Apa yang dimaksud dengan khauf atau rasa takut kepada Allah swt?

Khauf

Khauf berarti rasa takut. Secara istilah khauf adalah pengetahuan yang dimiliki seorang hamba di dalam hatinya tentang kebesaran dan keagungan Allah serta kepedihan siksa-Nya.

Apa yang dimaksud dengan khauf atau rasa takut kepada Allah swt?

Menurut al-Ghazali khauf adalah suatu getaran dalam hati ketika ada perasaan akan menemui hal-hal yang tidak disukai. Khauf ibarat kepedihan dan kebakaran hati disebabkan terjadinya hal yang tidak disukai di masa depan. Hal ini senada dengan pendapat al-Qusyairi bahwa khauf berkaitan dengan kejadian yang akan datang, sebab seseorang hanya merasa takut jika apa yang dibenci tiba dan yang dicintai sirna.

Hâl khauf ini menurut al-Ghazali terdiri atas ilmu, hâl dan amal. Hâl khauf dapat diraih melalui ilmu, yang dimaksud ilmu adalah pengetahuan tentang perkara-perkara yang dapat mendatangkan ketakutan, seperti azab Allah, sifat-sifat Allah, kedahsyatan sakaratul maut dan hari akhir. Ilmu dengan sebab-sebab yang tidak disukai, menjadi sebab yang menggerakkan, yang membangkitkan kepada terbakarnya hati dan kepedihan. Kebakaran ini yang disebut khauf. Kemudian hâl khauf akan melahirkan amal, yaitu menjauhi perkara-perkara yang mendatangkan murka Allah dan perkara-pekara yang tidak mendatangkan ridha Allah. Jadi yang dimaksud amal adalah bekas daripada hâl khauf . Dengan mengetahui jelas sebab-sebab khauf , khauf dan kepedihan hati menjadi sangat kuat. Kadang khauf tidak disebabkan penganiayaan yang diperbuat oleh orang yang takut, tetapi timbul dari sifat pihak yang menakutkan atau ditakuti.

Maka takut kepada Allah pun seperti itu. Takut kepada Allah menurut al-Ghazali, pertama disebabkan ma’rifah kepada Allah dan sifat- sifatNya. Kedua , takut karena banyaknya penganiayaan hamba dengan mengerjakan perbuatan-perbuatan maksiat. Dan ketiga , menurut pengetahuan akan kekurangan dirinya dan ma’rifah akan keagungan Allah dan Allah tidak memerlukan kepadanya. Dan ma’rifah itu di atas ketakutannya.

Manusia yang paling takut kepada Tuhannya adalah mereka yang lebih mengenal akan dirinya dan Tuhannya.

Apabila ma’rifah telah sempurna, niscaya mewariskan keagungan khauf dan terbakarnya hati. Kemudian melimpahkan bekas kebakaran dari hati kepada badan, kepada anggota badan dan kepada sifat-sifat. Bekas kebakaran hati pada badan, akan terlihat dengan kurus, kuning, pingsan, jeritan dan tangisan. Dan kadang-kadang terhisap kepahitan, lalu membawa kepada kematian. Atau naik ke otak lalu merusakkan akal. Atau menguat lalu mewarisi patah hati dan putus asa. Pada anggota badan, terwujud dengan mencegahnya dari perbuatan-perbuatan maksiat dan mengikatkannya dengan amal-amal ta’at untuk mendapatkan masa yang telah lewat dan menyiapkan untuk masa mendatang.

Bekas pada sifat-sifat dengan mencegah dari nafsu syahwat dan mengeruhkan segala kesenangan. Lalu perbuatan maksiat yang disukai menjadi tidak disukai lagi. Dengan begitu terbakarlah nafsu syahwat dengan khauf . Dan menjadi beradablah semua anggota badan. Dan berhasihlah dalam hati itu kelayuan, kekhusyukan, kehinaan diri dan ketenangan. Dan terlepaslah dari kesombongan, kebusukan hati, dan kedengkian.

