Apa Saja Jenis-Jenis Insomnia?

insomnia

Insomnia merupakan gangguan tidur yang ditandai dengan kesulitan dalam memulai atau mempertahankan tidur dan atau tidur yang non-restoratif disertai penurunan waktu tidur. Insomnia merupakan kesulitan memulai, memelihara tidur atau tidur non-restoratif yang disertai berkurangnya fungsi sehari-hari seperti kelelahan, ngantuk di siang hari, gangguan suasana hati, mudah marah, berkurangnya motivasi, energi dan perhatian, konsentrasi menurun, gangguan memori yang terjadi minimal selama empat minggu. Insomnia sering juga disebabkan oleh suatu kondisi penyakit atau masalah psikologis.

Apa saja jenis-jenis insomnia ?

Beberapa jenis-jenis insomnia menurut waktu yaitu :

  • Insomnia temporer : Insomnia temporer memiliki gejala yang cukup singkat yaitu kurang dari satu minggu. Biasanya terjadi akibat stres atau masalah. Apabila masalah sudah diatasi, maka insmonia juga tidak akan muncul.

  • Insomnia akut : Insomnia akut ini berlangsung selama kurang lebih satu bulan. Orang yan gmengalami insomnia akan sulit tidur atau mempertahankan tidurnya meskipun situasi dan kondisi sangat kondusif untuk tidur.

  • Insomnia kronis : Insomnia kronis yaitu kesulitan tidur yang dialami lebih dari satu bulan. Hal ini bisa juga mengakibatkan halusinasi karena kekeurangan tidur dan mengatakan melihat hal- hal yang aneh.

Klasifikasi insomnia menurut penyebabnya, antara lain :

  • Insomnia Primer : Kesulitan tidur yang tidak secara langsung diakibatkan oleh kondisi kesehatan atau masalah.

  • Insomnia Komorbid : Kesulitan tidur diakibatkan karena kondisi kesehatan seperti (asthma, depresi, arthritis, atau kanker), nyeri, atau pengobatan yang sedang dijalani.

  • Psychophysiological Insomnia : Merupakan asosiasi pencegahan tidur, tidak bisa tidur karena tubuh dan pikiran tidak relax. Orang dengan insomnia ini biasanya mempunyai kekhawatiran sehari-hari tentang tidak bisa tidur dan cemas apabila tidur mereka tidak sukses. Banyak orang dengan kondisi ini berfikir bahwa mereka tidak akan mempunyai tidur yang nyenyak lagi. Stres merupakan penyebab utama psychophysiological insomnia. Ketika gangguan tidur terjadi karena stres akibat suatu masalah, beberapa orang tetap mengalami gangguan tidur meskipun masalah sudah selesai.

Berdasarkan waktu terjadinya, insomnia dibagi menjadi 3 tipe, yaitu:

  • Transient insomnia : insomnia yang berhubungan dengan kejadian-kejadian tertentu yang berlangsung sementara dan biasanya menimbulkan stress dan dapat dikenali dengan mudah oleh pasien sendiri. Diagnosis transient insomnia biasanya dibuat setelah keluhan pasien sudah hilang. Keluhan ini kurang lebih ditemukan sama pada pria dan wanita dan episode berulang juga cukup sering ditemukan, faktor yang memicu antara lain akibat lingkungan tidur yang berbeda, gangguan irama sirkadian sementara akibat jet lag atau rotasi waktu kerja, stress situasional akibat lingkungan kerja baru, dan lain- lainnya. Transient insomnia biasanya tidak memerlukan terapi khusus dan jarang membawa pasien ke dokter.

  • Short-term insomnia : Berlangsung kurang dari 3 minggu dan biasanya disebabkan oleh kejadian-kejadian stress yang lebih persisten, seperti kematian salah satu anggota keluarga.

  • Cyclical insomnia ( recurrent insomnia ): Kondisi ini lebih jarang daripada transient insomnia. Kondisi ini terjadi akibat ketidakseimbangan antara tidur dan bangun. Ketidakseimbangan ini dapat terjadi sementara ataupun seumur hidup. Kejadian berulang ini bisa terjadi akibat perubahan fisiologis seperti siklus premenstrual ataupun perubahan psikologik seperti manik depresif, anorexia nervosa, atau kambuhnya perubahan perilaku tertentu seperti kecanduan obat, dan lain sebagainya.

