Apa yang dimaksud dengan insomnia atau sulit tidur ?

Insomnia

Insomnia merupakan gangguan tidur yang ditandai dengan kesulitan dalam memulai atau mempertahankan tidur dan atau tidur yang non-restoratif disertai penurunan waktu tidur. Insomnia merupakan kesulitan memulai, memelihara tidur atau tidur non-restoratif yang disertai berkurangnya fungsi sehari-hari seperti kelelahan, ngantuk di siang hari, gangguan suasana hati, mudah marah, berkurangnya motivasi, energi dan perhatian, konsentrasi menurun, gangguan memori yang terjadi minimal selama empat minggu. Insomnia sering juga disebabkan oleh suatu kondisi penyakit atau masalah psikologis.

Apa yang dimaksud dengan insomnia atau sulit tidur ?

Insomnia merupakan jenis penyakit gangguan tidur. Menurut DSM-IV dari American Psychiatric Association, ada dua kriteria utama dalam mendiagnosis gangguan tidur, yaitu :

  1. Gangguan tidur terjadi selama lebih dari 1 bulan;
  2. Gangguan tidur menimbulkan rasa gelisah, kelelahan, dan kekhawatiran atau menurunkan fungsi dan peran kerja.

Di sisi lain, ICD-10 dari Organisasi Kesehatan Dunia mendefinisikan insomnia sebagai berikut:

  • Kesulitan untuk tidur dan tetap tidur serta kualitas tidur yang tidak memadai Gangguan tidur terjadi minimal 3 malam per minggu dan, bertahan setidaknya 1 bulan

  • Berpikir tentang efek insomnia sepanjang hari

  • Gangguan tidur menimbulkan stres dan memengaruhi hidup sehari-hari penderitanya

Para peneliti dan penelitian yang berbeda mendefinisikan insomnia dengan cara yang berbeda-beda. Insomnia bisa dikategorikan secara luas menjadi 4 jenis:

  • Kesulitan untuk mulai tidur
    Penderita mengalami kesulitan untuk tidur saat berada di tempat tidur dan membutuhkan waktu lebih dari 30 menit untuk mulai tidur. Penderita akan merasa cemas, gelisah, dan khawatir terhadap sekelilingnya. Hal ini biasa terjadi pada orang yang mengalami gangguan kecemasan.

  • Kesulitan untuk tetap tidur
    Penderita tidak bisa tidur lelap dan seringkali terbangun. Tidak merasa segar setelah tidur. Penderita masih merasa lelah saat bangun tidur, seolah tidak tidur malam sebelumnya.

  • Bangun pagi terlalu awal
    Penderita terbangun 1 hingga 2 jam lebih awal dari waktu bangun biasanya dan tidak bisa tidur lagi. Fenomena ini terjadi lebih dari 3 malam per minggu dan penderitanya merasa lelah, mengantuk, suasana hati yang buruk, dan mudah tersinggung pada siang hari. Hal ini biasa terjadi pada penderita depresi endogen.

Penyebab insomnia


Terdapat dua penyebab utama insomnia: Insomnia primer dan insomnia sekunder. Penyebab insomnia sekunder mencakup: gangguan mental dan suasana hati, penyakit fisik, penyalahgunaan obat, dan gangguan tidur lainnya. Penelitian menunjukkan bahwa prevalensi insomnia meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Bagi orang yang berusia 70 tahun atau lebih, tingkat insomnia bisa mencapai 35%. Insomnia lebih banyak terjadi pada wanita daripada pada pria.

Efek dari insomnia


Insomnia sesekali tidak akan menyebabkan gangguan signifikan bagi tubuh. Namun, jika insomnia tetap terjadi, gangguan tidur ini bisa memberikan dampak buruk pada kesehatan fisik dan psikologis penderitanya. Hal ini bisa memengaruhi kualitas hidup, fungsi kognitif, memori, dan fungsi kerja penderitanya dan bisa memberikan beban sosioekonomi yang signifikan bagi masyarakat.

