Penyakit Obsesif-Kompulsif ditandai dengan adanya obsesi dan kompulsi. Obsesi adalah peristiwa kognitif repetitif, tidak diinginkan, dan intrusive yang bisa berbentuk pikiran atau bayangan dalam pikiran atau hasrat (dorongan). Mereka menerobos tiba-tiba ke dalan keadaran dan mengakibatkan peningkatan dalam kecemasan subjektif (Oltmanns & Emery, 2013). Menurut de silva dan Rachman, 2004 pikiran obsesif dapat dibedakan dengan kekhawatiran dalam dua hal utama, yaitu:
-
Obsesi biasanya dialami oleh orang itu sebagai sesuatu yang dipicu oleh masalah dalam kehidupan sehari-hari
-
Isi obsesi paling sering melibatkan tema yang dipersepsikan tidak dapat diterima atau mengerikan secara sosial, seperti seks, kekerasan, dan penyakit/kontaminasi
Sementara itu isi kekhawatiran cenderung terpusat di sekitar kekhawatiran yang lebih lazim dan dapat diterima, seperti uang dan pekerjaan. Kompulsi adalah perilaku atau tindakan mental repetitive yang digunakan untuk mengurangi kecemasan (Oltmanns & Emery, 2013). Contohnya termasuk memeriksa beberapa kali untuk memastikan bahwa pintunya telah terkunci atau mengulangi doa dalam hati berulang-ulang. Tindakan ini biasanya dianggap tidak masuk akal oleh orang yang melakukannya. Orang itu berusaha untuk menolak melakukan kompulsi itu tetapi tidak mampu untuk itu.
DSM IV-TR juga mendefinisikan OCD dalam kaitannya dengan obsesi atau kompulsi. Kebanyakan orang yang mempengaruhi kriteria untuk ganguan ini benar-benar memperlihatkan kedua simtom ini. Orang itu harus mangakui bahwa obsesi atau kompulsi itu eksesif atau tidak masuk akal. Definisi DSM IV-TR itu juga mensyaratkan bahwa orang itu harus berusaha untuk mengabaikan, menekan, atau menetralisasikan pikiran atau impuls yang tidak diinginkan.
Gangguan Obsesif-kompulsif (obsessive-compulsive disorder, OCD) adalah kondisi dimana individu tidak mampu mengontrol dari pikiran-pikirannya yang menjadi obsesi yang sebenarnya tidak diharapkannya dan mengulang beberapa kali perbuatan tertentu untuk dapat mengontrol pikirannya tersebut untuk menurunkan tingkat kecemasannya. Gangguan obsesif-kompulsif merupakan gangguan kecemasan dimana dalam kehidupan individu didominasi oleh repetatif pikiran-pikiran (obsesi) yang ditindaklanjuti dengan perbuatan secara berulang-ulang (kompulsi) untuk menurunkan kecemasannya. (UIN-Maliki Press, 2013)
David A Tomb (2000) juga mengatakan bahwa Obsesi memilki pengertian gagasan, bayangan, dan impuls yang timbul didalam pikiran secara berulang- ulang, sangat mengganggu dan pasien merasa tidak mampu untuk menghentikannya sedangkan Kompulsi adalah obsesi yang manifestasikan, muncul 75% atau lebih pada gangguan obsesif.
Gangguan obsesif kompulsif adalah gangguan cemas, dimana pikiran seseorang dipenuhi oleh gagasan-gagasan yang menetap dan tidak terkontrol, dan ia dipaksa untuk melakukan tindakan tertentu berulangulang, sehingga menimbulkan stress dan mengganggu fungsinya dalam kehidupan sehari-hari (Davison & Neale, 2012).
Sering kali penderita obsesif kompulsif tidak menyadari bahwa mereka menderita obsesif kompulsif. Menurut Steketee dan Barlow (Durand & Barlow, 2006), kompulsi dapat berbentuk perilaku (misalnya mencuci tangan, memeriksa keadaan) atau mental (memikirkan tentang kata-kata tertentu dengan urutan tertentu, menghitung, berdoa dan seterusnya). Penderita gangguan ini mungkin telah berusaha untuk melawan pikiran-pikiran menganggu tersebut yang timbul secara berulang-ulang akan tetapi tidak mampu menahan dorongan melakukan tindakan berulang untuk memastikan segala sesuatunya baik-baik saja.
Gejala Gangguan Obesesif Kompulsif
Gejala gangguan ini menurut PPDGJ-III, mencakup hal-hal sebagai berikut :
- disadari sebagai pikiran atau impuls diri sendiri.
- sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang tidak berhasil dilawan.
- bukan merupakan hal yang memberi kesenangan melainkan sebagai pelepasan atau perasaan lega dari kecemasan jika tidak melakukan tindakan tersebut.
- ada pengulangan-pengulangan baik itu pikiran maupun tindakan.
