Apa yang dimaksud dengan tsunami?

Tsunami

Tsunami (“ombak besar di pelabuhan”) adalah gelombang air besar yang diakibatkan oleh gangguan di dasar laut, seperti gempa bumi. Gangguan ini membentuk gelombang yang menyebar ke segala arah dengan kecepatan gelombang mencapai 600–900 km/jam. Awalnya gelombang tersebut memiliki amplitudo kecil (umumnya 30–60 cm) sehingga tidak terasa di laut lepas, tetapi amplitudonya membesar saat mendekati pantai. Saat mencapai pantai, tsunami kadang menghantam daratan berupa dinding air raksasa (terutama pada tsunami-tsunami besar), tetapi bentuk yang lebih umum adalah naiknya permukaan air secara tiba-tiba. Kenaikan permukaan air dapat mencapai 15–30 meter, menyebabkan banjir dengan kecepatan arus hingga 90 km/jam, menjangkau beberapa kilometer dari pantai, dan menyebabkan kerusakan dan korban jiwa yang besar.

Istilah tsunami berasal dari bahasa Jepang. Tsu berarti “pelabuhan”, dan nami berarti “gelombang”, sehingga tsunami dapat diartikan sebagai “gelombang pelabuhan”. Istilah ini pertama kali muncul di kalangan nelayan Jepang. Karena panjang gelombang tsunami sangat besar pada saat berada di tengah laut, para nelayan tidak merasakan adanya gelombang ini. Namun setibanya kembali ke pelabuhan, mereka mendapati wilayah di sekitar pelabuhan tersebut rusak parah. Karena itulah mereka menyimpulkan bahwa gelombang tsunami hanya timbul di wilayah sekitar pelabuhan, dan tidak di tengah lautan yang dalam.

Terminologi Tsunami
Gambar. Terminologi Tsunami (Sumber : disaster.elvini.net/tsunami.cgi)

Tsunami adalah sebuah ombak yang terjadi setelah sebuah gempa bumi, gempa laut, gunung berapi meletus, atau hantaman meteor di laut. Tsunami tidak terlihat saat masih berada jauh di tengah lautan, namun begitu mencapai wilayah dangkal, gelombangnya yang bergerak cepat ini akan semakin membesar. Tenaga setiap tsunami adalah tetap terhadap fungsi ketinggian dan kelajuannya. Apabila gelombang menghampiri pantai, ketinggiannya meningkat sementara kelajuannya menurun. Gelombang tersebut bergerak pada kelajuan tinggi, hampir tidak dapat dirasakan efeknya oleh kapal laut (misalnya) saat melintasi di laut dalam, tetapi meningkat ketinggian hingga mencapai 30 meter atau lebih di daerah pantai. Tsunami bisa menyebabkan kerusakan erosi dan korban jiwa pada kawasan pesisir pantai dan kepulauan.

Tsunami juga sering dianggap sebagai gelombang air pasang. Hal ini terjadi karena pada saat mencapai daratan, gelombang tsunami lebih menyerupai air pasang yang tinggi daripada menyerupai ombak biasa yang mencapai pantai secara alami oleh tiupan angin. Namun sebenarnya gelombang tsunami sama sekali tidak berkaitan dengan peristiwa pasang surut air laut. Karena itu untuk menghindari pemahaman yang salah, para ahli oseanografi sering menggunakan istilah gelombang laut seismik (seismic sea wave) untuk menyebut tsunami, yang secara ilmiah lebih akurat.

Tinggi tsunami pada saat mendekati pantai akan mengalami perbesaran karena adanya penumpukan massa air akibat adanya penurunan kesempatan penjalaran. Tinggi tsunami yang ada di laut dalam hanya sekitar 1 - 2 meter, saat mendekati pantai dapat mencapai tinggi puluhan meter. Tinggi diantaranya sangat ditentukan oleh karakteristik sumber pembangkit tsunami, morfologi dasar laut, serta bentuk pantai.

Dampak negatif yang diakibatkan tsunami adalah merusak apa saja yang dilaluinya. Bangunan, tumbuh-tumbuhan, dan mengakibatkan korban jiwa manusia serta menyebabkan genangan, pencemaran air asin lahan pertanian, tanah, dan air bersih.