Maka dengan khauf nya jadilah kesusahan hati dan perhatian pada bahaya akibatnya. Sehingga ia tidak mengosongkan waktunya bagi yang lain. Dan tidak ada kesibukan selain murâqabah , muhâsabah , mujâhadah , dzikir dengan nafas dan perhatian, penyiksaan diri dari segala goresan, langkah dan kata-kata. Kuatnya murâqabah , muhâsabah , dan mujâhadah ini, tergantung pada kuatnya khauf yang menjadi kepedihan dan terbakarnya hati. Dan kuatnya khauf tergantung pada kuatnya ma’rifah dengan keagungan Allah, sifat-sifatNya dan af’al Nya. Serta mengetahui kekurangan diri dan marabahaya serta huru-hara yang dihadapinya.

Derajat khauf yang paling rendah yang nampak bekasnya dalam amal perbuatan adalah mencegah dari perbuatan-perbuatan yang terlarang. Pencegahan terhadap perbuatan-perbuatan terlarang tersebut apabila berhasil dinamakan wara’ . Apabila bertambah kuat, niscaya akan mencegah untuk mendekati hal-hal yang diharamkan dan juga yang diharamkan keharamannya. Yang demikian ini dinamakan takwa. Karena takwa adalah meninggalkan yang meragukan kepada yang tidak diragukan, dan kadang membawanya meninggalkan yang tidak ada apa-apa padanya karena takut ada apa-apa padanya. Dan ini disebut siddiq dalam taqwa. Apabila bercampur di dalamnya keikhlasan dalam pelayanan, maka ia tidak akan membangun apa yang tidak akan ditempatinya, tidak mengumpulkan apa yang tidak akan dimakannya, tidak berpaling kepada dunia yang diketahuinya bahwa dunia itu akan berpisah dengan dia. Dan tidak menyerahkan satu nafaspun dari nafas-nafasnya kepada selain Allah. Inilah yang disebut siddiq.

Jadi khauf membekas pada anggota badan dengan pencegahan dan penampilan dan terus diperbaharui dengan sebab-sebab pencegahan atau dinamakan ‘ iffah , yaitu pencegahan dari kehendak nafsu-syahwat. ‘ Iffah (terpeliharanya diri dari segala yang tidak baik) ini tercakup di dalam wara’ , wara’ lebih umum karena mencegah dari segala sesuatu yang dilarang ( mudarat ). Wara’ berada di dalam takwa yang mencegah dari semua yang dilarang dan syubhat , dan yang lebih tinggi lagi adalah siddiq dan muqarrab.

Jika menurut al-Ghazali khauf disebabkan ma’rifah kepada Allah dan sifat-sifatNya; takut karena banyaknya penganiayaan hamba dengan mengerjakan perbuatan-perbuatan maksiat; dan menurut pengetahuan akan kekurangan dirinya serta ma’rifah akan keagungan Allah dan Allah tidak memerlukan kepadanya. Menurut al-Tusi khauf karena murâqabah (menyaksikan dalam kedekatan dengan Allah sebagai tuan yang penuh dengan kewibawaan, keagungan ( haibah ) dan kekuasaannya), serta karena kehendak Allah atas seseorang yang dianugrahi sifat-sifat siddiq , hakikat yaqin dan khasyyah.

Tingkat-Tingkat Khauf


Khauf mempunyai tiga tingkatan, yaitu :

  • Singkat

    Khauf yang singkat adalah apabila sebabnya lenyap dari perasaan, hati kembali pada kelupaan. Inilah khauf yang singkat, sedikit faedahnya, yang lemah manfaatnya.

  • Sedang

    Khauf yang sedang dan pertengahan adalah yang terpuji. Khauf ini membawa kepada amal. Al-Fudail bin ‘Iyad berkata: “Apabila ditanyakan kepada engkau: ‘Apakah engkau takut kepada Allah?’ maka diamlah! Maka sesungguhnya jikalau Engkau menjawab ‘tidak’ niscaya engkau kufur. Dan jikalau engkau menjawab ‘ya’, niscaya engkau dusta.” Beliau mengisyaratkan bahwa khauf adalah mencegah anggota-anggota badan dari perbuatan-perbuatan maksiat. Dan mengikatnya dengan amalan-amalan ta’at. Apa yang tidak membekaskan pada anggota badan, maka itu kata hati dan gerakan gurisan di hati. Dan itu tidak dapat dinamakan khauf .

