Apa yang dimaksud dengan anemia?

Anemia adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di bawah normal. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari jantung yang diperoleh dari paru-paru, dan kemudian mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh.

Anemia adalah keadaan berkurangnya jumlah eritrosit atau hemoglobin (protein pembawa O2) dari nilai normal dalam darah sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa O2 dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer sehingga pengiriman O2 ke jaringan menurun.

Secara fisiologi, harga normal hemoglobin bervariasi tergantung umur, jenis kelamin, kehamilan, dan ketinggian tempat tinggal. Oleh karena itu, perlu ditentukan batasan kadar hemoglobin pada anemia.

Etiologi

Anemia dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :

  • Gangguan pembentukan eritrosit. Gangguan pembentukan eritrosit terjadi apabila terdapat defisiensi substansi tertentu seperti mineral (besi, tembaga), vitamin (B12, asam folat), asam amino, serta gangguan pada sumsum tulang.
  • Perdarahan. Perdarahan baik akut maupun kronis mengakibatkan penurunan total sel darah merah dalam sirkulasi.
  • Hemolisis. Hemolisis adalah proses penghancuran eritrosit.

Klasifikasi

Berdasarkan gambaran morfologik, anemia diklasifikasikan menjadi tiga jenis anemia:

1. Anemia normositik normokrom.

Anemia normositik normokrom disebabkan oleh karena perdarahan akut, hemolisis, dan penyakit-penyakit infiltratif metastatik pada sumsum tulang. Terjadi penurunan jumlah eritrosit tidak disertai dengan perubahan konsentrasi hemoglobin (Indeks eritrosit normal pada anak: MCV 73 – 101 fl, MCH 23 – 31 pg , MCHC 26 – 35 %), bentuk dan ukuran eritrosit.

2. Anemia makrositik hiperkrom

Anemia dengan ukuran eritrosit yang lebih besar dari normal dan hiperkrom karena konsentrasi hemoglobinnya lebih dari normal. (Indeks eritrosit pada anak MCV > 73 fl, MCH = > 31 pg, MCHC = > 35 %).

Ditemukan pada anemia megaloblastik (defisiensi vitamin B12, asam folat), serta anemia makrositik non-megaloblastik (penyakit hati, dan myelodisplasia)

3. Anemia mikrositik hipokrom

Anemia dengan ukuran eritrosit yang lebih kecil dari normal dan mengandung konsentrasi hemoglobin yang kurang dari normal. (Indeks eritrosit : MCV < 73 fl, MCH < 23 pg, MCHC 26 - 35 %).

Penyebab anemia mikrositik hipokrom:

  • Berkurangnya zat besi: Anemia Defisiensi Besi.
  • Berkurangnya sintesis globin: Thalasemia dan Hemoglobinopati.
  • Berkurangnya sintesis heme: Anemia Sideroblastik

Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit (sel darah merah) dan kadar Hb (Hemoglobin) dalam setip millimeter kubik darah. Hampir semua gangguan pada system peredaran darah disertai dengan anemia yang ditandai warna kepucatan pada tubuh terutama ekstremitas. (Nursalam, susilaningrum dan utami, 2005).

Etiologi


Penyebab anemia pada anak dikelompokan sebagai berikut :

  1. Gangguan produksi eritrosit yang dapat terjadi karena :

    • Perubahan sintesa Hb yang dapat menimbulkan anemi defisiensi Fe, Talasemia dan anemi infeksi kronik.
    • Perubahan sintesa DNA akibat kekurangan nutrient yang dapat menimbulkan anemi pernisiosa dan anemi asam folat.
    • Fungsi sel induk (stem sel) terganggu, sehingga dapat menimbulkan anemi aplastic dan leukemia
    • Infiltrasi sumsum tulang, misalnya karena karsinoma.
  2. Kehilangan darah

    • Akut karena perdarahan atau trauma/kecelakaan yang terjadi secara mendadak.
    • Kronis karena perdarahan pada saluran cerna atau menorrhagia.
  3. Meningatnya pemecahan eritrosit (Hemolisis) yang dapat terjadi karena :

    • Faktor bawaan misalnya kekurangan enzim G6PD (untuk mencegah eritrosit).

    • Faktor yang didapat yaitu adanya bahan yang dapat merusak eritrosit, misalnya ureum pada darah karena gangguan gunjal atau penggunaan obat acetosal.

  4. Bahan baku untuk pembentukan eritrosit tidak ada yaitu protein,asam folt, vitamin B12, dan mineral Fe.

■ Anemi Defisiensi Zat Besi (Fe)

Merupakan anemi yang terjadi karena kekurangan zat besi yang merupakan bahan baku pembuat sel darah dan hemoglobin. Kekurangan zat besi (Fe) dapat disebabkan berbagai hal yaitu:

  1. Asupan yang kurang mengandung zat besi terutama pada fase pertumbuhan cepat.
  2. Penurunan reabsorpsi karena kelainan pada usus.
  3. Kebutuhan yang meningkat misalnya pada anak balita yang pertumbuhannya cepat sehingga memerlukan nutrisi yang lebih banyak.

Secara normal, tubuh hanya memerlukan Fe dalam jumlah sedikit maka ekskresi besi juga sedikit. Pemberian Fe yang berlebihan dalam makanan dapat mengakibatkan hemosiderosis (Pigmen Fe yang berlebihan akibat penguraian Hb) dan hemokromatosis (timbunan Fe yang berlebih dalam jaringan). Pada masa bayi dan pubertas kebutuhan Fe meningkat karena pertumbuhan dan dalam keadaan infeksi.