Karakteristik Tsunami


Perilaku gelombang tsunami sangat berbeda dari ombak laut biasa. Gelombang tsunami bergerak dengan kecepatan tinggi dan dapat merambat lintas-samudera dengan sedikit energi berkurang. Tsunami dapat menerjang wilayah yang berjarak ribuan kilometer dari sumbernya, sehingga mungkin ada selisih waktu beberapa jam antara terciptanya gelombang ini dengan bencana yang ditimbulkannya di pantai. Waktu perambatan gelombang tsunami lebih lama dari waktu yang diperlukan oleh gelombang seismik untuk mencapai tempat yang sama.

Periode tsunami cukup bervariasi, mulai dari 2 menit hingga lebih dari 1 jam. Panjang gelombangnya sangat besar, antara 100-200 km. Bandingkan dengan ombak laut biasa di pantai selancar ( surfing ) yang mungkin hanya memiliki periode 10 detik dan panjang gelombang 150 meter. Karena itulah pada saat masih di tengah laut, gelombang tsunami hampir tidak nampak dan hanya terasa seperti ayunan air saja. Berikut ini merupakan perbandingan gelombang tsunami dan ombak laut biasa :

Tabel 1. Perbandingan Gelombang Tsunami dengan Ombak Laut Biasa (Sumber : disaster.elvini.net/tsunami.cgi)

Parameter Gelombang Tsunami Ombak Biasa
Periode gelombang 2 menit — > 1 jam ± 10 detik
Panjang gelombang 100 — 200 km 150 m

Kecepatan tsunami bergantung kepada kedalaman air. Di laut dalam dan terbuka, kecepatannya mencapai 800-1000 km/ jam. Ketinggian tsunami di lautan dalam hanya mencapai 30-60 cm, dengan panjang gelombang mencapai ratusan kilometer, sehingga keberadaan mereka di laut dalam susah dibedakan dengan gelombang biasa, bahkan tidak dirasakan oleh kapal-kapal yang sedang berlabuh di tengah samudera. Berbeda dengan gelombang karena angin, dimana hanya bagian permukaan atas yang bergerak; gelombang tsunami mengalami pergerakan diseluruh bagian partikel air, mulai dari permukaan sampai bagian dalam samudera. Ketika tsunami memasuki perairan yang lebih dangkal, ketinggian gelombangnya meningkat dan kecepatannya menurun drastis, meski demikian energinya masih sangat kuat untuk menghanyutkan segala benda yang dilaluinya. Arus tsunami dengan ketinggian 70 cm masih cukup kuat untuk menyeret dan menghanyutkan orang.

Apabila lempeng samudera pada sesar bergerak naik ( raising ), terjadi air pasang di wilayah pantai hingga wilayah tersebut akan mengalami banjir sebelum kemudian gelombang air yang lebih tinggi datang menerjang. Dan apabila lempeng samudera bergerak naik, wilayah pantai akan mengalami banjir air pasang sebelum datangnya tsunami.


Gambar Lempeng Samudera Bergerak Naik (Sumber : disaster.elvini.net/tsunami.cgi)

Apabila lempeng samudera pada sesar bergerak turun ( sinking ), kurang lebih pada separuh waktu sebelum gelombang tsunami sampai di pantai, air laut di pantai tersebut surut. Pada pantai yang landai, surutnya air bisa mencapai lebih dari 800 meter menjauhi pantai. Masyarakat yang tidak sadar akan datangnya bahaya mungkin akan tetap tinggal di pantai karena ingin tahu apa yang sedang terjadi. Atau bagi para nelayan mereka justru memanfaatkan momen saat air laut surut tersebut untuk mengumpulkan ikan-ikan yang banyak bertebaran. Apabila lempeng samudera bergerak turun, di wilayah pantai air laut akan surut sebelum datangnya tsunami.


Gambar Lempeng Samudera Bergerak Turun (Sumber : disaster.elvini.net/tsunami.cgi)

Pada suatu gelombang, apabila rasio antara kedalaman air dan panjang gelombang menjadi sangat kecil, gelombang tersebut dinamakan gelombang air-dangkal. Karena gelombang tsunami memiliki panjang gelombang yang sangat besar, gelombang tsunami berperan sebagai gelombang air-dangkal, bahkan di samudera yang dalam.

