Apa yang dimaksud dengan Obsessive Compulsive Disorder (OCD)?

Gangguan obsesif kompulsif atau obsessive compulsive disorder

Gangguan obsesif kompulsif menunjukkan suatu aktivitas obsesi yang dilakukan berulang- ulang karena suatu keyakinan atau ketakutan tertentu. Misalnya seseorang memiliki pemikiran bahwa bakteri dapat membunuhnya sehingga dia menjadi takut pada kotor. Kemudian orang tersebut menjadi sangat obsesif untuk menjaga dirinya agar tetap bersih dan jauh dari bakteri. Dia melakukan perilaku seperti berkali kali cuci tangan, bisa sampai 3-5 kali atau lebih untuk menghindari ketakutannya tersebut.

Apa yang dimaksud dengan obsessive compulsive disorder (OCD) ?

Obsessive Compulsive Disorder (OCD) atau gangguan obsesif kompulsif adalah kelainan psikologis yang mempengaruhi pikiran dan perilaku penderitanya. Begitu seseorang memiliki OCD, pikiran dan rasa takut yang tidak diinginkan akan muncul secara terus menerus, menyebabkan penderita terobsesi pada sesuatu dan melakukan tindakan tertentu secara berulang-ulang sebagai respon terhadap ketakutannya.

Obsessive Compulsive Disorder (OCD) adalah sebuah kondisi psikologis yang ditandai dengan perilaku pengulangan yang disebabkan oleh ketakutan atau pikiran yang tidak masuk akal. Seseorang yang didiagnosis menderita OCD mungkin tidak menyadari kalau obsesinya tidak masuk akal. Namun, ia akan merasa harus melakukan tindakan tertentu untuk meredakan stres akibat kondisi tertentu. Kondisi tersebut seringkali membawa rasa takut, dan meskipun ia telah berusaha untuk meredakan rasa takutnya, rasa takut itu semakin bertambah, sehingga menghasilkan sebuah tindakan yang dilakukan berulang-ulang.

PERFEKSIONIS = OCD ?

Ada orang yang ingin semua hal menjadi sempurna (perfeksionis), namun bukan berarti mereka menderita OCD. Perbedaan antara perfeksionisme dan OCD adalah alasan di balik pikiran penderitanya. Orang yang perfeksionis memiliki pikiran yang berdasar dengan tujuan yang jelas, sementara penderita OCD akan memiliki pikiran yang tidak beralasan.

PENYEBAB

Hingga hari ini, penyebab pasti dari OCD masih belum diketahui. Namun, ada beberapa teori tentang hal ini. Teori pertama mengatakan bahwa OCD disebabkan oleh faktor biologis, seperti perubahan pada tubuh atau faktor keturunan. Teori lainnya adalah OCD disebabkan oleh faktor lingkungan, seperti tekanan dari lingkungan sekitar.

APAKAH MAMPU MENJADI SUATU KOMPLIKASI ?

Seseorang yang menderita OCD biasanya memiliki gangguan yang dipicu oleh kondisi utama, seperti gangguan makan, keinginan bunuh diri, kecemasan, depresi, dan penyalahgunaan alkohol. Banyak penderita OCD yang akhirnya memiliki kehidupan keluarga dan sosial yang berantakan. Mereka juga dapat kesulitan untuk berpartisipasi dalam lingkungan sekolah dan kegiatan sosial lainnya. Dengan kata lain, seseorang dengan OCD biasanya memiliki kualitas hidup yang buruk.

CONTOHNYA?

  • Mencuci tangan berkali-kali sampai kulit menjadi kering dan lecet.
  • Berulang kali memeriksa pintu, kompor, atau setrika.
  • Selalu bersih-bersih.
  • Sangat menyukai keteraturan dan selalu menghitung.
  • Tidak pernah membuang barang walau sudah tidak terpakai.
  • Terus-terus bertanya untuk memastikan sesuatu.
  • Mengulang kata-kata atau doa tanpa bersuara.

Penyakit Obsesif-Kompulsif ditandai dengan adanya obsesi dan kompulsi. Obsesi adalah peristiwa kognitif repetitif, tidak diinginkan, dan intrusive yang bisa berbentuk pikiran atau bayangan dalam pikiran atau hasrat (dorongan). Mereka menerobos tiba-tiba ke dalan keadaran dan mengakibatkan peningkatan dalam kecemasan subjektif (Oltmanns & Emery, 2013). Menurut de silva dan Rachman, 2004 pikiran obsesif dapat dibedakan dengan kekhawatiran dalam dua hal utama, yaitu:

  1. Obsesi biasanya dialami oleh orang itu sebagai sesuatu yang dipicu oleh masalah dalam kehidupan sehari-hari

  2. Isi obsesi paling sering melibatkan tema yang dipersepsikan tidak dapat diterima atau mengerikan secara sosial, seperti seks, kekerasan, dan penyakit/kontaminasi

Sementara itu isi kekhawatiran cenderung terpusat di sekitar kekhawatiran yang lebih lazim dan dapat diterima, seperti uang dan pekerjaan. Kompulsi adalah perilaku atau tindakan mental repetitive yang digunakan untuk mengurangi kecemasan (Oltmanns & Emery, 2013). Contohnya termasuk memeriksa beberapa kali untuk memastikan bahwa pintunya telah terkunci atau mengulangi doa dalam hati berulang-ulang. Tindakan ini biasanya dianggap tidak masuk akal oleh orang yang melakukannya. Orang itu berusaha untuk menolak melakukan kompulsi itu tetapi tidak mampu untuk itu.