Mengatasi Insomnia


Salah satu cara untuk mengatasi Insomnia adalah dengan melakukan higienitas tidur, yaitu :

  • Pergi tidur dan bangun secara teratur

  • Kurangi waktu yang dihabiskan untuk tidur/istirahat di siang hari

  • Lebih sering berolahraga, namun hindari olahraga yang berat sebelum tidur Lingkungan tidur yang nyaman, termasuk seprai dan bantal yang nyaman, lingkungan yang tenang dan redup, suhu ruangan yang memadai sangatlah penting untuk tidur

  • Minum secangkir susu hangat bisa membantu untuk mempermudah tidur

  • Hindari merasa terlalu lapar atau terlalu kenyang sebelum tidur Hindari minum terlalu banyak air dan hindari minum kopi atau teh atau minuman beralkohol sebelum tidur

  • Aktivitas yang santai, termasuk mendengarkan alunan musik, membaca buku, melakukan olahraga relaksasi, dan mandi air hangat bisa membantu untuk mempermudah tidur

  • Bila tidak tidur, jangan berbaring di tempat tidur

  • Jika mengalami hal-hal atau masalah yang belum terselesaikan sebelum tidur, jangan memikirkannya secara berulang-ulang. Pertimbangkan untuk menuliskan semua hal dan mengatur waktu untuk melakukannya lagi esok hari

  • Matikan lampu saat tidur

  • Jangan membaca, menonton televisi, mendengarkan musik saat berada di tempat tidur

  • Jika tidak bisa tidur setelah 20 menit berbaring di tempat tidur, bangunlah dan cobalah untuk berbaring lagi jika Anda merasa mengantuk lagi

  • Ulangi langkah di atas jika Anda terbangun selama lebih dari 20 menit di waktu tengah malam

  • Terlepas dari kualitas tidur di malam sebelumnya, bangunlah keesokan paginya di jam tertentu yang sudah ditetapkan

  • Hindari tidur di siang hari

Jika metode di atas (higienitas tidur) tidak bisa membantu Anda untuk tidur nyenyak, Anda mungkin perlu berkonsultasi dengan dokter.

Insomnia merupakan suatu persepsi dimana seseorang merasa tidak cukup tidur atau merasakan kualitas tidur yang buruk walaupun orang tersebut sebenarnya memiliki kesempatan tidur yang cukup, sehingga mengakibatkan perasaan yang tidak bugar sewaktu atau setelah terbangun dari tidur.

Sebenarnya insomnia bukan merupakan suatu penyakit. Terkadang insomnia hanya merupakan manifestasi dari suatu kondisi fisik seperti kelelahan yang menumpuk karena kurangnya tidur dalam jangka lama atau gejala dari ketidakseimbangan emosional yang sedang dialami seseorang.

Penderita insomnia berbeda dengan orang yang memang waktu tidurnya pendek (short sleepers), dimana pada short sleepers meskipun waktu tidur mereka pendek, mereka tetap merasa bugar sewaktu bangun tidur, berfungsi secara normal di siang hari, dan mereka tidak mengeluh tentang tidur mereka di malam hari.

insomnia

Jenis Insomnia


Berdasarkan waktu terjadinya, insomnia dibagi menjadi 3 tipe, yaitu:

  • Transient insomnia : insomnia yang berhubungan dengan kejadian-kejadian tertentu yang berlangsung sementara dan biasanya menimbulkan stress dan dapat dikenali dengan mudah oleh pasien sendiri. Diagnosis transient insomnia biasanya dibuat setelah keluhan pasien sudah hilang. Keluhan ini kurang lebih ditemukan sama pada pria dan wanita dan episode berulang juga cukup sering ditemukan, faktor yang memicu antara lain akibat lingkungan tidur yang berbeda, gangguan irama sirkadian sementara akibat jet lag atau rotasi waktu kerja, stress situasional akibat lingkungan kerja baru, dan lain- lainnya. Transient insomnia biasanya tidak memerlukan terapi khusus dan jarang membawa pasien ke dokter.

  • Short-term insomnia : Berlangsung kurang dari 3 minggu dan biasanya disebabkan oleh kejadian-kejadian stress yang lebih persisten, seperti kematian salah satu anggota keluarga.

  • Cyclical insomnia ( recurrent insomnia ): Kondisi ini lebih jarang daripada transient insomnia. Kondisi ini terjadi akibat ketidakseimbangan antara tidur dan bangun. Ketidakseimbangan ini dapat terjadi sementara ataupun seumur hidup. Kejadian berulang ini bisa terjadi akibat perubahan fisiologis seperti siklus premenstrual ataupun perubahan psikologik seperti manik depresif, anorexia nervosa, atau kambuhnya perubahan perilaku tertentu seperti kecanduan obat, dan lain sebagainya.

  • Chronic insomnia ( persistent insomnia ) : Berlangsung lebih dari 3 malam setiap minggunya yang terus berlangsung selama lebih dari satu bulan. Dibagi menjadi 2, yaitu insomnia primer dan sekunder.