Gelombang air-dangkal bergerak dengan kecepatan yang setara dengan akar kuadrat hasil perkalian antara percepatan gravitasi (9,8 m/s2) dan kedalaman air laut.

image

Dimana,

v = velocity (kecepatan)
g = gravitation (9,8 m/s2)
d = depth (kedalaman)

Sebagai contoh, di Samudera Pasifik, dimana kedalaman air rata-rata adalah 4000 meter, gelombang tsunami merambat dengan kecepatan ± 200 m/s (kira-kira 712 km/jam) dengan hanya sedikit energi yang hilang, bahkan untuk jarak yang jauh.

Sementara pada kedalaman 40 meter, kecepatannya mencapai ± 20 m/s (sekitar 71 km/jam), lebih lambat namun tetap sulit dilampaui.

Energi dari gelombang tsunami merupakan fungsi perkalian antara tinggi gelombang dan kecepatannya. Nilai energi ini selalu konstan, yang berarti tinggi gelombang berbanding terbalik dengan kecepatan merambat gelombang. Oleh sebab itu, ketika gelombang mencapai daratan, tingginya meningkat sementara kecepatannya menurun.

Ketinggian Gelombang Mencapai Daratan
Gambar Ketinggian Gelombang Mencapai Daratan (Sumber : disaster.elvini.net/tsunami.cgi)

Saat memasuki wilayah dangkal, kecepatan gelombang tsunami menurun sedangkan tingginya meningkat, menciptakan gelombang mengerikan yang sangat merusak. Berikut ini merupakan hubungan antara kedalaman, kecepatan, dan panjang gelombang tsunami :

Tabel Hubungan Kedalaman, Kecepatan, dan Panjang Gelombang Tsunami (Sumber : disaster.elvini.net/tsunami.cgi)

Kedalaman (m) Kecepatan (mph) Panjang Gelombang (km)
7000 586 282
4000 443 213
2000 313 151
200 99 48
50 49 23
10 22 10.6

Selagi orang-orang yang berada di tengah laut bahkan tidak menyadari adanya tsunami, gelombang tsunami dapat mencapai ketinggian hingga 30 meter atau lebih ketika mencapai wilayah pantai dan daerah padat. Tsunami dapat menimbulkan kerusakan yang sangat parah di wilayah yang jauh dari sumber pembangkitan gelombang, meskipun peristiwa pembangkitan gelombang itu sendiri mungkin tidak dapat dirasakan tanpa alat bantu.

Tsunami bergerak maju ke satu arah dari sumbernya, sehingga wilayah yang berada di daerah “bayangan” relatif dalam kondisi aman. Namun demikian, gelombang tsunami dapat saja berbelok di sekitar daratan. Gelombang ini juga bisa saja tidak simetris. Gelombang ke satu arah mungkin lebih kuat dibanding gelombang ke arah lainnya, tergantung dari peristiwa alam yang memicunya dan kondisi geografis wilayah sekitarnya.

Tsunami bisa merambat ke segala arah dari sumber asalnya dan bisa melanda wilayah yang cukup luas, bahkan didaerah belokan, terlindung atau daerah yang cukup jauh dari sumber asal tsunami. Ada yang disebut tsunami setempat ( local tsunami ), yaitu tsunami yang hanya terjadi dan melanda disuatu kawasan yang terbatas. Hal ini terjadi karena lokasi awal tsunami terletak disuatu wilayah yang sempit atau tertutup, seperti selat atau danau. Misalnya tsunami yang terjadi pada 16 Agustus 1976, di Teluk Moro Philipina yang menewaskan lebih dari 5.000 orang di Philipina.

Ada juga yang disebut tsunami jauh ( distant tsunami ), hal ini karena tsunami bisa melanda wilayah yang sangat luas dan jauh dari sumber asalnya. Seperti yang pernah terjadi di Chili pada 22 Mei 1960 akibat dipicu gempa dengan kekuatan lebih dari 8.0R. Tsunami dengan ketingian lebih dari 10 meter ini menyebabkan korban jiwa dan kerusakan parah di Chili, Jepang, Hawaii, dan Philipina. Gelombang tsunami ini menewaskan 1000 orang di Chili dan 61 orang di Hawaai. Gelombang tsunami ini mencapai Okinawa dan pantai timur Jepang setelah menempuh perjalanan selama 22 jam dan menewaskan 150 orang di Jepang.