    Takut terpuji dengan dikaitkan pada kekurangan bani adam dan yang terpuji pada dirinya dan zatnya adalah ilmu, qudrah (kemampuan) dan setiap apa yang boleh disifatkan Allah Swt. dengan dia.

  • Sangat

    Khauf yang bersangatan adalah yang kuat dan melampaui batas kesedangan. Sehingga ia keluar pada putus asa dan hilang harapan. Dan ini termasuk tercela karena dapat mencegah amal. Sedangkan yang dimaksud dengan khauf adalah apa yang dimaksudkan dari cemeti. Yaitu membawa kepada amal perbuatan. Jika tidak dapat membawa kepada amal perbuatan, maka tidaklah sempurna khauf itu, karena hakikatnya tidak terpenuhi. Disebabkan tempat terjadinya kebodohan dan kelemahan.

    Kadang-kadang khauf keluar pula pada kesakitan dan kelemahan kepada kebimbangan, keheranan dan kehilangan akal. Kadang-kadang ia keluar kepada mati. Dan yang demikian ini adalah tercela, seperti pukulan yang membunuh anak kecil, dan cemeti yang membinasakan binatang kendaraan atau menyakitinya atau memecahkan salah satu anggota tubuhnya. Rasulullah Saw. menyebutkan sebab-sebab rajâ’ dan kebanyakan daripadanya, supaya dapat mengobatkan serangan takut yang bersangatan yang membawa kepada keputus-asaan atau salah satu dari hal-hal itu.

Khauf yang terjauh tingkatnya adalah yang membuahkan tingkat-tingkat orang siddiqin, yaitu tercabutnya zahir dan batin dari selain Allah, sehingga tidak tinggal kelapangan bagi selain Allah. Maka inilah tingkat terpuji yang tertinggi. Dan yang demikian diikuti konstannya sehat dan akal.

Tetapi. jika khauf yang dimiliki sudah melampaui hingga hilangnya akal dan kesehatan maka merupakan penyakit yang harus diobati.

Macam-macam Khauf


Khauf hanya dapat diyakini dengan menunggu yang tidak disukai. Sesuatu yang tidak disukai dibagi menjadi dua, adakalanya ia tidak disukai pada zatnya sendiri, dan ada kalanya ia tidak disukai karena membawa kepada yang tidak disukai. Tingkat orang-orang yang takut tergantung pada apa yang mengerasi atas hatinya hal-hal yang tidak disukai, yang ditakuti. Orang yang hatinya dikerasi dengan yang tidak disukai bukan dari zat itu, akan tetapi dari lainnya adalah seperti:

  • Orang yang keras ketakutannya pada mati sebelum taubat.

  • Ketakutan akan runtuhnya taubat dan ingkarnya janji.

  • Ketakutan akan lemahnya kekuatan untuk menepati dengan sempurna hak-hak Allah.

  • Ketakutan akan hilang kehalusan hati dan berganti dengan kekasaran.

  • Ketakutan berbelok dari istiqomah.

  • Ketakutan akan dikuasai kebiasaan mengikuti nafsu syahwat.

  • Ketakutan pada kesombongan disebabkan banyaknya nikmat Allah padanya.

  • Ketakutan pada kesibukan terhadap hal-hal lain yang membuatnya jauh dari Allah.

  • Ketakutan akan terperosok ke jalan yang salah disebabkan berturut- turutnya kedatangan nikmat.

  • Ketakutan tersingkapnya yang membahayakan ketaatannya, dimana nampak baginya apa yang tidak disangkanya dari Allah.

  • Ketakutan sifat-sifatnya yang tercela diikuti manusia, seperti umpatan, khianatan, tipuan dan menyembunyikan yang buruk.

  • Ketakutan pada apa yang tidak diketahuinya, bahwa itu akan datang pada sisa-sisa umurnya.

  • Ketakutan tersegeranya siksaan di dunia dan tersiarnya sebelum mati.

  • Ketakutan tertipu dengan keelokan-keelokan dunia.

