Apa yang dimaksud dengan konflik antar negara?

Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara kelompok di mana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.

image

Konflik dapat diartikan sebagai usaha yang dilakukan kelompok-kelompok yang berbeda untuk mencapai tujuan-tujuan yang bertentangan.

Lewis A. Coser mendefinisikan konflik sebagai perjuangan dengan tuntutan dan nilai-nilai untuk mencapai status, kekuasaan, dan sumber daya tertentu dimana tuntutan tersebut ditujukan untuk menetralkan, melukai, atau menghancurkan pihak lawan.

Konflik dapat muncul dari kombinasi sebab-sebab tertentu, yaitu : pendapat yang bertentangan terhadap suatu isu, sikap yang bermusuhan, dan tipe-tipe tindakan diplomatik atau militer tertentu, seperti : perluasan wilayah, keamanan, kontrol terhadap sumber-sumber yang berharga, akses terhadap pasar, prestise, penyatuan dengan kelompok etnis yang bertetangga, revolusi dunia, dan penggulingan terhadap pemerintahan yang tidak bersahabat.

Dalam usahanya untuk mencapai atau mempertahankan tujuan-tujuan tersebut, kebutuhan dan tindakan suatu pihak dapat berbenturan dengan kepentingan, cita-cita, dan tujuan pihak lain.

Berdasarkan sebab-sebab konflik di atas,

Holsti kemudian membagi sumber konflik terdiri atas :

  1. Konflik teritorial terbatas, yang disebabkan perbedaan pendapat mengenai kepemilikan sebagian wilayah atau hak untuk mengelola wilayah yang terletak di dalam atau di dekat wilayah negara lain.

  2. Konflik yang disebabkan komposisi suatu pemerintah.

  3. Konflik yang disebabkan suatu negara berusaha mempertahankan hak teritorial atau hak istimewa untuk melindungi kepentingan keamanan negaranya.

  4. Konflik karena kehormatan nasional, dimana suatu pemerintah melakukan ancaman atau tindakan militer untuk membersihkan tindakan yang dianggap salah.

  5. Imperialisme tidak terbatas, disebabkan suatu pemerintah berusaha menghancurkan kemerdekaan negara lain, biasanya untuk tujuan ideologi, keamanan, dan perdagangan.

  6. Konflik pembebasan atau perang revolusioner, yang dilakukan suatu negara untuk ‘membebaskan’ rakyat negara lain yang biasanya disebabkan alasan etnis atau ideologis.

  7. Konflik yang timbul karena suatu pemerintah bertujuan untuk mempersatukan negara yang terpisah.

Tipologi Konflik

Situasi konflik dapat terjadi akibat sengketa atas teritori, batas-batas wilayah, sumber-sumber (resources), legitimasi penguasa, ideologi politik, perbedaan etnis yang didasari pada ras atau agama, ataupun atas hal-hal lainnya.

Pertikaian yang muncul disebabkan oleh salah satu isu tadi tidaklah selalu bersifat militer, namun potensi penggunaan cara-cara militer selalu terbuka apabila perbedaan-perbedaan substansial antara pihak-pihak yang bertikai tidak diselesaikan.

Dengan memperhatikan kepentingan dan tujuan aktor yang terlibat, menurut Joshua S. Goldstein, dalam konflik internasional terdapat enam tipe konflik :

  1. Sengketa perbatasan teritorial, termasuk dalam tipe ini upaya-upaya pemberontakan
  2. Konflik atas siapa yang menguasai pemerintahan nasional
  3. Konflik ekonomi atas perdagangan, uang, sumber-sumber alam, dan lain-lain
  4. Konflik etnis
  5. Konflik agama
  6. Konflik ideologi.

Tiga tipe konflik pertama merupakan konflik kepentingan atas materi, sedangkan tiga tipe konflik lainnya berkaitan dengan benturan gagasan. Dalam realitanya, suatu konflik bisa saja memiliki lebih dari satu kategori tipe konflik.