Fisika Tsunami


Gelombang tsunami bisa dijelaskan dari fenomena penjalaran gelombang secara transversal; energinya adalah fungsi dari ketinggian ( amplitudo ) dan kecepatannya. Ketinggiannya sangat dipengaruhi oleh panjang gelombang. Tsunami memiliki panjang gelombang ratusan km, berperilaku seperti gelombang air-dangkal. Suatu gelombang menjadi gelombang air-dangkal atau shallow-water wave ketika perbandingan kedalaman air dengan panjang gelombangnya kecil dari 0.05.

Kecepatan gelombang air-dangkal ( v ) adalah : v = akar (g*d), dengan g adalah percepatan gravitasi dan d adalah kedalaman air. Bayangkan, pada kedalaman 10 km di samudera India, sebuah tsunami akan memiliki kecepatan awal sekitar 300 m/detik atau sekitar 1000 km/jam. Kecepatan ini akan berkurang seiring dengan semakin dangkalnya kedalaman air ke arah pantai.

Namun, energi yang dikandung gelombang tidaklah berkurang banyak. Ini sesuai hubungan laju energi yang hilang (energi loss rate) pada gelombang berjalan berbanding terbalik dengan panjang gelombangnya; dengan kata lain semakin besar panjang gelombangnya maka makin sedikit energi yang hilang, sehingga energi yang dikandung tsunami bisa dianggap konstan.

Karena energinya konstan, berkurangnya kecepatan akan membuat ketinggian gelombang (amplitudo) bertambah. Ilmuwan mencatat dengan kecepatan 1000 km/jam menuju pantai, tinggi gelombang bisa mengalami kenaikan sampai 30 meter.

tsunami

Pengertian Tsunami


Istilah tsunami berasal dari bahasa jepang tsu artinya pelabuhan dan nami artinya gelombang laut. Dari kisah inilah muncul istilah tsunami. Awalnya gelombang laut yang menghantam pelabuhan. Tsunami adalah rangkaian gelombang laut yang mampu menjalar dengan kecepatan mencapai 900 km/ jam atau lebih, terutama diakibatkan oleh gempa bumi yang terjadi di dasar laut.

Kecepatan gelombang tsunami bergantung pada kedalaman laut. Pada laut yang dalam, kecepatan gelombang air laut akibat tsunami dapat mencapai hingga ratusan kilometer per jam, sehingga jarak antar puncak gelombang (panjang Gelombang) mencapai orde ratusan meter, sedangkan tinggi gelombang (Amplitudo) hanya berkisar satu meter. Di laut dengan kedalaman ± 7000 m panjang gelombang tsunami ± 282 kilometer dengan kecepatan ± 942,9 Km/jam Kecepatan ini hampir sama dengan kecepatan pesawat jet. Namun demikian kecepatan tinggi gelombangnya ditengah laut tidak lebih dari 60 cm Oleh karena itu gelombang air laut akibat tsunami sulit diamati di tengah samudera, sehingga kapal yang berada di atasnya tidak dapat merasakan adanya tsunami. Akibatnya kapal-kapal yang sedang berlayar di atasnya jarang merasakan adanya tsunami.

Di laut, gelombang tsunami akan memiliki kecepatan yang besar dengan tinggi gelombang yang rendah, sedangkan pada saat mencapai laut dangkal, teluk atau muara sungai, kecepatan gelombang tsunami menurun, namun ketinggian gelombang meningkat dan bersifat merusak.

Penyebab Terjadinya Tsunami


Tsunami terutama disebabkan oleh gempa bumi di dasar laut. Tsunami yang dipicu akibat tanah lonsong didasar laut, letusan gunung api dasar laut, atau akibat jatuhnya meteor jarang terjadi.

  1. Tsunami akibat letusan gunung api
    Tahun 1883, letusan gunung krakatau di Indonesia mengakibatkan tsunami yang dahsyat. Ketika gelombangnya menyapu pantai Lampung dan Banten, kira-kira 5000 kapal hancur dan menenggelamkan banyak pulau kecil. Gelombang setinggi lantai 12 gedung ini kira- kira 40 m, menghancurkan hampir 300 perkampungan dan menewaskan lebih dari 36.000 orang.