DSM IV-TR juga mendefinisikan OCD dalam kaitannya dengan obsesi atau kompulsi. Kebanyakan orang yang mempengaruhi kriteria untuk ganguan ini benar-benar memperlihatkan kedua simtom ini. Orang itu harus mangakui bahwa obsesi atau kompulsi itu eksesif atau tidak masuk akal. Definisi DSM IV-TR itu juga mensyaratkan bahwa orang itu harus berusaha untuk mengabaikan, menekan, atau menetralisasikan pikiran atau impuls yang tidak diinginkan.

Gangguan Obsesif-kompulsif (obsessive-compulsive disorder, OCD) adalah kondisi dimana individu tidak mampu mengontrol dari pikiran-pikirannya yang menjadi obsesi yang sebenarnya tidak diharapkannya dan mengulang beberapa kali perbuatan tertentu untuk dapat mengontrol pikirannya tersebut untuk menurunkan tingkat kecemasannya. Gangguan obsesif-kompulsif merupakan gangguan kecemasan dimana dalam kehidupan individu didominasi oleh repetatif pikiran-pikiran (obsesi) yang ditindaklanjuti dengan perbuatan secara berulang-ulang (kompulsi) untuk menurunkan kecemasannya. (UIN-Maliki Press, 2013)

David A Tomb (2000) juga mengatakan bahwa Obsesi memilki pengertian gagasan, bayangan, dan impuls yang timbul didalam pikiran secara berulang- ulang, sangat mengganggu dan pasien merasa tidak mampu untuk menghentikannya sedangkan Kompulsi adalah obsesi yang manifestasikan, muncul 75% atau lebih pada gangguan obsesif.

Gangguan obsesif kompulsif adalah gangguan cemas, dimana pikiran seseorang dipenuhi oleh gagasan-gagasan yang menetap dan tidak terkontrol, dan ia dipaksa untuk melakukan tindakan tertentu berulangulang, sehingga menimbulkan stress dan mengganggu fungsinya dalam kehidupan sehari-hari (Davison & Neale, 2012).

Sering kali penderita obsesif kompulsif tidak menyadari bahwa mereka menderita obsesif kompulsif. Menurut Steketee dan Barlow (Durand & Barlow, 2006), kompulsi dapat berbentuk perilaku (misalnya mencuci tangan, memeriksa keadaan) atau mental (memikirkan tentang kata-kata tertentu dengan urutan tertentu, menghitung, berdoa dan seterusnya). Penderita gangguan ini mungkin telah berusaha untuk melawan pikiran-pikiran menganggu tersebut yang timbul secara berulang-ulang akan tetapi tidak mampu menahan dorongan melakukan tindakan berulang untuk memastikan segala sesuatunya baik-baik saja.

Gangguan Obsesif-kompulsif

Gejala Gangguan Obesesif Kompulsif


Gejala gangguan ini menurut PPDGJ-III, mencakup hal-hal sebagai berikut :

  • disadari sebagai pikiran atau impuls diri sendiri.
  • sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang tidak berhasil dilawan.
  • bukan merupakan hal yang memberi kesenangan melainkan sebagai pelepasan atau perasaan lega dari kecemasan jika tidak melakukan tindakan tersebut.
  • ada pengulangan-pengulangan baik itu pikiran maupun tindakan.

Gejala obsesif kompulsif ini juga termanifestasi sekunder pada penderita skizofrenia, sindroma Tourette, nerosa fobik, depresi dan gangguan mental organik. Penyebabnya tidak diketahui. Gangguan obsesif-kompulsif tidak ada kaitan dengan bentuk karakteristik kepribadian seseorang, pada individu yang memiliki kepribadian obsesif-kompulsif cenderung untuk bangga dengan ketelitian, kerapian dan perhatian terhadap hal-hal kecil, sebaliknya pada gangguan obsesif-kompulsif, individu merasa tertekan dengan kemunculan perilakunya yang tidak dapat dikontrol. Mereka merasa malu bila perilaku- perilaku tersebut dipertanyakan oleh orang yang melihatnya karena melakukan pekerjaan yang secara berulang-ulang. Mereka berusaha mati-matian untuk menghilangkan kebiasaan tersebut.

Simptom dari Obsesif Kompulsif ditandai dengan pengulangan (repetatif) pikiran dan tindakan sedikitnya 4 kali untuk satu kompulsi dalam sehari dan berlangsung selama 1 sampai 2 minggu selanjutnya (PPDGJ III, 20031). Gejala utama obsesi-kompulsif harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

  1. Perilaku dan pikiran yang muncul tersebut disadari sepenuhnya oleh individu atau didasarkan pada impuls dalam dirinya sendiri. Individu juga menyadari bahwa perilakunya itu tidak rasional, namun tetap dilakukan untuk mengurangi kecemasan.

  2. Beberapa perilaku yang muncul disadari oleh individu dan berusaha melawan kebiasaan dan pikiran-pikiran rasa cemas tersebut sekuat tenaga, namun tidak berhasil.

  3. Pikiran dan tindakan tersebut tidak memberikan perasaan lega, rasa puas atau kesenangan, melainkan disebabkan oleh rasa khawatir secara berlebihan dan mengurangi stres yang dirasakannya.