Dilihat dari sisi etiologi, terdapat 2 macam insomnia, yaitu:

  • Insomnia primer. Pada insomia primer, terjadi hyperarousal state dimana terjadi aktivitas ascending reticular activating system yang berlebihan . Pasien bisa tidur tapi tidak merasa tidur. Masa tidur REM sangat kurang, sedangkan masa tidur NREM cukup, periode tidur berkurang dan terbangun lebih sering. Insomnia primer ini tidak berhubungan dengan kondisi kejiwaan, masalah neurologi, masalah medis lainnya, ataupun penggunaan obat-obat tertentu. Istilah ini ditujukan bagi gangguan tidur yang muncul begitu saja tanpa ada latar belakang suatu kondisi yang spesifik, yang biasanya akibat dari ketidakmampuan untuk menyesuaikan diri dengan pola tidur yang baik.

  • Insomnia sekunder. Insomnia sekunder merupakan gangguan tidur yang disebabkan karena gangguan irama sirkadian, kejiwaan, masalah neurologi atau masalah medis lainnya, atau reaksi obat. Insomnia ini sangat sering terjadi pada orang tua. Insomnia ini bisa terjadi karena psikoneurotik dan penyakit organik. Pada orang dengan insomnia karena psikoneurosis, sering didapatkan keluhan-keluhan non organik seperti sakit kepala, kembung, badan pegal yang mengganggu tidur. Keadaan ini akan lebih parah jika orang tersebut mengalami ketegangan karena persoalan hidup. Pada insomnia sekunder karena penyakit organik, pasien tidak bisa tidur atau kontinuitas tidurnya terganggu karena nyeri organik, misalnya penderita arthritis yang mudah terbangun karena nyeri yang timbul karena perubahan sikap tubuh.

Faktor Risiko


Terdapat beberapa faktor risiko insomnia, yaitu:

  • Emosi. Transient dan recurrent insomnia biasanya disebabkan oleh gangguan emosi. Memendam kemarahan, cemas, ataupun depresi bisa menyebabkan insomnia.

  • Kebiasaan. Penggunaan kafein, alkohol yang berlebihan, tidur yang berlebihan, merokok sebelum tidur dan stress kronik bisa menyebabkan insomnia.

  • Faktor lingkungan seperti bising, suhu yang ekstrim, dan perubahan lingkungan atau jet lag bisa menyebabkan transient dan recurrent insomnia.

  • Usia di atas 50 tahun

  • Jenis kelamin. Insomnia lebih banyak menyerang wanita (20-50% lebih tinggi daripada pria). Wanita lebih sering menderita insomnia karena siklus mentruasinya. 50% wanita dilaporkan menderita kembung yang mengganggu tidurnya 2-3 hari di setiap siklusnya. Peningkatan kadar progesteron menyebabkan rasa lelah pada awal siklus.

  • Episode insomnia sebelumnya.

  • Penyakit kronis yang menyebabkan nyeri (misalnya arthritis), terbatasnya pergerakan (misalnya Parkinson), atau kesulitan bernapas (misalnya COPD).

Gejala Insomnia


Gejala Insomnia

Manifestasi insomnia bisa berupa :

  • Kesulitan untuk jatuh tertidur pada waktu yang normal ( initial insomnia ) Didefinisikan sebagai kesulitan tertidur yang lebih dari 30 menit. Biasanya disebabkan karena tingkat kesadaran yang tinggi yang berhubungan dengan anxietas atau faktor lain.

  • Kesulitan untuk mempertahankan tidur / sering terbangun dari tidur lalu sulit tertidur kembali. Keadaan ini bisa muncul secara ireguler dalam 1 malam atau muncul pada waktu-waktu tertentu, seperti selama fase tidur REM.

  • Terbangun lebih cepat di pagi hari. ( terminal insomnia )

  • Kondisi ini cukup seirng ditemukan pada orang tua. Merasa tetap lelah dan mengantuk meskipun durasi tidur sudah cukup. Merasa cemas jika sudah mendekati waktu tidur. paling tidak meliputi satu atau lebih dari gejala berikut: terasa letih atau mengantuk di waktu siang menyebabkan kerap tidur di siang hari; gangguan atensi atau perhatian, konsentrasi atau memori; gangguan mood, iritabilita atau sensitif; kurang energi atau motivasi; sakit kepala atau gangguan pencernaan.

Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders-IV (DSM-IV), menunjukkan beberapa gejala dimana seseorang didiagnosis menderita insomnia karena faktor psikologis yaitu:

  • Kesulitan untuk memulai, mempertahankan tidur, dan tidak dapat memperbaiki tidur selama sekurangnya satu bulan merupakan keluahan yang palingbanyakterjadi.

  • Insomnia ini menyebabkan penderita menjadi stres sehingga dapat mengganggu fungsi sosial, pekerjaan atau area fungsi penting yang lain.

  • Insomnia karena faktor psikologis ini bukan termasuk narkolepsi, gangguan tidur yang berhubungan dengan pernafasan, gangguan ritme sirkadian atauparasomnia.

  • Insomnia karena faktor psikologis tidak terjadi karena gangguan mental lain seperti gangguan depresi, delirium.

  • Insomnia karena faktor psikologis tidak terjadi karena efek fisiologis yang langsung dari suatu zat seperti penyalahgunaan obat atau kondisi medis yang umum.

Dampak Insomnia


Dampak Insomnia

Insomnia dapat memberi efek pada kehidupan seseorang, antara lain :

  • Efek fisiologis. Karena kebanyakan insomnia diakibatkan oleh stress, terdapat peningkatan noradrenalin serum, peningkatan ACTH dan kortisol, juga penurunan produksi melatonin.

  • Efek psikologis. Dapat berupa gangguan memori, gangguan berkonsentrasi , irritable, kehilangan motivasi, depresi, dan sebagainya.

  • Efek fisik/somatik. Dapat berupa kelelahan, nyeri otot, hipertensi, dan sebagainya.

  • Efek sosial. Dapat berupa kualitas hidup yang terganggu, seperti susah mendapat promosi pada lingkungan kerjanya, kurang bisa menikmati hubungan sosial dan keluarga.

  • Kematian. Orang yang tidur kurang dari 5 jam semalam memiliki angka harapan hidup lebih sedikit dari orang yang tidur 7-8 jam semalam. Hal ini mungkin disebabkan karena penyakit yang menginduksi insomnia yang memperpendek angka harapan hidup atau karena high arousal state yang terdapat pada insomnia mempertinggi angka mortalitas atau mengurangi kemungkinan sembuh dari penyakit. Selain itu, orang yang menderita insomnia memiliki kemungkinan 2 kali lebih besar untuk mengalami kecelakaan lalu lintas jika dibandingkan dengan orang normal.

Sumber : Nurzakiah binti Zaini, Apa itu insomnia, SMF Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Insomnia merupakan gangguan tidur yang paling sering dikeluhkan karena dapat mempengaruhi pekerjaan, aktivitas sosial dan kesehatan penderitanya.

Iskandar dan Setyonegoro (1985) mengemukakan bahwa

Insomnia adalah sekumpulan kondisi yang mengganggu karena kesulitan untuk tidur atau tetap mempertahankan tidur atau bangun lebih dini sehingga hasil akhirnya tidak mendapat jumlah yang cukup atau kualitas yang baik dari tidur. Insomnia merupakan salah satu gejala dari penyakit gangguan psikiatrik berat (psikosis), gangguan penyalahgunaan obat, gangguan penyakit medik, atau keluhan normal dari orang normal yang dinamakan transient insomnia.

Menurut Hoeve (1992)

Insomnia merupakan keadaan tidak dapat tidur atau terganggunya pola tidur. Orang yang bersangkutan mungkin tidak dapat tidur, sukar untuk jatuh tidur, atau mudah terbangun dan kemudian tidak dapat tidur lagi.

Kaplan dan Sadock (1997) juga mengemukakan bahwa

Insomnia adalah kesukaran dalam memulai atau mempertahankan tidur. Keadaan ini adalah keluhan tidur yang paling sering. Insomnia mungkin sementara atau persisten. Periode singkat insomnia paling sering berhubungan dengan kecemasan atau dalam menghadapi pengalaman yang menimbulkan kecemasan.

Susilo dan Wulandari (2011) menjelaskan bahwa insomnia adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami kesulitan tidur, terutama tidur malam hari dan merasa tidak cukup atau meraskan kualitas tidur yang buruk, walaupun mempunyai kesempatan tidur yang cukup ini akan mengakibatkan perasan tidak bugar setelah bangun dari tidur.

Insomnia dapat berupa kesulitan untuk tidur atau kesulitan untuk tetap tertidur. Bahkan seseorang yang terbangun dari tidur, tetapi merasa belum cukup tidur dapat disebut mengalami insomnia. Dengan demikian, insomnia merupakan ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan tidur baik secara kualitas maupun kuantitas (Asmadi, 2008).