Kekurangan Fe mengakibatkan kekurangan Hb sehingga pembuatan eritrosit mengalami penurunan, dimana setiap eritrosit akan mengandung Hb dalam jumlah yang lebih sedikit sehingga mengakibatkan bentuk sel menjadi hipokromik mikrositik (bentuk sel darah kecil), karena tiap eritrosit mengandung Hb dalam jumlah sedikit.

■ Anemi Megaloblastik.

Merupakan anemi yang disebabkan karena kekurangan asam folat yang disebut juga dengan anemi defisiensi asam folat. Dimana asam folat merupakan bahan esensial untuk sintesa DNA dan RNA yang penting untuk metabolism inti sel. Beberapa penyebab penurunan asam folat adalah :

  1. Masukan yang kurang.
  2. Gangguan absorpsi (penyerapan), adanya penyakit/gangguan pada gastrointestinal dapat menghambat aksorpsi bahan makanan yang diperlukan tubuh.
  3. Pemberian obat yang antagonis terhadap asam folat seperti derivate barbiturate karena dapat menghambat kerja sam folat dalam tubuh dimana mempunyai sifat yang bertentangan.

■ Anemi Pernisiosa

Merupakan anemi yang terjadi karena kekuangan vitamin B12 dan termasuk anemi megaloblastik karena bentuk sel drah yang hamper sama dengan anemi defisiensi asam folat. Vitamin B12 berfungsi untuk pematangan normoblas, metabolismejaringan saraf dan purin. Penyebabnya selain asupan yang kurang juga karena adanya kerusakan lambung sehingga lambung tidak dpat mengeluarkan secret yang berfungsi untuk absorpsi B12.

■ Anemi Aplastik.

Merupakan anemia yang ditandai dengan pansitopenia (penurunan jumlah semua sel darah) darah tepi dan menurunnya selularitas sumsum tulang sehingga sumsum tulang tidak mamou memproduksi sel darah. Beberapa penyebab terjadinya anaemia aplastic diantarany adalah:

  1. Menurunya jumlah sel induk yang merupakan bahan dasar sel darah. Dapat terjadi karena bawaan (idiopatik) dan karena bawaan seperti pemakain obat- obatan seperti bisulfan, kloramfenikol dan klorpromazima, diman obat-obat tersebut mengakibatkan penekanan pada sumsum tulang.
  2. Lingkungan mikro seperti radiasi dan kemoterapi yang lama dapat mengakibatkan infiltrasi sel.
  3. Penurunan poeitin sehingga yang berfungsi merangsang tumbuhnya sel-sel darah dalam sumsum tulang tidak ada.
  4. Adanya sel inhibitor (T. Limphosit) sehingga menekan/ menghambat maturasi sel-sel induk pada sumsum tulang.

■ Anemi Hemolitik

Merupakan anemi yang terjadi karena umur eritrosit yang lebih pendek/premature. Normalnya erotrosit berumur antara 100-120 hari. Adanya penghancuran eritrosit yang berlebihan akan mempengaruhi fungsi hepar sehingga kemungkinan terjadinya peningkatan bilirubin, Sumsum tulang juga dapat membentuk 6-8 kali lebih banyak system eritopeotik dari biasanya sehingga banyak dijumpai eritrosit dan retikulosit pada darah tepi. Kekurangan bahan pembentuk sel darah seperti vitamin, protein atau adanya infeksi dapat menyebabkan ketidakseimbangan antara penghancuran dan pembentukan system erritropoetik. Diduga penyebab anemi hemolitik adalah:

  1. Kongental seperti kelianan rantai Hb dan defisiensi enzim G6PD
  2. Didapat seperti infeksi, sepsis, obat-obatan dan keganasan sel.

Tanda dan Gejala


Umunya tanda dan gejala anemia adalah:

  1. Pucat yang tampak pada telapak tangan, dasar kuku, konjungtiva dan mukosa bibir
  2. Mudah lelah dan lemah
  3. Kepala pusing
  4. Pernafasan cepat dan pendek
  5. Nadi cepat
  6. Eliminasi urine dan kadang terjadi penurunan produksi urine.
  7. Gangguan sistem saraf seperti kesemutan, ekstremita lemah, spastisitas, dan gangguan dalam pergerakan/melangkah.
  8. Gangguan saluran cerna seperti nyeri perut, mual, muntah dan anoreksia.
  9. Iritable (cengeng, rewel, atau mudah tersiggung). Apabila anak sebelumnya rewel kemudin setelah diberi makan/minum anak menjadi diam maka hal ini tidak termasuk cengeng (irritable).
  10. Suhu tubuh meningkat.

Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan sel darah tei untuk mengetahui kadar Hb, hematocrit dan eritrosit. Pada anemi defisiensi besi kadar Hb kurang dri 10 gr/dl dan eritrosit menurun.

Berikut adalah nilai normal sel darah berdasarkan usia anak


Sumber : Essential of pediatric nursing (2005).

Penatalaksanaan Keperawatan


Penatalaksanaan keperawatan untuk tergantung dari jenis anemia terutama untuk pemberian zat besi, scara umum penatalaksanaannya meliputi:

  1. Pada anak dengan defisensi zat besi maka diberikan tablet Ferosulfat setiap hari selama 4 minggu dengan dosis 5 mg/kgBB. Jika anak tidak membaik lakukan kolaborasi untuk pemberian tranfusi.
  2. Aktivitas sesuai kemampuan anak
  3. Kolaborasi dengan bagian gizi untuk perbaikan pola makan. 4). Hindari kecemasan anak terhadap prosedur.