Berikut adalah beberapa pandangan para ahli mengenai definisi pelatihan:
-
Pelatihan menurut Sastrohadiwiryo (2005) adalah merupakan suatu proses aplikasi yang membantu para tenaga kerja untuk memperoleh efektivitas dalam pekerjaan mereka yang sekarang atau yang akan datang melalui pengembangan kebiasaan tentang pikiran, tindakan, kecakapan, pengetahuan, dan sikap yang layak.
-
Pelatihan menurut LAN (Lembaga Administrasi Negara) lebih menekankan kepada proses peningkatan kemampuan seseorang individu dalam melaksanakan tugasnya.
Pelatihan adalah suatu proses yang sistematis untuk mengembangkan pengetahuan, ketrampilan dari sikap yang diperlukan dalam melaksanakan tugas seseorang serta diharapkan akan dapat mempengaruhi penampilan kerja baik orang yang bersangkutan maupun organisasi tempat bekerja.
Tujuan dan Manfaat
Pelatihan merupakan kunci manajemen lini dan staf. Manajemen lini memiliki tanggung jawab yang besar terhadap penyelenggaraan pelatihan, sedangkan staf memberi teknis operasional untuk membantu lini dalam melaksanakan fungsinya. Pelatihan berhubungan dengan efektivitas pekerjaan individu tenaga kerja dan hubungan antar tenaga kerja yang dikembangkan merupakan program untuk memudahkan pencapaian tujuan perusahaan.
Menurut Sastrohadiwiryo (2005), tujuan pelaksanaan pelatihan adalah agar para manajer mendapat pengetahuan tentang sikap dan kelaluan tenaga kerja yang diperlukan agar kondisi perusahaan efektif.
Moekijat (1991), menyimpulkan bahwa keuntungan diselenggarakannya pelatihan adalah:
- Menambah semangat kerja pegawai
- Membantu pelaksanaan pekerjaan menjadi lebih efisien
- Menjamin kelangsungan calon-calon untuk menduduki jabatan-jabatan yang lebih tinggi tingkatnya
- Menambah efisiensi perusahaan
- Lebih sedikit pengawasan yang diperlukan oleh pegawai-pegawai yan telah dilatih dengan baik
- Menambah produktivitas
- Mengurangi adanya kecelakaan
- Menjamin bahwa metode-metode standar dipergunakan oleh para peserta latihan
- Mengakibatkan perpindahan pegawai menjadi berkurang
- Menambah stabilitas dan fleksibilitas organisasi
Berbeda dengan pandangan Atmodiwirio (2002), yang menyebutkan dua sisi tentang manfaat pelatihan yaitu:
1. Dari segi individu
- Menambah wawasan, pengetahuan tentang perkembangan organisasi baik secara internal maupun eksternal
- Menambah wawasan tentang perkembangan lingkungan yang sangat mempengaruhi kehidupan organisasi
- Menambah pengetahuan di bidang tugasnya
- Menambah keterampilan dalam meningkatkan pelaksanaan tugasnya
- Meningkatkan kemampuan berkomunikasi antar sesama
- Meningkatkan kemampuan menangani emosi
- Meningkatkan pengalaman memimpin
2. Dari segi organisasi
- Menyiapkan petugas untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi dari jabatan sekarang
- Penyesuaian terhadap perubahan yang terjadi di lingkungannya
- Merupakan landasan untuk pengembangan selanjutnya
- Meningkatkan kemampuan berproduksi
- Meningkatkan kemampuan organisasi untuk menciptakan kolaborasi dan jejaring kerja
Proses Pelatihan
Pelatihan adalah suatu proses yang akan menghasilkan suatu perubahan perilaku sasaran pelatihan. Apabila dilihat dari pendekatan sistem, maka proses pendidikan dan pelatihan itu terdiri dari input (sasaran pelatihan) dan output (perubahan perilaku), dan faktor yang mempengaruhi proses tersebut. Seperti yang ditulis Irianto (2001), proses penyelenggaraan suatu pelatihan pada garis besarnya terdiri dari kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
- Penjajagan kebutuhan (need assesment) dan analisis kebutuhan pelatihan
- Merumuskan tujuan pelatihan
- Mengembangkan kurikulum (curriculum development) pelatihan
- Menyusun bahan-bahan atau materi-materi pelajaran yang akan dipakai dalam pelatihan
- Menentukan metoda dan teknik pelatihan, termasuk alat-alat bantu
- Menyusun program pelaksanaannya, termasuk penentuan kriteria peserta dan pengajar, serta pemanggilannya, penyusunan jadwal, penyusunan instrumen, evaluasi, dan sebagainya
- Pelaksanaan atau penyelenggaraan pelatihan
- Evaluasi hasil kegiatan pelatihan
Menurut Irianto (2001), terdapat beberapa pertimbangan utama dalam implementasi program pelatihan. Pertimbangan tersebut ditujukan agar program pelatihan menjadi lebih efektif. Pertimbangan-pertimbangan utama implementasi program pelatihan antara lain :
- Siapa yang akan berpartisipasi dalam program?
