Radang adalah reaksi pertahanan tubuh terhadap iritan. Iritan dapat berupa fisik, kimia, atau mikroorganisme. Dalam reaksi ini ikut berperan pembuluh darah, saraf, cairan dan sel-sel tubuh di lokasi injury tersebut. Proses peradangan menghilangkan, melarutkan dan membatasi agen penyebab injury , serta merintis jalan untuk penyembuhan jaringan10.
Walaupun radang dan penyembuhan merupakan dua proses yang berbeda, tapi keduanya saling berkaitan pada reaksi jaringan terhadap injury . Pada tahap awal, reaksi radang lebih berperan, namun kemudian penyembuhan akan lebih berarti. Meskipun demikian penyembuhan telah tampak pada reaksi radang tahap dini, walaupun baru terlihat lengkap bila radang aktif telah berkurang.
Pada banyak kasus, proses peradangan adalah menguntungkan, tetapi terkadang peradangan dapat merugikan. Batasan waktu dalam klasifikasi peradangan tidak banyak artinya. Pembatasan antara radang akut dan kronik sebaiknya berdasarkan pola morfologik reaksi10.
Radang akut terjadi dalam durasi yang singkat. Berlangsung selama beberapa jam atau hari. Pada radang akut terjadi respon vaskular dan respon selular. Gambaran klasik radang akut adalah kemerahan, edema, panas, dan rasa sakit. Ini menunjukkan dominannya respon vaskular pada radang akut. Selain itu terjadi juga kehilangan fungsi jaringan. Respon selularnya sebagian besar terdiri dari neutrofil, sehingga terjadilah akumulasi pus.
Perubahan paling awal pada pembuluh darah setelah injury adalah vasokonstriksi arteriol dalam waktu yang singkat. Pada injury yang ringan vasokonstriksi berlangsung selama beberapa detik, sedangkan pada injury yang lebih parah berlangsung selama beberapa menit.
Fase selanjutnya adalah vasodilatasi pembuluh darah yang menyebabkan peningkatan aliran darah melewati pembuluh kapiler area yang mengalami radang. Secara klinis hal ini akan tampak sebagai kemerahan dan panas. Pada tahap ini mungkin terdapat transudat yang rendah protein karena peningkatan aliran darah, pembuluh darah di fase ini mempertahankan barrier -nya terhadap molekul besar.
Tahap selanjutnya adalah peningkatan permeabilitas pembuluh darah yang dramatis, sehingga terjadi peningkatan eksudat tinggi protein. Hasilnya adalah edema, yaitu peningkatan cairan pada ruang antar sel atau ruang ekstraselular. Lalu terjadi reduksi aliran darah dan stasis sel darah. Neutrofil mulai terlihat menempel di permukaan endotel dan beremigrasi di antara celah endote.
Gambaran histologis paling mencolok pada radang akut adalah akumulasi sejumlah besar neutrofil dan sedikit makrofag. Neutrofil muncul melalui proses marginasi, adhesi, dan migrasi sebelum melakukan fagositosis.
Sementara itu, radang kronik berlangsung dalam durasi yang panjang dan berhubungan dengan tingkat kerusakan jaringan yang bervariasi. Radang kronik biasanya terjadi dalam hubungannya dengan respon penyembuhan. Radang kronik dapat terjadi dalam situasi-situasi berikut.
-
Persistensi Stimulus
Radang kronik dapat terjadi karena terganggunya penyembuhan yang disebabkan oleh suplai darah yang buruk atau benda asing, seperti jaringan nekrotik. Mungkin juga terdapat gangguan drainase pus atau infeksi yang berlanjut karena peningkatan kerusakan jaringan dan terjadinya abses kronik.
-
Radang akut berulang
Radang akut berulang biasanya terjadi karena infeksi yang berulang.
-
Radang kronik de novo
Terjadi radang kronik tanpa adanya radang akut sebelumnya. Infeksi yang sulit dibersihkan, biasanya disebabkan organisme, intraselular, cenderung menyebabkan radang kronik.
Respon selular pada radang kronik adalah adanya infiltrasi selular yang sebagian besar terdiri dari sel mononuklear, yaitu makrofag, limfosit, dan sel plasma. Terjadi juga proliferasi pembuluh darah dan terdapat produksi kolagen oleh fibroblas sehingga terjadi fibrosis. Kerusakan jaringan yang digantikan oleh jaringan fibrosa adalah hasil yang biasanya terjadi setelah radang kronik