Permasalahan apa saja yang ada dalam penggunaan metode Dekonstruksi pada ilmu manajemen ?

Dekonstruksi

Dekonstruksi adalah sebuah metode pembacaan teks, dimana dengan metode dekonstruksi, kita diminta untuk kritis terhadap teks. Kita selalu cenderung untuk melepaskan teks dari konteksnya. Satu term tertentu kita lepaskan dari konteks (dari jejaknya) dan hadir sebagai makna final. Inilah yang dsebut sebagai logosentrisme. Yaitu, kecenderungan untuk mengacu kepada suatu metafisika tertentu, suatu kehadiran objek absolut tertentu.

Permasalahan apa saja pada penggunaan metode Dekonstruksi pada ilmu manajemen ?

Meskipun semakin populer, dekonstruksi bukan tanpa kritik. Salah satu masalahnya adalah bahwa Derrida memberikan sedikit instruksi tentang bagaimana cara melakukan dekonstruksi. Derrida tidak ingin proses dekontruksi dikurangi menjadi sebuah perangkat teknik yang sederhana. Hal ini mungkin dapat dimengerti tetapi hal tersebut meninggalkan proses yang terselubung oleh misteri.

Kekhawatiran yang lain adalah bahwa postmodernis mungkin akan memberi diri mereka semacam posisi istimewa, secara implisit, mengasumsikan, bahwa mereka entah bagaimana mampu berdiri di luar pengetahuan diskursif (Johnson dan Duberley, 2000).

Pengetahuan diskursif adalah menguraikan secara logis, yang dimulai dari tidak tahu menjadi tahu.

Kritik ini mungkin tidak adil, karena kebanyakan dekonstruksionis akan berpendapat bahwa mereka hanya berusaha mengedepankan interpretasi alternatif dan tidak akan pernah mencari untuk menemukan “kebenaran” makna dari teks, karena halitu tidak mungkin.

Alvesson (1995, p. 1055) berkomentar bahwa meskipun dekonstruksi adalah “philosophy waterproof”, jika semua teoritisi organisasi mengadopsinya, maka mereka akan bekerja dalam ruang yang sangat terbatas: jika semua orang menjadi dekontruksionis maka semua orang akan terlibat dalam proses dekonstruksi terhadap dekonstruksi orang lain. . . hal ini akan dimulai dan diakhiri dengan,

"writers write about writers for other writers (Castoriadis, 1992, hal. 16).

‘Teori’ dekonstruksi didalamnya juga memiliki sejumlah elemen kontradiktif (Clegg dan Hardy, 1996), antara lain :

  • Pertama, dekonstruksionis menentang theory building, namun mereka memposisikan sebagai teoritis.

  • Kedua, dekonstruksionis berusaha untuk mendekonstruksi alat-alat berpikir, seperti logika, alasan dan rasionalitas, namun mereka melakukannya juga dengan menggunakan alat-alat tersebut.

  • Ketiga, dekonstruksionis berargumen untuk menentang posisi apa pun, namun jika teori mereka (yang mengatakan bahwa teori tidak dapat berlaku untuk semua orang) berlaku untuk semua orang, maka teori dekontruksi tersebut melakukan apa yang dikatakannya sebagai tidak dapat dilakukan.

Sumber : John McAuley, Joanne Duberley and Phil Johnson, Organization Theory : Challenges and Perspectives, Pearson Education Limited, 2007