- Siapa yang akan mengajar program tersebut?
- Media apa saja yang akan digunakan dalam program?
- Pada level apakah proses pembelajaran tersebut akan dilakukan?
- Prinsip-prinsip perancangan apa saja yang dibutuhkan?
- Dimana program tersebut akan diselenggarakan?
TNA (Training Development Analysis)
Langkah paling utama dan pertama dalam merancang pelatihan adalah analisis kebutuhan pelatihan. Analisis kebutuhan pelatihan akan mencerminkan keadaan yang sesungguhnya dari apa yang dihadapi oleh para calon peserta pelatihan dalam melaksanakan tugasnya, jika dibandingkan dengan apa yang menjadi standar. Sastrohadiwiryo (2005), mengatakan bahwa dalam menganalisis kebutuhan pelatihan dicoba dibandingkan antara hasil pekerjaan (kinerja) sekarang yang sedang mereka kerjakan dengan apa yang diinginkan (kinerja yang diharapkan) seperti tercantum dalam standar operasional yang telah ditetapkan bagi setiap pegawai
TNA merupakan sebuah analisis kebutuhan workplace yang secara spesifik dimaksudkan untuk menentukan apa sebetulnya kebutuhan pelatihan yang
memang menjadi prioritas. Informasi kebutuhan tersebut akan dapat membantu perusahaan dalam menggunakan sumber daya (waktu, dana, dan lain-lain) secara efektif sekaligus menghindari kegiatan pelatihan yang tidak perlu.
Analisis kebutuhan pelatihan dilakukan melalui sebuah proses tanya jawab. Pertanyaan diajukan kepada setiap karyawan dan kemudian membuat verifikasi dan dokumentasi tentang berbagai masalah dimana akhirnya kebutuhan pelatihan dapat diketahui.
Dengan mengingat bahwa TNA merupakan fundamen informasi bagi para manajer untuk merancang program pelatihan, maka fungsi TNA adalah untuk:
- Mengumpulkan informasi tentang skills, knowledge, dan feelings pekerja
- Mengumpulkan informasi tentang job content dan job context
- Mendefiniskan kinerja standard dan kinerja aktual dalam rincian yang operasional
- Melibatkan stakeholders dan membentuk dukungan
- Memberi data untuk keperluan perencanaan
Sedangkan menurut Notoatmodjo (2003), tahap identifikasi kebutuhan ini pada umumnya mencakup 3 jenis analisis, yaitu:
-
Analisis organisasi, yang pada hakikatnya menyangkut pertanyaan: dimana atau bagaimana di dalam organisasi ada personel yang membutuhkan pelatihan. Setelah itu dipertimbangkan biaya, alat-alat, dan perlengkapan yang dipergunakan.
-
Analisis pekerjaan (job analysis), yang antara lain menjawab pertanyaan apa yang harus diajarkan atau diberikan dalam pelatihan, agar para karyawan yang bersangkutan mampu melakukan pekerjaan secara efektif. Tujuan utama analisis ini ialah untuk memperoleh informasi tentang:
- tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh karyawan,
- tugas-tugas yang telah dilakukan pada saat itu,
- tugas-tugas yang seharusnya dilakukan, tetapi belum dilakukan,
- sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan dengan baik.