  4. Obsesi (pikiran) dan kompulsi (perilaku) sifatnya berulang-ulang secara terus-menerus dalam beberapa kali setiap harinya.

  5. Obsesi dan kompulsi menyebabkan terjadinya tekanan dalam diri penderita dan menghabiskan waktu (lebih dari satu jam sehari) atau secara signifikan mengganggu fungsi normal seseorang, atau kegiatan sosial atau suatu hubungan dengan orang lain.

  6. Penderita merasa terdorong untuk melakukan ritual, yaitu tindakan berulang seperti mencuci tangan & melakukan pengecekan dengan maksud tertentu.

Kriteria Gangguan Obesesif Kompulsif


Berikut adalah kriteris gangguan obsesif kompulsif dalam DSM IV-TR:

  • Salah satu obsesi atau kompulsi

    Obsesi seperti yang didefinisikan berikut ini :

    1. Pikiran, impuls, atau bayangan-bayangan yang rekuren dan persisten yang dialami, pada suatu saat selama gangguan, sebagai intrusive dan tidak sesuai, dan menyebabkan kecemasan dan penderitaan yang jelas.

    2. Pikiran, impuls, atau bayangan-bayangantidak semata-mata kekhawatiran yang berlebihan tentang masalah kehidupan yang nyata.

    3. Orang berusaha untuk mengabaikan atau menekan pikiran, impuls, atau bayangan-bayangan tersebut untuk menetralkannya dengan pikiran atau tindakan lain.

    4. Orang menyadari bahwa pikiran, impuls, atau bayangan-bayangan obsessional adalah keluar dari pikirannya sendiri (tidak disebabkan dari luar seperti penyisipan pikiran)

    Kompulsi seperti yang disebabkan berikut ini :

    1. Perilaku (misalnya: mencuci tangan, mengurutkan, memeriksa) atau tindakan mental (misalkan: berdoa, menghitung, mengulangi kata-kata dalam hati) yang berulang yang dirasakannya mendorong untuk melakukannya sebagai respon terhadap suatu obsesi atau menurut dengan aturan yang harus dipenuhi secara kaku.

    2. Perilaku atau tindakan mental ditujukan untuk mencegah atau menurunkan penderitaan atau mencegah suatu kejadian atau situasi yang menakutkan; tetapi perilaku atau tindakan mental tersebut tidak dihubungkan dengan cara yang realistik dengan apa mereka anggap untuk mentralkan atau mencegah, atau jelas berlebihan.

  • Pada suatu waktu selama perjalanan gangguan, orang telah menyadari bahwa obsesi atau kompulsi adalah berlebihan atau tidak beralasan (tidak berlaku pada anak-anak)

  • Obsesi atau kompulsi menyebabkan penderitaan yang jelas; menghabiskan waktu (menghabiskan lebih dari satu jam sehari); atau secara bermakna mengganggu rutinitas normal orang, fungsi pekerjaan (atau akademik), atau aktivitas atau hubungan social yang biasanya.

  • Jika terdapat gangguan aksis I dan lainnya, isi obsesi atau kompulsi tidak terbatas padanya (misalnya, preokupasi dengan makanan jika terdapat gangguan makan; menarik rambut jika terdapat trikotilomania; permasalahan penampilan jika terdapat dismorfik tubuh; preokupasi dengan obat jika terdapat suatu gangguan penggunaan zat; preokupasi dengan menderita suatu penyakit serius jika terdapat hipokondriasis; preokupasi dengan dorongan atau fantasi seksual jika terdapat parafilia; atau perenungan bersalah jika terdapat gangguan depresif berat)

  • Tidak disesbabkan oleh efek langsung suatu zat (misalnya, obat yang disalahgunakan, medikasi) atau kondisi medis umum.

Gangguan Obsesif-kompulsif

Sebab-sebab Gangguan Obsesif Kompulsif


1. Aspek Biologis

Davison dan Neale (2012) menjelaskan bahwa salah satu penjelasan yang mungkin tentang gangguan obsesif-kompulsif adalah keterlibatan neurotransmitter di otak, khususnya kurangnya jumlah serotonin. Keterlibatan serotonin ini belum sebagai penyebab individu mengalami gangguan obsesif kompulsif, melainkan sebagai pembentuk dari gangguan ini. Fungsi serotonin di otak ditentukan oleh lokasi system proyeksinya. Proyeksi pada konteks frontal diperlukan untuk pengaturan mood, proyeksi pada ganglia basalis bertanggung jawab pada gangguan obsesi kompulsi.

2. Psikologis

Klien-klien OCD menyetarakan pikiran dengan tindakan atau aktifitas tertentu yang dipresentasikan oleh pikiran tersebut. Ini disebut “thought-action fusion” (fusi pikiran dan tindakan). Fusi antara pikiran dan tindakan ini dapat disebabkan oleh sikap-sikap tanggung jawab yang berlebih-lebihan yang menyebabkan timbulnya rasa bersalah seperti yang berkembang selama masa kanak-kanak, dimana pikiran jahat diasosiasikan dengan niat jahat (Durand & Barlow, 2006).

3. Faktor Psikososial

Menurut Freud, 1997, gangguan obsesif- kompulsif bisa disebabkan karena regresi dari fase anal dalam perkembangannya. Mekanisme pertahanan psikologis mungkin memegang peranan pada beberapa manifestasi pada gangguan obsesif-kompulsif. Represi perasaan marah terhadap seseorang mungkin menjadi alasan timbulnya pikiran berulang untuk menyakiti orang tersebut.