  2. Tsunami akibat gempa bumi
    Tidak semua gempa bumi mengakibatkan terbentuknya tsunami. Syarat terjadinya tsunami akibat gempa bumi adalah:

    • Pusat gempa terjadi di dasar laut,
    • Kedalaman pusat gempa kurang dari 60 km,
    • Magnituda lebih besar dari 6.0 skala richter, dan
    • Jenis patahan adalah yang memiliki dislokasi vertikal, yaitu sesar naik dan sesar turun (biasanya akibat zona subduksi)

    Pada tanggal 26 desember 2004, gempa bumi dengan kekuatan 9 skala richter dikedalaman 30 km dasar laut sebelah barat daya aceh membangkitkan gelombang tsunami dengan kecepatan awal sekitar 700 km/ jam. Gelombang ini menjalar kesegala arah dari pusat tsunami dan menyapu wilayah aceh dan sumatera utara dengan kecepatan antar 15- 40 km/ jam dan tinggi gelombang 2 hingga 48 meter. Korban jiwa mencapai 250.000 orang lebih. Dalam 3 jam setelah gempa bumi, negara- negara dikawasan samudera hindia juga terkena tsunami.

  3. Tsunami akibat tanah longsor
    Sekitar 81 juta ton es dan batuan jatuh ke teluk lautnya di Alaska tahun 1958. longsoran ini terjadi karena guncangan gempa bumi sebelumnya. Gelombang tsunami yang terbentuk akibat longsoran ini menjalar cepat sepanjang teluk. Tinggi gelombangnya mencapai 350- 500 m saat melanda lereng-lereng gunung dan menyapu pepohonan dan semak belukar. Ajaibnya, hanya 2 orang pemancing ikan yang tewas.

Ketinggian Tsunami


Ketinggian gelombang laut akibat gempa sangat tergantung kepada besar kecilnya kekuatan gempa. Disekitar pantai ketinggian gelombang laut dapat disebabkan oleh adanya perubahan kecepatan rambat gelombang bagian bawah sementara kecepatan gelombang bagian atas tetap tinggi. Semakin lambat kecepatan rambat gelombang bagian bawah, tinggi gelombang bagian atas (runup) semakin besar.

  1. Landaan
    Akibat gempa yang besar, gelombang laut dapt masuk jauh kedaratan. Jarak antara garis pantai dengan ujung/bagian akhir gelombang yang masuk kedaratan disebut landaan (inundation). Panjangnya landaan dipengaruhi oleh :

    • Sungai dengan ciri lurus, dalam dan lebar yang bermuara dilaut, menyebabkan gelombang akan mudah masuk dengan kecepatan tinggi.

    • Pantai yang landai, tanpa penghalang alami seperti pohon besar berakar kuat dan dalam

  2. Kekuatan atau intensitas tsunami
    Besar kecilnya intensitas tsunami ditunjukkan dengan tinggi gelombang didarat dan tingkat kerusakan yang diakibatkannya. Skala intensitas tsunami diperkenalkan oleh Gerassimos Papadopoulus dan Fumihiko Imamura (2001) yang membagi tsunami dalam skala I hingga XII, berdasarkan tinggi gelombang dan tingkat kerusakan yan diakibatkan oleh landaan tsunami. Perhatikan tabel skala intensitas tsunami menurut G.Papadopoulos dan F.Imamura (2001) dibawah ini :

image

image

Wilayah Yang Rawan Tsunami


Indonesia merupakan kepulauan, dua pertiga wilayahnya berupa lautan. Akibat bentuk wilayahnya yang merupakan kepulauan dan kondisi geologisnya yang merupakan daerah pertemuan lempeng tektonik, maka hampir sebagian besar wilayah indonesia rawan tsunami.

Bencana stunami yang terjadi di Indonesia sebagian besar diakibatkan oleh gempa bumi dangkal (kurang dari 33 km) terjadi di dasar laut magnituda berkisar 6 hingga 9 skala richter, intensitas gempa antara VII hingga IX skala MMI ( Modified Mercalli Intensity ), dan jenis mekanisme adalah patahan naik. Hanya pada tahun 1883 bencana tsunami yang diakibatkan oleh letusan gunung api krakatau diselat sunda.

