Setujukah kamu dengan stereotipe “cantik” hanya bisa dianugerahkan kepada perempuan yang berkulit putih, kurus, langsing, dan tinggi?

Menjadi cantik adalah dambaan banyak wanita. Ini bukan hanya persoalan ingin dipuji, tetapi tanpa disadari, menjadi cantik dapat membuat orang lebih percaya diri. Menurut The Body Project yang dilakukan oleh Program Studi Perempuan Universitas Bradley, Illinois, Amerika Serikat, standar kecantikan sangat berbeda dari budaya satu dengan budaya lainnya. Standar cantik wanita Indonesia sulit ditentukan. Sebagian orang menganggap bahwa wanita cantik adalah yang berkulit sawo matang, dagu tidak terlalu lancip, batang hidung pendek, postur tubuh agak berisi, dan berambut hitam. Namun seiring pengaruh budaya luar, kini banyak orang memiliki stereotipe bahwa wanita cantik adalah yang berkulit putih, kurus, langsing, dan tinggi.

Nah menurut pendapatmu bagaimana Youdics?

2 Likes

Tentu saja saya tidak setuju dengan statement bahwa cantik harus putih, kurus, langsing, dan tinggi. Menurut saya, semua warna kulit, semua bentuk badan, semua tinggi badan, dan lainnya dapat menjadi cantik. Tentu saja cantik ini bersifat subjektif sekali ya menurut saya karena satu orang dengan orang lainnya pasti memiliki stereotype cantik masing-masing. Mereka yang berkulit sawo matang juga cantik kok. Mereka yang putih juga cantik kok. Mereka yang gendut juga cantik kok. Semua hal yang ada pada wanita menjadi keunikan mereka sendiri, begitu juga pada laki-laki.

Seiring berjalannya waktu, walaupun kita juga mendapat pengaruh dari budaya luar, kita juga menemukan bahwa banyak diluar sana, seperti artis, influencer, selebgram yang menyuarakan pendapat mereka bahwa cantik tidak harus putih, langsing, kurus, dan tinggi. Mereka juga saling mendukung satu sama lain. Terdapat kalimat yang sering kita temui di sosial media, yaitu

Everyone is beautiful in their own way.

1 Like

Sangat tidak setuju dengan stereotip bahwa cantik harus berkulit putih, kurus, langsing dan tinggi. Justru stereotip-stereotip ini menyakitkan bagi banyak wanita dan mengandung unsur-unsur diskriminasi terhadap beberapa golongan. Sebenarnya wanita dilahirkan dengan kecantikan, kita semua cantik bagaimanapun bentuk dan rupanya, sebab kita seorang wanita. Bentuk dan rupa yang berbeda-beda adalah sebuah keunikan pada diri kita masing-masing, dan semua orang memiliki keunikannya sendiri. Baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat.

Kecantikan bukan sekedar berbicara tentang bentuk fisik seorang wanita, namun lebih luas dari pada itu yaitu termasuk intelektual, wawasan yang luas, nilai-nilai kesopanan yang tinggi, penguasaan passion, serta pengabdian seorang wanita terhadap diri sendiri dan orang-orang di sekitarnya.

Luasnya, cantik bicara soal hal-hal positif yang dimiliki seorang wanita baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain.

1 Like

Yaa stereotype ini sangat berkembang di negara kita padahal banyak juga perempuan2 dari negara luar yang terlahir memiliki kulit putih namun menginginkan kulit yang cenderung gelap/eksotis.

Saya setuju dengan pendapat teman2 diatas. Setiap perempuan itu cantik dan kecantikan pada setiap perempuan itu berbeda karena keunikannya masing2. Tidak ada standar dalam kecantikan harus memiliki kulit putih atau gelap, kurus atau berisi dsb.

Dan perlu diingat juga
Beauty comes after brain and behaviour”.