  • Chronic insomnia ( persistent insomnia ) : Berlangsung lebih dari 3 malam setiap minggunya yang terus berlangsung selama lebih dari satu bulan. Dibagi menjadi 2, yaitu insomnia primer dan sekunder.

Dilihat dari sisi etiologi, terdapat 2 macam insomnia, yaitu:

  • Insomnia primer . Pada insomia primer, terjadi hyperarousal state dimana terjadi aktivitas ascending reticular activating system yang berlebihan . Pasien bisa tidur tapi tidak merasa tidur. Masa tidur REM sangat kurang, sedangkan masa tidur NREM cukup, periode tidur berkurang dan terbangun lebih sering. Insomnia primer ini tidak berhubungan dengan kondisi kejiwaan, masalah neurologi, masalah medis lainnya, ataupun penggunaan obat-obat tertentu. Istilah ini ditujukan bagi gangguan tidur yang muncul begitu saja tanpa ada latar belakang suatu kondisi yang spesifik, yang biasanya akibat dari ketidakmampuan untuk menyesuaikan diri dengan pola tidur yang baik.

  • Insomnia sekunder . Insomnia sekunder merupakan gangguan tidur yang disebabkan karena gangguan irama sirkadian, kejiwaan, masalah neurologi atau masalah medis lainnya, atau reaksi obat. Insomnia ini sangat sering terjadi pada orang tua. Insomnia ini bisa terjadi karena psikoneurotik dan penyakit organik. Pada orang dengan insomnia karena psikoneurosis, sering didapatkan keluhan-keluhan non organik seperti sakit kepala, kembung, badan pegal yang mengganggu tidur. Keadaan ini akan lebih parah jika orang tersebut mengalami ketegangan karena persoalan hidup. Pada insomnia sekunder karena penyakit organik, pasien tidak bisa tidur atau kontinuitas tidurnya terganggu karena nyeri organik, misalnya penderita arthritis yang mudah terbangun karena nyeri yang timbul karena perubahan sikap tubuh.

Kozier & Erb (2008) menyebutkan bahwa terdapat dua jenis insomnia, (1) Insomnia Akut yaitu insomnia yang terjadi dua sampai tiga minggu dan disebabkan karena stres dan perasaan khawatir. (2) Insomnia Kronis yaitu insomnia yang sudah terjadi lebih dari satu bulan. Menurut Munir (2015) klasifikasi berdasarkan bentuk insomnia yaitu:

1. Difficulty in Initiating Sleep (DIS)

Jenis ini sering disebabkan karena tidur yang terjaga yang disertai kecemasan dan faktor lain.

2. Difficulty in Maintaining Sleep (DMS)

Biasanya terbangun secara tiba-tiba, atau pada saat-saat tertentu seperti merasa pusing tiba-tiba kemudian terbangun.

3. Early Morning Waking (Sleep Offset Insomnia)

Sering terjadi pada orang tua dan biasanya disebabkan karea demensia, penyakit parkinson, gejala menopause, depresi, dan obat-obatan.

Menurut International Classification of Sleep Disorder 2 (ICSD-2), insomnia dapat ditegakkan bila terdapat satu atau lebih keluhan yaitu: kesulitan memulai tidur, kesulitan untuk mempertahankan tidur sehingga sering terbangun dari tidur, bangun terlalu dini hari dan sulit untuk tidur kembali, dan tidur dengan kualitas yang buruk. Selain itu setidaknya terdapat satu gangguan disiang hari seperti kelelahan, gangguan atensi, gangguan konsentrasi dan memori, gangguan dalam hubungan sosial, gangguan mood atau mudah tersinggung, nyeri kepala, dan gangguan pencernaan akibat kurang tidur (Susanti, 2015).

Chung et al cit Noman (2015) menggolongkan insomnia dalam tiga kategori:

1. Transient Insomnia

Kategori insomnia ini berlangsung selama beberapa hari hingga kurang dari satu minggu. Insomnia ini diakibatkan karena stres, cemas, suasanya hati yang berlebihan, dan sakit. Keadaan ini dapat kembali lagi pada pola tidur yang normal.

2. Acute Insomnia

Acute Insomnia berlangsung selama beberapa minggu hingga kurang dari satu bulan. Biasanya disebabkan oleh penyakit yang sudah diderita sejak lama.

3. Cronic Insomnia

Insomnia ini berlangsung lebih dari satu bulan hingga menahun dan disebabkan karena penyakit kronis, stres dan cemas yang berkepanjangan.