  • Ketakutan dilihat oleh Allah rahasianya pada saat ia lalai.

  • Ketakutan akan su’ul khatimah.

Semua ketakutan di atas merupakan maqâm khauf orang-orang ‘ ârifin. Setiap ketakutan di atas mempunyai faedah khusus, yaitu menempuh jalan berhati-hati dari hal-hal yang membawa kepada apa yang ditakutinya.

Adapun orang yang takut terbagi menjadi dua golongan, yaitu :

  • Orang yang takut akan perbuatan maksiatnya dan penganiayaannya. Khauf ini dalam halaman keterpedayaan dan keamanan, jika ia rajin mengerjakan amalan taat. Khauf ini merupakan maqâm khauf orang- orang shaleh.

  • Orang yang takut akan Allah sendiri, karena sifatNya dan keagunganNya dan sifat-sifatNya yang menghendaki akan ketakutan hambaNya. Inilah tingkat tertinggi. Karena itu khauf kekal kepadaNya. Keberadaan khauf ini pada ketaatan orang-orang siddiqin dan orang-orang yang bertauhid ( al-muwahhidin ). Dan ini adalah buah ma’rifah kepada Allah.

Sedang al-Thusi, membagi khauf menjadi tiga macam, khauf ajillah, khauf ausât, dan khauf ‘âmmah.

  • Khauf ajillah sebagaimana firman Allah bahwa khauf disandingkan dengan iman, dalam surah Ali Imran ayat 175.

    Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman.

  • Khauf ausât muncul dari sebagian sifat makrifat, Imam Syibli saat ditanya tentang khauf ini ia menjawab, “Engkau takut jika dirimu tidak terselamatkan”.

  • Khauf ‘âmmah seperti firman Allah dalam surah an-Nur ayat 37.

    laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang.

    Mereka adalah orang yang takut karena kemurkaan dan siksa Allah. Hati mereka bergetar jika melakukan hal-hal yang membuat murka Tuhannya.

Untuk memahami khauf mengenai sifat-sifat Allah harus dengan contoh. Dan bagi Allah contoh yang tertinggi (al-masalu al-a’la). Siapa yang mengenal Allah, niscaya ia mengenal dengan penyaksian batiniyah, yang lebih kuat, lebih terpercaya dan yang lebih jelas daripada penyaksian zahiriyah.

Maqâm kedua orang yang takut adalah Ia mencontohkan pada dirinya apa yang tidak disukainya, seperti:

  • Sakaratul maut dan kesangatannya.

  • Pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir.

  • Azab kubur.

  • Huru-hara hari kebangkitan dari kubur.

  • Kehebatan tempat perhentian di hadapan Allah, malu terbuka aibnya yang tertutup, pertanyaan mengenai hal-hal kecil dan halus di tempat perhentian itu.

  • Takut dari titian ( al-sirat al-mustaqim ), ketajamannya dan bagaimana melaluinya.

  • Takut dari neraka, belenggunya, dan kehuru-haraannya.

  • Takut dari tidak memperoleh surga yang merupakan negeri kenikmatan dan kerajaan tempat tinggal dan takut dari kekurangan tingkat- tingkatnya.

  • Takut terhijab dari Allah.

Semua sebab-sebab tersebut tidak disukai pada sebab-sebab itu sendiri. Tingkat tertinggi dari sebab-sebab khauf itu adalah takut terhijab dari Allah, dan itu khauf nya orang-orang ‘ârifin .

Referensi :

  • Dr. M. ‘Utsman Najati, Al-Qur’ân wa ‘Ilmu al-Nafsi, terj. Ahmad Rofi’ ‘Usmani dengan judul al-Quran dan Ilmu Jiwa , (Bandung: Penerbit Pustaka, 1982).
  • Abdullah bin Ali As-Sarraj At-Tusi, Al-Luma’ fî Târîh At-Tasawuf Al-Islâmi , (Libanon: Dar Al-Qatab Al-Ilmiyah, 2007).
  • Al-Ghazali, Ihy â’ ‘Ulûm al-Dîn

Khauf merupakan maqam para pesuluk dan ahwal (pengalaman ruhani) para thalibin. Dinamakan “hal” selama bersifat sementara dan dapat hilang atau muncul kembali. Sedangkan dinamakan “maqam” jika telah teguh didalam hati.