Faktor Penyebab Insomnia


Menurut Potter & Perry (2006) penyebab insomnia mencakup :

  1. Faktor Psikologi
    Stres emosional menyebabkan seseorang menjadi tegang dan seringkali mengarah frustasi apabila tidak tidur. Stres juga menyebabkan seseorang mencoba terlalu keras untus tidur, sering terbangun selama siklus tidur, atau terlalu banyak tidur.

  2. Penyakit Fisik
    Sesak nafas pada orang yang terserang asma, hipertensi, penyakit jantung koroner sering dikarakteristikkan dengan episode nyeri dada yang tiba-tiba dan denyut jantung yang teratur.

  3. Faktor Lingkungan
    Lingkungan yang bising, tempat tidur yang kurang nyaman, tingkat cahaya dan suhu yang terlalu ekstrim dapat menjadi faktor penyebab susah tidur.

  4. Gaya Hidup
    Alkohol, rokok, kopi, obat penurun berat badan, jam kerja yang tidak teratur, juga dapat menjadi faktor penyebab sulit tidur.

  5. Pengobatan Medis
    Banyak sekali obat-obat yang membuat susah tidur. Obat-obatan tersebut menyebabkan insomnia ketika dikonsumsi mendekati waktu tidur atau ketika dosisnya ditingkatkan.

Ada empat penyebab insomnia menurut Junaidi (2007), yaitu:

  1. Predisposisi psikologis dan biologis
    Kedua faktor tersebut kadangkala menyatu menjadi bentuk psikosomtis, yakni persoalan psikologis berdampak terhadap biologis dan sebaliknya.

  2. Penggunaan obat-obatan dan alkohol
    Banyak orang yang menganggap bahwa obat-obatan tidak mungkin membuat mereka kesulitan untuk tidur. Justru sebaliknya, sebagian besar dari obat-obatan tersebut bisa menyebabkan kantuk.

  3. Lingkungan yang mengganggu
    Yang dimaksud lingkungan di sini mencakup dua hal :

    • Lingkungan tempat tinggal. Bagaimana masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan yang tenang dan tenteram, lingkunga tidak pernah jadi masalah serius yang bisa mengganggu kenikmatan beristirahat.

    • Situasi di dalam rumah. Tinggal di rumah yang luas dengan ruangan tidur privat tentu sangat berbeda dengan mendiami rumah sempit yang dihuni oleh banyak orang, sehingga tidak menyisakan ruang tidur yang benar-benar nyaman.

  4. Kebiasaan buruk
    Pecandu rokok dan penikmat kopi, berarti kedua hal tersebut bisa dikategorikan sebagai kebiasaan buruk yang menyebabkan seseorang sulit tidur.

Cara mengobati Insomnia


Menurut Sudarno (2009), cara pengobatannya (supaya bisa tidur):

  1. Pijat kaki kanan dan kiri secara bergantian, mulai dari lutut sampai telapak kaki, terutama celah-celah tulang kering dan tulang betis kurang lebih 10 menit.

  2. Berdiri dengan posisi tegak dan kaki setengah dilipat. Lakukan sampai seseorang mengeluarkan banyak keringat. Kemudian minum 1 gelas air putih hangat.

Menurt Asmadi (2008), ada beberapa tindakan atau upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi insomnia yaitu :

  1. Memakan makanan berprotein tinggi sebelum tidur, seperti keju atau susu.

  2. Usahakan agar selalu beranjak tidur pada waktu yang sama

  3. Hindari tidur di waktu siang atau sore hari

  4. Berusaha untuk tidur hanya apabila merasa benar-benar kantuk dan tidak pada waktu kesadaran penuh

  5. Hindari kegiatan-kegiatan yang membangkitkan minat sebelum tidur

  6. Lakukan latihan-latihan gerak badan setiap hari, tetapi tidak menjelang tidur

  7. Gunakan teknik-teknik pelepasan otot-otot serta meditasi berusaha untuk tidur.

Insomnia adalah kondisi yang menggambarkan dimana seseorang kesulitan untuk tidur. Kondisi ini bisa meliputi kesulitan tidur, masalah tidur, sering terbangun di malam hari, dan bangun terlalu pagi. Kondisi ini mengakibatkan perasaan tidak segar pada siang hari dan kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari – hari dan tidak tercukupinya kebutuhan tidur yang baik (Respir, 2014).