Gejala obsesif kompulsif ini juga termanifestasi sekunder pada penderita skizofrenia, sindroma Tourette, nerosa fobik, depresi dan gangguan mental organik. Penyebabnya tidak diketahui. Gangguan obsesif-kompulsif tidak ada kaitan dengan bentuk karakteristik kepribadian seseorang, pada individu yang memiliki kepribadian obsesif-kompulsif cenderung untuk bangga dengan ketelitian, kerapian dan perhatian terhadap hal-hal kecil, sebaliknya pada gangguan obsesif-kompulsif, individu merasa tertekan dengan kemunculan perilakunya yang tidak dapat dikontrol. Mereka merasa malu bila perilaku- perilaku tersebut dipertanyakan oleh orang yang melihatnya karena melakukan pekerjaan yang secara berulang-ulang. Mereka berusaha mati-matian untuk menghilangkan kebiasaan tersebut.
Simptom dari Obsesif Kompulsif ditandai dengan pengulangan (repetatif) pikiran dan tindakan sedikitnya 4 kali untuk satu kompulsi dalam sehari dan berlangsung selama 1 sampai 2 minggu selanjutnya (PPDGJ III, 20031). Gejala utama obsesi-kompulsif harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
-
Perilaku dan pikiran yang muncul tersebut disadari sepenuhnya oleh individu atau didasarkan pada impuls dalam dirinya sendiri. Individu juga menyadari bahwa perilakunya itu tidak rasional, namun tetap dilakukan untuk mengurangi kecemasan.
-
Beberapa perilaku yang muncul disadari oleh individu dan berusaha melawan kebiasaan dan pikiran-pikiran rasa cemas tersebut sekuat tenaga, namun tidak berhasil.
-
Pikiran dan tindakan tersebut tidak memberikan perasaan lega, rasa puas atau kesenangan, melainkan disebabkan oleh rasa khawatir secara berlebihan dan mengurangi stres yang dirasakannya.
-
Obsesi (pikiran) dan kompulsi (perilaku) sifatnya berulang-ulang secara terus-menerus dalam beberapa kali setiap harinya.
-
Obsesi dan kompulsi menyebabkan terjadinya tekanan dalam diri penderita dan menghabiskan waktu (lebih dari satu jam sehari) atau secara signifikan mengganggu fungsi normal seseorang, atau kegiatan sosial atau suatu hubungan dengan orang lain.
-
Penderita merasa terdorong untuk melakukan ritual, yaitu tindakan berulang seperti mencuci tangan & melakukan pengecekan dengan maksud tertentu.
Kriteria Gangguan Obesesif Kompulsif
Berikut adalah kriteris gangguan obsesif kompulsif dalam DSM IV-TR:
-
Salah satu obsesi atau kompulsi
Obsesi seperti yang didefinisikan berikut ini :
-
Pikiran, impuls, atau bayangan-bayangan yang rekuren dan persisten yang dialami, pada suatu saat selama gangguan, sebagai intrusive dan tidak sesuai, dan menyebabkan kecemasan dan penderitaan yang jelas.
-
Pikiran, impuls, atau bayangan-bayangantidak semata-mata kekhawatiran yang berlebihan tentang masalah kehidupan yang nyata.
-
Orang berusaha untuk mengabaikan atau menekan pikiran, impuls, atau bayangan-bayangan tersebut untuk menetralkannya dengan pikiran atau tindakan lain.
-
Orang menyadari bahwa pikiran, impuls, atau bayangan-bayangan obsessional adalah keluar dari pikirannya sendiri (tidak disebabkan dari luar seperti penyisipan pikiran)
Kompulsi seperti yang disebabkan berikut ini :
-
Perilaku (misalnya: mencuci tangan, mengurutkan, memeriksa) atau tindakan mental (misalkan: berdoa, menghitung, mengulangi kata-kata dalam hati) yang berulang yang dirasakannya mendorong untuk melakukannya sebagai respon terhadap suatu obsesi atau menurut dengan aturan yang harus dipenuhi secara kaku.
-
Perilaku atau tindakan mental ditujukan untuk mencegah atau menurunkan penderitaan atau mencegah suatu kejadian atau situasi yang menakutkan; tetapi perilaku atau tindakan mental tersebut tidak dihubungkan dengan cara yang realistik dengan apa mereka anggap untuk mentralkan atau mencegah, atau jelas berlebihan.
-
Pada suatu waktu selama perjalanan gangguan, orang telah menyadari bahwa obsesi atau kompulsi adalah berlebihan atau tidak beralasan (tidak berlaku pada anak-anak)
-
Obsesi atau kompulsi menyebabkan penderitaan yang jelas; menghabiskan waktu (menghabiskan lebih dari satu jam sehari); atau secara bermakna mengganggu rutinitas normal orang, fungsi pekerjaan (atau akademik), atau aktivitas atau hubungan social yang biasanya.
-
Jika terdapat gangguan aksis I dan lainnya, isi obsesi atau kompulsi tidak terbatas padanya (misalnya, preokupasi dengan makanan jika terdapat gangguan makan; menarik rambut jika terdapat trikotilomania; permasalahan penampilan jika terdapat dismorfik tubuh; preokupasi dengan obat jika terdapat suatu gangguan penggunaan zat; preokupasi dengan menderita suatu penyakit serius jika terdapat hipokondriasis; preokupasi dengan dorongan atau fantasi seksual jika terdapat parafilia; atau perenungan bersalah jika terdapat gangguan depresif berat)
-
Tidak disesbabkan oleh efek langsung suatu zat (misalnya, obat yang disalahgunakan, medikasi) atau kondisi medis umum.
