Apa saja Aspek-aspek Mindfulness?

Aspek-aspek Mindfulness

Mindfulness merupakan proses yang membawa peningkatan perhatian kepada kualitas keadaan sadar terjaga yang non-elaboratif atas pengalaman di sini saat ini, sebagai pengalaman terbuka, penuh perhatian,dan penerimaan apa adanya.

Apa saja Aspek-aspek Mindfulness ?

Aspek-aspek Mindfulness


Menurut Umniyah dan Afiatin (2009) mindfulness memiliki kriteria yang harus dipenuhi, di antaranya:

  1. Non Konseptual (Non-Conceptual)
    Mindfulness merupakan kesadaran tanpa proses pemikiran (Germer, Siegel, dan Fulton, 2005; Wallin, 2007; Flores, 2015).

  2. Fokus pada Peristiwa Sekarang
    Mindfulness selalu berada pada kondisi saat ini. Pemikiran tentang pengalaman masa lalu pada orang dengan mindfulness dihapus saat seseorang menghadapi peristiwa yang sedang terjadi (Germer, Siegel, dan Fulton, 2005).

  3. Tanpa Penilaian (Non-Judgemental)
    Kesadaran tidak muncul secara bebas jika seseorang mengharapkan pengalaman yang dimiliki menjadi pengalaman yang lain (Germer, Siegel, dan Fulton, 2005).

  4. Dilakukan dengan Sengaja (Intentional)
    Menjadi “pengingat (alert)” menuntut seseorang secara terus menerus dengan intens untuk menarik perhatian seseorang pada seseuatu yang dihadapi. Pada peristiwa sekarang, dan di waktu saat ini (Flores, 2015).

  5. Observasi Subjek
    Mindfulness tidak dapat dipisahkan dengan kesaksian. Mindfulness merupakan pengalaman pemikiran dan tubuh secara kesatuan (Wallin, 2007).

  6. Non Verbal
    Pengalaman mindfulness tidak dapat dijelaskan dengan katakata, karena kesadaran muncul sebelum kata-kata timbul dalam pemikiran (Germer, Siegel, dan Fulton, 2005; Wallin, 2007; Flores, 2015).

  7. Membebaskan (liberating)
    Menurut setiap pengalaman mindfulness yang terjadi adalah bentuk kesadaran secara penuh yang merupakan wujud dari pembebasan dari kejadian-kejadian yang menyakitkan (Germer, Siegel, dan Fulton, 2005; Wallin, 2007).

Menurut Baer, Smith, dan Allen (2004) terdapat empat aspek mindfulness, yaitu:

  1. Observasi
    Menurut Goodman (2010) observasi dalam mindfulness adalah observasi seluruh pikiran, perasaan, dan sensasi dengan kesadaran. Pada komponen ini praktisi memperhatikan beberapa elemen seperti asal, bentuk, intensitas, dan durasi dari stimulus yang muncul (Baer, Smith, dan Allen, 2004).

  2. Deskripsi
    Dalam mengobservasi stimulus yang timbul, seseorang membutuhkan kemampuan untuk mendeskripsikan stimulus tersebut. Pada proses deskripsi seseorang memberikan label dari fenomena mental yang diobservasi dengan kata-kata (Goodman, 2010; McCracken, 2011), tanpa mengelaborasi dan tetap hadir pada keadaan saat itu (Baer, Smith, dan Allen, 2004).

  3. Bertindak dengan Kesadaran
    Bertindak dengan kesadaran merupakan bagian inti dari mindfulness. Karena seseorang melakukan aktivitas dengan fokus secara penuh dengan perhatian yang tidak terbagi. Seseorang diharapkan mampu “membuang” dirinya penuh pada aktivitas tersebut dan “menjadi satu” dengan aktivitas tersebut. Hal tersebut membuat seseorang mampu untuk melakukan sesuatu secara sadar dan tidak menjadi “pilot otomatis” terhadap kehidupannya (Baer, Smith, dan Allen, 2004). Bertindak dengan kesadaran memiliki korelasi negatif dengan trait disinhibition (ketidakmampuan menahan impuls yang dibendung), sedangkan bertindak tanpa kesadaran berkorelasi positif dengan trait disinhabition. Bertindak tanpa kesadaran merupakan manifestasi dari impuls dari perilaku impulsvitas. (Stanford, dkk, 2009; Lattimore, Fisher, dan Malinowski, 2011).

  4. Menerima tanpa Menilai
    Aspek menerima tanpa menilai merupakan pengaplikasian dari pemberian label baik atau buruk pada pengalaman pada situasi yang terjadi, dan menjadi lebih terbuka dalam seluruh pengalaman, meskipun pengalaman yang menyenangkan dan tidak menyenangkan (Goodman, 2010). Dalam kemampuan ini, seseorang mampu untuk menerima keadaan apa adanya, membiarkan terjadi seperti apa adanya, tanpa ada keinginan untuk mengubah secara impulsif maupun melihat implikasinya dan arti pengalaman tersebut. Sehingga, seseorang yang memiliki kemampuan ini dapat lebih mudah beradaptasi, dan mengurangi perilaku impulse, otomatis, serta maladaptive (Baer, Smith, dan Allen, 2004).

