Usaha-usaha apa saja yang dapat dilakukan untuk meringankan bahaya Tsunami?

Dampak negatif yang diakibatkan tsunami adalah merusak apa saja yang dilaluinya. Bangunan, tumbuh-tumbuhan, dan mengakibatkan korban jiwa manusia serta menyebabkan genangan, pencemaran air asin lahan pertanian, tanah, dan air bersih.

Banyaknya korban jiwa karena tsunami disebabkan banyak faktor seperti kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gempa dan tsunami, terbatasnya peralatan, peramalan, peringatan dan masih banyak lagi. Untuk mengurangi bahaya bencana tsunami, dengan meminimalkan korban jiwa, diperlukan perhatian khusus terhadap 3 hal yaitu:

  • Struktur Pantai ( Coastal Structures )
  • Penatataan Wilayah ( City Planning )
  • Sistem yang terpadu ( Tsunami Prevention System )

Struktur Pantai


Didaerah pantai dimana gempa biasa terjadi sebaiknya dibangun struktur bangunan penahan ombak berupa dinding pantai ( sea wall or coastal dike ) yang merupakan bangunan pertahanan ( defense structure ) terhadap tsunami. Struktur ini akan efektif, apabila ketinggian tsunami relatif tidak terlalu tinggi. Jika ketinggian tsunami melebihi 5 meter, prasarana ini kurang begitu berfungsi. Pohon-pohon pantai seperti tanaman bakau ( mangrove ) juga cukup efektif untuk mereduksi energi tsunami, terutama untuk tsunami dengan ketinggian kurang dari 3 meter.

Penataan Wilayah


Korban terbanyak bencana tsunami adalah perkampungan padat didaerah pantai disamping daerah wisata pantai. Cara paling efektif mengurangi korban bahaya tsunami adalah dengan memindahkan wilayah pemukiman pantai ke daerah bebas tsunami ( tsunami-free area ). Menurut catatan, sudah banyak peristiwa tsunami yang menyapu habis pemukiman nelayan disekitar pantai, mereka terperangkap dan tidak sempat menyelamatkan diri ketika tsunami datang. Kedatangan tsunami yang begitu cepat sangat tidak memungkinkan penduduk didaerah pesisir pantai untuk meloloskan diri. Perkiraan tentang daerah penggenangan tsunami ( tsunami inundation area ) diperlukan untuk merancang daerah pemukiman yang aman bagi penduduk.

Sistem Yang Terpadu


Sistem pencegahan tsunami ( tsunami prevention system ) akan meliputi hal hal sebagai berikut: peramalan, peringatan, evakuasi, pendidikan masyarakat, latihan, kebiasaan untuk selalu waspada terhadap bencana, dan kesigapan pasca bencana.

Kedatangan tsunami sama dengan kejadian gempa itu sendiri, masih sulit diprediksi. Pada 15 Juni 1896, wilayah Sanriku-Jepang pernah dihantam gelombang tsunami tanpa peringatan sama sekali. Ketinggian gelombang tsunami mencapai 21 meter dan menewaskan lebih dari 26.000 orang yang sedang berkumpul mengadakan festifal keagamaan. Pemasangan seismograp bawah laut ( ocean-bottom seismograph ) akan memberikan data cukup detail tentang data seismik yang akan berguna untuk memprediksi apakah tsunami akan terbentuk dari kejadian seismik tersebut atau tidak.

Beberapa tahun terakhir, Japan Marine Science and Technology Center (JAMSTEC) telah menempatkan seismograp bawah laut di beberapa wilayah perairan Jepang untuk melakukan deteksi dini akan munculnya tsunami akibat gempa bawah laut. Dengan pemasangan seismograp bawah laut ini, kedatangan tsunami bisa dideteksi dalam hitungan menit.

Peringatan awal akan datangnya tsunami akan memberikan peluang kepada masyarakat didaerah rawan untuk mengadakan persiapan penyelamatan diri. Memang tidak setiap gempa bumi akan mendatangkan tsunami, tetapi sikap atau kebiasaan untuk selalu waspada terhadap bencana tsunami sebaiknya selalu melekat di setiap masyarakat. Ketika berada di pantai dan merasakan adanya getaran gempa, segeralah berlari ke arah dataran yang tinggi (minimal 20 meter). Jangan pernah menunggu tsunami datang.

Ketika tsunami datang dalam jarak dekat di depan mata, bisa dipastikan keselamatan jiwa berpeluang kecil untuk selamat. Air laut yang surut tiba-tiba atau kadang kala sebelum tsunami datang, suara seperti ledakan bom yang memekikkan datang dari arah laut, ini juga pertanda bahwa masyarakat harus segera meninggalkan pantai tanpa harus menunggu. Kedatangan tsunami yang bisa beberapa kali dengan selang kedatangan bisa mencapai beberapa jam sangat membahayakan masyarakat yang berdatangan ke pantai setelah kedatangan gelombang tsunami yang pertama. Hal ini mesti dihindari.