Sebab-sebab Gangguan Obsesif Kompulsif
1. Aspek Biologis
Davison dan Neale (2012) menjelaskan bahwa salah satu penjelasan yang mungkin tentang gangguan obsesif-kompulsif adalah keterlibatan neurotransmitter di otak, khususnya kurangnya jumlah serotonin. Keterlibatan serotonin ini belum sebagai penyebab individu mengalami gangguan obsesif kompulsif, melainkan sebagai pembentuk dari gangguan ini. Fungsi serotonin di otak ditentukan oleh lokasi system proyeksinya. Proyeksi pada konteks frontal diperlukan untuk pengaturan mood, proyeksi pada ganglia basalis bertanggung jawab pada gangguan obsesi kompulsi.
2. Psikologis
Klien-klien OCD menyetarakan pikiran dengan tindakan atau aktifitas tertentu yang dipresentasikan oleh pikiran tersebut. Ini disebut “thought-action fusion” (fusi pikiran dan tindakan). Fusi antara pikiran dan tindakan ini dapat disebabkan oleh sikap-sikap tanggung jawab yang berlebih-lebihan yang menyebabkan timbulnya rasa bersalah seperti yang berkembang selama masa kanak-kanak, dimana pikiran jahat diasosiasikan dengan niat jahat (Durand & Barlow, 2006).
3. Faktor Psikososial
Menurut Freud, 1997, gangguan obsesif- kompulsif bisa disebabkan karena regresi dari fase anal dalam perkembangannya. Mekanisme pertahanan psikologis mungkin memegang peranan pada beberapa manifestasi pada gangguan obsesif-kompulsif. Represi perasaan marah terhadap seseorang mungkin menjadi alasan timbulnya pikiran berulang untuk menyakiti orang tersebut.
Penyebab Gangguan Obsesif Kompulsif
Gangguan obsesif-kompulsif tidak ada kaitan dengan bentuk karakteristik kepribadian seseorang, pada individu yang memiliki kepribadian obsesif- kompulsif cenderung untuk bangga dengan ketelitian, kerapian dan perhatian terhadap hal-hal kecil, sebaliknya pada gangguan obsesif-kompulsif, individu merasa tertekan dengan kemunculan perilakunya yang tidak dapat dikontrol. Mereka merasa malu bila perilaku-perilaku tersebut dipertanyakan oleh orang yang melihatnya karena melakukan pekerjaan yang secara berulang-ulang. Mereka berusaha mati-matian untuk menghilangkan kebiasaan tersebut.
Berikut adalah penyebab gangguan Obsesif kompusilf (Oltmanns & Emery,2012):
-
Genetik - (Keturunan). Mereka yang mempunyai anggota keluarga yang mempunyai sejarah penyakit ini kemungkinan beresiko mengalami OCD (Obsesif Compulsive Disorder).
-
Organik – Masalah organik seperti terjadi masalah neurologi dibagian - bagian tertentu otak juga merupakan satu faktor bagi OCD. Kelainan saraf seperti yang disebabkan oleh meningitis dan ensefalitis juga adalah salah satu penyebab OCD.
-
Kepribadian - Mereka yang mempunyai kepribadian obsesif lebih cenderung mendapat gangguan OCD. Ciri-ciri mereka yang memiliki kepribadian ini ialah seperti keterlaluan mementingkan aspek kebersihan, seseorang yang terlalu patuh pada peraturan, cerewet, sulit bekerja sama dan tidak mudah mengalah.
-
Pengalaman masa lalu - Pengalaman masa lalu/lampau juga mudah mencorakkan cara seseorang menangani masalah di antaranya dengan menunjukkan gejala OCD.
-
Depresi - Gangguan obsesif-kompulsif erat kaitan dengan depresi atau riwayat kecemasan sebelumnya. Beberapa gejala penderita obsesif-kompulsif seringkali juga menunjukkan
-
Konflik - Mereka yang mengalami gangguan ini biasanya menghadapi konflik jiwa yang berasal dari masalah hidup. Contohnya hubungan antara suami-istri, di tempat kerja, keyakinan diri.
Individu yang beresiko mengalami gangguan obsesif-kompulsif adalah (Oltmanns & Emery, 2012);
-
Individu yang mengalami permasalahan dalam keluarga dari broken home, kesalahan atau kehilangan masa kanak-kanaknya. (teori ini masih dianggap lemah namun masih dapat diperhitungkan)
-
Faktor neurobilogi dapat berupa kerusakan pada lobus frontalis, ganglia basalis dan singulum.
-
Individu yang memilki intensitas stress yang tinggi
-
Riwayat gangguan kecemasan
-
Depresi
-
Individu yang mengalami gangguan seksual