Kata khauf berasal dari bahasa Arab terdiri dari tiga huruf, yaitu kha’, waw, fa’ yang berarti menunjukkan gentar dan terkejut. Kata khauf menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kata benda yang memiliki arti ketakutan atau kekhawatiran. Khawatir adalah kata sifat yang bermakna takut, gelisah, atau cemas terhadap sesuatu yang belum diketahui dengan pasti. Khauf artinya perasaan takut yang muncul terhadap sesuatu yang mencelakakan, berbahaya atau mengganggu. Jadi khauf secara bahasa adalah rasa khawatir atau takut terhadap sesuatu di masa depan yang belum diketahui dengan pasti dan dianggap membawa suatu bahaya atau keburukan.

Secara terminologi khauf merupakan suatu sikap mental yang merasa takut kepada Allah karena kurang sempurnanya suatu pengabdian seorang hamba. Menurut Qusyairiyah takut mempunyai arti yang berhubungan dengan masa yang akan datang, karena orang akan takut menghalalkan yang makruh dan meninggalkan yang sunah. Hal ini tidak begitu penting kecuali jika membawa dampak positif di masa depan. Jika sekarang hal itu muncul, maka pengertian takut tidak terkait.

Takut kepada Allah ialah takut kepada siksaan Allah baik di dunia maupun di akhirat.

Al-Falluji berpendapat bahwa khauf adalah suatu bentuk kegelisahan ketika seseorang memperkirakan sesuatu yang ia benci akan menimpanya. Senada dengan pendapat diatas, Muhammad Quraisy Shihab dalam tafsir Al-Misbah menjelaskan, khauf adalah keguncangan hati karena menduga akan adanya bahaya. Kata khauf digunakan untuk menandakan adanya perasaan tentang bahaya yang dapat mengancam, sehingga yang bersangkutan mencari cara atau jalan keluar untuk mengindari atau mengatasinya.

Ibn Qayyim al-Jauziyah menyatakan bahwa takut kepada Allah SWT itu hukumnya wajib. Karena takut kepada Allah itu dapat mengantarkan hamba untuk selalu beribadah kepada-Nya dengan penuh ketundukan dan kekhusyukan. Siapa yang tidak takut kepada-Nya, berarti ia seorang pendosa, pelaku maksiat. Karena tidak takut kepada Allah, koruptor semakin merajalela, semakin serakah, dan tidak lagi memiliki rasa malu.

Az-Zarkasy dalam al-Burhan al-Khauf adalah rasa takut yang ditimbulkan karena lemahnya pihak yang merasa takut, kendatipun pihak yang ditakuti itu hal yang sangat kecil.

Dalam tafsir al-Misbah oleh Quraisy Shihab, khauf merupakan tingkatan takut yang paling rendah, sedangkan tingkatan yang lebih tinggi lagi disebut khasyyah , yaitu takutnya orang-orang khusus yang disertai dengan ma’rifatullah, seperti nabi dan para ulama’.

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah Sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadanya. yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.” (Q.S Al-Bayyinah:7-8)

“Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.” (Q.S Al-Maidah:44)10

Jenis-jenis Khauf

Menurut al-Ghazali tidak semua rasa takut itu terpuji dan semakin banyak rasa takut seseorang itu baik. Anggapan seperti ini ditegaskan al- Ghazali sebagai kekeliruan. Karena khauf yang sesungguhnya adalah ”cambuk Allah” yang menggiring seorang hamba untuk lebih giat dalam beribadah untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah, dan tanpa itu, maka khauf pun tidak akan sempurna keberadaannya.

Adapun jenis-jenis khauf adalah sebagai berikut :

  • Khouf thabi’i. Khouf thabi’i seperti halnya orang takut hewan buas, takut api, takut tenggelam, maka rasa takut semacam ini tidak membuat orangnya dicela akan tetapi apabila rasa takut ini menjadi sebab dia meninggalkan kewajiban atau melakukan yang diharamkan maka hal itu haram.

