Maksud dari pernyataan dunia ini adalah kesenangan yang menipu adalah dunia dengan tipu dayanya dapat menyesatkan orang yang tersesat dan dengan tipuannya juga menggelincirkan orang yang tergelincir. Mencintai dunia merupakan pangkal dari segala keburukan, dan tidak menyukainya menjadi pokok ketaatan dan asas dari hal-hal yang mendekatkan diri kepada Allah Swt. Di dalam al-Qur’an disebutkan bahwa kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang menipu, sebagaimana firman Allah Swt., dalam surat al-Ḥadīd ayat 20 :
“Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian hancur. Dan di akhirat (nanti) ada adzab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya, dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (al-Ḥadīd/57: 20).
Dalam ayat ini Allah Swt., menjelaskan kepada umat manusia bahwa hakikat kehidupan dunia hanyalah seperti sebuah permainan dan sesuatu yang lucu, menjadi bahan gurauan antara mereka serta perhiasan untuk melengkapi gaya hidup mereka yang dengan itu membuat mereka hidup dengan bermegah-megahan serta berbangga-bangga dengan harta dan keturunan yang telah dianugerahkan kepada mereka.
Mengenai ayat ini al-Qurṭubī memberi perumpamaan bahwa kehidupan dunia itu seperti tanaman yang menyejukkan pandangan orang- orang yang melihatnya, semua tanaman itu berwarna hijau karena diairi dengan hujan yang cukup, namun tidak berapa lama kemudian tanaman tersebut dilanda kekeringan hingga seperti tidak pernah hijau sebelumnya. Perumpamaan ini menyajikan sebuah hikmah tentang kehidupan dunia yang pada hakikatnya dunia ini hanya tipuan dan berlangsung hanya sementara.
Allah Swt., pun telah menegaskan di dalam beberapa ayat al- Qur’an bahwa dunia adalah suatu yang menipu. Misalnya firman Allah Swt., dalam surat Ālī ‘Imrān penggalan ayat 185:
“Dan tidaklah kehidupan dunia melainkan kesenangan yang memperdayakan”. (QS Ālī ‘Imrān/3: 185).
Dalam Tafsir Kemenag dikatakan bahwa kehidupan di dunia ini tidak lain kecuali kesenangan yang memperdayakan. Kesenangan yang dirasakan di dunia ini berupa makanan, minuman, pangkat, kedudukan dan sebagainya, pada umumnya memperdayakan manusia. Disangkanya itulah kebahagiaan, maka tenggelamlah ia dan asyik dengan kenikmatan dunia. Padahal kalau manusia kurang pandai mempergunakannya, maka kesenangan itu akan menjadi bencana yang menyebabkan di dunia dan di akhirat kelak mendapat azab yang pedih.
Mengenai hal ini tersirat perintah berzuhud di dunia, karena dengan berzuhud manusia akan selamat dari terperdaya dengan kesenangan dunia, selain itu dengan berzuhud juga menjadikan manusia dicintai oleh Allah Swt., sebagaimana sabda Nabi Saw.,
“Ada seorang lelaki datang kepada Nabi Saw., lalu berkata: “Ya Rasulullah, tunjukkanlah padaku sesuatu amalan yang apabila amalan itu saya lakukan, maka saya akan dicintai oleh Allah dan juga dicintai oleh seluruh manusia.” Nabi Saw., bersabda: “Berzuhudlah di dunia, tentu engkau dicintai oleh Allah dan berzuhudlah dari apa yang dimiliki oleh para manusia, tentu engkau akan dicintai oleh para manusia.” (HR. Ibnu Mājah).
Referensi
1 Imām al-Gazālī, Ihya ‘Ulumuddin Menghidupkan Kembali Ilmu-Ilmu Agama, tp (Jakarta: Republika, 2013).
2 Muḥammad b. Aḥmad b. Abī Bakr al-Qurṭubī, Jāmi’ Li Aḥkām al-Qur‘an (Beirut: al-Risālah, 2006), Jilid 20.
3 Sayyid ‘Abdullāh b. Alwī al-Ḥaddād, Risalah al-Muawwanah, terj. Munawwir az- Zahidy (Surabaya: Mutiara Ilmu, 2007).
4 Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya (Jakarta: Lembaga Percetakan al- Qur’an Kementrian Agama, 2010), Jilid 2.