Kecantikan tak melulu soal wajah, rambut, kulit, dll. Bila perilaku baik dan memiliki sifat dan pola pikir yang baik aura positif akan terpancar dari dalam diri. :blush:

1 Like

Jelas tidak setuju. Kecantikan itu dimiliki oleh semua perempuan tanpa memandang fisik. Menurut saya kecantikan itu didefinisikan bukan hanya fisik namun hati dan kepribadian juga menjadi penambah kecantikan perempuan. Cantik tidak harus putih, langsing, dan tinggi. Semua yang telah dianugerahkan oleh tuhan itu sudah cantik, namun disini tinggal kita tambahkan dengan hati dan kepribadian yang cantik juga.

Semua jenis kulit, berat badan, tinggi badan, dan sebagainya seharusnya jangan dijadikan sebagai standar kecantikan karena semua perempuan itu tidak bisa disama ratakan. Tetap bersyukur dan jauhi insecure<3

Benar sekali. Denifisi “cantik” tentua akan berbeda-beda pada setiap orang, karena hal tersebut sangat erat kaitannya dengan preference masing-masing individu. Sebagai contoh, ada orang yangmengatakan bahwa Taro Basro dengan kulit sawo matang, badan berisi dan mata yang indah sebagai definisi perempuan cantik. Namun ada pula yang mengatakan sebaliknya.

Memang akan sangat banyak pandangan yang muncul ketika kita berbicara tentang definisi cantik. Namun yang perlu kita tanamkan adalah “Everyone is beautiful in their own way” seperti kata kak @angelach

1 Like

Yup sangat setuju! Jika cantik hanya dinilai melalui penampilan fisik atau look saja tentu sangat tidak adil. Terlebih lagi didunia modern seperti saat ini, tidak sedikit orang-orang yang sudah mulai memperhatikan penampilan mereka dengan menggunakan make up, melakukan perawatan diri dan sebagainya. Hal tersebut bukanlah tindakan yag buruk, namun patut diingat bahwa kita tidak bisa hanya merawat diri dari luarnya saja. Penampilan yang cantik harus dapat kita imbangi dengan attitude atau tingkah laku yang baik, pengetahuan yang tinggi, wawasan yang luas, karakter yang disegani dan hal-hal lainnya yang dapat memancarkan inner beauty dalam diri kita untuk layak dikatakan sebagai perempuan yang cantik.

Sebagai wanita, pasti kita semua ingin tampil cantik. Berbagai cara kita lakukan untuk menjadi cantik seperti memakai krim pemutih, meluruskan rambut, dan apalah-apalah itu. Bahkan sebagian dari kita rela melakukan berbagai perawatan tidak untuk menjaga tubuh sehat tapi untuk memenuhi standar kecantikan masyarakat. Aku pun pernah berada dalam fase-fase dimana saya sangat aware dengan standar kecantikan dan ingin tampil cantik. Aku rela mengeluarkan uang lebih untuk meluruskan rambut aku yang wavy hair dan beli krim ini itu agar kulit saya putih, meskipun bukan beli krim abal-abal ya.
Lalu, apakah usaha aku dalam memenuhi standar kecantikan tersebut membuahkan hasil? Tentu tidak, yang ada malah rambut rusak dan kulit jerawatan. Dan aku kapok dengan standar kecantikan itu. Sebenarnya, tidak ada yang salah dengan ingin menjadi cantik. Tapi, yang perlu diperhatikan adalah cantik yang bagaimana yang harus diikuti.
Menurut aku setiap wanita itu cantik ya mereka mempunyai keunikannya tersendiri di mata orang lain. Stereotipe bahwa wanita cantik adalah yang berkulit putih, kurus, langsing, dan tinggi itu saya sangat tidak setuju. Sebagai orang Indonesia yang memiliki suku yang beragam dan tentunya perbedaan fisik yang beragam juga. Berkulit putih, kurus, langsing, tinggi itu udah bukan menjadi standar kecantikan lagi. Terus terang aku sangat menyukai kulit eksotis, dan sebagai orang Indonesia aku sangat bangga punya kulit eksotis. Bahkan bule-bule pun sangat menyukai wanita yang memiliki kulit eksotis. Itu aja sih pendapat aku mengenai standar kecantikan. Intinya standar kecantikan itu tergantung dari wilayahnya masing-masing dan sebagai orang Indonesia standar kecantikan itu tidak harus berkulit putih, kurus, langsing, dan tinggi,