-
Analisis pribadi, yang menjawab pertanyaan siapa yang membutuhkan pelatihan dan pendidikan macam apa. Untuk memperoleh informasi ini dapat dilakukan melalui achievement test, observasi, dan wawancara
Metode Pelatihan
Metode dapat didefinisikan sebagai cara tertentu untuk melaksanakan tugas dengan memberikan pertimbangan yang cukup kepada tujuan, fasilitas yang tersedia, dan jumlah penggunaan uang, waktu, dan kegiatan. Metode dan pelatihan merupakan pendekatan terhadap cara penyelenggaraan dan pelaksanaan pelatihan. Pemilihan metode pelatihan sangat mempengaruhi keberhasilan suatu program pelatihan.
Berikut adalah metode pelatihan menurut Notoatmodjo (2003):
-
Metode di luar pekerjaan (off the job site)
Pendidikan atau pelatihan dengan menggunakan metode ini berarti karyawan sebagai peserta pelatihan keluar sementara dari kegiatan atau pekerjaannya.
Pada umumnya metode ini mempunyai dua macam teknik, yakni:
- Presentasi informasi, terdiri dari: ceramah biasa, teknik diskusi, teknik pemodelan perilaku, teknik magang
- Metode simulasi
-
Metode di dalam pekerjaan (on the job site)
Pelatihan ini berbentuk penugasan pegawai-pegawai baru kepada atau supervisor-supervisor yang telah berpengalaman (senior). Menurut Beach dalam Veronica (2007), terdapat 6 pertimbangan didalam menentukan metode pelatihan yang akan digunakan:
-
Waktu yang tersedia, untuk menyampaikan suatu keterampilan memerlukan metode tertentu. Tentunya diperlukan waktu untuk menyampaikan keterampilan itu. Waktu itu perlu dipertimbangkan oleh organisasi yang bersangkutan
-
Jenis materinya, dalamnya pengetahuan yang diberikan menentukan metode yang akan dipakai
-
Latar belakang peserta latih. Ini akan berpengaruh secara langsung dalam penentuan metode yang akan dipakai sehubungan dengan tingkat yang sesuai
-
Banyaknya peserta yang akan dilatih, berpengaruh pada penentuan metode agar tujuan dari training itu dapat tercapai
-
Biaya, orang yang melakukan training harus memiliki metode tertentu dalam penentuan masalah metode training. Ada pertimbangan masalah biaya yang harus tersedia. Untuk itu ada 2 pilihan yang dapat diambil. (1) biayanya ditentukan dan metodenya menyesuaikan, (2) metodenya dipilih dan biayanya dipertimbangkan
Pelatih Pelatihan
Ketepatan tujuan pelatihan, secara langsung mencerminkan minat dan kemauan belajar para pengajar. Begitu juga dalam pengelolaan program pelatihan,
peran seorang pengajar atau pelatih sangat dominan. Beberapa kriteria utama dari pengajar menurut Atmodiwirio (2002), adalah:
- Menguasai materi yang akan diajarkan
- Terampil mengajar secara sistematik, efektif, dan efisien
- Mampu menggunakan metode dan media yang relevan dengan tujuan instruksional umum dan tujuan intstruksional khusus mata pelajarannya
Pelatih memegang peranan yang penting terhadap kelancaran dan keberhasilan program pelatihan. Beberapa syarat sebagai pertimbangan untuk menghindarkan kegagalan program pelatihan karena kompetensi pengajar/pelatih yang kurang, adalah sebagai berikut:
- Telah disiapkan secara khusus sebagai pelatih, yang ahli dalam bidang spesialisasi tertentu
- Memiliki kepribadian yang baik yang menunjang pekerjaannya sebagai pelatih
- Pelatih berasal dari lingkungan organisasi/lembaga sendiri lebih baik dibandingkan dengan yang dari luar
- Perlu dipertimbangkan bahwa seorang pejabat yang ahli dan berpengalaman belum tentu menjadi pelatih yang baik dan berhasil
Mulyadi dan Hutapea seperti dikutip dari Veronica (2007), mengemukakan bahwa kualitas pelatih dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:
- kompetensi kependidikan dan kepelatihan,
- penguasaan dalam metode dan teknik dan penyajian bahan,
- pengelolaan kelas serta penilaiannya baik formatif maupun sumatif,
- pola kerja dalam proses belajar mengajar,
- usia yang mempengaruhi semangat dan kecekatan dalam layanan proses belajar mengajar,
- pengalaman serta keteladanan.