Ada beberapa tipologi konflik yang dapat dilihat dalam realitas konflik yang pernah ada yaitu :

  1. Konflik Horisontal
    Konflik yang terjadi antar kelompok agama, kelompok pendatang, penduduk asli, kelompok etnis atau suku dan organisasi bisnis yang berada di lokasi setempat. Tipologi konflik horisontal mempunyai asumsi bahwa konflik sudah terjadi dan menyebar ke berbagai aspek sosial, ekonomi, ideologi dan kekerasan fisik.

  2. Konflik Vertikal
    Konflik yang terjadi antara pemerintah dan kelompok-kelompok sosial masyarakat tertentu. Asumsinya, konflik terjadi karena merupakan akibat dari proses pembuatan kebijakan pemerintah yang tidak partisipatif dan pada tahap berikutnya memunculkan perbedaan pendapat, pertentangan serta separatisme.

Dengan semakin kompleksnya interaksi antar negara, kelompok maupun individu sehingga konflik yang kemungkinan muncul pun semakin luas. Konflik baru menjadi semakin mengemuka antara lain: konflik yang terjadi di dalam wilayah negara, atau konflik dalam negara, dalam bentuk perang saudara, pemberontakan bersenjata, gerakan separatis dengan kekerasan, dan peperangan domestik lainnya.

Perubahannya berlangsung secara dramatis, misalnya, setiap konflik bersenjata yang besar berasal dari level domestik dalam negara, dan bukan antara negara. Konflik antara Kurdi dan Turki adalah salah satu contoh konflik dalam negara, yang tidak hanya dialami Turki tetapi juga Irak, Iran dan Suriah.

Dua elemen kuat seringkali bergabung dalam konflik seperti di atas, yaitu :

  1. Identitas berupa mobilisasi orang dalam kelompok-kelompok identitas komunal yang didasarkan atas ras, agama, kultur, bahasa, dan faktor lain yang mendukung mobilisasi.

  2. Distribusi yaitu cara untuk membagi sumber daya ekonomi, sosial dan politik dalam sebuah masyarakat. Ketika distribusi yang dianggap tidak adil dilihat bertepatan dengan perbedaan identitas (dimana, misalnya, suatu kelompok agama kekurangan sumber daya tertentu yang didapat kelompok lain), maka akan ditemukan potensi konflik.

Kombinasi dari faktor yang didasarkan pada identitas dengan persepsi yang lebih luas tentang ketidakadilan ekonomi dan sosial yang seringkali menyalakan apa yang disebut sebagai “konflik yang mengakar”. Konflik antara etnis Kurdi dengan Turki maupun Irak, Iran dan Suriah dapat dikategorikan juga sebagai konflik mengakar.

Karakteristik yang paling menonjol dari konflik internal seperti yang terjadi di Turki, Irak, Iran dan Suriah adalah tingkat ketahanannya. Dan ini timbul seringkali didasari pada isu identitas. Dalam hal ini, istilah konflik etnis seringkali digunakan.

Etnisitas adalah konsep yang luas, mencakup banyak sekali elemen yaitu: ras, kultur, agama, keturunan, sejarah, bahasa, dan seterusnya. Tetapi pada dasarnya, semua ini merupakan isu identitas.

Konflik yang disebabkan faktor-faktor ini disebut konflik yang berhubungan dengan identitas – singkatnya, konflik yang disebabkan konsep apapun yang oleh sebuah komunitas dianggap sebagai identitas fundamental dan yang menyatukan mereka sebagai sebuah kelompok, dan karena hal ini mereka memilih, atau merasa berkewajiban, untuk melakukan kekerasan untuk melindungi identitas mereka yang terancam.

Seringkali, faktor-faktor yang berhubungan dengan identitas ini bercampur dengan konflik atas pendistribusian sumber daya – seperti wilayah, kekuasaan ekonomi, prospek lapangan kerja, dan seterusnya. Dalam kasus-kasus di mana identitas dan isu distributif dibaurkan maka kesempatan bagi pemimpin yang oportunistik untuk mengeksploitasi dan memanipulasinya sangatlah besar, dan ini menjadi potensi konflik yang paling tinggi.