Penyebab Gangguan Obsesif Kompulsif


Gangguan obsesif-kompulsif tidak ada kaitan dengan bentuk karakteristik kepribadian seseorang, pada individu yang memiliki kepribadian obsesif- kompulsif cenderung untuk bangga dengan ketelitian, kerapian dan perhatian terhadap hal-hal kecil, sebaliknya pada gangguan obsesif-kompulsif, individu merasa tertekan dengan kemunculan perilakunya yang tidak dapat dikontrol. Mereka merasa malu bila perilaku-perilaku tersebut dipertanyakan oleh orang yang melihatnya karena melakukan pekerjaan yang secara berulang-ulang. Mereka berusaha mati-matian untuk menghilangkan kebiasaan tersebut.

Berikut adalah penyebab gangguan Obsesif kompusilf (Oltmanns & Emery,2012):

  1. Genetik - (Keturunan). Mereka yang mempunyai anggota keluarga yang mempunyai sejarah penyakit ini kemungkinan beresiko mengalami OCD (Obsesif Compulsive Disorder).

  2. Organik – Masalah organik seperti terjadi masalah neurologi dibagian - bagian tertentu otak juga merupakan satu faktor bagi OCD. Kelainan saraf seperti yang disebabkan oleh meningitis dan ensefalitis juga adalah salah satu penyebab OCD.

  3. Kepribadian - Mereka yang mempunyai kepribadian obsesif lebih cenderung mendapat gangguan OCD. Ciri-ciri mereka yang memiliki kepribadian ini ialah seperti keterlaluan mementingkan aspek kebersihan, seseorang yang terlalu patuh pada peraturan, cerewet, sulit bekerja sama dan tidak mudah mengalah.

  4. Pengalaman masa lalu - Pengalaman masa lalu/lampau juga mudah mencorakkan cara seseorang menangani masalah di antaranya dengan menunjukkan gejala OCD.

  5. Depresi - Gangguan obsesif-kompulsif erat kaitan dengan depresi atau riwayat kecemasan sebelumnya. Beberapa gejala penderita obsesif-kompulsif seringkali juga menunjukkan

  6. Konflik - Mereka yang mengalami gangguan ini biasanya menghadapi konflik jiwa yang berasal dari masalah hidup. Contohnya hubungan antara suami-istri, di tempat kerja, keyakinan diri.

Individu yang beresiko mengalami gangguan obsesif-kompulsif adalah (Oltmanns & Emery, 2012);

  • Individu yang mengalami permasalahan dalam keluarga dari broken home, kesalahan atau kehilangan masa kanak-kanaknya. (teori ini masih dianggap lemah namun masih dapat diperhitungkan)

  • Faktor neurobilogi dapat berupa kerusakan pada lobus frontalis, ganglia basalis dan singulum.

  • Individu yang memilki intensitas stress yang tinggi

  • Riwayat gangguan kecemasan

  • Depresi

  • Individu yang mengalami gangguan seksual

Gangguan Obsesif-Kompulsif


Suatu obsesi adalah pikiran, ide, atau dorongan yang intrusif dan berulang dan berada di luar kemampuan seseorang untuk mengendalikannya. Obsesi dapat menjadi sangat kuat dan persisten sehingga dapat mengganggu kehidupan sehari-hari dan menimbulkan distress serta kecemasan yang signifikan (Nevid dkk., 2003; Hoeksema, 2001).

Suatu kompulsi adalah perilaku yang berulang (seperti mencuci tangan atau memeriksa kunci pintu) atau tindakan mental repetitif (seperti berdoa, mengulang-ulang kata-kata tertentu, atau menghitung) yang dirasakan seseorang sebagai keharusan atau dorongan yang harus dilakukan (APA, 2000).

Kompulsi seringkali sebagai jawaban terhadap pikiran obsesif dan muncul dengan cukup sering serta kuat sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari atau menyebabkan distress yang signifikan. Kebanyakan kompulsi berupa dua kategori, yaitu ritual pengecekan (checking) dan ritual bersih-bersih (cleaning). Ritual pengecekan, seperti memeriksa secara berulang apakah pintu-pintu sudah terkunci sebelum meninggalkan rumah akan menyebabkan keterlambatan dan mengganggu orang lain. Demikian pula bila memiliki kompulsi bersih-bersih, akan memakan waktu beberapa jam dalam sehari.

Kompulsi sering menyertai obsesi dan akan menimbulkan perasaan lega karena kecemasan yang ditimbulkan oleh pikiran-pikiran obsesif. Dengan mencuci tangan 40 hingga 50 kali berturut-turut setiap kali menyentuh gagang pintu di tempat umum, pencuci tangan yang kompulsif akan merasakan kelegaan dari kecemasan yang dimunculkan oleh pikiran obsesifnya bahwa kotoran atau kuman-kuman masih menempel di kulit.

Penderita gangguan obsesif-kompulsif percaya bahwa tindakan kompulsifnya akan mencegah terjadinya suatu peristiwa yang menakutkan, meskipun tidak ada dasar realistik untuk keyakinan ini dan juga tingkah lakunya jauh dari masuk akal untuk situasi seperti itu. Ritual kompulsif sepertinya juga mengurangi kecemasan yang akan terjadi seandainya tingkah laku tersebut dicegah untuk dilakukan (Foa, dalam Nevid dkk., 2003).