Stereotype tentang kulit putih sebagai beauty standart di Indonesia sendiri masih berkembang dan diyakini beberapa perempuan Indonesia. Sebagian masih menganggap bahwa definisi cantik adalah mereka yang memiliki kulit yang cerah, bercahaya, memiliki tubuh yang ramping. Persepsi tersebut muncul sebagai dampak dari marketing yang dilakukan oleh berbagai brand kecantikan yang ada di Indonesia yang menawarkan berbagai produk dengan tujuan untuk memutihkan kulit. Hal tersebut menyebabkan timbulnya kepercayaan bahwa cantik itu harus putih dan menjadi tren perawatan kecantikan disebagian besar perempuan di Indonesia. Bahkan tak jarang juga banyak perempuan yang berkorban demi memiliki kulit yang putih dengan menggunakan krim abal-abal dan tidak diketahui jelas kandungan yang ada didalamnya.

Namun, seiring berjalannya waktu, perempuan saat ini juga sudah semakin sadar akan pentingnya perawatan, termasuk aku. Aku dulu juga memiliki persepsi cantik itu harus memiliki kulit yang putih, tubuh yang ramping tapi saat ini aku sudah menghilangkan persepsi tersebut dan memilih untuk menggunakan produk skincare yang tepat untuk menjaga kesehatan kulit aku terutama pada wajah. Aku jauh lebih percaya diri dengan diriku yang sekarang. Jadi, aku termasuk orang yang tidak setuju dengan pernyataan tersebut karena menurutku cantik itu bukan tentang fisik atau warna kulit seseorang melainkan yang terpenting yaitu kepercayaan terhadap dirinya sendiri dalam menunjukkan potensi yang dimilikinya. Sebagai seorang wanita, perawatan itu suatu hal yang diperlukan dan cukup penting karena dengan melakukan perawatan dapat membuat seorang wanita menjadi lebih percaya diri, jadi bagiku sekarang warna kulit tidak dapat dijadikan sebagai suatu persoalan yang serius.

Sumber

Dari Mana Sih Anggapan 'Cantik Itu Harus Putih' Berasal?

Tetunya aku tidak setuju dengan stereotype kalo cantik itu harus yang berkulit putih, kurus, langsing, dan tinggi. Semua perempuan dilahirkan dengan kecantikan dan keunikan masing-masing. All women are beautiful, dalam berbagai warna kulit, bentuk tubuh, tinggi badan, bentuk muka, hidung, dll. Dan rasanya tuh lucu kalo masih ada orang yang berpikiran kalo standar cantik harus, putih, kurus tinggi. Bahkan sekarang ini banyak juga wanita yang berkulit putih sengaja untuk tanning agar dapat merubah warna kulitnya dari putih menjadi cokelat.

Intinya, apapun bentuk kita, kita harus bersyukur, tetep percaya diri, dan hilangkan mindset kalo cantik itu harus blablabla. Cintai dan hargai diri sendiri itu yang paling penting, dan juga surround yourself with positive peeps biar kita juga dikelilingi oleh hal-hal yang positif.