Dalam kesehatan kondisi tidur yang baik itu biasanya berlangsung sekitar 6 hingga 9 jam. Jumlah tidur yang seseorang butuhkan adalah yang cukup bagi seseorang untuk membangkitkan perasaan segar dan dapat beraktivitas secara optimal di siang hari. Dan jumlah tidur pada seseorang lebih banyak berubah ketika akan beranjak dewasa(Driver et al., 2012).

Etiologi dan Patofisiologi

Tidur merupakan suatu ritme biologis yang bekerja 24 jam yang bertujuan untuk mengembalikan stamina untuk kembali beraktivitas. Tidur dan terbangun diatur oleh batang otak, thalamus, hypothalamus dan beberapa neurohormon dan neurotransmitter juga dihubungkan dengan tidur. Hasil yang diproduksi oleh mekanisme serebral dalam batang otak yaitu serotonin. Serotonin ini merupakan neurotransmitter yang berperan sangat penting dalam menginduksi rasa kantuk, juga sebagai medula kerja otak(Guyton & Hall, 2008).

Dalam tubuh serotonin diubah menjadi melatonin yang merupakan hormone katekolamin yang diproduksi secara alami oleh tubuh.Adanya lesi pada pusat pengatur tidur di hypothalamus juga dapat mengakibatkan keadaan siaga tidur. Katekolamin yang dilepaskan akan menghasilkan hormone norepineprin yang akan merangsang otak untuk melakukan peningkatan aktivitas. Stress juga merupakan salah satu faktor pemicu, dimana dalam keadaan stress atau cemas, kadar hormone katekolamin akan meningkat dalam darah yang akan merangsang sistem saraf simpatetik sehingga seseorang akan terus terjaga (Perry, dalamIswari & Wahyuni, 2013).

Klasifikasi Insomnia

  1. Insomnia Akut
    Insomnia akut sering dijumpai dan sebagian besar individu sering mengalami insomnia akut ini, dimana insomnia ini ditandai dengan keadaan stress terhadap pekerjaan maupun masalah hidup atau gagal ujian, tetapi tidak disertai komplikasi yang dapat mengganggu aktivitas sehari – hari.

  2. Insomnia Kronik
    Insomnia kronik yaitu insomnia yang dapat mengganggu kualitas hidup, gangguan mental maupun fisik.Dimana penderita insomnia kronik ini rawan mengalami kecelakaan akibat dari insomnia yang mengganggu aktivitas sehari–hari.

  3. Salah Persepsi Keadaan Tidur (Misperception Sleep State)
    Penderita insomnia banyak yang mempunyai persepsi yang buruk terhadap lamanya kualitas tidur. Dimana persepsi yang muncul pada diri mereka yaitu kualitas tidur selama 3 – 4 jam semalam (Imadudin, 2012).

Komplikasi Insomnia

Komplikasi akibat dari insomnia dapat mempengaruhi fungsi otak yang tepat. Otak menggunakan tidur sebagai proses aktif dimana pada saat seseorang tidur otak akan melatih semua sel saraf dengan melewatkan sinyal aktivitas listrik melalui semua sel saraf. Ketika sel saraf otak tidak mendapatkan jumlah tidur yang cukup maka kerja fungsi otak dalam hal menyimpan atau mengambil informasi dan kemampuan untuk mentoleransi situasi stress dan berfungsi pada tingkat yang lebih tinggi dapat terganggu dan tidak optimal (Driver et al., 2012).

Pengertian insomnia mencakup banyak hal. Insomnia dapat berupa kesulitan untuk tidur atau kesulitan untuk tetap tertidur. Seseorang terbangun dari tidur tetapi merasa belum cukup tidurdapat disebut mengalami insomnia. Insomnia merupakan ketidakmampuan untuk mempertahankan tidur atau keadaan sering terjaga dari tidur baik secara kualitas maupun kuantitas. Insomnia bukan berarti sama sekali seseorang tidak dapat tidur atau kurang tidur karena orang yang menderita insomnia sering dapat tidur lebih lama dari yang mereka perkirakan, tetapi kualitasnya kurang.

Insomnia adalah ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik secara kualitas maupun kuantitas. Gangguan tidur ini umumnya ditemui pada individu dewasa.20 Insomnia primer adalah insomnia persisten, yang terjadi selama paling sedikit satu bulan dan tidak ada sebab yang jelas.