  • Khouf ibadah. Khouf ibadah adalah seseorang merasa takut kepada sesuatu sehingga membuatnya tunduk beribadah kepadanya maka yang seperti ini tidak boleh ada kecuali ditujukan kepada Allah ta’ala. Adapun menujukannya kepada selain Allah adalah syirik akbar.

  • Khouf sirr. Khouf sirr seperti halnya orang takut kepada penghuni kubur atau wali yang berada di kejauhan serta tidak bisa mendatangkan pengaruh baginya akan tetapi dia merasa takut kepadanya maka para ulama pun menyebutnya sebagai bagian dari syirik.|

Menurut Al-Ghazai dalam kitabnya Ihya’ Ulumuddin membagi khauf dalam tiga macam, yaitu:

  • Khauf al-awam, yaitu takutnya orang awam terhadap hukuman dan keterlambatan pahala.

  • Khauf al-khashah, yaitu takutnya orang khusus atas keterlambatan teguran dari Allah kepadanya.

  • Khauf khashah al-khashah, yaitu takutnya orang yang paling khusus yang takut akan ketertutupan dengan nampaknya keburukan budi pekerti.

Sebab-sebab Khauf

Diantara sebab-sebab timbulnya rasa Khauf terhadap Allah swt adalah :

  • Pernah melakukan dosa dan mengingat dosa-dosanya
  • Khawatir melakukan kesembronoan dalam menunaikan kewajiban
  • Mengkhawatirkan sesuatu yang belum pasti terjadi, atau sesuatu yang tidak dikehendaki terjadi
  • Mengagungkan Allah dan merenungi kalam Allah
  • Takut kepada adzab dan Dzat Allah
  • Memikirkan tentang datangnya hari kiamat
  • Mendengar nasihat-nasihat atau khutbah agama
  • Mempelajari ilmu tentang Allah, asma Allah, sifat-sifat Allah, kalam- Nya, dan sabda Rasul

Sedangakan sebab-sebab khauf menurut Imam al-Ghazali, ialah sebagai berikut:

  • Disebabkan ma’rifah kepada Allah dan sifat-sifat-Nya.

  • Takut karena banyaknya penganiayaan hamba dengan mengerjakan perbuatan-perbuatan maksiat.

  • Menurut pengetahuan akan kekurangan dirinya dan ma’rifah akan keagungan Allah dan Allah tidak memerlukan kepadanya. Dan ma’rifah itu di atas ketakutannya. Maka, manusia yang paling takut kepada Tuhannya adalah mereka yang lebih mengenal akan dirinya dan Tuhannya.

Tanda-tanda khauf

Seperti yang dikatakan oleh seorang Faqih, yaitu Abu Laits bahwa tanda-tanda khauf pada seorang hamba yaitu:

  • Lisan yang tidak berbohong, tidak mengghibah, tetap melanggengkan dzikir kepada Allah, membaca Al-Qur’an, dan mempelajari ilmu pengetahuan.

  • Hatinya bersih dari hasad dan dengki

  • Penglihatannya tidak pernah digunakan untuk melihat hal-hal yang haram

  • Perutnya tidak dimasuki makanan-makanan yang haram

  • Tangannya tidak melakukan hal-hal yang haram dan menyakiti makhluk lain, melainkan digunakan untuk melaksanakan ketaatan kepada Allah SWT

  • Kakinya tidak digunakan untuk kemaksiatan, melainkan digunakan dalam beribadah kepada Allah

  • Ketaatannya murni karena Allah swt

Referensi :

  • Al-Ghazali, Mutiara Ihya Ulumuddin: Ringkasan Yang Ditulis Sendiri Oleh Sang Hujjatul Islam , Terj. Irwan Kurniawan, (Bandung: Mizan Pustaka, 2008)
  • Abul Qasim Abdul Karim Hawazin Al Qusyairi An Naisaburi, Risalah Qusyairiyah Sumber Kajian Ilmu Tasawuf , Terj.Ma’ruf Zariq Dan Ali Abdul Hamid Balthajy,(Jakarta: Pustaka Amani, 2002).
  • Abu Hamid Al-Ghazali, Mukasyafatul Qulub, (ad-Darul Hadits).