Para ahli kognitif menghubungkan gangguan obsesif-kompulsif dengan kecenderungan untuk membesar-besarkan risiko suatu peristiwa yang menakutkan atau mencemaskan (Nevid dkk., 2003). Mereka akan melakukan ritual untuk mencegahnya karena memperkirakan akan terjadi hal yang mengerikan.

Menurut teori kognitif-perilaku, yang membedakan orang yang mengalami gangguan obsesif-kompulsif dengan yang tidak adalah dalam hal kemampuan untuk menghentikan pikiran-pikiran yang negatif dan mengganggu. Orang yang tidak mempunyai gangguan obsesif-kompulsif mampu menghentikan pikiran-pikiran yang negatif dan mengganggu tersebut dengan mengabaikan atau menghilangkan, dan membiarkannya berlalu dengan waktu.

Individu yang mempunyai gangguan obsesif-kompulsif mengalami kesulitan dalam menghentikan pikiran-pikiran tersebut disebabkan karena :

  1. Mengalami depresi atau selalu cemas dalam kesehariannya sehingga mudah memunculkan pikiran-pikiran negatif meski hanya berupa kejadian kecil.

  2. Memiliki tendensi berpikir moralitas dan kaku, berpandangan bahwa pikiran-pikiran negatif adalah sesuatu yang tidak dapat diterima dan membuat mereka akan merasa cemas dan bersalah bila memiliki pemikiran negatif seperti itu.

  3. Meyakini bahwa harus mampu mengontrol semua pikiran-pikiran dan memiliki kesulitan untuk menerima bahwa setiap orang mempunyai pemikiran yang kadang-kadang memang menimbulkan perasaan takut atau cemas.

Gangguan kepribadian obsesif-kompulsif adalah jenis gangguan kepribadian yang ditandai oleh kekakuan, kontrol, perfeksionisme, dan kekhawatiran berlebihan terhadap pekerjaan dengan mengorbankan hubungan interpersonal yang dekat. Penderita gangguan kepribadian ini sering mengalami kesulitan bersantai karena mereka sibuk dengan rincian, aturan, dan produktivitas. Mereka sering dianggap oleh orang lain sebagai keras kepala, kaku, dan mau menang sendiri.

Gangguan kepribadian obsesif-kompulsif berada dalam satu kelompok dengan gangguan kepribadian avoidan dan gangguan kepribadian dependen, yang memiliki kecemasan dan rasa takut sebagai karakteristik umum. Sebagian ahli menyebutnya “gangguan kepribadian anankastik”.

Referensi

(http://kamuskesehatan.com/arti/gangguan-kepribadian-obsesif-kompulsif/)

Obsessive Compulsive Disorder atau biasa disebut OCD, adalah gangguan psikologis yang dapat mempengaruhi pikiran (obsesif) dan perilaku (kompulsif) manusia. Obsesive Compulsive Disorder membawa dorongan yang intrusif dan berulang yang sepertinya berada diluar kemampuan seseorang untuk mengendalikan. Kelainan ini mengganggu pikiran penderitanya dengan menghasilkan rasa gelisah, cemas, khawatir, takut, dan menuntut melakukan hal yang sama berulang kali. Perilaku ini akan terus dilakukan penderitanya hingga keinginan dari pikiran mereka terpenuhi. Penyebab dari OCD belum bisa diketahui secara pasti. Diduga karena adanya masalah pengiriman informasi pada bagian otak yang satu dengan lainnya, atau mungkin juga bisa disebabkan oleh masalah stress yang berat. Faktor turunan genetik dari keluarga, serta kecelakaan psikologis masa lalu juga bisa memicu seseorang mengalami OCD. Obsesi (pengulangan pikiran) dapat mempengaruhi menjadi compulsi (perilaku berulang)seperti adanya tekanan stress, bayangan, atau dorongan obsesif yang kuat selama gejala nampak. Besarnya obsesi dapat menjadi karakter yang menetap, yang dibentuk dari pengalaman diri individu, pengaruh sosial budaya, dan pengalaman kegagalan hidup masa lalu. OCD adalah gangguan kecemasan yang lebih memperhatikan pikiran berulang-ulang dan atau perilaku berulang-ulang dengan menghabiskan banyak waktu ( > 1 jam per hari) dan / atau menyebabkan distress atau distress or kecacatan fungsional (DSM-IV-TR;APA, 2000; dalam Clark, David A., Beck, Aaron T. 2010).
Obsesi dapat menjadi sangat kuat dan persisten sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari dan menimbulkan distress serta kecemasan yang signifikan. Termasuk didalamnya adalah keragu-raguan, impulsimpuls, dan citra (gambaran) mental. Sedangkan kompulsi (compulsion) adalah tingkah laku yang repetitif (seperti mencuci tangan dan memeriksa kunci pintu atau gembok) atau tindakan mental repetitif (seperti berdoa, mengulang kata-kata tertentu atau menghitung) yang dirasakan oleh seseorang sebagai suatu keharusan atau doronganyang harus dilakukan. Kompulsi sering muncul sebagai jawaban akan pikiran obsesif dan muncul cukup sering dan kuat sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari atau menyebabkan distress yang signifikan (APA, 2000; dalam Nevid, J.S. et al 2005)

GEJALA BERDASARKAN OBSESI
Terdapat beberapa tema maupun pola obsesi pada penderita OCD, yaitu:

  1. Ketakutan terhadap kontaminasi atau kotoran.
  2. Pemikiran yang tidak diinginkan, meliputi agresi, seks, atau agama.
  3. Kebutuhan akan keteraturan dan penataan yang simetris.
  4. Pemikiran yang agresif atau menakutkan, seperti melukai diri sendiri atau orang lain.
    Beberapa contoh tanda dan gejala obsesi meliputi:
  5. Stres yang berat jika suatu objek tidak rapi atau tidak pada tempatnya.
  6. Rasa ragu dan tindakan selalu memeriksa hal berulang kali, misalnya mengecek pintu yang sebenarnya sudah dikunci, atau mengecek kompor yang sudah dimatikan.
  7. Gambaran yang meliputi menyakiti diri sendiri atau orang lain yang tidak diinginkan dan membuat penderita tidak nyaman.
  8. Ketakutan akan terkontaminasi kotoran karena menyentuh benda yang telah disentuh orang lain.
  9. Perasaan tertekan karena timbulnya gambaran-gambaran seksual yang tidak menyenangkan secara berulang-ulang di dalam pikiran penderita.

GEJALA BERDASARKAN PERILAKU KOMPULSIF
Terdapat beberapa pola atau tema pada perilaku kompulsif, seperti:

  1. Keteraturan.
  2. Rutinitas yang ketat.
  3. Mencuci dan membersihkan anggota tubuh maupun barang-barang.
  4. Penghitungan pola-pola tertentu.
  5. Memeriksa berulang-ulang kali.
  6. Memastikan berulang-ulang kali.
    Beberapa contoh kegiatan yang menjadi tanda dan gejala kompulsi meliputi:
  7. Memeriksa kompor dan pintu berulang kali untuk memastikan sudah dimatikan dan dikunci.
  8. Mengatur barang agar menghadap ke arah yang sama.
  9. Mencuci tangan berulang kali, bahkan sampai kulit tangan terkelupas.
  10. Berhitung dengan menggunakan pola tertentu.
  11. Mengucapkan doa, kata, atau kalimat secara diam-diam dan berulang.
  12. Mengunci pintu berulang-ulang.

PENYEBAB OBSESSIVE COMPULSIVE DISORDER (OCD)
Penyebab OCD belum diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa teori utama, yaitu:
1. Biologis
Adanya perubahan pada fungsi otak dan zat-zat kimia dalam otak, seperti kadar serotonin dalam otak yang rendah dan sebagainya. Infeksi tertentu juga mungkin dapat menyebabkan OCD, tetapi hal ini masih membutuhkan penelitian lebih lanjut.
2. Genetik
Risiko terhadap OCD cenderung lebih tinggi pada penderita yang mempunyai anggota keluarga dengan riwayat OCD. Terdapat juga gen-gen tertentu yang mungkin berkontribusi terhadap OCD.
3. Kepribadian
Orang yang rapi, teliti, teratur, memiliki disiplin dan tanggung jawab tinggi, atau orang yang mudah cemas, akan memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk mengalami OCD.
4. Lingkungan
OCD banyak ditemukan pada orang yang menjadi individu yang pernah mengalami bullying, pelecehan, dan pengabaian.

DIAGNOSIS OBSESSIVE COMPULSIVE DISORDER (OCD)
Dokter dan ahli kesehatan mental lainnya akan mendiagnosis penderita dengan beberapa cara, yaitu berdasarkan:

  1. Pemeriksaan fisik, untuk melihat kondisi fisik yang menyebabkan gejala dan untuk menentukan kemungkinan-kemungkinan kondisi medis lainnya.
  2. Tes laboratorium, seperti tes untuk melihat ada tidaknya konsumsi alkohol dan obat-obatan tertentu, tes fungsi tiroid, dan sebagainya.
  3. Evaluasi psikologis untuk mengetahui pikiran, perasaan, gejala-gejala yang dialami, dan pola perilaku yang dimiliki.
    Kriteria diagnosis panduan dalam Diagnosis and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM 5) yang merupakan panduan untuk Asosiasi Psikiater Amerika (American Psychiatrist Association).

APA PENGOBATAN UNTUK OCD?
Pengobatan untuk OCD termasuk terapi obat-obatan dan psikoterapi. Sebagian besar penderita menerima kedua metode pengobatan secara bersamaan untuk mencapai hasil yang lebih baik.
1. Terapi obat-obatan
Pada sebagian besar kasus, diresepkan Penghambat Ambilan Kembali Serotonin secara Selektif (SSRI) atau antidepresan trisiklik (TCA). Jika diperlukan, tranquilizers juga bisa diresepkan.
2. Psikoterapi
Terapi perilaku kognitif adalah pengobatan yang efektif untuk OCD. Terapi ini dirancang untuk membantu individu mengubah pemikiran mereka yang tidak rasional yang memicu kecemasan, dan menghadapi objek atau situasi yang ditakuti secara bertahap (misalnya objek yang dianggap sangat tercemar). Melalui perubahan pemikiran dan pengalaman, kecemasan dan kompulsi seseorang bisa dikurangi. Pada awalnya, individu akan merasa tidak nyaman ketika menghadapi objek atau situasi yang ditakuti dalam terapi, tapi dengan pemaparan berulang-ulang kecemasan akan berkurang secara bertahap. Partisipasi aktif dalam terapi dari individu penderita OCD dan anggota keluarga mereka (misalnya dengan pengawasan dan dukungan) adalah penting untuk pengobatan yang efektif