Jenis-jenis Insomnia

Insomnia dibagi menjadi 3 macam, yaitu:

  • Insomnia inisial. Kesulitan untuk memulai tidur.

  • Insomnia intermiten. Merupakan ketidakmampuan untuk tetap mempertahankan tidur sebab sering terbangun.

  • Insomnia terminal. Bangun lebih awal tetapi sulit untuk tertidur kembali.

Faktor Penyebab Insomnia

Faktor faktor yang menyebabkan seseorang mengalami insomnia diantaranya adalah rasa nyeri, kecemasan, ketakutan, tekanan jiwa, dan kondisi yang tidak menunjang untuk tidur. Perawat dapat membantu klien mengatasi insomnia melalui pendidikan kesehatan, menciptakan lingkungan yang nyaman, melatih klien relaksasi, dan tindakan lainnya. Secara garis besarnya, faktor-faktor penyebab insomnia yaitu:

  • Stres atau kecemasan
    Didera kegelisahan yang dalam, biasanya karena memikirkan permasalahan yang sedang dihadapi.

  • Depresi
    Depresi selain menyebabkan insomnia, depresi juga bisa menimbulkan keinginan untuk tidur terus sepanjang waktu karena ingin melepaskan diri dari masalah yang dihadapi. Depresi bisa menyebabkan insomnia dan sebaliknya insomnia menyebabkan depresi.

  • Kelainan-kelainan kronis
    Kelainan tidur (seperti tidur apnea), diabetes, sakit ginjal, artritis, atau peyakit yang mendadak seringkali menyebabkan kesulitan tidur

  • Efek samping pengobatan
    Pengobatan untuk suatu penyakit juga dapat menjadi penyebab insomnia.

  • Pola makan yang buruk
    Mengonsumsi makanan berat saat sebelum tidur bisa menyulitkan untuk tertidur.

  • Kafein, Nikotin, dan Alkohol
    Kafein dan nikotin adalah zat stimulan. Alkohol dapat mengacaukan pola tidur.

  • Kurang olahraga
    Kurang olahraga juga dapat menjadi faktor sulit tidur yang signifikan.

Penyebab lainnya bisa berkaitan dengan kondisi-kondisi spesifik, seperti:

  • Usia lanjut (insomnia lebih sering terjadi pada orang berusia diatas 60 tahun).
  • Wanita hamil
  • Riwayat depresi/penurunan

Insomnia ringan atau hanya sementara biasanya dipicu oleh:

  • Stres
  • Suasana yang ramai
  • Perbedaan suhu udara
  • Perubahan lingkungan sekitar
  • Masalah jadwal tidur dan bangun tidur yang tidak teratur
  • Efek samping pengobatan

Insomnia kronis lebih kompleks dan seringkali diakibatkan faktor gabungan, termasuk yang mendasari fisik atau penyakit mental. Insomnia kronis dapat disebabkan oleh faktor perilaku, termasuk penyalahunaan kafein, alkohol, atau obat-obat berbahaya lainnya.

Penatalaksanaan Umum pada Insomnia

  • Singkirkan atau terapi sindrom-sindrom yang spesifik

  • Latih kebiasaan tidur yang baik. Pertahankan waktu tidur yang teratur, gunakan kamar tidur hanya untuk tidur. Jaga agar ruangan gelap, tenang, dan dingin. Kembangkan suatu ritual tidur sekitar satu jam sebelum tidur. Bangun pada waktu yang sama setiap pagi. Olahraga yang teratur pada siang hari, tetapi tidak dilakukan setelah makan malam. Hindari aktivitas mental yang terlampau bersemangat pada saat menjelang malam.

  • Berikan dukungan dan penghiburan. Lakukan psikoterapi, jika diperlukan. Cobalah teknik relaksasi: relaksasi progresif, biofeedback, self-hypnosis, meditasi dan lain-lain. Tekankan kepekaan akan kontrol diri.

  • Gunakan sedatif-hipnotik hanya untuk waktu yang terbatas. Sebagian besar obat hipnotik menjadi tidak efektif lagi setelah 2 minggu jika digunakan pada malam hari.

Tindakan atau upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi insomnia bisa juga dilakukan dengan cara berikut:

  • Memakan makanan berprotein tinggi sebelum tidur, seperti keju atau susu. Tripofan yang merupakan suatu asam amino dari protein yang dicerna, dapat membantu agar mudah tidur.

  • Usahakan agar selalu beranjak tidur pada waktu yang sama.

  • Hindari tidur diwaktu siang atau sore hari.