Aspek-aspek Mindfulness

Menurut Umniyah dan Afiatin (2009) mindfulness memiliki kriteria yang harus dipenuhi, di antaranya:

  • Non Konseptual (Non-Conceptual)
    Mindfulness merupakan kesadaran tanpa proses pemikiran (Germer, Siegel, dan Fulton, 2005; Wallin, 2007; Flores, 2015).

  • Fokus pada Peristiwa Sekarang
    Mindfulness selalu berada pada kondisi saat ini. Pemikiran tentang pengalaman masa lalu pada orang dengan mindfulness dihapus saat seseorang menghadapi peristiwa yang sedang terjadi (Germer, Siegel, dan Fulton, 2005).

  • Tanpa Penilaian (Non-Judgemental)
    Kesadaran tidak muncul secara bebas jika seseorang mengharapkan pengalaman yang dimiliki menjadi pengalaman yang lain (Germer, Siegel, dan Fulton, 2005).

  • Dilakukan dengan Sengaja (Intentional)
    Menjadi “pengingat (alert)” menuntut seseorang secara terus menerus dengan intens untuk menarik perhatian seseorang pada seseuatu yang dihadapi. Pada peristiwa sekarang, dan di waktu saat ini (Flores, 2015).

  • Observasi Subjek
    Mindfulness tidak dapat dipisahkan dengan kesaksian. Mindfulness merupakan pengalaman pemikiran dan tubuh secara kesatuan (Wallin, 2007).

  • Non Verbal
    Pengalaman mindfulness tidak dapat dijelaskan dengan katakata, karena kesadaran muncul sebelum kata-kata timbul dalam pemikiran (Germer, Siegel, dan Fulton, 2005; Wallin, 2007; Flores, 2015).

  • Membebaskan (liberating)
    Menurut setiap pengalaman mindfulness yang terjadi adalah bentuk kesadaran secara penuh yang merupakan wujud dari pembebasan dari kejadian-kejadian yang menyakitkan (Germer, Siegel, dan Fulton, 2005; Wallin, 2007).

Menurut Baer, Smith, dan Allen (2004) terdapat empat aspek mindfulness, yaitu:

  • Observasi
    Menurut Goodman (2010) observasi dalam mindfulness adalah observasi seluruh pikiran, perasaan, dan sensasi dengan kesadaran. Pada komponen ini praktisi memperhatikan beberapa elemen seperti asal, bentuk, intensitas, dan durasi dari stimulus yang muncul (Baer, Smith, dan Allen, 2004).

  • Deskripsi
    Dalam mengobservasi stimulus yang timbul, seseorang membutuhkan kemampuan untuk mendeskripsikan stimulus tersebut. Pada proses deskripsi seseorang memberikan label dari fenomena mental yang diobservasi dengan kata-kata (Goodman, 2010; McCracken, 2011), tanpa mengelaborasi dan tetap hadir pada keadaan saat itu (Baer, Smith, dan Allen, 2004).

  • Bertindak dengan Kesadaran
    Bertindak dengan kesadaran merupakan bagian inti dari mindfulness. Karena seseorang melakukan aktivitas dengan fokus secara penuh dengan perhatian yang tidak terbagi. Seseorang diharapkan mampu “membuang” dirinya penuh pada aktivitas tersebut dan “menjadi satu” dengan aktivitas tersebut. Hal tersebut membuat seseorang mampu untuk melakukan sesuatu secara sadar dan tidak menjadi “pilot otomatis” terhadap kehidupannya (Baer, Smith, dan Allen, 2004). Bertindak dengan kesadaran memiliki korelasi negatif dengan trait disinhibition (ketidakmampuan menahan impuls yang dibendung), sedangkan bertindak tanpa kesadaran berkorelasi positif dengan trait disinhabition. Bertindak tanpa kesadaran merupakan manifestasi dari impuls dari perilaku impulsvitas. (Stanford, dkk, 2009; Lattimore, Fisher, dan Malinowski, 2011).

  • Menerima tanpa Menilai Aspek
    Menerima tanpa menilai merupakan pengaplikasian dari pemberian label baik atau buruk pada pengalaman pada situasi yang terjadi, dan menjadi lebih terbuka dalam seluruh pengalaman, meskipun pengalaman yang menyenangkan dan tidak menyenangkan (Goodman, 2010). Dalam kemampuan ini, seseorang mampu untuk menerima keadaan apa adanya, membiarkan terjadi seperti apa adanya, tanpa ada keinginan untuk mengubah secara impulsif maupun melihat implikasinya dan arti pengalaman tersebut. Sehingga, seseorang yang memiliki kemampuan ini dapat lebih mudah beradaptasi, dan mengurangi perilaku impulse, otomatis, serta maladaptive (Baer, Smith, dan Allen, 2004).