Wilayah rawan bencana tsunami ditentukan berdasarkan sejarah kejadian tsunami, morfologi pantai (pantai landai dan teluk) dan posisinya terhadap sumber gempa penyebab stunami. diIndonesia wilayah rawan bencana tsunami meliputi 18 wilayah yaitu: Nanggroe Aceh Darusalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Tengah bagian Selatan, Jawa Timur bagian Selatan, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tenggah, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Maluku Utara, Maluku Selatan, Biak-yapen, Fak- Fak, Balikpapan.

Ketidak tahuan masyarakat tentang tanda-tanda akan terjadinya tsunami serta ketidak siapan mereka menghadapinya, salah satu penyebab banyaknya korban jiwa. Masyarakat tidak sempat menyelamatkan diri dari terjangan gelombang yang membawa material seperti pohon, kayu material bangunan dan lain-lain yang dapat berfungsi sebagai ”alat pembunuh”

Upaya Penyelamatan Diri Dari Tsunami


Gejala terjadi tsunami ditandai oleh :

  • Terjadi gempa bumi
  • Air laut surut secara tiba-tiba
  • Segera lari menuju daerah tinggi

Hal-hal penting yang harus diperhatikan ketika terjadi tsunami :

  • Selalu berhati-hati dan perhatikan peringatan dini (jika ada) terdapat kemungkinan terjadinya tsunami.
  • Segera menggungsi ke daerah aman, mengikuti petunjuk yang telah diberikan pemerintah.
  • Jika berada di sekolah ikuti petunjuk guru kemana harus menyelamatkan
  • diri.

Tsunami


Ketika kita memandang sebuah lautan yang luas, akan selalu ada gelombang yang bergulung-gulung yang menerjang pantai. Jenis gelombang ini terjadi karena adanya angin dan gerakan air pasang. Ketinggian, panjang gelombang, serta arahnya dipengaruhi oleh arah hembusan angin. Ketika terjadi badai, kita akan melihat gelombang badai. Ketika mencapai pantai, gelombang badai dapat menimbulkan kerusakan dan kerugian pada siapa pun yang tinggal di sepanjang pantai.

Tsunami juga merupakan sejenis gelombang laut. Namun demikian, tsunami tidak disebabkan oleh angin atau gerakan air pasang. Kata “tsunami” berasal dari istilah Jepang “nami”, yang berarti gelombang dan “tsu” yang mengacu pada pelabuhan – atau secara harafiah adalah “gelombang pelabuhan”. Sebuah tsunami merupakan serangkaian gelombang yang menjalar yang umumnya disebabkan adanya pergeseran dasar laut secara vertical karena gempa bumi di bawah atau dekat laut yang menyebabkan air laut berpindah tempat dalam jumlah yang sangat besar secara tiba-tiba. Erupsi gunung api, longsor di bawah laut, dan jatuhan batu pada pantai curam bisa juga menghasilkan tsunami, demikian juga meteor besar yang berdampak pada laut. Tsunami tidak ada hubungannya dengan gelombang pasang; nama populer tsunami, yaitu “gelombang pasang (tidal wave)” sangat keliru.

Gelombang tsunami menjalar dari sumbernya ke semua arah, misalnya dari lokasi sebuah gempa bumi. Gelombang tersebut sangat panjang dan dapat merambat ke seluruh lautan hanya dengan sedikit energi yang hilang. Di lautan dalam, gelombang tsunami dapat merambat pada kecepatan 500 hingga 1000 km per jam, setara dengan kecepatan sebuah pesawat terbang. Namun mendekati pantai, gelombang tsunami akan berkurang hingga menjadi beberapa puluh km per jam saja. Kecepatan ini masih tetap melebihi kemampuan manusia untuk berlari. Dengan ketinggian awal hanya hingga satu meter di laut dalam, tsunami dapat mencapai ketinggian hingga puluhan meter ketika mendekati perairan yang dangkal, sehingga membanjiri daerah pesisir yang rendah dan menyebabkan kerusakan yang besar dan korban jiwa.

Karakteristik Tsunami


Tsunami bisa datang dari dekat maupun dari jauh; tsunami lokal dan tsunami jauh Tsunami melintasi laut sebelum menjangkau pantai. Jarak yang ditempuh bisa sangat berbeda-beda. Berbagai jenis tsunami dapat dibedakan menurut energi dan jarak yang ditempuh sebelum menjangkau pantai. Dampak merusak yang ditimbulkan tsunami lokal hanya terbatas di pantai yang dekat dengan pusat gempa bumi. Tsunami lokal mempunyai waktu tempuh yang sangat pendek dan tiba dalam hitungan menit di pantai. Tsunami jenis ini ditimbulkan oleh gempa lokal (atau tanah longsor bawah laut) yang menimbulkan dampak pada satu kawasan yang sangat terbatas.