Wanita cantik adalah yang putih, kurus, langsing, dan tinggi first of all mon maaf itu bihun atau wanita. Canda :’). Wanita sangat bahagia ketika mendapatkan pujian cantik dari seseorang, karena kebanyakan cantik identik dengan sebuah penilaian postur tubuh pada wanita. Standar kecantikan tiap negara berbeda karena setiap negara memiliki karakteristik tersendiri. Seperti bagian wilayah barat yang memiliki ciri fisik berkulit putih, tinggi, hidung mancung, rambut pirang dan hal ini berbeda jauh dengan Indonesia yang beriklim tropis berkulit sawo matang, tubuh mungil, rambut hitam dan lain sebagainya. Namun sangat disayangkan standar kecantikan perempuan harus putih, kurus, langsing, dan tinggi digunakan menjadi tolak ukur di Indonesia. Hal ini diperkuat dengan hampir 70% wanita di Indonesia mengangap cantik adalah seseorang yang memiliki tubuh putih, tinggi dan langsing serta muka yang mulus dan glowing.

Pandangan wanita cantik harus putih, kurus, langsing, dan tinggi merupakan stereotip yang bahkan tidak asing lagi dan seringkali terdengar dalam kehidupan sehari-hari. Kebanyakan wanita saat ini merasa minder karena standar kecantikan yang berlaku bagi wanita di Indonesia terlalu untuk di tuntut menjadi sempurna. Kebanyakan wanita merasa tidak cantik karena kurang nya rasa percaya diri sehingga mereka melakukan diet bahkan mengkonsumsi obat-obatan, menggunakan krim abal-abal demi mendapatkan standar cantik yang berlaku. Jadi menurut ku pandangan wanita cantik harus putih, kurus, langsing, dan tinggi tidak bisa disetujui karena hal itu menjadi sebuah pemaksaan bagi karakteristik fisik wanita di Indonesia, karena cantik menurut ku adalah ketika kita bisa melakukan penerimaan diri dan merawat tubuhnya dengan baik.

Pada abad pertengahan, penyair Anglo-Saxon sudah mengagungkan standar kecantikan feminin yang tidak masuk akal yaitu kulit pucat semulus porselen yang tentunya sangat susah untuk didapaykan. Pada masa itu, beberapa wanita sampai rela melukai dirinya sendiri agar bisa masuk ke standar kecantikan tersebut. Seiring berjalannya waktu, standar kecantikan terus dibentuk dan dipromosikan melakui film, TV, majalah, dan media massa lainnya secara global, mempengaruhi konsep asli yang dianut oleh budaya dan kelompok etnis.

Menurut aku, konsep dari standar kecantikan yang ada di lingkungan kita hanya omong kosong. Standar kecantikan yang tidak masuk akal selalu membuat kita merasa tidak puas dengan penampilan yang kita miliki, sehingga banyak juga orang yang mengubah penampilannya bukan karena kemauannya sendiri, tapi hanya untuk memenuhi standar kecantikan yang ada. Sebenarnya gapapa jika kita punya preferensi pribadi terhadap bentuk tubuh, warna rambut, dsb. Yang salah adalah ketika memaksakan preferensi tersebut untuk diikuti juga oleh orang lain. Everyone is beautiful in their on way.

Summary

Fuente del Campo, A. (2002). Beauty: Who sets the standards?

Saya melihat tanggapan para kaum hawa di sinii yang menyatakan cantik itu tidak harus putih, tinggi, dan langsing, tentuu saja saya sepakat dengan itu. Tetapi sayangnya, kaum adam atau laki-laki preferensinya lebih kepada perempuan yang putih, tinggi, kurus, dan langsing hahaha. Walaupun nggak semua laki-laki, tapi kebanyakan yang saya lihat sih seperti itu… Stereotip seperti ini bahkan masih digunakan di dunia hiburan dan media. Jarang sekali lho saya lihat bintang-bintang iklan atau artis sinetron itu berkulit hitam atau eksotis. Hal ini menunjukkan bahwa yang ingin ditunjukkan kepada public adalah talent-talent dengan standar yang seperti itu tadi. Hal ini yang menurutku sangat disayangkan, karena sudah mengarah pada diskriminasi…