Evaluasi Pelatihan
Pelatihan apapun bentuk dan tingkatnya pada akhirnya menuju kepada suatu perubahan perilaku baik individu, kelompok, maupun masyarakat. Seberapa jauh perubahan atau peningkatan kemampuan itu terjadi diperlukan suatu mekanisme atau alat ukur yang sering disebut tes, evaluasi, dan pengukuran. Salah satu alat pengukur yang digunakan untuk memperoleh informasi dalam rangka pengukuran dan evaluasi adalah tes atau ujian.
Menurut Irianto (2001), evaluasi adalah tahapan terakhir dari sebuah pelatihan. Selain itu, Stone dalam Irianto (2001), menambahkan jika tahapan assessment tidak cukup diperhatikan, pelatihan boleh jadi tidak akan konsisten dengan kebutuhan aktual. Evaluasi dilakukan untuk memastikan bahwa pelatihan yang telah dilaksanakan telah mencapai target yang ditentukan. Dalam tahapan ini peran besar seorang manajer adalah untuk mengadakan pengukuran sampai sejauh mana efektivitas pelatihan dapat dicapai.
Atmodiwirio (2002), menyatakan bahwa evaluasi pelatihan bertujuan
untuk:
-
Mendapatkan dan menganalisa informasi untuk mengetahui pencapaian tujuan jangka panjang dan jangka pendek
-
Mengetahui pengaruh program pelatihan terhadap efisiensi dan efektivitas pelaksanaan tugas instansi peserta pelatihan
Menurut Notoatmodjo (2003), evaluasi dapat didasarkan atas kapan pengukuran dan evaluasi itu dilakukan:
-
Evaluasi formatif
Evalusi ini dilakukan dalam proses pelatihan itu sedang berlangsung. Evaluasi ini diperlukan untuk mengadakan perbaikan proses belajar-mengajar, termasuk kurikulum, metode pengajaran, dan sebagainya.
-
Evaluasi sumatif
Evaluasi ini dilakukan pada akhir suatu unit proses belajar dan mengajar. Dengan kata lain evaluasi ini diperlukan untuk menentukan kedudukan para “learner” didalam suatu jenjang atau tingkat tertentu, dan untuk memberikan keterangan didalam pengambilan keputusan. Tujuan utama evaluasi ini adalah
untuk menentukan pendapat tentang keseluruhan proses belajar mengajar yang sudah selesai. Di samping itu, evaluasi juga mencakup dua hal:
-
Evaluasi terhadap proses pelatihan yang meliputi:
Organisasi penyelenggara: administrasi, konsumsi, akomodasi, ruang sidangnya, para petugas, dsb.
Penyampaian materi latihannya: relevansi, kedalaman, pembawa/pengajar, dsb.
-
Evaluasi terhadap hasilnya
Secara formal, dengan mengadakan kuesioner yang harus diisi oleh para peserta
Secara informal, dengan diskusi antara peserta dan panitia
Berbeda pendapat dengan Notoatmodjo, Kirkpatrick dalam Atmodiwirio (2002) mengidentifikasi empat tingkat dimana pelatihan dapat dievakuasi. Kemudahan dalam mengevaluasi suatu pelatihan dapat menjadi lebih sulit karena pelatihan diukur dengan menggunakan pengukuran reaksi, belajar, perilaku, dan hasil penelitian. Akan tetapi, seiring demikian nilai pelatihan juga dapat meningkat.
-
Reaksi. Organisasi mengevaluasi tingkat dari reaksi para peserta pelatihan dengan mengadakan wawancara atau dengan memberikan kuesioner kepada para peserta pelatihan.
-
Belajar. Tingkat belajar dapat dievaluasi dengan mengukur seberapa baik peserta pelatihan telah mempelajari fakta-fakta, ide-ide, konsep, teori, serta sikap. Tes terhadap materi pelatihan adalah cara yang umum digunakan untuk mengevaluasi proses belajar dan dapat diberikan baik sebelum maupun sesudah pelatihan untuk membandingkan skornya.
-
Perilaku. Mengevaluasi pelatihan dalam tingkatan perilaku melibatkan :
- pengukuran dari efek pelatihan kepada kinerja kerja melalui wawancara para peserta pelatihan dan rekan kerja mereka dan
- mengobservasi kinerja kerja mereka
-
Hasil pelatihan. Mengevaluasi hasil-hasil dengan mengukur efek pelatihan pada pencapaian dari tujuan-tujuan organisasi