Namun demikian, tsunami jenis ini tetap bisa menimbulkan kerusakan. Sebuah contoh tentang tsunami lokal baru-baru ini di Indonesia yang hanya berdampak pada daerah yang berada dekat dengan pusat gempa adalah tsunami lokal yang dipicu oleh gempa bumi di selatan Pulau Jawa pada 17 Juli 2006. Tsunami ini dikenal dengan nama Tsunami Pangandaran, menghantam sejumlah kabupaten di Jawa Barat dan Jawa Tengah, menghancurkan prasarana dan membunuh hampir 700 orang.

Sebuah tsunami jauh (atau lintas samudra) bisa mencapai pantai beberapa jam setelah pemicunya terjadi di lokasi yang sangat jauh. Tsunami yang terjadi di seluruh lautan bisa berdampak pada keseluruhan lautan dan diakibatkan oleh gempa bumi besar. Tsunami di Aceh merupakan tsunami jauh yang melintasi Samudra Hindia dan menyebabkan kerusakan bukan saja di Indonesia namun juga di Thailand, Malaysia, Srilangka, India dan pantai-pantai timur Afrika.

Seperti yang telah kita bahas di atas, Indonesia berada di dekat batas-batas lempeng tektonik (konvergen) atau dalam zona penunjaman dan sering mengalami gempa bumi yang berpotensi untuk menghasilkan tsunami. Dekatnya jarak antar pulau-pulau di Indonesia dan adanya sumber-sumber potensi gempa bumi ini menjadikan tsunami lokal sebagai ancaman utama tsunami bagi garis pantai Indonesia

Gelombang Tsunami


Ketinggian gelombang tsunami juga tergantung pada kedalaman perairan. Gelombang tsunami yang hanya setinggi satu meter atau kurang dari itu di laut dalam bisa menjadi puluhan meter ketika menjangkau pantai. Tidak seperti gelombang laut yang didorong oleh angin yang hanya merupakan gejolak di permukaan laut, energi gelombang tsunami bisa menjalar dari permukaan hingga ke dasar lautan. Ini bisa terjadi karena gelombang tsunami dipicu oleh gempa bumi di dasar laut yang menggerakkan keseluruhan tubuh air di seluruh lautan tersebut.

Mendekati pantai, energi ini terkonsentrasi pada arah vertikal karena berkurangnya kedalaman air dan pada arah horisontal dengan memendeknya panjang gelombang karena berkurangnya kecepatan gelombang. Akibatnya, gelombang akan naik secara dramatis ketika mencapai perairan dangkal.

Panjang gelombang tsunami lebih besar daripada panjang gelombang laut secara normal. Panjang gelombang juga bisa dijelaskan sebagai periode gelombang yang menunjukkan waktu siklus satu gelombang tunggal, yaitu waktu yang diperlukan mulai dari datangnya satu puncak gelombang hingga puncak gelombang berikutnya. Karena panjang gelombang tsunami sangat panjang, periode tsunami bisa berkisar mulai dari sekedar hitungan menit hingga satu jam atau lebih. Hal lain yang sangat penting diingat adalah bahwa tsunami bukan berupa satu gelombang tunggal namun merupakan rangkaian gelombang. Selain itu, ketika tsunami menjangkau pantai, dalam banyak kasus biasanya gelombang yang pertama datang bukanlah gelombang yang terbesar di antara rangkaian gelombang yang masih akan menghantam. Gelombang yang datang kemudian jauh lebih besar dan jauh lebih merusak.

Jika kita melihat lagi pada dua aspek tsunami: panjang (atau periode) gelombang tsunami yang besar dan tsunami bukan berupa satu gelombang tunggal namun merupakan serangkaian gelombang, nampak ada satu aspek karakteristik tsunami yang sangat penting: peristiwa tsunami bisa berlangsung selama beberapa jam, dihitung sejak kedatangan gelombang pertama hingga gelombang terakhir mencapai pantai dan tsunami berakhir.