Pemasangan sirine atau pengeras suara di pantai-pantai yang sering dipadati oleh kunjungan masyarakat akan sangat efektif untuk memberikan peringatan dini kepada pengunjung akan bahaya tsunami begitu getaran gempa terasa. Pemasangan papan pengumuman “daerah rawan tsunami” atau “awas tsunami!!!” di pantai-pantai, di daerah rawan tsunami akan mengingatkan masyarkat yang berada di daerah tersebut. Pembangunan tugu peringatan bahwa tsunami pernah terjadi di daerah tersebut akan mengingatkan masyarakat bahwa dia berada di daerah rawan tsunami dan harus selalu waspada.

Pendidikan ke masyarakat tentang bahaya gempa dan tsunami menjadi sangat penting. Tidak semua orang punya pengalaman dengan tsunami sepanjang hidupnya. Dan untuk selamat dari bencana tsunami, seseorang tidak harus pernah punya pengalaman dengan tsunami. Jika seseorang punya pengetahuan sederhana tentang kedatangan tsunami, begitu gempa datang, segera dia akan menyelamatkan diri ke arah dataran tinggi. Pengetahuan ini sebaiknya ditransfer ke masyarakat sekitar dan juga generasi berikutnya. Di wilayah Sanriku-Jepang, yang merupakan daerah paling rawan tsunami di dunia, setiap tahun diadakan latihan untuk memperingati tsunami yang telah menelan ribuan korban di daerah itu. Dengan kegiatan demikian diharapkan kesadaran masyarakat akan adanya bahaya tsunami selalu meningkat.

Berikut ini tindakan yang perlu dilakukan untuk mengurangi risiko bencana tsunami.

  1. Membuat sistem peringatan dini.

  2. Relokasi daerah permukiman yang rawan tinggi terhadap ancaman tsunami.

  3. Edukasi kepada masyarakat tentang berbagai hal yang berkaitan dengan tsunami, misalnya tanda-tanda kedatangan tsunami dan cara-cara penyelamatan diri, sehingga masyarakat siap dan tanggap apabila suatu saat tsunami datang secara tiba-tiba.

  4. Membuat jalan atau lintasan untuk menyelamatkan diri dari tsunami.

  5. Menanami daerah pantai dengan tanaman yang secara efektif dapat menyerap energi gelombang (misalnya mangrove)

  6. Membiarkan lapangan terbuka untuk menyerap energi tsunami.

  7. Membuat dike ataupun breakwater di daerah yang memungkinkan (Anonim, piba.tdmrc.org, 2010).

Faktor-faktor yang Membantu Mengurangi Resiko yang Terkait dengan Tsunami

Karena tidak seorang pun bisa meramal gempa bumi yang menjadi penyebab tsunami, kejadian tsunami juga tidak bisa diramalkan. Namun demikian, masyarakat bisa lebih lebih siap siaga menghadapi bencana tsunami. Berikut adalah faktor-faktor penting yang menentukan kesiapsiagaan kawasan yang rawan tsunami serta penduduknya :

  • Pengetahuan tentang bahaya
    Penduduk di kawasan pesisir sadar bahwa masyarakat mereka berada di sebuah daerah yang rawan tsunami, mengenali karakteristik bahaya tsunami, dan tahu bagaimana bertindak jika sebuah tsunami sedang dalam perjalanan menuju kawasan pantai mereka.

  • Peringatan Dini
    Sebuah sistem peringatan dini tsunami sudah terbentuk dan berfungsi. Sistem komunikasi antara sebuah pusat peringatan tsunami dan penduduk di kawasan rawan tsunami memungkinkan penduduk di kawasan pesisir yang menghadapi risiko untuk menerima peringatan tsunami sedini mungkin sebelum tsunami menghantam.

  • Rencana reaksi
    Masyarakat tahu bagaimana bereaksi terhadap peringatan.

Referensi :
  • Idris, Irwandi, dkk. Tanpa tahun. Seri Pengetahuan Kelautan TSUNAMI. Jakarta: Direktorat Bina Pesisir, Direktorat Jenderal Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, Departemen Kelautan dan Perikanan.
  • Istiyanto, Dinar Catur. Sutikno, Pramono, Hadi (Ed.) 2003. Panduan Mitigasi Bencana Alam Tsunami. Yogyakarta: Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional, Projek Penelitian dan Pengembangan Teknologi Survei dan Pemetaan dan Pusat Studi Bencana Universitas Gadjah mada.
  • Panduan Umum Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat (PBBM)
  • Yayasan IDEP. 2005. Tsunami, Kisah Tentang Kemandirian Masyarakat saat Menghadapi Bencana Tsunami. Jakarta: Yayasan` IDEP.
1 Like