JIKA ANDA MENGALAMI OCD, BEBERAPA HAL YANG DAPAT ANDA LAKUKAN ADALAH:

  1. Tetap mengikuti penanganan yang diberikan.
  2. Menerapkan teknik-teknik untuk mengatasi stres dan relaksasi, seperti meditasi, yoga, dan sebagainya.
  3. Memperhatikan pemicu-pemicu yang dapat memunculkan gangguan agar dapat siap menghadapi gangguan tersebut jika tiba-tiba muncul.
  4. Bercerita dengan orang-orang terdekat mengenai masalah yang dialami atau mengikuti komunitas-komunitas yang terdiri dari orang-orang yang mengalami hal yang serupa agar dapat saling berdiskusi dan mendukung satu sama lainnya.
  5. Melakukan aktivitas-aktivitas lain saat rasa cemas atau takut muncul, seperti berjalan-jalan santai.
  6. Menerapkan pola hidup yang sehat, seperti mengonsumsi makanan yang bergizi, istirahat yang cukup, dan berolahraga secara teratur.

CARA MENCEGAH OBSESSIVE COMPULSIVE DISORDER (OCD)
Tidak ada cara yang pasti untuk mencegah OCD, tetapi penanganan sejak dini dapat membantu mencegah gejala-gejala yang dirasakan semakin parah. Segera berkonsultasi dengan dokter dan ahli kesehatan mental lainnya jika Anda mengalami OCD.

http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/psnp/article/download/5756/4132

Gangguan obsesif-kompulsif merupakan sebuah gangguan kecemasan di mana orang memiliki keinginan yang tidak diinginkan dan diulang, perasaan, ide, sensasi (obsesi) atau tingkah laku yang membuat mereka selalu ingin melakukan sesuatu (kompulsif).

Menurut APA & Taylor, gangguan obsesif-kompulsif dialami 2% sampai 3% masyarakat umum pada suatu saat dalam kehidupan mereka. Menurut Skoog, suatu studi di Swedia menemukan bahwa meskipun kebanyakan pasien OCD menunjukkan perbaikan, banyak juga yang terus berlanjut mempunyai gejala gangguan hidup ini sepanjang hidup mereka. DSM IV membuat diagnosis gangguan obsesif kompulsif bila orang terganggu oleh obsesi atau kompulsi yang berulang, atau keduanya sedemikian rupa sehingga menyebabkan distress yang nyata, memakan waktu lebih dari satu jam dalam sehari, atau secara signifikan menganggu hal-hal rutin yang normal, menganggu fungsi kerja atau sosial.

Gangguan Obsesif kompulsif ( Obsessive Compulsive Disorder ) adalah gangguan kecemasan yang ditandai oleh pikiran-pikiran obsesif yang persisten dan disertai tindakan kompulsif. Kondisi dimana individu tidak mampu mengontrol dari pikiran-pikirannya yang menjadi obsesi yang sebenarnya tidak diharapkannya dan mengulang beberapa kali perbuatan tertentu untuk dapat mengontrol pikirannya tersebut untuk menurunkan tingkat kecemasannya.

Gangguan Obsesif-kompulsif membutuhkan adanya obsesi atau kompulsi yang merupakan sumber gangguan atau kerusakan yang signifikan dan bukan karena gangguan mental lainnya.3 Gangguan obsesif kompulsif diklasifikasikan dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition, Text Revision (DSM-IV-TR) sebagai gangguan kecemasan.

Obsesi adalah hal yang mengganggu, berulang, ide-ide yang tidak diinginkan, pikiran, atau impuls yang sulit untuk diberhentikan meskipun mengganggu alam sadar mereka. Kompulsi merupakan perilaku yang dilakukan berulang, baik yang dapat diamati ataupun secara mental, yang dilakukan untuk mengurangi kecemasan yang ditimbulkan oleh obsesi.

Penderita mengetahui bahwa perbuatan dan pikirannya itu tidak masuk akal, tidak pada tempatnya atau tidak sesuai dengan keadaan, tetapi ia tidak apat menghilangkannya dan juga ia tidak mengerti mengapa ia mempunyai dorongan yang begitu kuat untuk berbuat dan berpikir demikian.

Epidemiologi

Prevalensi seumur hidup gangguan obsesif-kompulsif pada populasi umum diperkirakan adalah 2 sampai 3 persen dimana pria dan wanita memiliki resiko sama. Beberapa peneliti telah memperkirakan bahwa gangguan obsesif-kompulsif ditemukan pada sebanyak 10 persen pasien rawat jalan di klinik psikiatrik. Angka tersebut menyebabkan gangguan obsesif-kompulsif sebagai diagnosis psikiatrik tersering yang keempat setelah fobia, gangguan berhubungan zat, dan gangguan depresif berat.

Komordibiditas

Pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif umumnya dipengaruhi oleh gangguan mental lain. Prevalensi seumur hidup untuk gangguan depresif berat pada pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif adalah kira-kira 67 persen dan untuk fobia sosial adalah 25 persen.

Diagnosis psikiatrik komorbid lainnya pada pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif adalah gangguan pengaruh alkohol, fobia spesifik, gangguan panik, dan gangguan makan, dan gangguan kepribadian. Insiden gangguan Tourettte pada pasien gangguan obsesif-kompulsif adalah 5-7 persen, dan 20 – 30 persen pasien gangguan obsesif-kompulsif memiliki riwayat TIK.