  • Berusaha untuk tidur hanya apabila merasa benar-benar kantuk dan tidak pada waktu kesadaran penuh.

  • Hindari kegiatan-kegiatan yang membangkitkan minat sebelum tidur.

  • Lakukan latihan-latihan gerak badan setiap hari, tetapi tidak menjelang tidur.

  • Gunakan teknik-teknik pelepasan otot-otot serta meditasi sebelum berusaha untuk tidur.

Referensi

http://eprints.undip.ac.id/33160/2/BAB_2.pdf

Insomnia adalah gejala atau gangguan dalam tidur, dapat berupa kesulitan berulang untuk mencapai tidur, atau mempertahankan tidur yang optimal, atau kualitas tidur yang buruk. Pada kebanyakan kasus, gangguan tidur adalah salah satu gejala dari gangguan lainnya, baik mental (psikiatrik) atau fisik.

Secara umum lebih baik membuat diagnosis gangguan tidur yang spesifik bersamaan dengan diagnosis lain yang relevan untuk menjelaskan secara kuat psikopatologi dan atau patofisiologinya.

Hasil Anamnesis (Subjective)

Keluhan

Sulit masuk tidur, sering terbangun di malam hari atau mempertahankan tidur yang optimal, atau kualitas tidur yang buruk.

Faktor Risiko

  1. Adanya gangguan organik (seperti gangguan endokrin, penyakit jantung).
  2. Adanya gangguan psikiatrik seperti gangguan psikotik, gangguan depresi, gangguan cemas, dan gangguan akibat zat psikoaktif.

Faktor Predisposisi

  1. Sering bekerja di malam hari .
  2. Jam kerja tidak stabil.
  3. Penggunaan alkohol, cafein atau zat adiktif yang berlebihan.
  4. Efek samping obat.
  5. Kerusakan otak, seperti: encephalitis, stroke, penyakit Alzheimer

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)

Pemeriksaan Fisik

Pada status generalis, pasien tampak lelah dan mata cekung. Bila terdapat gangguan organik, ditemukan kelainan pada organ.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan spesifik tidak diperlukan.

Penegakan Diagnostik (Assessment)

Diagnosis Klinis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis.

Pedoman Diagnosis

  1. Keluhan adanya kesulitan masuk tidur atau mempertahankan tidur atau kualitas tidur yang buruk
  2. Gangguan terjadi minimal tiga kali seminggu selama minimal satu bulan.
  3. Adanya preokupasi tidak bisa tidur dan peduli yang berlebihan terhadap akibatnya pada malam hari dan sepanjang siang hari.
  4. Ketidakpuasan terhadap kuantitas dan atau kualitas tidur menyebabkan penderitaan yang cukup berat dan mempengaruhi fungsi dalam sosial dan pekerjaan.

Diagnosis Banding

Gangguan Psikiatri, Gangguan Medikumum, Gangguan Neurologis, Gangguan Lingkungan, Gangguan Ritmesirkadian.

Komplikasi

Dapat terjadi penyalahgunaan zat.

Cara mengatasi Insomnia
Gambar Cara mengatasi Insomnia

Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)

Penatalaksanaan

  1. Pasien diberikan penjelasan tentang faktor-faktor risiko yang dimilikinya dan pentingnya untuk memulai pola hidup yang sehat dan mengatasi masalah yang menyebabkan terjadinya insomnia.
  2. Untuk obat-obatan, pasien dapat diberikan Lorazepam 0,5 – 2 mg atau Diazepam 2-5 mg pada malam hari. Pada orang yang berusia lanjut atau mengalami gangguan medik umum diberikan dosis minimal efektif.

Konseling dan Edukasi

Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga agar mereka dapat memahami tentang insomnia dan dapa tmenghindari pemicu terjadinya insomnia.

Kriteria Rujukan

Apabila setelah 2 minggu pengobatan tidak menunjukkan perbaikan, atau apabila terjadi perburukan walaupun belum sampai 2 minggu, pasien dirujuk kefasilitas kesehatan sekunder yang memiliki dokter spesialis kedokteran jiwa.

Peralatan

Tidak ada Peralatan khusus

Prognosis

Prognosis pada umumnya bonam

Sumber : Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan primer

Referensi
  1. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III, cetakan pertama, 1993.
  2. Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Jiwa/Psikiatri, 2012.
  3. World Health Organization. MH gap Intervention Guide for Mental, Neurological and Substance Use Disorders in Non-Specialized Health Settings, 2010.