresi.

  • Teori Hopelessness
    Menjelaskan bahwa munculnya depresi berawal dari adanya peristiwa yang menyakitkan. Selanjutnya akan muncul perasaan tidak ada harapan, tidak ada respon yang memungkinkan untuk mengatasi situasi dan perkiraan. Hasil yang diharapkan tidak akan terjadi dan terjadilah depresi.

  • Asumsi
    Sudut pandang interpersonal adalah bahwa individu yang depresi cenderung memiliki hubungan sosial yang kurang baik dan menganggap mereka kurang memberikan dukungan. Sedikitnya dukungan sosial dapat mengurangi kemampuan individu untuk mengatasi peristiwa yang negatif dan membuat mereka rentan terhadap depresi. Asumsi lainnya ialah orang-orang yang depresi cenderung mencari-cari kepastian bahwa bahwa orang lain sungguh-sungguh memperhatikan mereka dan mereka masih kurang puas.

Depresi menurut Beck dan Alford (2009) merupakan sebuah gangguan psikologis yang ditandai dengan penyimpangan perasaan, kognitif, dan perilaku individu. Individu yang mengalami gangguan depresi dapat merasakan kesedihan, kesendirian, menurunnya konsep diri, serta menunjukkan perilaku menarik diri dari lingkungannya.

Teori Depresi Beck menjelaskan bahwa depresi terjadi karena pemikiran individu tersebut dibiaskan pada interpretasi negatif. Interpretasi negatif tentang diri seperti gambaran pesimis tentang diri, dunia, dan masa depan. Keyakinan negatif dipicu oleh peristiwa-peristiwa hidup yang negatif seperti asumsi bahwa “saya harus sempurna”. Sikap-sikap negatif akan membuat bias-bias kognitif dan memicu depresi.

Aspek-Aspek Depresi

Terdapat enam aspek atau gejala depresi menurut Beck dan Alford (2009), yaitu:

  • Aspek Emosi
    Individu yang mengalami depresi akan mengalami perubahan perasaan atau suasana hati. Selain itu, individu juga memiliki perilaku yang secara langsung menunjukkan perasaannya tersebut. Beberapa perubahan emosi yang mungkin dialami oleh individu yang mengalami gangguan depresi, yaitu perasaan sedih, perasaan negatif terhadap diri sendiri, perasaan tidak puas, hilangnya kelekatan emosional dengan orang lain, meningkatnya intensitas menangis, serta hilangnya rasa humor.

  • Aspek Kognitif
    Individu yang memiliki gangguan depresi juga menunjukkan gejala adanya distorsi kognitif atau kesalahan berpikir terhadap diri sendiri, pengalaman, serta masa depan. Individu dengan gangguan depresi memiliki harga diri yang rendah, pesimisme, menyalahkan diri sendiri, kesulitan dalam mengambil keputusan, serta kesalahan dalam menilai penampilan fisiknya.

  • Aspek Motivasi
    Individu dengan gangguan depresi memiliki tingkat motivasi yang rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari perilaku yang dapat menunjukkan tingkat motivasi individu. Individu yang mengalami gangguan depresi dapat ditandai dengan tidak munculnya keinginan, keinginan untuk keluar dari rutinitas, keinginan untuk bunuh diri, serta bergantung pada orang lain.

  • Aspek Fisik
    Individu yang mengalami depresi akan menunjukkan gejala-gejala yang berhubungan dengan fisik dan perilaku alamiah. Individu dengan gangguan depresi dapat mengalami gangguan tidur, hilangnya nafsu makan, hilangnya gairah seksual, dan mudah lelah.

  • Delusi
    Individu yang mengalami gangguan depresi juga dapat ditandai dengan munculnya delusi atau distorsi kognitif mengenai dirinya sendiri maupun yang berhubungan dengan orang lain. Ada beberapa kategori delusi, seperti delusi bahwa dirinya tidak berharga, penuh dosa, kenihilan, somatik, serta kemiskinan.

  • Halusinasi
    Halusinasi juga terkadang muncul sebagai salah satu gejala individu yang mengalami gangguan depresi. Individu akan melihat, mendengar, ataupun merasakan sesuatu yang sebenarnya tidak ada atau tidak terjadi.