Gejala Klinis

Gejala dari Obsesif Kompulsif ditandai dengan pengulangan pikiran dan tindakan sedikitnya 4 kali untuk satu kompulsi dalam sehari dan berlangsung selama 1 sampai 2 minggu selanjutnya. Gejala utama obsesif-kompulsif harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

  1. Perilaku dan pikiran yang muncul tersebut disadari sepenuhnya oleh individu atau didasarkan pada impuls dalam dirinya sendiri. Individu juga menyadari bahwa perilakunya itu tidak rasional, namun tetap dilakukan untuk mengurangi kecemasan.

  2. Beberapa perilaku yang muncul disadari oleh oleh individu dan berusaha melawan kebiasaan dan pikiran-pikiran rasa cemas tersebut sekuat tenaga, namun tidak berhasil

  3. Pikiran dan tindakan tersebut tidak memberikan perasaan lega, rasa puas atau kesenangan, melainkan disebabkan oleh rasa khawatir secara berlebihan dan mengurangi stres yang dirasakannya.

Individu yang beresiko mengalami gangguan obsesif-kompulsif adalah;

  1. Individu yang mengalami permasalahan dalam keluarga dari broken home, kesalahan atau kehilangan masa kanak-kanaknya. (teori ini masih dianggap lemah namun masih dapat diperhitungkan)

  2. Faktor neurobiologi dapat berupa kerusakan pada lobus frontalis, ganglia basalis dan singulum

  3. Individu yang memilki intensitas stressyang tinggi - Riwayat gangguan kecemasan - Depresi - Individu yang mengalami gangguan seksual.

Diagnosis

Diagnosis gangguan kobsesif kompulsif didasarkan pada gambaran klinisnya. Tidak seperti pasien psikotik, pasien dengan gangguan obsesif kompulsif biasanya menunjukkan wawasan dan menyadari bahwa perilaku mereka tidak normal atau tidak logis.

Sebagai bagian dari kriteria diagnostik untuk Gangguan Obsesif Kompulsif, Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition, Text Revision (DSM-IV-TR) memberikan kemudahan bagi para klinisi untuk mendiagnosis gangguan obsesif kompulsif pada pasien yang umumnya tidak sadar akan obsesi berlebihan dan kompulsinya.

Kriteria obsesif menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition, Text Revision (DSM-IV-TR) harus memenuhi 4 kriteria dibawah ini :

  1. Pikiran berulang dan terus-menerus, impuls, atau gambaran yang dialami di beberapa waktu selama gangguan yang bersifat mengganggu dan tidak sesuai dan menyebabkan kecemasan dan penderitaan. Orang dengan gangguan ini menyadari kualitas patologis dari pikiran-pikiran yang tidak diinginkan ini (seperti ketakutan untuk menyakiti anak-anak mereka) dan tidak akan terjadi pada mereka, tetapi pikiran ini sangat mengganggu dan sulit untuk berdiskusi dengan orang lain.

  2. Pikiran, impuls, atau gambar tidak hanya kekhawatiran yang berlebihan tentang masalah kehidupan nyata.

  3. Pasien mencoba untuk menekan atau mengabaikan pikiran seperti itu atau untuk menetralisirnya dengan beberapa pemikiran lain atau tindakan.

  4. Orang tersebut mengakui bahwa pikiran obsesional, impuls, atau gambaran adalah produk dari pikiran sendiri (tidak dipaksakan dari luar, seperti dalam penyisipan pikiran).

Kriteria Kompulsif menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition, Text Revision (DSM-IV-TR) harus memenuhi 2 kriteria dibawah ini.

  1. Individu melakukan perilaku berulang (misalnya, mencuci tangan, pemesanan, memeriksa) atau tindakan mental (misalnya, berdoa, menghitung, mengulang kata-kata diam-diam) dalam menanggapi sebuah obsesi atau menurut aturan yang harus diterapkan secara kaku. Perilaku tersebut bukan akibat efek fisiologis langsung dari suatu zat atau kondisi medis umum.

  2. Perilaku atau tindakan mental ditujukan untuk mencegah atau mengurangi gangguan atau mencegah suatu peristiwa atau situasi yang dicemaskan. Namun, perilaku atau tindakan mental yang dilakukan baik tidak terhubung pada cara yang realistis dengan apa yang mereka buat untuk mentralisir atau cegah atau jelas berlebihan.

  • Pada beberapa poin selama gangguan, pasien mengakui bahwa obsesi atau kompulsi itu berlebihan atau tidak masuk akal (walaupun ini tidak berlaku untuk anak-anak).

  • Obsesi atau kompulsi itu menimbulkan penderitaan, yang memakan waktu (berlangsung >1 jam/hari), atau secara signifikan mengganggu rutinitas normal seseorang, fungsi pekerjaan atau akademis, atau kegiatan sosial biasanya atau hubungan dengan orang lain.

  • Jika gangguan Axis I lainnya muncul, isi dari obsesi atau kompulsi tersebut tidak terbatas pada itu saja.

  • Gangguan ini tidak terjadi karena pengaruh langsung zat psikotik atau kondisi medis tertentu.

  • Spesifikasi tambahan “dengan tilikan rendah” dibuat bagi seorang dengan gangguan obsesif kompulsif jika, untuk dalam suatu jangka waktu episode, orang tersebut tidak mengenali bahwa gejala itu berlebihan atau tidak masuk akal.